Pedoman Pejalan Kaki
Pedoman Pejalan Kaki
KATA PENGANTAR
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di
Perkotaan dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Bahan Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bidang Penataan Ruang Permukiman
pada Sub Panitia Teknik Standardisasi Bidang Permukiman. Pedoman ini diprakarsai oleh
Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen
Pekerjaan Umum.
Pedoman ini disusun dengan maksud menyiapkan acuan di bidang penataan ruang bagi
pemerintah kabupaten/kota serta pemangku kepentingan (stakeholder) lain dalam
penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di perkotaan sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang. Tujuan yang akan
dicapai adalah tersedianya acuan operasional dalam penyediaan dan pemanfaatan
prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di perkotaan mewujudkan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Pedoman ini berisi konsepsi ruang untuk pejalan kaki yang meliputi deskripsi, jenis-jenis,
fungsi, ketentuan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menata ruang untuk pejalan
kaki, meliputi penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki.
Pedoman ini juga memuat kajian arsitektur kota, antara lain menyangkut: jenis-jenis/ tipe-tipe
ruang untuk pejalan kaki yang ada, kriteria teknis penataan ruang untuk pejalan kaki di
Indonesia, serta pilihan jenis-jenis fasilitas yang melengkapinya.
Tata cara penulisan pedoman ini mengikuti Pedoman Badan Standardisasi Nasional (BSN)
No. 8 Tahun 2000 dan pembahasannya mengikuti mekanisme yang berlaku sesuai
Pedoman BSN Nomor 9 Tahun 2000. Dalam prosesnya telah melibatkan narasumber, pakar
dari Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, Produsen, Direktorat Bina Teknis di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen/Instansi terkait lainnya serta Pemerintah
Daerah.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat maupun yang
telah memberikan saran serta kritik yang membangun dalam penyusunan pedoman ini.
i Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
DAFTAR ISI
Prakata............................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
Daftar Tabel....................................................................................................................... iv
Daftar Gambar................................................................................................................... v
Pendahuluan…………………………………………………………………………………….. vi
ii Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
iii Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pemilihan Tipe Penyeberangan Bagi Pejalan Kaki yang Sesuai Dengan
Klasifikasi Jalan............................................................................................ 19
Tabel 2.2 Kebutuhan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki.............................. 25
Tabel 3.1 Lebar Jaringan Pejalan Kaki Berdasarkan Lokasi........................................ 26
Tabel 3.2 Tingkat-tingkat dari Jasa Pelayanan Pejalan Kaki untuk Jalan Setapak...... 31
Tabel 5.1 Prinsip Penyediaan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki................. 41
iv Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Pejalan Kaki
dalam RTRW.............................................................................................. 5
Gambar 2.1 Perspektif Sidewalk .................................................................................... 6
Gambar 2.2 Tampak Atas dan Potongan Sidewalk ....................................................... 7
Gambar 2.3 Perspektif Promenade................................................................................ 7
Gambar 2.4 Tampak Atas dan Potongan Promanade ................................................... 8
Gambar 2.5 Perspektif Arcade........................................................................................ 8
Gambar 2.6 Potongan dan Tampak Atas Arcade........................................................... 9
Gambar 2.7 Perspektif Green Pathway.......................................................................... 10
Gambar 2.8 Potongan dan Tampak Atas Green Pathway.............................................. 10
Gambar 2.9 Perspektif Ruang Pejalan Kaki yang Terletak di antara Ruang Bawah
Tanah.......................................................................................................... 11
Gambar 2.10 Potongan dan Tampak Atas Ruang Pejalan Kaki yang Terletak di antara
Ruang Bawah Tanah.................................................................................. 11
Gambar 2.11 Perspektif Ruang Pejalan Kaki di Atas Tanah............................................ 12
Gambar 2.12 Potongan dan Tampak Atas Ruang Pejalan Kaki di Atas Tanah................ 13
Gambar 2.13 Zona Ruang di Pusat Kota/Bisnis............................................................... 14
Gambar 2.14 Ruang Pemberhentian Pedestrian yang Diturunkan................................... 20
Gambar 2.15 Median Pemberhentian Pedestrian Sementara.......................................... 20
Gambar 2.16 Median Jalan untuk Penyeberangan Pejalan Kaki…………………………. 20
Gambar 2.17 Drainase…………………………………………………………………………. 21
Gambar 2.18 Fasilitas Jalur Hijau..................................................................................... 21
Gambar 2.19 Fasilitas Lampu Penerangan...................................................................... 22
Gambar 2.20 Fasilitas Tempat Duduk.............................................................................. 22
Gambar 2.21 Fasilitas Pagar Pengaman.......................................................................... 23
Gambar 2.22 Fasilitas Tempat Sampah........................................................................... 23
Gambar 2.23 Fasilitas Marka, Perambuan, Papan Informasi (Signage).......................... 23
Gambar 2.24 Fasilitas Halte/Shelter Bus dan Lapak Tunggu........................................... 24
Gambar 2.25 Fasilitas Telepon Umum............................................................................. 24
Gambar 3.1 Ukuran Design Ruang Pejalan Kaki............................................................ 26
Gambar 3.2 Tipikal Ukuran Kursi Roda.......................................................................... 29
Gambar 3.3 Syarat-Syarat Bentuk Jalur Pejalan Kaki.................................................... 30
Gambar 4.1 Visualisasi Jarak Pada Jalur Pejalan Kaki yang Dimanfaatkan Oleh
Kegiatan Pendukung................................................................................... 32
Gambar 4.2 Visualisasi Jarak Jika Ada Pameran Outdoor Pada Jalur Pejalan Kaki….. 32
Gambar 4.3 Bentuk Seperti Amplop yang Merupakan Rancangan dari Pengguna
Sepeda........................................................................................................ 34
Gambar 4.4 Lebar Tipikal untuk Tipe yang Bervariasi dari Berbagai Fasilitas Sepeda.. 35
Gambar 5.1 Pola Sirkulasi Pejalan Kaki......................................................................... 37
Gambar 5.2 Contoh Sistem Hirarki Prasarana dan Sarana Pada Ruang Pejalan Kaki.. 38
v Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya, aktivitas pejalan kaki bertujuan untuk menempuh jarak sesingkat mungkin
antara satu tempat dengan tempat yang lain dengan nyaman dan aman dari gangguan
(kriminalitas/kejahatan, kepadatan lalu-lintas, dan lain-lain). Selain itu para pejalan kaki ingin
mendapatkan “sesuatu” pada saat sedang menempuh perjalanan ke suatu tempat tujuan
yang tidak bisa dilakukan dengan menggunakan moda transportasi (jalan-jalan di
mall/plaza).
Untuk itu diperlukan suatu pedoman bidang penataan ruang yang dapat digunakan sebagai
acuan dan pegangan bagi praktisi dan Pemerintah Daerah dalam menata ruang untuk
pejalan kaki di kawasan perkotaan. Pedoman ini disusun dengan mengacu pada struktur dan
pemanfaatan ruang yang ada, sehingga ruang bagi pejalan kaki merupakan bagian dari
hirarki sistem jaringan jalan dan fasilitas bagi suatu peruntukan bangunan. Dengan adanya
pedoman ini, diharapkan terwujud ruang untuk pejalan kaki di perkotaan yang aman,
nyaman, dan humanis yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih senang melakukan
aktivitasnya dengan berjalan kaki daripada dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Maksud penataan ruang untuk pejalan kaki di perkotaan adalah sebagai panduan praktis
dalam mewujudkan ruang kota yang nyaman, humanis dan berkelanjutan yang selaras
dengan visi dan misi penataan ruang.
Tujuan dari penyusunan pedoman penataan ruang untuk pejalan kaki di kawasan perkotaan
yang dilakukan melalui proses kajian pustaka dipadukan dengan pengalaman empiris di
lapangan sehingga menghasilkan pedoman yang dapat digunakan sebagai referensi atau
acuan bersama bagi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan ruang untuk pejalan
kaki di kawasan perkotaan.
Melihat maksud dan tujuan diatas didalam Pelaksanaan penataan ruang untuk pejalan kaki
di kawasan perkotaan diharapkan akan menghasilkan pedoman yang dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
vi Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
vii Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di
kawasan perkotaan ini berisi ketentuan yang mengatur tentang jenis, fungsi dan faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam proses penyediaan dan pemanfaatan prasarana
dan sarana ruang untuk pejalan kaki di kawasan perkotaan.
Prasarana dan sarana ruang pejalan kaki berfungsi untuk menfasilitasi pejalan kaki dari
satu tempat ke tempat lain dengan berkesinambungan, lancar, selamat, aman dan
nyaman.
1.3. Manfaat
Manfaat dari prasarana dan sarana ruang pejalan kaki adalah untuk menjamin
keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki, yang menghubungkan dari satu tempat
dengan tempat yang lain.
1.4. Sasaran
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di
perkotaan disusun untuk dijadikan acuan bagi semua pemangku kepentingan yang
terkait dalam penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di
perkotaan. Para pemangku kepentingan yang dimaksud adalah pemerintah pusat,
pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, swasta maupun masyarakat perkotaan itu
sendiri.
1 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
1) Amenitas adalah jalur pendukung ruang pejalan kaki yang dapat dimanfaatkan
untuk perletakan fasilitas ruang pejalan kaki.
2) Arcade/jalur pedestrian tepi bangunan merupakan ruang pejalan kaki yang
berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau kedua sisinya. Arcade
umumnya disediakan di kawasan perdagangan.
3) At-grade/penyeberangan sebidang adalah fasilitas penyeberangan bagi
pejalan kaki sebidang. Fasilitas ini disediakan bertujuan agar jalur pedestrian
yang ada tidak terputus dan untuk memudahkan dalam pergantian jalur yang
berbeda.
4) Bandara/bandar udara adalah tempat berlabuh pesawat udara. Akses utama
ke bandar udara ini melalui jalan arteri, akses masuk ke bandar udara melalui
jalan kolektor dan jalan lokal.
5) Difable (different ability) diartikan sebagai orang dengan keterbatasan
kemampuan, yang dapat berarti para penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil,
ataupun anak-anak.
6) Elevated/pedestrian overhead bridge adalah fasilitas penyeberangan bagi
pejalan kaki tidak sebidang agar jalur pedestrian yang ada tidak terputus dan
untuk memudahkan dalam pergantian jalur yang berbeda.
7) Green pathway/jalur pedestrian taman merupakan ruang pejalan kaki yang
terletak diantara ruang terbuka hijau agar pejalan kaki tidak berjalan di rumput
atau merusak tanaman lain yang ada di taman.
8) Halte adalah tempat pemberhentian kereta api, trem, atau bus yang umumnya
mempunyai ruang tunggu yang beratap, tetapi lebih kecil daripada stasiun/
terminal
9) Jalur hijau adalah ruang terbuka hijau dengan pola linier yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun sengaja ditanam dengan pola memanjang menerus
10) Kapasitas ruang pejalan kaki adalah daya tampung jalur pejalan kaki
terhadap pengguna jalur pejalan kaki, jumlah pejalan kaki maksimum yang
diperkirakan dapat ditampung oleh suatu jalur pejalan kaki dengan satuan orang
per meter per menit.
11) Kawasan campuran adalah suatu kawasan yang terdiri dari beberapa fungsi
kegiatan yang berbeda, misalnya perumahan, perkantoran, dan pendidikan. Letak
kawasan campuran ini biasanya di tengah-tengah pusat kota. Pada kawasan
campuran akses utama masuk ke kawasan ini adalah melalui jaringan
penghubung jalan arteri. Jalan kolektor yang menghubungkan jalan arteri dengan
kawasan campuran, jalan kolektor melintasi kawasan dengan fungsi campuran
ini, di dalam kawasan campuran ini jaringan penghubung antar ruang adalah
dengan menggunakan jalan lokal.
12) Kawasan industri adalah kawasan dengan fungsi utama industri pengolahan
atau manufaktur, kawasan ini dilengkapi dengan prasarana, sarana/fasilitas
penunjang yang disediakan oleh pengelola kawasan industri.
13) Kawasan khusus ibadah adalah kawasan dengan fungsi khusus sebagai
tempat kegiatan peribadatan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.
2 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
14) Kawasan khusus kesehatan adalah kawasan dengan fungsi khusus sebagai
tempat kegiatan pelayanan kesehatan dan yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
15) Kawasan khusus olah raga adalah kawasan dengan fungsi khusus sebagai
tempat kegiatan berolahraga yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.
16) Kawasan khusus pariwisata adalah kawasan dengan fungsi utama sebagai
tempat tujuan rekreasi baik untuk rekreasi aktif maupun pasif.
17) Kawasan khusus pendidikan adalah kawasan dengan fungsi khusus sebagai
tempat kegiatan belajar-mengajar yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.
18) Kawasan khusus transportasi adalah kawasan dengan fungsi khusus sebagai
tempat kegiatan pemindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
19) Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan dengan fungsi utama
perdagangan, jasa dan perkantoran yang umumnya terletak di tengah kota dan
mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi kota.
20) Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, perumusan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
21) Kawasan perumahan, adalah kawasan dengan fungsi utama sebagai tempat
tinggal/ hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
22) Marka adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong, serta lambang lainnya.
23) Pedestrian/pejalan kaki adalah pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan
maupun tanpa alat bantu.
24) Pemanfaatan prasarana dan sarana adalah aktivitas penggunaan fasilitas
jalur pejalan kaki baik oleh pejalan kaki maupun pengguna lain yang
diperbolehkan
25) Penyeberangan adalah fasilitas yang menghubungkan antara ruang pejalan
kaki yang berseberangan.
26) Penyediaan prasarana dan sarana adalah proses penyediaan fasilitas utama
dan pendukung jalur pejalan kaki yang berguna untuk menyediakan aksesibilitas
dan mobilitas pejalan kaki
27) Prasarana pejalan kaki adalah fasilitas utama berupa jalur khusus yang
diperkeras yang disediakan untuk pejalan kaki termasuk para difable.
28) Promenade/jalur pedestrian tepi air merupakan ruang pejalan kaki yang pada
salah satu sisinya berbatasan dengan badan air (danau, laut, sungai, kolam) dan
sisi yang lainnya berupa jalan, tanaman atau bangunan. Promenade disediakan
bertujuan agar pengguna jalur pejalan kaki dapat tetap berjalan pada lokasi yang
berbatasan dengan badan air, baik untuk melintas maupun untuk keperluan lain
29) Ram (ramp) adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
30) Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan untuk jalur pejalan kaki
yang membentuk suatu jaringan.
3 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
31) Sarana pejalan kaki adalah fasilitas pendukung jalur pejalan kaki yang dapat
berupa bangunan pelengkap petunjuk informasi maupun alat penunjang lainnya
yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.
32) Signage/rambu-rambu adalah papan informasi yang biasanya diletakkan
diantara jalur pedestrian dan badan jalan.
33) Street furniture/perabot jalan adalah fasilitas yang ditempatkan di sepanjang
jalan yang merupakan pelengkap atau pendukung bagi jalur pejalan kaki.
Penyediaannya disesuaikan dengan jenis kawasan yang mengunakan jalur
pejalan kaki.
34) Jalur pemandu (tactile) adalah jalur yang memandu penyandang tuna netra
dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.
35) Trotoar/sidewalk merupakan ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan
jalan pada salah satu sisinya dengan elevasi yang ditinggikan maupun tidak yang
tidak langsung berbatasan dengan bangunan.
36) Underground/jalur pedestrian dibawah tanah merupakan ruang pejalan kaki
yang terletak diantara ruang bawah tanah. Underground biasanya disediakan
sebagai penghubung antar bangunan. Sirkulasi pergerakan atau perpindahan
pengguna jalur pedestrian diwadahi di tempat yang tidak perlu keluar dari
bangunan.
37) Universal design adalah desain produk dan lingkungan yang dapat digunakan
untuk semua orang, yang memberikan kemudahan, tanpa harus melakukan
adaptasi berlebihan atau memberikan desain secara khusus.
38) Volume pejalan kaki adalah besaran jumlah pejalan kaki yang berada di ruang
pejalan kaki, orang/meter/menit.
39) Zona pejalan kaki adalah area yang diperuntukkan untuk jalur pejalan kaki.
Zona pejalan kaki terdiri dari beberapa bagian yaitu zona bagian depan gedung,
zona penggunaan bagi pejalan kaki, zona tanaman/perabot, dan zona pinggir
jalan.
Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi, terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana
penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial
ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki
selain dimuat dalam RTRW Kota, RDTR Kota, atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga
dimuat dalam RTR Kawasan Perkotaan yang merupakan rencana rinci tata ruang
wilayah Kabupaten.
4 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Tipologi kota yang sesuai untuk diterapkan ruang pejalan kaki, mulai dari kota sedang,
besar dan metropolitan dengan pertimbangan mengantisipasi pertumbuhan kota dan
kawasan–kawasan yang mempunyai fungsi strategis sebagai pendorong pertumbuhan
kota. Besaran pedestrian harus disesuaikan dengan fungsi dan kelas jalan, tetapi
ketersediaan lahan akan menjadi faktor kendala terbesar dalam penyiapan ruang untuk
pejalan kaki.
5 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
BAB II
PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA RUANG PEJALAN KAKI
DI KAWASAN PERKOTAAN
Prinsip umum perencanaan penyediaan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki
harus memenuhi kaidah sebagai berikut:
a. Prinsip teknis penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Ruang yang direncanakan harus dapat diakses oleh seluruh pengguna, termasuk
oleh pengguna dengan berbagai keterbatasan fisik.
c. Lebar jalur pejalan kaki harus sesuai dengan standar prasarana.
d. Harus memberikan kondisi aman, nyaman, ramah lingkungan dan mudah untuk
digunakan, sehingga pejalan kaki tidak harus merasa terancam dengan lalu lintas
atau ganggungan dari lingkungan sekitarnya.
e. Jalur yang direncanakan mempunyai daya tarik atau nilai tambah lain diluar fungsi
utama.
f. Terciptanya ruang sosial sehingga pejalan kaki dapat beraktivitas secara aman di
ruang publik.
g. Terwujudnya keterpaduan sistem, baik dari aspek penataan lingkungan atau
dengan sistem transportasi atau aksesilibitas antar kawasan.
h. Terwujud perencanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan tingkat kebutuhan
dan perkembangan kawasan.
Ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem jalur pejalan
kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik bangunan.
6 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Ruang pejalan kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air.
7 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau
kedua sisinya.
8 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Ruang pejalan kaki di pusat kawasan bisnis dan pusat kota ini adalah area yang
harus dirancang untuk mengakomodir volume yang lebih besar dari para
pejalan kaki dibanding di area-area di kawasan permukiman. Batas jalanan
(jalur transportasi) pada area ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
yang beragam dan secara umum terdiri dari berbagai zona, antara lain: zona
bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi tanaman /perabot dan
zona untuk pinggiran jalan. Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang
pejalan kaki yang ada dapat tetap melayani para pejalan kaki yang melintasi
area ini dengan nyaman. Pembagian zona akan lebih rinci dibahas pada sistem
zona prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di pusat kota.
Merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang terbuka hijau.
Ruang ini merupakan pembatas di antara ruang hijau dan ruang sirkulasi
pejalan kaki. Area ini menyediakan satu penyangga dari sirkulasi kendaraan di
jalan dan memungkinkan untuk dilengkapi dengan berbagai elemen ruang
9 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
10 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Adalah ruang pejalan kaki yang merupakan bagian dari bangunan di atasnya maupun
jalur khusus pejalan kaki yang berada di bawah permukaan tanah.
11 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Gambar 2.10 Potongan dan Tampak Atas Ruang Pejalan Kaki yang
Terletak di Bawah Tanah
Ruang pejalan kaki dibawah tanah ini harus terhubung dengan tempat-tempat
penyeberangan bagi pejalan kaki di bawah tanah. Penyeberangan ini harus
mampu dilihat dengan tepat untuk dapat melewatinya. Untuk membantu jarak
pandang di malam hari, tempat penyeberangan di bawah jalan harus
menyediakan penerangan yang cukup.
12 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Denah
Potongan
7m
7.75 m
13 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Kawasan pusat kota adalah kawasan yang mengakomodir volume pejalan kaki yang
lebih besar dibanding kawasan pemukiman. Ruang pejalan kaki di area ini dapat
berfungsi untuk berbagai tujuan yang beragam dan terdiri dari berbagai zona yang
dapat dimanfaatkan antara lain: zona bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki,
zona bagi tanaman/perabotan jalan, dan zona untuk pinggiran jalan.
1) Zona bagian depan gedung adalah area antara dinding gedung dan pejalan kaki.
Pejalan kaki biasanya akan tidak merasa nyaman bila berjalan kaki secara
langsung berdekatan dengan dinding gedung atau pagar. Untuk itu jarak
minimum setidaknya berjarak 0,6 meter dari jarak sisi gedung atau tergantung
pada penggunaan area ini. Ruang bagian depan dapat ditingkatkan untuk
memberikan kesempatan untuk ruang tambahan bagi pembukaan pintu atau
kedai kopi disisi jalan,serta kegiatan lainnya.
2) Bagi orang yang memiliki keterbatasan indera penglihatan dan sering berjalan di
zona ini, dapat menggunakan suara dari gedung yang berdekatan sebagai
orientasi atau bagi tuna netra pengguna tongkat dapat berjalan dengan jarak
antara 0,3 meter hingga 1,2 meter dari bangunan.
3) Bagian depan harus bebas dari halangan atau berbagai objek yang menonjol.
Zona bagian depan juga harus dapat dideteksi oleh tuna netra yang
menggunakan tongkat yang panjang.
14 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
1) Zona ini adalah area dari koridor sisi jalan yang secara khusus digunakan untuk
area pejalan kaki. Area ini harus dibebaskan dari seluruh rintangan, berbagai
objek yang menonjol dan penghalang vertikal yang berbahaya bagi pejalan kaki
dan bagi yang memiliki keterbatasan indera penglihatan.
2) Zona pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 hingga 3,0 meter atau lebih luas
untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan dalam kawasan yang
memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini dibuat untuk memberikan
kesempatan bagi para pejalan kaki yang berjalan berdampingan atau bagi
pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah satu sama lain.
3) Zona yang digunakan untuk pejalan kaki di jalan lokal dan jalan kolektor adalah
1,2 meter dan jalan arteri dan jalan utama 1,8 meter. Ruang tambahan
diperlukan untuk tempat pemberhentian dan halte bus dengan luas 1,5 meter X
2,4 meter.
4) Zona pejalan kaki tidak boleh kurang dari 1,2 meter yang merupakan lebar
minimum yang dibutuhkan untuk orang yang membawa seekor anjing, pengguna
alat bantu jalan dan para pejalan kaki.
1) Zona tanaman/perabot jalan dapat berfungsi sebagai zona penahan antara zona
lalu-lintas (kendaraan cepat) dengan zona pejalan kaki.
2) Area ini berfungsi sebagai penyangga dan menjadi tempat untuk meletakkan
berbagai elemen perabot jalan (hidran air, kios, telepon umum, bangku-bangku,
tanda-tanda dan lain-lain).
Zona ini merupakan bagian integral dari jalan dan sistim saluran air, dan juga
berfungsi sebagai pembatas antara zona lalu-lintas (jalan raya) dengan zona
tanaman/perabot jalan atau zona pejalan kaki.
Tingkat pelayanan jaringan pejalan kaki pada pedoman ini bersifat teknis dan umum,
dan dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Standar penyediaan ini
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan tipologi ruang pejalan kaki
dengan memperhatikan aktifitas dan kultur lingkungan sekitar.
a) LOS A
Jalur pejalan kaki seluas >5,6 m2/pedestrian,
besar arus pejalan kaki <16
pedestrian/menit/meter. Pada ruang pejalan kaki
dengan LOS A orang dapat berjalan dengan
bebas, para pejalan kaki dapat menentukan
arah berjalan dengan bebas, dengan kecepatan
yang relatif cepat tanpa menimbulkan gangguan
antar sesama pejalan kaki.
b) LOS B
15 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
c) LOS C
Jalur pejalan kaki seluas >2,2–3,7
m2/pedestrian, besar arus pejalan kaki >23-33
pedestrian/menit/meter.
Pada LOS C, ruang pejalan kaki masih memiliki
kapasitas normal, para pejalan kaki dapat
bergerak dengan arus yang searah secara
normal walaupun pada arah yang berlawanan
akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan
kaki berjalan dengan normal tetapi relatif lambat
karena keterbatasan ruang antar pejalan kaki.
d) LOS D
Jalur pejalan kaki seluas >1,1–2,2
m2/pedestrian, besar arus pejalan kaki >33-49
pedestrian/menit/meter. Pada LOS D, ruang
pejalan kaki mulai terbatas, untuk berjalan
dengan arus normal harus sering berganti posisi
dan merubah kecepatan. Arus berlawanan
pejalan kaki memiliki potensi untuk dapat
menimbulkan konflik. LOS D masih
menghasilkan arus ambang nyaman untuk
pejalan kaki tetapi berpotensi timbulnya
persinggungan dan interaksi antar pejalan kaki.
e) LOS E
Jalur pejalan kaki seluas >0,75–1,4
m2/pedestrian, besar arus pejalan kaki >49-75
pedestrian/menit/meter. Pada LOS E, setiap
pejalan kaki akan memiliki kecepatan yang
sama, karena banyaknya pejalan kaki yang ada.
Berbalik arah, atau berhenti akan memberikan
dampak pada arus secara langsung. Pergerakan
akan relatif lambat dan tidak teratur. Keadaan ini
mulai tidak nyaman untuk dilalui tetapi masih
merupakan ambang bawah dari kapasitas
rencana ruang pejalan kaki.
f) LOS F
Jalur pejalan kaki seluas <0,75 m2/pedestrian,
besar arus pejalan kaki beragam
pedestrian/menit/meter. Pada LOS F, kecepatan
arus pejalan kaki sangat lambat dan terbatas.
Akan sering terjadi konflik dengan para pejalan
16 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Fasilitas prasarana ruang pejalan kaki yang diatur dalam pedoman ini adalah tempat
penyeberangan bagi pejalan kaki. Penyeberangan bagi pejalan kaki yang efektif
dilakukan melalui penataan berbagai elemen pejalan kaki antara lain, informasi yang
dibutuhkan (rambu-rambu/petunjuk bagi pejalan kaki) yang dapat dilihat dan diakses
seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda tempat penyeberangan (termasuk tempat
penyeberangan bagi pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik).
a) Penyeberangan Zebra
Dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau di
ruas jalan.
Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberian
waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan
lampu pengatur lalu lintas persimpangan.
Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu- lintas, maka
kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah <40 km/jam.
b) Penyeberangan Pelikan
Dipasang pada ruas jalan, minimal 300 meter dari persimpangan, atau
Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas kendaraan >40
km/jam.
a) Elevated/Jembatan
Elevated/jembatan digunakan apabila:
Jenis jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan penyeberangan zebra.
Pelikan sudah menganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan kaki yang
cukup tinggi.
17 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan
arus pejalan kaki yang cukup ramai.
b) Underground/terowongan
Underground/terowongan digunakan apabila:
Jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan elevated/jembatan tidak
dimungkinkan untuk diadakan.
Lokasi lahan atau medan memungkinkan untuk dibangun
underground/terowongan.
Ketentuan teknis yang mengatur tentang marka penyeberangan pejalan kaki adalah
sebagai berikut:
a) Garis membujur tempat penyeberangan orang harus memiliki lebar 0,30 meter
dan panjang sekurang-kurangnya 2,50 meter.
b) Celah di antara garis-garis membujur mempunyai lebar sama atau maksimal 2
(dua) kali lebar garis membujur tersebut.
c) Dua garis utuh melintang tempat penyeberangan pejalan kaki memiliki jarak
antar garis melintang sekurang-kurangnya 2,5 meter dengan lebar garis
melintang 0,30 meter.
d) Tempat penyeberangan orang ditandai dengan Zebra Cross.
e) Apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi, tempat
penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas.
Untuk kawasan perkotaan, yang terdapat jarak antar persimpangan cukup panjang,
maka dibutuhkan penyeberangan di tengah ruas agar pejalan kaki dapat
menyeberang dengan aman. Lokasi yang dipertimbangkan untuk penyeberangan
ditengah ruas harus dikaji terlebih dahulu.
18 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
g) Pada lokasi dengan arus lalu lintas 2 (dua) jalur, perlu disediakan median pada
lokasi penyeberangan, sehingga penyeberang jalan cukup berkonsentrasi pada
satu arah saja.
Hal-hal yang harus dihindari pada jalur penyeberangan di tengah ruas jalan,
khususnya yang tidak bersinyal adalah:
a) Harus terletak <90 meter dari sinyal lalu lintas, dimana pengendara bermotor
tidak mengharapkan adanya penyeberang.
b) Berada pada jarak 180 meter dari titik penyeberangan yang lain, kecuali pada
pusat kota/Central Bussiness District (CBD) atau lokasi yang sangat memerlukan
penyeberangan.
c) Pada jalan dengan batasan kecepatan di atas 72 km/jam.
1) Terdapat alat pemberi isyarat lalu lintas yang berfungsi menghentikan arus lalu
lintas sebelum pejalan kaki menyeberangi jalan atau alat yang memberi isyarat
kepada pejalan kaki kapan saat yang tepat untuk menyeberang jalan.
a) Arus pejalan kaki yang menyeberangi setiap kaki persimpangan lebih besar
dari 500 orang/jam.
Untuk pemilihan tipe yang tepat dari penyeberangan bagi pejalan kaki yang
sesuai dengan klasifikasi jalan yang dirancang dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pemilihan Tipe Penyeberangan Bagi Pejalan Kaki Sesuai dengan
Klasifikasi Jalan
Sub Arteri
Dua Jalur B A B B
Satu Jalur B A B B
19 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Kolektor
Satu Jalur C B B A
Lingkungan
Satu Jalur C C C C
Sumber: Diadaptasi dari Road Traffic Authority (RTA)1981, halaman 2.2.IB
A = Layak
B = Semi Layak
C = Tidak Layak
pembatas
20 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Yang termasuk dalam sarana ruang pejalan kaki adalah drainase, jalur hijau, lampu
penerangan, tempat duduk, pagar pengaman, tempat sampah, marka dan
perambuan, papan informasi (signage), halte/shelter bus dan lapak tunggu, serta
telepon umum.
Persyaratan teknis penyediaan sarana ruang pejalan kaki diatur dalam Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan: KM 65 Tahun 1993.
2.5.2.1 Drainase
Drainase terletak berdampingan atau dibawah dari ruang pejalan kaki. Drainase
berfungsi sebagai penampung dan jalur aliran air pada ruang pejalan kaki.
Keberadaan drainase akan dapat mencegah terjadinya banjir dan genangan-
genangan air pada saat hujan. Dimensi minimal adalah lebar 50 centimeter dan tinggi
50 centimeter.
Jalur hijau diletakan pada jalur amenitas dengan lebar 150 centimeter dan bahan
yang digunakan adalah tanaman peneduh.
21 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Lampu penerangan diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter dengan
tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas
tinggi seperti metal & beton cetak.
Tempat duduk diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter dengan lebar
40-50 centimeter, panjang 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
22 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Pagar pengaman diletakan pada jalur amenitas. Pada titik tertentu yang berbahaya
dan memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan bahan yang
digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca, kerusakan, dan murah
pemeliharaannya.
Tempat sampah diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 meter dengan
besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan
durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
Marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakan pada jalur amenitas,
pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran
sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki
durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau.
23 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Halte/shelter bus dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas. Shelter harus
diletakan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan
besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki
durabilitas tinggi seperti metal.
Telepon umum diletakan pada jalur amenitas. Terletak pada setiap radius 300 meter
atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan dan bahan
yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
24 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
2.6. Prasyarat dan Penyediaan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki
1) Ada beberapa fasilitas dasar yang harus terpenuhi dalam penyediaan prasarana
ruang pejalan kaki yaitu: jalur pejalan kaki, ram (ramp), dan marka penyandang
cacat (difable), jalur hijau, street furniture, dan signage.
2) Dari kebutuhan tersebut dalam pedoman ini diatur bagaimana cara agar dapat
terciptanya keamanan, kenyamanan, keindahan, kemudahan dan interaksi sosial
sesuai dengan kebutuhan ruang pejalan kaki yang diinginkan. Untuk menyediakan
ruang pejalan kaki dibutuhkan persyaratan sebagai berikut:
25 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
26 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
BAB III
STANDAR TEKNIS PRASARANA RUANG PEJALAN KAKI
Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60
centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang,
sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan
menjadi 150 centimeter. Untuk arcade dan promenade yang berada di daerah
pariwisata dan komersial harus tersedia area untuk window shopping atau fungsi
sekunder minimal 2 meter.
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan
bermotor ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang
pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 centimeter. Sementara
perbedaan ketinggian dengan jalur hijau 15 centimeter.
27 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Jenis material yang digunakan untuk prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki
adalah:
a) Secara umum terdiri dari material yang padat, akan tetapi dapat juga
digunakan jenis ubin, batu dan batu bata. Bahan dapat terbuat dari material
yang padat dan aspal yang kokoh, stabil dan tidak licin.
b) Sebaiknya menghindari permukaan yang licin, karena akan mempersulit bagi
pengguna kursi roda atau pengguna alat bantu berjalan.
c) Permukaan yang tidak konsisten secara visual (keseluruhan warna dan
tektur) dapat membuat sulit bagi pejalan kaki dengan keterbatasan
kemampuan untuk membedakan perbedaan perubahan warna dan pola yang
ada di trotoar dan penurunan atau perubahan tingkatan yang ada.
a) Material permukaan dengan batu yang diperindah atau kumpulan batu yang
menonjol. Cat dan material termoplastik lainnya biasanya digunakan untuk
menandai jalan penyeberangan, dan pada umumnya licin bila basah.
b) Batu kerikil dan batu bata dapat meningkatkan kualitas estetika dari trotoar
tetapi dapat menambah energi bagi pejalan kaki yang mempunyai
kelemahan mobilitas. Untuk alasan ini, batu bata dan batu kerikil tidak
direkomendasikan.
c) Material permukaan yang bertekstur dekoratif dapat membuat lebih sulit bagi
pejalan kaki dengan keterbatasan penglihatan, untuk mendeteksi peringatan
tersebut perlu menyediakan informasi (tanda) kritis tentang transisi dari
trotoar ke jalan.
Persyaratan khusus untuk rancangan bagi pejalan kaki yang mempunyai cacat
fisik adalah sebagai berikut:
28 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
1. Jalan tersebut setidaknya memiliki lebar 1.5 meter, dengan tingkat maksimal
5%.
2. Pejalan kaki harus mudah mengenal permukaan jalan yang lurus atau jika
ada berbagai perubahan jalan yang curam pada tingkat tertentu.
3. Menghindari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan
penyandang cacat seperti jeruji, lubang, dan lain-lain yang tidak harus
ditempatkan di jalan yang mereka lalui.
4. Ketika penyandang cacat menyeberang jalan, tingkat trotoarnya harus
disesuaikan sehingga mereka mudah melaluinya.
5. Jika jalan tersebut digunakan oleh orang tuna netra, berbagai perubahan
dalam tekstur trotoar dapat digunakan sebagai tanda-tanda praktis.
6. Jalan tersebut tidak boleh memiliki permukaan yang licin.
7. Persyaratan lainnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Standar yang dapat dipergunakan untuk penyediaan fasilitas jalur pejalan kaki
bagi penyandang cacat dapat ditetapkan sesuai tipikal berbagai dimensi dari
kursi roda yang diperuntukan untuk penyandang cacat sebagaimana terlihat pada
gambar berikut ini:
Persyaratan khusus untuk rancangan jalan yang landai bagi penyandang cacat
fisik adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kelandaian tidak melebihi dari 8.33% (1 banding 12).
29 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
b) Jalur yang landai harus memiliki pegangan tangan setidaknya untuk satu sisi
(disarankan untuk kedua sisi). Pada akhir landai setidaknya panjang
pegangan tangan mempunyai kelebihan sekitar 300 milimeter.
c) Pegangan tangan harus dibuat dengan ketinggian 0.8 meter diukur dari
permukaan tanah dan panjangnya harus melebihi anak tangga terakhir.
d) Seluruh pegangan tangan tidak harus memiliki permukaan yang licin.
e) Area landai harus memiliki penerangan yang cukup.
Untuk penyediaan pelayanan bagi pejalan kaki dalam bentuk jalan setapak dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut.
30 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
b) Pada kondisi volume pejalan kaki semakin tinggi, lebar jalur pejalan kaki harus
ditingkatkan.
(Sumber: diadaptasi dari halaman 435, A Policy on Geometric Design of Highways and street.
Copyright 1984. The American Association of state Highways and Transportation officials
Washington DC Used by permission)
31 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
BAB IV
PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA RUANG
PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN
Pola pemanfaatan ruang pejalan kaki mengacu pada kebijakan formal yang telah
dikeluarkan, sehingga legalitas pemanfaatannya tidak menyimpang dari ketentuan yang
berlaku. Setiap pemanfaatan ruang pejalan kaki diatur berdasarkan jenis kegiatan, waktu
pemanfaatan, jumlah pengguna, dan ketentuan teknis yang harus dipenuhi.
Ruang pejalan kaki memiliki fungsi utama sebagai sirkulasi bagi pejalan kaki, selain itu
dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan dan fungsi ruang luar bagi masyarakat
sekitar.
a) Interaksi Sosial
Aktivitas sosial antar pengguna kawasan, seperti: berbincang-bincang,
mendengarkan, memperhatikan, duduk, makan, minum.
Aktifitas jual beli yang dilakukan di dalam ruang pejalan kaki dapat menjadi daya
tarik tersendiri bagi kawasan jika tertata dengan baik, tetapi dapat menimbulkan
permasalahan jika ruang pejalan kaki tersebut tidak tertata dengan baik.
32 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Gambar 4.1 Visualisasi Jarak pada Jalur Pejalan Kaki yang Dimanfaatkan
oleh Kegiatan Pendukung
b) Pada kondisi volume pejalan kaki tinggi, harus disediakan satu jalur khusus
untuk bersepeda, dengan cara memperlebar trotoar sampai dengan 2 meter,
untuk memisahkan jalur bersepeda dengan jalur lalu lintas yang berdekatan.
Lebar tipikal untuk tipe yang bervariasi dari berbagai fasilitas sepeda ditunjukan
dalam gambar 4.3.
34 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
35 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Lebar minimum jalur sepeda berbagi Lebar minimum jalur sepeda berbagi
dengan pejalan kaki, tanpa bangunan di dengan pejalan kaki dengan bangunan
kedua sisinya. pada sisi pejalan kaki.
Lebar minimum jalur sepeda berbagi Lebar minimum jalur sepeda berbagi
dengan pejalan kaki dengan bangunan dengan pejalan kaki dengan bangunan
pada sisi jalur sepeda. pada kedua sisinya.
Lebar minimum jalur sepeda berbagi dengan pejalan kaki dengan bangunan pada
sisi pejalan kaki dan pemisah antara jalur sepeda dengan jalan raya
Gambar 4.4 Lebar Tipikal untuk Tipe Yang Bervariasi dari Berbagai
Fasilitas Sepeda
36 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
BAB V
TATA CARA PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI
Ruang pejalan kaki harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota. Untuk menyediakan ruang pejalan kaki tersebut, perlu
disusun:
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan peraturan zonasi untuk mengatur
ketentuan teknis yang terkait dengan penyediaan infrastruktur kota atau kawasan
yang akan dikembangkan.
b. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang merupakan panduan
rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang dan memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum, dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
c. Untuk perencanaan yang bersifat privat atau semi privat; misalnya dalam
lingkungan kawasan permukiman baru, maka pengembang harus sudah
mempersiapkan ruang pejalan kaki dalam rancangan siteplan, sebelum
mendapatkan izin lokasi.
d. Untuk perencanaan yang bersifat revitalisasi kawasan atau rehabilitasi
lingkungan, maka rancangan penyediaan ruang pejalan kaki sudah harus
dicantumkan dalam siteplan kawasan revitalisasi.
Ruang pejalan kaki dapat ditempatkan di sepanjang jalan atau pada suatu kawasan
yang akibat pertumbuhannya memerlukan ruang pejalan kaki, perlu memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Agar dapat berfungsi dengan baik dan optimal, penyediaan prasarana dan
sarana ruang pejalan kaki harus memenuhi persyaratan yaitu keamanan,
kenyamanan, keindahan, kemudahan interaksi sosial, bagi semua pengguna
pejalan kaki termasuk yang memiliki keterbatasan fisik (penyandang cacat).
37 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
d. Penyediaan ruang pejalan kaki harus bersifat interzona dan intermoda, serta
menjadi salah satu syarat untuk memudahkan akses ke pusat-pusat kegiatan.
Syarat penyediaan minimal adalah 300 – 400 meter dari halte transit atau sekitar
5-10 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.
e. Ruang pejalan kaki harus memiliki hirarki penggunaan. Pada umumnya berawal
dari satu titik ke titik lainnya seperti dari rumah ke kantor atau lokasi tujuan akhir
dan sebaliknya.
f. Ruang pejalan kaki sebagai jalur utama harus memiliki sarana dan prasarana
untuk membantu mobilitas, seperti ram pejalan kaki untuk memberikan
kenyamanan dalam berjalan dan memandu para difable untuk dapat dengan
mudah melintas.
38 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
h. Perlu tersedia titik–titik yang menghubungkan ruang pejalan kaki dengan moda
transportasi seperti halte atau shelter kendaraan umum.
i. Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana ruang pejalan kaki, harus disesuaikan
dengan kebutuhan.
j. Standar penyediaan pelayanan ruang pejalan kaki sangat bervariasi, ukuran dan
dimensinya tergantung dari tingkat pelayanan (level of service) dan tingkat volume
pergerakan di ruang pejalan kaki sesuai dengan yang tertera pada butir 2.4.
k. Penyediaan sarana dan prasarana ruang pejalan kaki tergantung pada tipologi
ruang pejalan kaki. Tipologi ini disesuaikan dengan peruntukan ruang di kawasan
terkait.
Untuk penyediaan ruang pejalan kaki beserta sarana dan prasarananya, maka pada
kawasan sekitar jalur pejalan kaki pemerintah daerah perlu melakukan hal-hal sebagai
berikut:
39 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Trotoar (Sidewalk)
Jalur pejalan kaki tepi air (Promenade)
Jalur pejalan kaki tepi bangunan (Arcade)
Jalur pejalan kaki taman (Green pathway)
Jalur pejalan kaki di bawah tanah (Underground)
Jalur pejalan kaki di atas jembatan (Elevated)
Stasiun ke halte
Stasiun ke gedung tujuan (perkantoran/retail/apartmen)
Halte ke gedung tujuan
Untuk merencanakan jenis kebutuhan fasilitas pejalan kaki (street furniture) pada
masing-masing ruas ruang pejalan kaki seperti:
Bangku taman
Lampu taman
Pagar/pembatas
Tempat sampah
Rak sepeda
Kios
Ram aksesibilitas
Telepon umum
Rambu-rambu/signage
40 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
41 Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
PEDOMAN
Tabel 5.1 Prinsip Penyediaan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
Kawasan - Arcade Minimum Fasilitas pelengkap: - Bangunan ke bangunan. - Aksesibilitas
Perdagangan dan - Promenade LOS D - jalur hijau - Area transit transportasi - Keamanan
Jasa - Underground - lampu umum ke bangunan. - Kenyamanan
- Elevated - tempat duduk - Area parkir ke bangu- - Keindahan
- pagar nan. - Kemudahan
- tempat sampah - Interaksi sosial
- signage
- halte/shelter
- telepon umum
Fasilitas penyeberangan:
- Sebidang
- Tak sebidang
42
PEDOMAN
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
Fasilitas penyeberangan
- sebidang
43
PEDOMAN
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
- sebidang hijau ke area parkir
44
PEDOMAN
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
Fasilitas penyeberangan - Area Ruang terbuka
- sebidang hijau ke area parkir
Fasilitas penyeberangan
- Tak sebidang
- Sebidang
45
PEDOMAN
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
- telepon umum
Fasilitas penyeberangan
- Tak sebidang
- Sebidang
46
PEDOMAN
Peruntukan Tipologi Standar Fasilitas Pejalan Kaki Akses Pejalan Kaki Persyaratan
Pelayanan
Pathway - signage hijau ke bangunan
- shelter - Area Ruang terbuka
- telepon umum hijau ke transit
trasportasi umum
Fasilitas penyeberangan - Area Ruang terbuka
- Tak sebidang hijau ke area parkir
- Sebidang
BIBLIOGRAFI
1) Tata Cara Perencanaan Pemisah No. 014/T/BNKT/1990
2) Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 07/T/BNKT/1990
3) Standar Spesifikasi Kerb. No. 11/S/BNKT/1990
4) Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan No. 008/T/BNKT/1990
5) Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan No. 012/T/BNKT/1990
6) Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan No. 002/T/BNKT/1991
7) Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan No. 001/T/BNKT/1991
8) Tata cara Perencanaan Teknis Landscape Jalan No. 08/T/BNKT/1991
9) Spesifikasi Tanaman Landscape Jalan pada Persimpangan No. 02/T/BNKT/1992
10) Tata Cara Penanaman Tanaman Landscape Perkotaan No. 03/T/BNKT/1992
11) Tata Cara Pemeliharaan Tanaman Landscape Jalan No. 009/T/BT/1995
12) Pedoman Teknis Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Kota, SK.43/AJ 007/DRJD/97
47