Lompat ke isi

Kereta rel diesel MCW 301 dan 302

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kereta rel diesel MCW)
KRD 301 dan 302
KRD MCW 302 dinas Patas Bandung Raya
Interior KRD MCW 302
Jenis bakal pelantingKereta rel diesel
Beroperasi1976–sekarang
ProdusenNippon Sharyo Seizo Kaisha, Ltd.
DigantikanKRDE, KRDI, kereta penumpang ekonomi
Mulai beroperasi1976
Tanggal rehabilitasi1995–1998, 2015, 2018, 2019–sekarang (RailClinic, RailLibrary, Kereta Istimewa, serta Kereta Inspeksi 3–4).
Tanggal dipensiunkan
  • MCW 301: Awal dekade 1990-an
Jml. sudah diproduksi
  • MCW 301: 24 unit
  • MCW 302: 112 unit
Formasi
  • 6–8 kereta per set (awalnya)
  • set tidak menentu pasca-rehabilitasi
Kapasitas133 penumpang
PemilikPT Kereta Api Indonesia
OperatorPT Kereta Api Indonesia
Jalur dilayaniLintas pelayanan komuter KAI di Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan
Data teknis
Konstruksi bodi
Panjang kereta20.000 milimeter (790 in)
Lebar2.990 milimeter (118 in)
Tinggi3.755 milimeter (147,8 in)
PintuMCW 301: 2 pintu tiap sisi
MCW 302: 3 pintu tiap sisi
Diameter roda774 milimeter (30,5 in)
Jarak gandar2.200 milimeter (87 in)
Kelajuan maksimum90 km/jam
Berat34 ton (33 ton panjang; 37 ton pendek) (satu unit)
Mesin
  • MCW 301 dan 302 pra-modifikasi: Shinko DMH17H
  • MCW 302 batch 1987 dan pasca-modifikasi: Cummins NT855 R5
Jenis mesin4 langkah, turbocharger
Daya mesin
  • MCW 301: 200 hp (150 kW)
  • MCW 302: 281 hp (210 kW)
Transmisi
  • MCW 301 dan 302 pra-modifikasi: Diesel hidromekanik tipe Niigata-Shinko TCR 2.5
  • MCW 302 batch 1987 dan pasca-modifikasi: Diesel hidraulik tipe Voith T211r
Jari-jari lengkung terkecil80 meter (260 ft)
AbarRem udara tekan dan rem parkir
Alat perangkaiJanney
Konfigurasi tempat dudukHadap-hadapan searah atau berlawanan arah perjalanan
Lebar sepur3 ft 6 in (1.067 mm)
Referensi/catatan kaki
Catatan kaki: [1]

Kereta rel diesel MCW 301 dan 302 adalah dua seri kereta rel diesel–hidraulik (KRDH) kelas eksekutif, bisnis non-AC, dan ekonomi non-AC yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia. Kedua seri KRD diproduksi oleh Nippon Sharyo Seizo Kaisha, Ltd., Jepang sejak tahun 1976 hingga tahun 1987. Meskipun MCW adalah kode untuk KRD kelas ekonomi saja, KRD ini lebih sering disebut "KRD MCW" apa pun kelas keretanya untuk membedakannya dengan KRD jenis lain, misalnya KRDE eks BN-Holec.

KRD ini didatangkan bersama KRL Rheostatik dan dibuat oleh pabrik yang sama, sehingga desain bodinya cukup mirip. Kereta ini bertenaga diesel–hidraulik, karena pada masa itu beban gandar jalur KA Indonesia masih rendah. KRD ini telah berpengalaman untuk melayani lintas kereta api komuter dan jarak menengah unggulan di jalur-jalur Kereta Api Indonesia di Jawa, Sumatera Utara, dan Selatan, baik di lintas utama maupun cabang.[2]

Pada dekade 1970-an, Pemerintah Indonesia memberi penugasan kepada Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) untuk memesan lokomotif, kereta, dan gerbong baru untuk meningkatkan pelayanan bagi pengguna jasa kereta api. Untuk melaksanakan program ini, Pemerintah mendapat kucuran dana dari Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) sebesar US$48 juta dengan bunga 1% dengan jangka waktu pembayaran kembali selama 20 tahun. Selain dari IBRD, Pemerintah juga mendapatkan kucuran dana pinjaman dari Jepang sebesar US$16,5 juta, Jerman Barat US$18,5 juta, Prancis US$4,6 juta, serta buyer's credit dari Jerman Barat, Jepang, Amerika Serikat, dan Yugoslavia sebesar US$62,868 juta.[3]

Salah satu program prioritas yang dilaksanakan adalah mendatangkan KRL dan KRD untuk mendukung operasional kereta api perkotaan Jabotabek. Proyek yang dituangkan sebagai Intermediate Program tersebut dimulai pada tahun 1976, ketika PJKA mendatangkan 24 unit KRD dan 20 unit KRL untuk Jabotabek.[3] Khusus untuk pengadaan KRD tahun 1976 tersebut, menggunakan pinjaman Jepang dengan tipe MCW 301, dan diproduksi oleh Nippon Sharyo dan Hitachi.[4][5][6]

Kemudian pada tahun 1978, dalam Jawa Pos tanggal 13 Juni 1978, Pemerintah telah menambah 5 set KRD dan 12 set KRL, dan kemudian ditingkatkan menjadi 20 KRL dan 16 KRD.[3] Pengadaan KRD seri kedua ini terus berlanjut hingga tahun 1987. Secara total, MCW 302 diimpor pada tahun berikut:[7]

  • 16 kereta pada 1978
  • 16 kereta pada 1980
  • 20 kereta pada 1981
  • 60 kereta pada 1982
  • 28 kereta pada 1987

Kereta penumpang eks-KRD (1990-an hingga 2017)

[sunting | sunting sumber]

Kereta eks-KRD di Pulau Jawa

[sunting | sunting sumber]

Beberapa KRD MCW 301 dan 302 yang mangkrak, banyak dijadikan kereta ekonomi biasa oleh Balai Yasa Manggarai. Dimulai dari akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, ketika itu KRD ini kesulitan suku cadang sehingga banyak yang rusak, maka rangkaian kereta itu pun dijadikan kereta yang ditarik lokomotif, dengan mencopot mesin dan meja kendali di kabin masinis. Rangkaian itu dioperasikan sebagai KA Lokal, umumnya tujuan Rangkasbitung maupun Purwakarta.[8]

Namun, seiring waktu dan karena alasan keselamatan, kereta ini pun dijadikan kereta ekonomi biasa, dan sudah bukan lagi "KRD tanpa mesin". Dilakukanlah modifikasi pada kereta-kereta tersebut, seperti kabin masinis yang dihilangkan, jendela yang diubah menjadi seperti kereta ekonomi biasa, dan pintu kereta yang menjadi manual. Selain itu dilakukan perubahan kode penomoran sesuai dengan peruntukan kereta eks-KRD tersebut.[butuh rujukan]

KRD-KRD ini ada yang dimodifikasi menjadi kereta ekonomi (K3), kereta ekonomi dengan pembangkit listrik (KP3), dan kereta bagasi (B). Sebagian kereta eks-KRD yang merupakan modifikasi dari KRD MCW 302 (untuk kereta buatan tahun 1978, 80, dan 81) juga mengalami modifikasi pengurangan jumlah pintu dari 3 unit per sisi menjadi 2 unit per sisi dan dirancang dengan tangga untuk peron rendah, sama seperti kereta eks-KRD MCW 301.[butuh rujukan]

Untuk pengoperasiannya, rangkaian eks-KRD MCW 301 dan MCW 302 sama-sama beroperasi di Daerah Operasi I Jakarta dan Daerah Operasi II Bandung. Untuk rangkaian yang dioperasikan di Bandung sudah menggunakan AC Split.[9]

Untuk kereta bagasi eks-KRD, awalnya dioperasikan sebagai kereta api barang cepat rute Jakarta–Surabaya maupun digandengkan dengan kereta api jarak jauh milik Daop I seperti Sembrani, meskipun akhirnya sejak kedatangan kereta bagasi baru dari INKA maka kereta ini disambungkan bersama kereta api lokal tujuan Rangkasbitung, Merak, dan Purwakarta hingga akhir masa dinasnya.[butuh rujukan]

Modifikasi mesin KRD MCW 302

[sunting | sunting sumber]

Tidak seperti MCW 301 yang sudah rusak sejak akhir dekade 80-an, rangkaian MCW 302 ini sebagian besar masih mampu beroperasi sebagai KRD hingga lebih dari 30 tahun. Antara tahun 1995 hiingga 1998 dilakukan modifikasi terhadap KRD MCW 302 karena faktor usia dan ketidakandalan pada mesin Shinko, yang juga ditandai dengan rusaknya MCW 301. Sebanyak 68 unit KRD (kecuali 28 unit KRD MCW 302 produksi 1987 sudah bermesin Cummins dari pabrikannya[7]), mendapatkan modifikasi. Modifikasi ini dilakukan oleh PT INKA Madiun, bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) melalui pinjaman dari ODA.[5][10]

Pengafkiran

[sunting | sunting sumber]

Sejak tahun 2015, seluruh kereta eks-KRD di Daop I Jakarta sudah tidak beroperasi lagi, dan pada awalnya kereta-kereta ini diparkir di Pengawas Urusan Kereta (PUK) Stasiun Manggarai, lalu dipindah ke Stasiun Tanjung Priok, dan seiring makin sibuknya Stasiun Tanjung Priok, maka akhirnya kereta-kereta eks-KRD ini dipindah ke Stasiun Dawuan. Sementara kereta eks-KRD milik Daop II Bandung pun mulai dipensiunkan sejak kedatangan kereta ekonomi biasa pada tahun 2017.[11]

Rancang bangun

[sunting | sunting sumber]

Kedua model KRD MCW ini memiliki tampilan eksterior berbasis dari JNR kiHa 20 namun bagian kabin depan masinis berbasis dari JNR KiHa 58 dengan atap melengkung yang sama di KRL Rheostatik dan dengan aksesoris seperti dasi kupu-kupu dekat lampu utama termasuk jendela samping penumpang. KRD ini memiliki perbedaan spesifikasi dari kedua model tersebut.

KRD MCW 301 (1976–1991)

[sunting | sunting sumber]

KRD ini memiliki dua pintu di setiap sisinya, dua pintu masuk kabin masinis, dan pintu depan kabin masinis yang difungsikan untuk mempermudah hilir mudik penumpang ketika dirangkai trainset lainnya. Rangkaian eks-KRD MCW 301 ini bisa dilihat dari pintunya yang ada dua dan memiliki tangga untuk peron rendah. KRD ini merupakan KRD kelas ekonomi (KD3) dan menggunakan kursi kereta kelas ekonomi jarak jauh pada awalnya.[12]

KRD ini hanya berjumlah 24 buah dengan nomor MCW:301.001 hingga MCW:301.024 (KD3-76101 hingga KD3-76124 sejak penerapan Instruksi Kaperjanka No. 1/1986 dan masih berwujud KRD) atau enam rangkaian. Beberapa tahun kemudian, unit-unit KRD ini mulai rusak mesinnya sehingga tak bisa dijalankan. Akhirnya, KRD MCW 301 sudah tidak lagi terlihat wujudnya sebagai KRD tetapi hanya sebagai kereta penumpang kelas ekonomi non-AC untuk layanan kereta api di PJKA Eksploiitasi Barat Inspeksi I Jakarta maupun II Bandung. Sementara KRD yang tidak dijadikan kereta penumpang biasa akhirnya mangkrak atau dirucat.[8]

KRD MCW 302 (1978–sekarang)

[sunting | sunting sumber]

KRD MCW 302 diimpor pada tahun 1978 sampai dengan 1987 dengan jumlah 112 unit. Rancang bangun KRD ini sedikit berbeda dengan MCW 301. MCW 302 ini memiliki tiga pintu pada tiap sisinya[12] dan dilengkapi toilet,[13] meskipun toilet di kereta tersebut tidak semuanya dihilangkan khususnya sejak dekade 2000-an. KRD MCW 302 dapat mudah dikenali yaitu memiliki tempat pendingin di atas atap kereta.

Pasca-modifikasi yang dilakukan di PT INKA, kereta ini akhirnya menggunakan mesin Cummins NT855 R5 dan transmisi hidrolik Voith T211 r (mesin dan transmisi kereta api ini kebetulan memiliki kesamaan di BR class 150 sprinter), KRD ini jika terkena masalah (baik mesin dan transmisi) untuk perawatanya tidaklah mudah dan murah karena mesin dan tarnsmisinya per rangkaian dan diantara rangkaian yang mesinnya tidak berfungsi juga dijadikan sebagai kereta penumpang konvensional di Daerah Operasi I Jakarta maupun Daerah Operasi II Bandung, atau menjadi kereta bagasi. Sementara sisanya mangkrak di Balai Yasa Manggarai dan Yogyakarta.[10]

Operasional awal

[sunting | sunting sumber]
KRD 302 di Tegal

KRD MCW 301 dan 302 awalnya diprogramkan untuk layanan kereta api komuter yang belum mendapat elektrifikasi penuh. Lintas Jabotabek selain rute Jakarta–Bogor atau Jakarta–Jatinegara dilayani MCW 302 secara penuh, sementara di dua rute tersebut MCW 302 dioperasikan pada rel yang belum dilistriki selama Proyek Jalur Ganda Kereta Api Jabotabek berlangsung). Selain di Inspeksi I Jakarta, MCW 302 terutama beroperasi di Inspeksi II Bandung (KA Bandung Raya) dan Inspeksi IX Surabaya (KA lokal Gerbangkertosusila).

Efektif 1 Mei 1984, KA Gunungjati mulai menggunakan KRD sebagai dukungan sarananya. Keretanya sendiri termasuk kelas 2 (MBW 302). Namun, pada tahun 1987, layanannya mendapat downgrade sehingga KRD tersebut dialihkan ke Cirebon Ekspres hingga 1989.

Menjelang dekade 1990-an, seiring dengan selesainya elektrifikasi di seluruh Jabotabek, KRD akhirnya tidak lagi dioperasikan di Jabotabek. Tersisa KRD dengan jurusan Cikampek, yang kemudian mendapat modifikasi menjadi kereta ditarik lokomotif. MCW 302 kemudian diperbaiki di INKA dan kemudian dioperasikan untuk Daerah Operasi IV Semarang, yang akan dioperasikan untuk kereta api Kaligung dan Pandanaran. Pandanaran termasuk KA jenis KRD 302 yang ditarik lokomotif, utamanya BB200 yang masih tersisa.

Sumatera Utara

[sunting | sunting sumber]

Di Sumatera Utara, juga sebelumnya pernah mendapat alokasi KRD MCW 302, tetapi akibat perawatan yang kurang baik, membuat unit KRD-KRD tersebut akhirnya menjadi kereta biasa yang ditarik lokomotif. Kereta eks-KRD di Sumatera Utara pada umumnya masih terlihat bentuk bekas KRD-nya, seperti bekas kabin yang masih terlihat maupun bentuk jendela yang masih sama dengan aslinya. Pada umumnya, kereta eks-KRD ini dijadikan kereta makan dan pembangkit (MP2) maupun kereta bagasi (B). Namun seiring waktu, dan seiring kedatangan kereta bagasi modifikasi dari kereta bisnis dari Jawa yang merupakan kereta yang bukan eks-KRD, maka kereta eks-KRD ini pun dipensiunkan.

Bangkai KRD Nambo yang diafkirkan di Stasiun Purwakarta

Kereta ini telah dicat dengan berbagai pola pengecatan:

  • Era PJKA: merah-putih untuk kelas bisnis (MBW 302 KA Gunungjati) dan hijau-kuning untuk kelas ekonomi,[14]
  • Era Perumka yaitu hijau-biru untuk kelas bisnis dan merah-biru untuk kelas ekonomi
  • Era PT KA: Menyesuaikan kebijakan Daop.
  • Era PT KAI 2015: menggunakan pola pengecatan "Kesepakatan" semenjak dioperasikannya kereta api Jayabaya. Pintu kereta untuk kelas bisnis berwarna abu-abu, sedangkan untuk kelas ekonomi berwarna orange. Namun, ada yang pintunya hanya dicat mengikuti warna bodi kereta.

Operasional saat ini

[sunting | sunting sumber]
KA Batara Kresna (sebelumnya bus rel) yang menggunakan KRD MCW 302 pindahan dari Kedung Sepur

Beberapa KRD MCW banyak yang mengalami modifikasi, seperti perbaikan pada interior maupun fungsinya yang telah mengalami perubahan, seperti RailOne, Wijayakusuma, atau KRD NR yang biasa dikenal sebagai Djoko Tingkir.

Ada juga KRD yang dijadikan kereta khusus, yakni, RailClinic yang dioperasikan sebagai kereta klinik pertama di Indonesia. Saat ini terdapat tiga set RailClinic yang dimodifikasi dari beberapa KRD, misalnya eks-Bumi Geulis yang digunakan sebagai RailClinic generasi II. Saat ini, telah diproduksi empat set RailClinic, satu dioperasikan di Jawa, dan tiga lainnya dioperasikan di Sumatra.[15]

Sisa layanan berbasis KRD MCW 302 yang belum mendapat perombakan total, yaitu K2 kepemilikan Kereta api Batara Kresna sebagai armada dan KA SuPor, serta K3 pada rangkaian KA SuPor dan armada cadangan Batara Kresna, telah menjadi Kereta Inspeksi.[16] Sisa KRD MCW 302 yang beroperasi tidak normal ada pada Balai Yasa Yogyakarta.

Pasca afkir massal KRD pada 2017, KRD MCW 302 yang masih aktif hanyalah kereta api Kedung Sepur. Unit ini kemudian dialihkan ke kereta api Batara Kresna sejak 2025.[17][18]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 205 dan 207.
  2. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 198.
  3. ^ a b c "Pemerintah berusaha meningkatkan pelayanan kereta api". Jawa Pos. 13 Juni 1978.
  4. ^ Badan Kerja Sama Internasional Jepang 2018, hlm. 106.
  5. ^ a b Koga 2014, hlm. 257-258.
  6. ^ Hirai 1977, hlm. 42.
  7. ^ a b Japan Rolling Stock Exporter's Association 1990, hlm. 1.
  8. ^ a b Hartono A.S. 2012, hlm. 186.
  9. ^ Husaeni, Usep (2017-09-03). "Asyiknya Berwisata Dengan Kereta Api 'Jadul'". Jabarpress.com. Diakses tanggal 2025-04-28.
  10. ^ a b Hartono A.S. 2012, hlm. 187.
  11. ^ "Subang dan Purwakarta, Lokasi Kuburan Ratusan Bangkai Kereta Milik KAI". kumparan. Diakses tanggal 2025-05-09.
  12. ^ a b Hartono A.S. 2012, hlm. 196.
  13. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 206.
  14. ^ Japan Rolling Stock Exporter's Association 1990, hlm. 2.
  15. ^ "PT KAI segera luncurkan 'Rail Clinic'". merdeka.com. 2015-11-26. Diakses tanggal 2025-05-09.
  16. ^ "KAI Punya Kereta Inspeksi Generasi 2, Lebih Mewah dari yang Lama". kumparan. Diakses tanggal 2025-05-09.
  17. ^ Yogi, Khalid. "Hari Pertama Kereta Api Batara Kresna Jalan Kecepatan Tinggi. Solo - Wonogiri Cuma 1 Jam, Penumpang Penuh - Suara Merdeka Solo". Suara Merdeka Solo. Diakses tanggal 2025-02-01.
  18. ^ Ariawan, Agustinus. "Gantikan Railbus, Kereta Rel Diesel Batara Kresna Hanya Butuh Satu Jam Tempuh Solo-Wonogiri - Suara Merdeka Solo". Suara Merdeka. Diakses tanggal 2025-02-01.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]