Lompat ke isi

Angkatan Kelima

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Angkatan Kelima
NegaraIndonesia
Tipe unitMilisi Pasukan cadangan militer
Peran
Jumlah personel15.000.000 (diproyeksikan)
Bagian dariAngkatan Bersenjata Republik Indonesia (diajukan)
Tokoh
Panglima tertinggi Presiden Soekarno
Kepala Staf Angkatan Kelima Mayor Jenderal Achmadi Hadisoemarto (nominasi)

Angkatan Kelima adalah cabang militer yang diusulkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dicetuskan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), angkatan ini merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memobilisasi kaum buruh dan petani bersenjata.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Pada masa Demokrasi Terpimpin, unsur-unsur Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) meliputi Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Masing-masing unsur tersebut berfungsi sebagai Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soekarno. Meskipun ada Panglima Angkatan Bersenjata yang bertindak sebagai Menteri Koordinator Kementerian Pertahanan, peran mereka terbatas pada tugas-tugas administratif dan tidak termasuk kewenangan komando. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan bagian dari Kementerian Pertahanan Indonesia hingga tahun 1999, ketika kepolisian menjadi entitas yang independen. Demikian pula pada masa revolusi kemerdekaan, Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah yurisdiksi Departemen Dalam Negeri.

Akhir dari Angkatan Kelima

[sunting | sunting sumber]
Monumen Tugu Tani sering dikaitkan dengan simbol Angkatan Kelima.[1]

Setelah peristiwa Gerakan 30 September, gagasan Angkatan Kelima praktis sirna. Angkatan Darat dengan Supersemar akhirnya membubarkan PKI dan organisasi-organisasinya, terutama dari Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia, dan SOBSI yang diduga sebagai unsur Angkatan Kelima dan melakukan penangkapan-penangkapan yang pada era pascareformasi 1998 disebut sebagai "pembersihan". Selain PKI, pemerintahan pasca-Supersemar Mayjen Soeharto juga menangkap para perwira militer yang disebut-sebut terlibat dalam Gerakan 30 September dan melatih "Angkatan Kelima" yang kemudian dikaitkan dengan Angkatan Udara yang dianggap aktif mendukung kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno.

Sebagian relawan yang pernah dikirim ke Kalimantan saat konflik Dwikora juga dilucuti senjatanya. Dalam kasus ini muncul istilah Paraku (Pasukan Rakyat Kalimantan Utara) yang disebut-sebut telah ditumpas oleh militer Indonesia dan militer Malaysia karena melakukan perlawanan.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Isnaeni, Hendri F. (2016-05-31). "Terganggu Tugu Tani". Historia. Diakses tanggal 2024-04-24.
  2. ^ Chan, Francis; Wong, Phyllis (2011-09-16). "Saga of communist insurgency in Sarawak". The Borneo Post (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2024-04-22.