Mereka terpisah di masa lalu, hingga beberapa tahun kemudian mereka kembali di pertemukan.
“Akhirnya..” Jeda Rius tersenyum sumbringah, senyum yang selama ini hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku menemukanmu, cintaku.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak dari gadis itu.
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
0 ratings0% found this document useful (0 votes)
192 views
Protective's Pilot by Nikenn25
Mereka terpisah di masa lalu, hingga beberapa tahun kemudian mereka kembali di pertemukan.
“Akhirnya..” Jeda Rius tersenyum sumbringah, senyum yang selama ini hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku menemukanmu, cintaku.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak dari gadis itu.
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
You are on page 1/ 422
PROTECTIVE'S PILOT | Bagian Ot.
Madrid, Spanyol.
Seorang Pria berpakaian pilot baru saja keluar dari
bandara setelah melakukan penerbangan selama 2 bulan. Ia
berjalan dengan pandangan tajam lurus ke depan. Dia adalah
Athanarius Ryford. Rius sudah menyandang sebagai Pilot
selama 4 tahun ini. Menjadi pilot adalah cita-cita Rius sejak
kecil, berkat kerja keras dan usahanya selama ini akhirnya_
cita-cita itu menjadi kenyataan. Tentunya ada banyak
rintangan yang harus dilalui untuk mencapai titik sekarang ini.
Ada banyak yang harus Rius lalui untuk sampai di titik
kesuksesannya sekarang. Apa yang ia rasakan sekarang sudah
pasti ada ikut campur tangan orangtuanya yang membantu
dan mendukung Rius untuk meraih cita-citanya sebagai Pilot.
Menjadi Pilot tentunya bukan hal yang mudah, ada
sebuah tanggung jawab besar jika ingin jadi seorang Pilot.
Dan tentunya ada banyak yang harus dilalui, oleh karena itu
Rius memiliki tanggung jawab besar dengan penumpang yang
dibawanya.
Rius meraih kunci mobilnya dan bergegas untuk kembali
ke Mansion yang ia beli oleh hasil kerja kerasnya selama dua
tahun ini. Dia membangun sebuah Mansion yang sangat
mewah di kota Madrid, Spanyol.
Rius menekan tombol alarm mobilnya, dia berjalan ke
arah mobil yang berwarna merah. Setelahnya Rius masuk ke
dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan
bandara. Dia harus sampai Mansion agar bisa istirahat
Nikenn2s | 1sebentar sebelum kembali pergi untuk menghadiri acara yang
dibuat oleh orangtuanya.
Mobil Ranger Rover Sport milik Rius berhenti di depan
Mansion mewah miliknya. Sebenarnya Mansion ini sengaja
Rius bangun untuk kehidupannya di masa depan. Awalnya
Sang Ibunda tidak mengizinkan dirinya untuk tinggal terpisah
namun setelah meyakinkan akhirnya sang Ibunda dapat
mengerti dan memberikan Rius izin untuk membangun
Mansion sendiri.
Rius menghentikan mobilnya dan turun, ia kemudian
memberikan kunci ke salah satu Pria yang memang sudah
ditugaskan oleh Rius untuk merapikan dan mengurusi mobil.
Setelahnya Pria itu memasukkan mobil ke dalam garasi yang
memang luas untuk beberapa mobil.
Sementara Rius berjalan masuk ke dalam Mansion
dengan jas yang menyelampir di tangan kirinya. Ia
melangkahkan kakinya memasuki Mansion yang luas namun
sepi. Ya, karena memang hanya dirinyalah yang ada di
Mansion bersama para pelayan dan penjaga.
Rius menekan tombol lift yang akan membawanya
menuju lantai 2 di mana kamarnya terletak. Ia sengaja
merancang Mansion sebaik dan senyaman mungkin. Dan
mengganti tangga dengan Lift adalah hal pertama yang
terlintas di benaknya.
Mansion ini dirancang oleh Arsitek terpilih yang memang
sudah ahli dalam merancang apapun. Semua Rius serahkan
pada Arsitek hanya saja memakai Lift adalah ide yang muncul
secara tiba-tiba di benak Rius sehingga dirinya meminta pada
sang Arsitek untuk Mansionnya menggunakan Lift.
Protective's Pilot | 2Rius masuk ke dalam kamarnya setelah mengunci pintu
kamar. Ia melempar jasnya sembarang seraya membuka baju
kemejanya dan menaruhnya di keranjang tempat pakaian
kotor. Setelahnya Rius bergegas ke kasur untuk
membaringkan tubuhnya yang bertelanjang dada.
Rius menghela napas kasar merasa kesal karena lupa
mengganti celana. Dia sudah berada di kasur sehingga
memalaskan dirinya untuk kembali bangun. Akhirnya Rius
membiarkan dirinya tetap memakai celana panjangnya namun
dengan dada yang telanjang tanpa sehelai benang pun, bagi
Rius itu sudah biasa. Karena memang ia mempunyai
kebiasaan yang kalau tidur tanpa menggunakan pakaian
atasan.
Tak selang berapa lama Rius sudah berada di alam
mimpinya. Ia terlelap dengan mudahnya. Ya, karena dari dulu
sampai sekarang ini jika dirinya merasa lelah pulang dari
sekolah atau dari manapun akan cepat untuk Rius tertidur.
Pukul 17.30 sore, Rius terbangun dari tidurnya. Begitu
terbangun Rius segera ke kamar mandi untuk membersihkan
diri dan setelah itu bersiap-siap menemui kedua orangtuanya.
Setelah satu jam berada di kamar mandi akhirnya Rius
keluar dengan pakaian yang sederhana namun tetap tidak
mengurangi ketampanan yang dimiliki oleh seorang
Athanarius Ryford. la hanya memakai sebuah kaos berwarna
putih sebatas sikut tangan, dan celana berwarna hitam sebatas
lutut kaki. Walau pakaian yang digunakannya adalah pakaian
santai tapi tetap saja Rius terlihat sangat tampan.
Rius meraih jaketnya yang berwarna hitam dan
memakainya. Setelahnya ia menyambar dompet dan bergegas
Nikenn25 | 3keluar kamar. Dia masuk ke dalam lift kemudian menekan
nomer 1 menuju lantai bawah.
TING!
Pintu lift terbuka dan Rius langsung bergegas menemui
Pria yang mengurusi mobil-mobilnya di garasi.
“Dominick?”
Pria yang bernama Dominick itu membalikan tubuhnya.
Dia membungkukan tubuhnya hormat. “Ya, Tn. Ryford?”
Sahut Dominick tersenyum.
“Di mana kunci mobilku?” Tanya Rius.
“Sebentar, Tuan.” Jawab Dominick masuk ke dalam pos
penjagaan untuk mengambil kunci. Tak selang berapa lama
Dominick kembali. “Tuan, kunci mobil yang lain sudah
bersama Tuan kan?”
Rius menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, ada apa
memangnya?”
Dominick menggelengkan kepalanya seraya memberikan
kunci mobil pada Rius. “Tidak ada apa-apa, Tuan. Saya hanya
takut saja, karena kunci mobil tidak ada di saya.” Ucap
Dominick.
Rius meraih kunci mobil itu. “Semua kunci mobil sudah
bersamaku, Domi. Kau tenang saja. Kalaupun kunci ada pada
dirimu, aku percaya karena kau sudah lama bekerja
bersamaku.” Sahut Rius masuk ke dalam mobil. “Dom, aku
akan pulang malam. Tolong bilang pada Pelayan untuk tidak
membuat makanan untukku. Tapi buat saja untuk kalian ya.”
“Baik, Tuan.” Dominick tersenyum ramah.
Rius menganggukkan kepalanya seraya menutup pintu
mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan garasi
Mansion. Dominick, pria muda yang bekerja di Mansionnya
Protective's Pilot | 4sebagai orang terpercaya Rius. Kenapa dirinya bisa percaya
pada Dominick? Karena orangtua Dominick adalah ketua
pelayanan di Mansion Rius sejak pertama kali Mansion itu
jadi dan dapat ditinggali.
Orangtua Dominick begitu mengenal dirinya dan
begitupun dengan Rius yang mengenal baik orangtua
Dominick. Bagaimana tidak orangtua Dominick yang selama
ini membantu keluarganya dan menjaganya sejak kecil.
Bahkan saat itu Dominick lebih dulu lahir ke dunia beberapa
tahun sebelum Rius, bagi Rius Dominick sudah seperti
kakaknya. Usia keduanya pun hanya berjarak beberapa tahun
saja.
Sementara itu Dominick masih tersenyum walau mobil
merah milik Rius sudah tidak terlihat lagi. Dominick begitu
menyayangi Rius seperti adiknya, ia merasa beruntung karena
dapat mengenal keluarga Navvara yang sudah begitu baik
kepadanya. Maka dari itu Dominick harus menjaga
kepercayaan orang yang sudah baik kepada dirinya dan juga
keluarganya.
oe
Akhirnya mobil Rius memasuki kawasan Mansion kedua
orangtuanya, setelah menempuh lamanya perjalanan, karena
Mansion orangtuanya yang cukup jauh.
Rius menghentikan mobilnya dan segera turun dari mobil
untuk segera menemui orangtuanya. Rasanya sudah lama
sekali dirinya tidak menginjakkan kaki di Mansion ini, bukan
karena Rius tidak ingin pulang namun karena memang
kesibukan Rius sebagai Pilot.
Rius mengerutkan dahinya bingung begitu melihat ada
beberapa orang di halaman Mansion. Mereka juga terlihat
Nikenn2s | 5sedang bersenang-senang, dan di antara beberapa orang itu
terdapat kedua orangtuanya.
Seorang Pria berbola mata biru menoleh dengan bibir
yang mengembang tersenyum. Dia melangkahkan kakinya
mendekati Rius. “Akhirnya kau datang juga.” Ucap Pria itu
tersenyum.
“Aku sudah katakan bukan? Kalau aku akan datang
setelah mengistirahatkan tubuhku sebentar.” Sahut Rius.
Pria itu menganggukkan kepalanya pelan. “Bagaimana
penerbanganmu? Apa semua lancar?” Tanya Pria itu.
“Tentu, semua lancar!” Jawab Rius. “Di mana Mommy?”
“Dia ada di sana.” Pria itu menunjuk keberadaan istrinya
yang tampak sedang berbincang.
“Acara apa ini, Dad? Kenapa kau memintaku datang ke
sini?” Tanya Rius menatap Pria didepannya.
Pria itu tersenyum kecil. Ya, dia adalah orangtua Rius.
Keenan Ryford, Seorang Billionaire yang memiliki reputasi
besar. “Apa lagi memangnya?” Jawab Keenan terkekeh pelan.
“Mommymu begitu antusias saat tahu kau akan pulang setelah
berbulan-bulan melakukan penerbangan.” Tambahnya.
“Oh ayolah.” Rius menatap Keenan tidak percaya. “Aku
yakin ini bukan sebuah acara biasa yang menyambut
kepulanganku, pasti ada acara lain bukan?”
Keenan mengangkat bahunya tidak tahu. “Dude, ini
adalah acara Mommymu. Aku sebagai orang yang
mencintainya hanya menuruti saja.” Ujar Keenan.
Rius yang mendengar perkataan Keenan hanya memutar
bola mata malas. Tanpa sepatah katapun dirinya beranjak
pergi meninggalkan Keenan dan segera menghampiri
keberadaan Ibundanya, Keshila Ryford.
Protective's Pilot | 6Rius memperhatikan punggung Keshila yang sama sekali
belum menyadari kehadirannya. Ia melangkah maju seraya
melingkarkan tangannya di perut Keshila. “Hi, Mommy. I'm
coming?” Bisik Rius memeluk Keshila dari belakang.
Keshila secara refleks membalikkan tubuhnya. Dia
sendiri merasa kaget karena ada yang memeluknya. “Rius?”
Bisik Keshila memeluk Rius erat.
Jujur Keshila begitu merindukan putranya yang begitu
sibuk bekerja. Tapi Keshila mengerti akan pekerjaan Rius
sebagai Pilot. Semenjak Keshila mengizinkan Rius meraih
cita-citanya semenjak itu juga Keshila harus rela apabila
setiap keluarganya berkumpul hanya Rius lah yang tidak ada.
Karena itu setiap mendapati kabar kalau Rius akan pulang
setelah penerbangan Keshila akan membuat Acara kumpul-
kumpul bersama keluarga dan anak-anaknya.
Ngomong-ngomong Rius bukanlah anak pertama dari
pasangan Keenan dan Keshila, karena mereka masih
mempunyai satu anak laki-laki lagi yang usianya di atas Rius.
Athava Ryford, adalah kakak laki-laki Rius. Ia seorang
CEO di salah satu perusahaan miliknya. Sama seperti Keenan,
Athava pun memiliki reputasi besar, bahkan reputasi yang dia
miliki mampu mengalahkan reputasi besar sang Ayah.
Rius mengurai pelukannya dari Athala. “Don't cry,
Mommy.” Kata Rius mengecup kening Keshila.
Keshila tersenyum sambil menganggukkan kepalanya
pelan. “Bagaimana penerbanganmu? Apa semua lancar?”
Tanya Keshila.
“Ya, semua lancar!” Rius menyahut dengan datarnya.
“Mom, Rius sangat lapar. Rius belum sempat makan di
rumah.” Tambahnya.
Nikenn2s | 7“Ya, Tuhan. Kenapa kau tidak makan dulu?” Keshila
menatap Rius khawatir. Ia menarik tangan Rius membawanya
ke arah meja yang berisikan makanan. “Ayo, kau harus
makan ya.”
Rius menganggukkan kepalanya pelan, ia memang tidak
bohong kalau sekarang ini perutnya terasa sangat lapar,
karena memang sepulang dari Bandara Rius langsung tidur
dan begitu bangun Rius segera datang untuk menemui kedua
orangtuanya.
Keshila menyajikan sepotong daging ke dalam piring
Rius. Hari ini ia ingin memanjakan putranya karena esok
belum tentu bisa karena Rius yang akan kembali disibukkan
oleh pekerjaannya. Tidak hanya dengan Rius, dengan
kakaknya Rius, Athava pun Keshila akan tetap memanjakan
kedua putranya.
“Thanks, Mom!”
Keshila tersenyum kecil. “Kau makan yang banyak,
Mommy harus menemui tamu dulu.” Ucap Keshila
mengusap-usap bahu Rius.
Rius memanggut-manggutkan kepalanya _sambil
menyantap daging yang diberikan Keshila. Dia sendiri masih
bingung dengan acara yang dibuat oleh orangtuanya. Rius
tentu tahu persis acara yang sering dibuat oleh orangtuanya,
acara makan malam dan berkumpul saja. Tapi kali ini sedikit
berbeda, acara saat ini diramaikan oleh kolega dari sang Ayah.
Saat sedang asik makan tiba-tiba saja seseorang datang
memukul bahu Rius cukup kencang. Orang itu lantas
mendudukkan bokongnya di kursi tepat samping Rius.
Protective's Pilot | 8Sedangkan Rius hanya diam dengan tatapan mata yang
menyorot tajam ke arah orang itu. Ia mendecih kesal saat tahu
kalau ternyata Kakak laki-lakinya lah yang memukul bahunya.
“Hei, kau pilot. Bagaimana?” Tanya Athava menopang
dagunya sambil memperhatikan wajah adiknya.
“Apa?” Tanya Rius kembali dengan kedua alis yang
tertaut.
“Pekerjaanmu bagaimana!” Jawab Athava gemas.
Pasalnya ia memiliki adik berwajah tampan namun selalu saja
mengesalkan.
“Oo!” Gumam Rius kembali menyuapkan dagingnya ke
dalam mulut.
Athava menghela napas kasar, berbicara dengan Rius
sama saja seperti bicara dengan angin. Ia berdiri dan beranjak
pergi meninggalkan Rius, itu lebih baik bukan? Dari pada
tetap diam membuat emosinya terpancing.
Rius diam menatap kepergian kakaknya, ia mengangkat
bahunya masa bodo. Ada suatu kebiasaan dalam diri Rius,
setiap kali sedang makan dirinya pasti akan diam jika ada
seseorang yang berbicara padanya. Kalaupun merespon Rius
hanya akan merespon satu sampai dua kata saja.
Setelah merasa kenyang pada perutnya akhirnya Rius
memilih untuk keluar dari Mansion. Setibanya di luar Rius
menghempaskan bokongnya di kursi ia lalu mengambil
sebuah rokok elektrik atau Vape dari dalam saku jaketnya,
setelahnya Rius menyalakannya dan mulai menghisap rokok
elektrik itu. Ia mengembuskan asap berwarna putih ke atas
udara.
Rius meraih handphonenya dari dalam saku celana,
rasanya sangat bosan hanya diam menikmati acara yang
Nikenn25 | 9menurut Rius sangat membosankan. Belum lagi Rius sudah
terlalu sering datang ke acara yang dibuat oleh kedua
orangtuanya.
Rius menyudahi rokok elektriknya dan beranjak dari
duduknya. Dia memandang kedua orangtuanya yang masih
terlihat asik berbincang dengan kolega dari Keenan, maupun
kolega dari Athava.
“Tn. Rius?”
Rius membalikan tubuhnya begitu mendengar ada yang
memanggil namanya. “Ada apa?” Tanya Rius datar.
“Tuan dan Nyonya meminta anda untuk—”
“Berbincang?” Sela Rius cepat, ia menggeleng-gelengkan
kepalanya pelan. “Di sini membosankan, aku akan menemui
Benicno.” Tambahnya hendak pergi namun dihalang oleh
Athava yang tiba-tiba saja datang.
“Tolong, hargai usaha Mommy yang sudah menyiapkan
ini semua.” Ujar Athava melirik keberadaan Keshila, lalu
beralih menatap Rius. “Mommy sudah menyiapkan ini semua
jauh-jauh hari.”
“Athava, aku tidak pernah minta Mommy untuk selalu
membuat acara seperti ini!”
“Karena kau yang tidak pernah ada jika keluarga sedang
berkumpul, karena itu Mommy membuat acara ini khusus
untukmu.” Athava menghela napas kasar, mengatur rasa
emosi yang kembali terpancing.
“Aku sudah datang!” Rius menatap Athava datar.
“Katakan pada Mommy, aku pulang.” Tambahnya kemudian
melangkah pergi.
Melihat itu Athava hanya bisa diam memandang
punggung tegap Rius, tidak ada niat sedikitpun untuknya
Protective's Pilot | 10menahan kepergian adiknya. Ia tahu betul bagaimana Rius,
dia akan memberontak jika ada yang berani menahannya.
Untuk saat ini Athava tidak peduli akan perginya Rius dari
acara, yang sekarang Athava pedulikan bagaimana caranya
agar Keshila tidak kecewa dengan perginya Rius dari acara.
Nikenn25 | 11PROTECTIVE’S PILOT | Bagian 02.
Rius menekan pedal gasnya membuat laju mobil semakin
kencang. Untungnya hari sudah malam jadi tidak terlalu
banyak mobil yang berlalu lalang. Ia membelokkan stir
mobilnya ke sebuah Club tempat biasa seorang Athanarius
Ryford berkumpul dengan teman-temannya. Begitu tiba di
sana Rius langsung memakirkan mobilnya bersama mobil-
mobil mewah lainnya.
Setelah memakirkan mobilnya, Rius lalu turun dari mobil
dan bergegas masuk ke dalam Club. Inilah kehidupan seorang
Athanarius Ryford, kehidupan malam yang tidak banyak
diketahui oleh orang banyak. Bahkan kedua orangtuanya pun
tidak mengetahui apa yang Rius lakukan di luar Mansion.
Begitu Rius keluar dari mobil, langsung ada banyak mata
yang memandang kearahnya. Kedatangan Rius kali ini
mengundang segelintir orang, tentu sudah pasti mereka
mengenal betul siapa Athanarius Ryford. Keturunan dari sang
Billionaire ternama di Madrid, Spanyol. Belum lagi profesi
Rius sebagai Pilot tampan yang membuat mereka semakin
mengenal siapa itu Athanarius Ryford.
Malam ini Club begitu ramai karena akan ada lelangan
para wanita dan gadis. Maka dari itu malam ini banyak sekali
para Pria yang datang berbondong-bondong untuk membeli
para wanita lelangan. Dan karena itu sebagian dari mereka
yang datang tentunya pasti ada yang mengenal sosok Rius.
Rius melangkahkan kakinya masuk ke dalam Club. Dia
terus berjalan menuju tempat biasa mereka berkumpul, begitu
Protective's Pilot | 12sampai di tempat Rius langsung menghempaskan bokongnya
di samping temannya, Benicno Macbroom.
“Hei beruntunglah kau, Rius. Karena lelangan belum
dimulai.”
Rius mengangkat bahunya acuh. “Diriku datang bukan
untuk membeli jalang, tapi untuk bersenang-senang.” Kata
Rius bersandar pada sofa.
Benicno yang mendengar hanya terkekeh pelan. “Kau
yakin, aku dengar akan ada gadis yang akan dilelang.” Ujar
Benicno.
Rius meraih gelas berisikan minuman dan meneguknya
hingga habis. Melalui ekor matanya Rius melirik Benicno
tajam. “Beli saja olehmu, Sialan.” Ketus Rius sinis.
“Oh, ayolah. Untuk apa kau datang jika hanya untuk
berminum saja? Sekali-kali nikmati wanita di sini!” Ucap
Benicno menuangkan minuman ke dalam gelas.
“Dengar, aku memang seorang Pria yang suka minum-
minum seperti ini. Tapi itu lebih baik bukan? Dari pada
menjadi seorang Pria brengsek yang meninggalkan wanita
kencannya, setelah merasa puas.” Sahut Rius, mungkin itu
hanya ucapan biasa namun mampu menyindir seorang
Benicno Macbroom.
“Sialan!” Cibir Benicno menoyor lengan kekar Rius. Apa
yang diucapkan Rius memang menyindir, namun Benicno
tentu tahu kalau itu hanya sebuah candaan saja.
Rius mengedarkan pandangannya ke arah lain, matanya
memperhatikan setiap orang yang meliuk-liukan tubuhnya
mengikuti irama musik. Lalu tanpa disengaja tatapan Rius
teralih pada seorang gadis yang diam di tengah-tengah
keramaian dalam keadaan menangis, ada beberapa Pria yang
Nikenn2s | 13datang menghampiri gadis itu, dari tempatnya duduk Rius
tahu kalau orang itu sangat ketakutan.
“Hei, Tn. Captain, apa yang kau lihat?” Tanya Benicno
sambil menumpukan tangannya di bahu Rius. Ia merasa
penasaran dengan apa yang dilihat oleh Rius. Karena sejak
tadi yang Benicno lihat, Rius selalu memandang ke suatu titik.
Lalu tiba-tiba saja Rius berdiri dari tempat duduknya, ia
berjalan melewati orang-orang yang menghalangi jalannya.
Tatapan matanya masih tertuju pada gadis itu.
Gadis itu menangis terisak, tangannya menepis setiap kali
para pria mencolek dagu ataupun pipinya. Ia ingin pergi dari
tempat ini, tempat yang tidak pernah dia datangi sebelumnya.
Begitu Rius datang para pria itu langsung pergi menjauhi
gadis itu. Dia menunduk menatap gadis yang masih menangis
dan belum menyadari kehadirannya. Rius meraih tangan gadis
itu secara tiba-tiba.
“Jangan!” Isak gadis itu mencoba melepaskan tangan
kekar yang mencekal pergelangan tangannya.
Rius meraih dagu gadis itu, dan mengangkat wajahnya
agar ia dapat melihat dengan jelas wajah si gadis yang saat ini
terisak.
Tubuh Rius membeku kaku begitu matanya dan mata itu
bertubrukan. Untuk beberapa saat Rius terdiam dengan rasa
keterkejutannya. Mata itu. Ucap Rius dalam hati. Mata tajam
Rius semakin dalam menatap bola cokelat mata gadis
didepannya.
“Hei, jalang kemari kau.” Teriakan seseorang membuat
gadis itu terperanjat kaget.
Protective's Pilot | 14“Lepaskan!” Ujar Gadis itu tersendu, dia melihat Rius
lirih. "Aku mohon lepaskan." Tambahnya sesekali menoleh
ke belakang.
Rius tetap terdiam tidak bergeming, tatapannya masih
terus memperhatikan mata itu. Mata sendu itu seperti mata
seseorang di masalalu Rius, mata yang selalu Rius sukai.
Namun, itu dulu sekarang Rius sangat membencinya.
“Bitch!” Geram Rius menghempaskan kasar tangan gadis
itu.
Gadis itu meringis pelan, ia kembali menatap Rius. “A-
apa?” Tanya gadis itu terbata.
Rius membalikan tubuhnya dan langsung beranjak pergi
dari hadapan gadis itu. Dia lalu kembali ketempatnya bersama
Benicno, walau sudah tidak lagi ada di dekat gadis itu. Tapi
tidak tahu kenapa rasanya Rius ingin kembali dan membawa
pergi gadis itu. Namun, Rius benci jika harus melihat mata
sendu itu.
“Ada apa?” Tanya Benicno kebingungan, sedari tadi ia
hanya memperhatikan Rius dari kejauhan. Melihat apa yang
dilakukan temannya pada seseorang.
Rius menggelengkan kepalanya, ia meraih gelas dan
langsung meneguknya hingga abis. Melihat gadis itu
membangkitkan rasa amarah yang selama ini Rius pendam
dalam-dalam.
Rius terdiam seolah tersadar dengan yang baru saja ia
lakukan, datang menghampiri gadis itu dan menariknya.
Mengingat itu membuat Rius mengumpati dirinya dan
menganggap dirinya bodoh atas tindakannya barusan.
oe
Nikenn2s | 15Gadis itu berlari keluar dari dalam Club, menghindari
beberapa orang bertubuh kekar yang mengejarnya. Ia lalu
berhenti di dekat mobil dan bersembunyi di belakang mobil
itu.
Gadis itu membekap mulutnya menahan isakan agar tidak
dapat didengar oleh mereka yang terus mengejar dirinya. Ia
memejamkan matanya merasa sakit atas apa yang dilakukan
oleh kakak tirinya, dia ditipu dan bodohnya mempercayai
kakaknya begitu saja. Seharusnya ia merasa curiga akan
kelakuan kakaknya yang secara tiba-tiba berubah baik
padanya.
Gadis berdarah blasteran itu bernama Afsheen Ruby.
Kisah hidupnya begitu kelam, wajah ceria yang selama ini
ditunjukkan oleh Ruby hanyalah sebuah topeng untuk
menutupi kerapuhan Ruby selama ini.
Tersiksa dan teraniaya oleh keluarga tirinya. Selama
tinggal bersama Ibu tiri dan kakak tirinya Ruby tidak pernah
sekalipun mendapatkan perlakuan baik. Mereka begitu jahat
memperlakukan Ruby. Saat ini mengapa Ruby sampai ada di
Club. Itu semua karena kelakuan dari kakak tiri Ruby. Yang
dengan tega menjual Ruby untuk mendapatkan uang. Kejam,
memang. Bahkan untuk melaporkan kekerasan yang
dilakukan Ibu tiri dan Kakak tirinya pun Ruby tidak bisa,
bukan karena tidak bisa. Tapi, setiap kali Ruby akan
melaporkan Ibu dan kakak tirinya itu, mereka selalu
mengancam akan menjual Ruby. Dan sekarang terjadi, Ruby
dijual padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun.
Ayah, Ibu. Ruby takut, Ruby tidak mau ada di sini. Ruby
ingin ikut dengan kalian saja. batin Ruby menangis.
Protective's Pilot | 16Ah ya, perlu diketahui kalau Ruby hanya hidup sendiri.
Setelah Ibunya tiada, Ayah Ruby menikah lagi dengan ibunya
yang sekarang ini. Dan perlu diketahui kalau dulunya hidup
Ruby bergelimang harta. Namun, semua habis begitu saja
dikarenakan keserakahan Ibu dan Kakak tirinya. Bahkan harta
bagian Ruby telah habis oleh mereka.
Sementara itu, Rius baru saja keluar dari dalam Club. Ia
berjalan sempoyongan dikarenakan mabuk, tapi biarpun
mabuk begitu. Rius masih bisa sadar walau tidak sepenuhnya.
Saat hendak membuka pintu mobilnya tanpa sengaja Rius
melihat ke arah Spion yang memperlihatkan seseorang.
Rius menggeram marah, ia menutup pintu mobil dengan
kasar lalu berjalan ke belakang mobilnya. “Hei siapa kau?”
Tanya Rius dingin.
Ruby membuka matanya seraya mendongakkan
kepalanya, kembali. Matanya dan mata tajam itu bertemu. “A-
aku m-maaf!” Gumam Ruby berdiri, ia mengusap sisa-sisa air
mata di pipinya.
“Bitch.” Geram Rius mengepalkan tangannya. “Untuk
apa kau di belakang mobilku, Ha? Apa kau sengaja
menungguku, agar kau bisa menggodaku dan bisa bermalam
denganku? Iya kan?” Tambahnya.
Ruby membelalakan kedua matanya, ia menggeleng-
gelengkan kepalanya menampik perkataan Pria didepannya.
“Tidak, aku hanya sedang duduk saja.”
Rius mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras kuat
saat sekelebat percakapan di masalalu kembali melintas di
benaknya. Dengan kasar ia meraih dagu itu dan melumatnya
kasar.
Hei, sedang apa kau di sini.
Nikenn25 | 17Apa?
Kau sedang apa di sini, Ha?
Tidak apa-apa, aku hanya duduk saja.
Rius menyudahi lumatan di bibir Ruby, setetes darah
mengalir dari sudut bibir Ruby, yang kini menangis. “Jangan
menangis, sialan.” Geram Rius mencekik leher Ruby dan
menyudutkannya ke mobil.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya lirih, ia merasa
takut pada Rius. Apalagi saat secara tiba-tiba Rius melumat
bibirnya, dan mencekik lehernya. Namun, ada setitik harapan
kalau dengan cekikan di lehernya ini bisa mempertemukan
Ruby dengan kedua orangtuanya. Maka Ruby siap dan rela.
Ya, saat ini begitulah yang ada di pikiran Ruby.
“Tolong, bunuh aku.” Isak Ruby menekan tangan Rius
yang masih mencekik lehernya. “Bunuh aku, agar aku bisa
bertemu dengan keluargaku.” Tambahnya.
Perlahan tangan Rius mengendur dari leher Ruby,
rahangnya pun sudah tidak sekeras tadi. “Kau pikir aku bodoh
dengan membunuh jalang sepertimu, dan merusak reputasiku.
Cih!” Cibir Rius melenggang pergi.
Ruby terisak menatap punggung Rius yang
menghancurkan harapannya untuk bertemu dengan kedua
orangtuanya. Ia menangis meraung saat mobil Rius melesat
pergi jauh. Untuk beberapa saat Ruby berhenti menangis,
Ruby sadar kalau dirinya tidak bisa berlama-lama ada di
sekitaran Club. Karena itu sangat berbahaya untuk Ruby,
mereka yang mengejar dirinya bisa saja kembali dan
menemukan Ruby saat ini. Dan kalau Ruby tertangkap maka
tidak akan ada kesempatan lagi untuk Ruby melarikan diri,
Protective's Pilot | 18dan karena itu Ruby harus segera pergi menjauh dari kawasan
Club.
Sejujurnya Ruby merasa tidak asing dengan wajah pria
itu. Dia seperti sudah mengenal sosok Rius sangat lama.
Nikenn25 | 19PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 03.
Ruby berlari sekencang mungkin sampai benar-benar
jauh dari kawasan Club, sesekali Ruby menoleh ke belakang
untuk melihat apa ada yang mengejarnya atau tidak, perlahan
Ruby memelankan langkahnya saat dirasa kalau keadaan
sudah lebih aman. Ia menghempaskan bokongnya di
pinggiran jalan, untuk menghilangkan rasa lelah karena terus
berlari.
Ruby kembali menangis merasa bingung harus pulang k
mana, karena tidak ada saudara satupun di Spanyol. Atau
Ruby kembali saja ke rumah Ibu tirinya? Tapi itu tidak
mungkin, jika Ruby kembali nanti bisa-bisa Ruby kembali
dijual ke tempat tadi dan benar dijadikan jalang, lalu untuk
apa ia kabur jika kembali ke Ibu tirinya dan berakhir menjadi
wanita kotor? Ia menggelengkan kepalanya cepat, tidak, Ruby
tidak ingin menjadi wanita kotor. Dia ingin menjaga aset
tubuhnya sebaik mungkin, untuk suaminya kelak.
Silau lampu dari arah berlawanan membuat Ruby refleks
menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya gemetar
takut jika itu adalah orang yang mengejarnya tadi, tidak tahu
kenapa bukannya berlari Ruby justru melihat melalui celah
jarinya. Ia dapat melihat mobil yang berhenti di dekatnya.
Pintu mobil terbuka bersamaan dengan seorang wanita
yang keluar dari dalam mobil, wanita itu begitu cantik bahkan
sangat cantik. Tak selang berapa lama seorang Pria turun dan
berdiri di dekat pintu, sementara wanita itu berjalan
kearahnya.
Protective's Pilot | 20“Hai, dari kejauhan aku melihatmu. Kenapa kau diam di
sini..” Jeda wanita itu melihat sekeliling. “Padahal di sini
sangat gelap, tidak ada satupun orang di sini. Selain dirimu?”
Sambungnya.
“Aku”
“Sayang, ayo ini sudah malam.” Ucapan seorang yang
berdiri di mobil membuat wanita itu dan Ruby menoleh
secara bersamaan.
“Sebentar sayang, kau masuk saja duluan.” Ujar Wanita
itu tersenyum, ia lalu beralih menatap Ruby. “Perkenalkan,
namaku Lechia. Boleh aku tahu namamu?” Tambah wanita
bernama-Lechia itu.
“Aku Ruby!”
Lechia tersenyum seraya mendudukkan tubuhnya di
pinggir jalan. “Kenapa kau di sini, di tempat gelap seperti ini?”
“Aku sedang lari dari orang-orang jahat!” Lirih Ruby
menundukkan wajahnya.
“Maaf, tapi kenapa kau dikejar oleh mereka?” Tanya
Lechia menyentuh bahu Ruby.
Ruby mengadahkan kepalanya, melihat wajah Lechia
yang begitu cantik. Walau keadaan gelap begini, tapi
kecantikan Lechia tetap terpancar. Mendengar ucapan Lechia
membuat Ruby bingung, apa ia harus bercerita pada wanita di
hadapannya. Tapi tidak mungkin kan Ruby menceritakan apa
yang baru saja ia alami pada seseorang yang baru dikenal.
“Ruby?” Panggil Lechia memegang tangan Ruby. “Eum,
ini sudah malam. Lebih baik sekarang kau kuantar pulang.”
Ruby menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, aku tidak
mau pulang.” Isak Ruby tersendu.
Nikenn25 | 21Lechia mengernyitkan dahinya, merasa bingung karena
tiba-tiba saja Ruby menangis tersendu. Ia menoleh ke arah
mobil, melihat sang kekasih yang masih setia berdiri
menunggunya.
“Bagaimana kalau kau ikut ke rumahku?” Tawar Lechia
pelan.
Ruby terdiam dengan air mata yang terus berjatuhan, ia
menatap dalam mata Lechia mencari kebohongan di sana.
Namun, yang Ruby lihat hanya sebuah ketulusan. Ruby tidak
tahu harus bagaimana, apa dirinya harus ikut dengan Lechia?
Atau justru tidak. Tapi tidak ada pilihan lagi, ia sendiri tidak
memiliki uang untuk mencari tempat tinggal.
“Kebetulan aku tinggal di sebuah apartement, di sana aku
tinggal sendiri.” Lanjut Lechia tersenyum. “Kalau kau mau
ikut denganku, aku merasa senang. Karena aku tidak akan
kesepian lagi. Kekasihku hanya akan datang ke tempatku jika
dia sedang tidak sibuk bekerja.” Tambahnya.
“Apa kau yakin?”
Lechia menganggukkan kepalanya penuh keyakinan. “Ya,
aku yakin.”
Ruby tersenyum seraya mengusap wajahnya yang basah.
“Aku ikut denganmu, paling tidak sampai aku mendapatkan
pekerjaan.”
Lechia tersenyum semringah, ia berdiri dengan tangan
yang terulur pada Ruby. “Kau bisa tinggal dan bekerja di
tempatku.” Lechia menyahut dengan senyum lebar.
Ruby membalas uluran tangan Lechia dan berdiri, dia
memanggu-manggutkan kepalanya. “Terima kasih, Lechia.”
Sahut Ruby tersenyum.
Protective's Pilot | 22Lechia tersenyum lebar, lalu ia pun bergegas menuju
mobil dan segera pergi meninggalkan tempat gelap itu.
Rasanya begitu menyenangkan karena akhirnya Lechia
mendapatkan teman untuk menemaninya di Apartement.
Bukan, bukan berarti Lechia tidak memiliki teman. Tapi
karena kekasihnya itu yang tidak membolehkan Lechia untuk
berteman dengan sembarang orang. Dan termasuk dengan
Ruby, tapi nanti Lechia akan membujuknya dengan rayuan.
Rius baru saja sampai di Mansion pukul 04 pagi dini hari,
begitu keluar dari dalam mobil tubuh Rius langsung
tersungkur ke aspal karena rasa pusing di kepalanya.
Sebenarnya tadi di Club Rius tidak begitu banyak minum, ia
hanya mabuk sedikit dan karena kesal pada gadis itu akhirnya
Rius kembali mabuk dengan minuman yang tersimpan rapi di
dalam mobilnya.
Dominick yang kebetulan sedang memantau keadaan
sekitar Mansion, dibuat terkejut dengan keadaan Rius yang
tergeletak di aspal. Dengan cepat Dominick _ berlari
menghampiri Rius.
“Tn. Ryford?” Pekik Dominick membalikan tubuh Rius,
ia menepuk-nepuk pipi Rius yang tidak sadarkan diri. “Tuan?
Tuan, bangunlah.” Tambahnya.
Dominick berteriak kencang membuat beberapa penjaga
berlarian kearahnya, dan segera membantu Dominick untuk
membawa tubuh Rius ke dalam kamar.
Setelah sampai di kamar Dominick langsung
membaringkan tubuh Rius, mungkin Dominick hanya seorang
penjaga di Mansion ini. Tapi tentu Dominick mengerti dan
paham dengan bau minum-minuman beralkohol. Dan hanya
Nikenn25 | 23dengan melihat keadaan Rius saat ini, Dominick yakin kalau
Rius sedang mabuk. Tidak hanya itu dari pernapasan Rius pun
tercium aroma alkohol.
Dominick terdiam memandang wajah Rius yang terlelap,
melihat Rius membuat Dominick merasa sedih. Karena
bagaimanapun Rius sudah seperti adik untuk Dominick. Pria
yang terbaring di hadapannya saat ini sudah berubah 180
derajat, semenjak kepergian seseorang di masalalu. Sebagai
orang paling lama dan mengenal baik Rius, tentunya
Dominick tahu betul bagaimana Rius dulunya. Sangat murah
senyum dan hangat, tidak seperti sekarang ini. Ia jarang sekali
melihat senyum di wajah Rius.
Seperti yang Dominick ketahui kalau Rius memang
sudah berubah 180 derajat dari sosok Rius yang dulu. Rius
yang sekarang ini, tidak pernah senyum dan tidak tersentuh.
Siapapun yang ada di posisi Dominick sekarang ini, pasti
akan merasakan hal yang sama, perubahan drastis seorang
Athanarius Ryford.
Tuan, kau seperti adikku. Aku berharap dia kembali
untuk mengubahmu menjadi sosok Rius yang dulu. Sosok Rius
yang penuh kelembutan dan kehangatan, juga sosok yang
penuh senyuman. ucap Dominick dalam hati.
Dominick melangkah keluar kamar, tidak ingin
mengganggu Rius. Melihat keadaan Rius sungguh membuat
Dominick tidak tega. Kepergian seseorang itu benar-benar
terpengaruh pada kehidupan Rius sekarang ini. Karena itu,
Dominick selalu berharap seseorang itu bisa kembali dan bisa
mengembalikan kehidupan Rius yang dulu.
Sebenarnya ada banyak wanita yang ingin mencoba
mengambil hati seorang Athanarius Ryford, akan tetapi
Protective's Pilot | 24banyak dari mereka yang menyerah karena sikap Rius yang
begitu dingin dan tidak pernah bisa tersentuh oleh wanita
manapun, Rius seolah memberi jarak dari para wanita yang
mencoba mendekat.
Nikenn2s | 25PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 04.
Keesokan harinya pukul 10.45 pagi Rius terbangun dari
tidurnya. Saat ia terbangun kepalanya terasa sangat pusing,
sesekali Rius memegangi kepalanya sambil beranjak dari
kasur untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah 1 jam merendam tubuhnya di bathtub akhirnya
rasa pusing di kepala Rius sedikit menghilang, ia keluar dari
dalam kamar mandi dengan jubah hitam yang dikenakan
olehnya.
Rius memakai celana panjang, setelahnya ia memakai
kimeja dan mengancinginya satu persatu. Ia pikir dengan
mabuk akan membuat dia melupakan kejadian semalam saat
seorang gadis menangis di tengah keramaian orang, belum
lagi saat di luar Club. Rius kembali dipertemukan dengan
gadis itu, gadis yang memiliki mata dan tutur kata yang sama
seperti seseorang di masalalunya. Mengingat itu, membuat
sisi kemarahan Rius memuncak. Ia benci mengingat
masalalunya itu.
Rius menekan dinding yang terdapat sebuah tombol bulat
berwarna merah. Tidak hanya di kamarnya hampir setiap
kamar terdapat tombol bulat merah. Hingga tak selang berapa
menit suara ketukan di pintu kamarnya terdengar. Ia berjalan
ke arah pintu dan membukanya.
“Dominick, tolong hubungi Richter dan minta padanya
untuk menemuiku di ruang kerja.”
Dominick terdiam, mulutnya sedikit terbuka merasa
kaget dengan ucapan Rius. Richter adalah seorang pencari
Protective's Pilot | 26data terbaik selama ini, Richter juga seseorang yang paling
dipercaya dalam keluarga Ryford.
“Apa ada masalah, Tuan?” Tanya Dominick.
“Aku butuh kepastian untuk hal ini, aku merasa tidak
yakin. Tapi apa yang kulihat semalam—entahlah, Dom.
Hatiku merasa ragu." Jawab Rius bersandar pada pintu.
“Apa yang membuat anda ragu? Apa semua baik-baik
saja?” Tanya Dominick menyentuh bahu Rius.
Rius memanggutkan kepalanya pelan, ia memegang
tangan Dominick di bahunya. Bercerita mengenai apa saja
pada Dominick sudah bukan hal biasa bagi Rius, karena bagi
Rius. Dominick adalah seorang kakak kedua untuknya,
setelah kakak kandungnya Athava.
“Saya akan menghubungi, Richter untuk datang menemui
anda.”
“Terima kasih, Dominick!” Rius menegakkan tubuhnya
lalu menutup pintu kamar. Dan setelahnya Rius meraih
MacBook yang terletak di atas nakas, membawanya ke sofa
dan mulai mengotak-atikannya.
Rius menghela napas kasar, tidak tahu kenapa perkataan
dan wajah gadis itu selalu terlintas di benaknya. Ia tidak ingin
mengingat tentang kejadian semalam saat dirinya mencium
bibir gadis itu. Rius sendiri pada saat itu sedang dikuasai oleh
amarah, hingga tanpa sadar mencium bibir gadis itu. Marah
karena memang apa yang dikatakan gadis itu semalam, sangat
persis dengan yang dikatakan seseorang di masalalunya.
Seseorang yang hanya memiliki usia terpaut 4 tahun saja
dengan Rius. Jujur saja di waktu-waktu tertentu kadang Rius
merasa rindu akan rengekkan manja seseorang, rindu dengan
suaranya. Rius dan seseorang itu memang tidak mempunyai
Nikenn25 | 27hubungan apapun, tapi setelah sekian lama menjalin
persahabatan rasa itu mulai tumbuh. Namun sayang pada saat
itu Rius tidak sempat mengungkapkan perasaannya karena
Rius yang pada saat itu terlanjur pergi, dan pada saat dirinya
kembali, saat Rius ingin mengungkapkan isi hatinya. Tapi
justru seseorang itu sudah pergi tidak tahu ke mana. Mencari
pun rasanya percuma, karena seseorang itu pergi tanpa jejak.
Rius menutup MacBooknya dengan kasar, ia benci jika
harus mengingat itu. Tapi Rius juga tidak menampik kalau
dirinya begitu merindukan segala tingkah seseorang itu.
Rius, Rius. Aku mau ice cream.
Rius, Rius. Belikan aku boneka panda itu ya. Aku sangat
ingin itu.
Terima kasih Rius, aku sayang Rius.
Rius menepiskan barang-barang yang ada di atas meja.
Tidak peduli jika MacBooknya ikut hancur bersama dengan
barang-barang yang lain. Sudah cukup, sudah cukup Rius
menahan segala_ kerinduannya terhadap orang yang
dicintainya. Tidak lagi Rius tidak akan lagi diam bersama
dengan kerinduan yang selama ini Rius tahan. Ia akan pergi
dan mencari di mana pun keberadaan orang tercintanya.
“Di mana kau, sudah bertahun-tahun. Kembalilah aku
tidak akan membencimu. Maafkan aku, maaf karena pergi
tanpa berpamitan kepadamu. Jangan menghukumku lagi, aku
mohon. Kembalilah.” Lirih Rius dengan kedua mata yang
berkaca-kaca. “Aku akan mencarimu, membawamu
bersamaku. Dan saat aku menemukanmu, aku tidak akan
membiarkanmu pergi lagi dariku.”
Rius | memejamkan matanya mengingat semua
kenangannya dulu bersama seseorang itu. Masih terekam jelas
Protective's Pilot | 28dalam benaknya saat seseorang itu tertawa lepas di depan
mata Rius, wajahnya yang sangat cantik dan mata yang selalu
Rius sukai saat seseorang itu sedang merengek kepada Rius.
oe
Pagi-pagi sekali Ruby sudah terbangun, padahal semalam
dia tidak bisa tidur sampai jam 04.05 pagi. Bukan karena
Ruby tidak nyaman tidur di apartement Lechia, tapi karena
bayangan Pria itu selalu melintas di benaknya. Ia meraba
bibirnya masih terasa saat bibir itu melumat bibirnya kasar.
Ruby menghela napas kasar seraya beranjak dari
kamarnya, enggan memikirkan tentang kejadian semalam. Ia
akan memulai hidup tanpa ada lagi kesakitan yang Ruby
rasakan. Di apartement ini Ruby akan berusaha sebaik
mungkin agar tidak mengecewakan Lechia yang sudah begitu
baik kepadanya.
Ruby berjalan ke dapur dan melihat isi kulkas untuk
mencari bahan makanan. Namun, hanya ada bahan udang dan
telur, sudut bibir Ruby tertarik saat sebuah ide terlintas. Dia
mengambil udang dan telur itu untuk dijadikan nasi goreng.
“Pagi Ruby!” Sapa Lechia tersenyum.
Ruby menolehkan kepalanya, dia tersenyum lebar. “Pagi
Nona Lechia.” Sahut Ruby kikuk. “Maaf aku lancang
mengambil makanan di kulkasmu.” Tambahnya.
“Tidak apa-apa, em. Kau akan membuat sarapan apa?”
“Nasi goreng udang, karena aku hanya menemukan
udang dan telur di kulkas.”
Lechia memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Bahan
makanan di kulkas memang habis, aku belum sempat belanja.
Mungkin nanti aku akan pergi untuk belanja di supermarket.”
Nikenn25 | 29Ucap Lechia. “Hm, Ruby aku mandi dulu ya. Selamat masak,
aku tidak sabar mencobanya.”
Ruby terkekeh pelan. “Nona boleh mencobanya nanti,
aku jamin. Nona akan menyukai masakanku.”
“Wah, benarkah?” Lechia menatap Ruby berbinar. Ini
kali pertamanya Lechia akan sarapan di apartement, biasanya
Lechia akan keluar bersama Athava hanya untuk sarapan.
“Kau tahu Ruby, aku selalu sarapan di luar karena aku yang
tidak mengerti caranya bermasak. Bahan di kulkas pun hanya
akan diolah menjadi masakan jika kekasihku sedang
berkunjung ke sini.”
“Nona akan mengerti jika nona Lechia ingin belajar dan
mencoba untuk bermasak. Dulu aku pun begitu, aku tidak
mengerti caranya bermasak. Tapi Ibu mengajarkanku caranya
bermasak, hingga aku bisa.”
“Kau beruntung Ruby, ibumu bisa mengajarimu
bermasak. Sementara ibuku? Dia tidak pernah mau
mengajariku, Ibuku hanya mementingkan kariernya.” Ujar
Lechia berubah lirih.
Ruby mematikan kompor dan berjalan menghampiri
Lechia yang duduk. Tangannya terulur menggenggam tangan
Lechia. “Di balik seorang Ibu yang lebih mementingkan
karier. Ada suatu alasan mengapa sampai karier lebih penting
untuknya.” Sahut Ruby tersenyum. “Nona boleh mandi, aku
sudah selesai membuat nasi goreng. Nanti aku akan mengajari
Nona caranya bermasak.”
Mendengar itu kedua mata Lechia berbinar. “Kau serius
akan mengajariku caranya bermasak?”
Ruby mengangguk yakin. “Ya, aku serius. Aku akan
mengajari Nona caranya bermasak.”
Protective's Pilot | 30“Terima kasih Ruby, aku sangat senang.” Pekik Lechia
antusias. “Aku akan mandi, dan setelah itu aku akan mencoba
masakanmu. Nanti kita pergi belanja dan kau harus
mengajariku, Ya?”
“Ya sama-sama, Nona nanti kita belanja dan aku akan
mengajari Nona bermasak.”
“Jangan panggil aku Nona, aku tidak suka.” Protes
Lechia memanyunkan bibirnya. “Kau harus memanggilku,
Lechia.”
Ruby tersenyum seraya memanggut-manggutkan
kepalanya. “Ya, Lechia.”
Lechia bersorak senang, dia beranjak dari duduknya dan
segera ke kamarnya untuk mandi. Rasanya hari ini Lechia
sangat berbahagia karena akan ada yang mengajarinya untuk
bermasak.
Selesai sarapan Ruby dan Lechia langsung pergi menuju
pusat perbelanjaan. Mereka baru saja tiba di sana, saat ini
Ruby dan Lechia berbelanja sesuai kebutuhan kulkas dan
dapur. Biasanya Lechia hanya akan membeli isi kulkas jika
sang kekasih meminta untuk membeli bahan yang akan
dimasak. Tapi sekarang ini Lechia mengambil apa saja untuk
menjadi bahan percobaannya saat belajar memasak nanti.
“Lechia, kau yakin akan membeli sebanyak ini?” Tanya
Ruby bingung, saat melihat Lechia mengambil apa saja.
“Tentu saja, nanti kita akan menjadikan bahan ini sebagai
percobaan. Kita akan coba membuat makanan kesukaan
kekasihku.” Jawab Lechia tersenyum.
Ruby tersenyum seraya mengambil alih belanjaan dari
tangan Lechia dan mulai mengembalikannya di tempat
semula. “Tidak perlu sebanyak ini, Lechia. Nanti yang ada
Nikenn25 | 31hanya akan mubazir saja. Kita memang akan menjadikan
bahan ini sebagai percobaan. Bahan sebanyak ini hanya akan
terbuang, padahal di luaran sana masih ada banyak yang
membutuhkannya untuk dijadikan makanan..” Jeda Ruby
sebentar. Ia menoleh ke arah Lechia. “Jadi kita ambil sesuai
yang kita butuhkan saja.” Sambungnya.
“Kau tahu, Ruby. Aku sangat senang bisa bertemu
denganmu.” Lechia tersenyum lebar, memang benar bertemu
dengan Ruby seperti menemukan sesuatu yang
menyenangkan. Terlebih Ruby orang yang menyenangkan
untuk dijadikan teman.
Ruby tersenyum mendengar itu. “Apa makanan kesukaan
kekasihmu?” Tanya Ruby.
“Ayam bakar pedas dan salad sayur!” Jawab Lechia
antusias. “Sebenarnya aku bisa jika membuat salad, tapi
membuat ayam bakar pedas aku kurang bisa. Aku pernah
mencobanya tapi rasanya sangat tidak enak.” Tambahnya lirih.
“Tidak apa-apa, nanti kita belajar sama-sama!”
Lechia menganggukkan kepalanya dan kembali
melanjutkan memilih bahan untuk dimasak dan yang sebagian
lagi untuk persediaan di kulkas, setelahnya mereka membayar
dan kembali ke apartement. kebetulan pusat perbelanjaan itu
berada di depan apartement Lechia jadi hanya membutuhkan
waktu 15 menit untuk sampai di apartement.
Inilah yang Lechia tunggu sejak tadi, belajar memasak
adalah keinginan Lechia sejak lama. Padahal bisa saja Lechia
belajar khusus dengan para chef hebat, tapi tentu saja itu
membutuhkan waktu lama. Belum lagi Lechia adalah orang
yang mudah menyerah jadi ia tidak merasa yakin jika chef itu
akan merasa cukup sabar menghadapi Lechia.
Protective's Pilot | 32“Ruby, aku harus melakukan apa?” Tanya Lechia
bingung.
Ruby tersenyum menyerahkan satu ekor ayam pada
Lechia. “Ini ayam kau bisa potong menjadi beberapa bagian,
lalu kalau kau sudah memotongnya. Kau bisa mencucinya
agar lebih bersih!” Jawab Ruby.
“Ini bagaimana cara memotongnya?” Tanya Lechia
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku tidak mengerti,
kau beri contoh dulu saja.” Tambahnya.
Ruby terkekeh pelan seraya menganggukkan kepalanya,
dengan telaten Ruby memberikan contoh pada Lechia.
Mengajarkannya cara memotong, mencuci dan memberikan
bumbu pada ayam yang akan dimasak. Tidak hanya itu Ruby
juga memberitahukan caranya agar bumbu dapat meresap ke
dalam ayam.
Lechia tersenyum melihat kesabaran Ruby yang
mengajarinya dengan pelan hingga akhirnya Lechia dapat
mengerti. Semua diajarkan dengan baik oleh Ruby, dari
memotong ayam, memotong bawang yang benar. Dan masih
banyak lagi yang Ruby ajarkan pada Lechia.
Lechia memekik senang begitu ayam bakar pedas
buatannya sudah matang, ia menyiapkannya di atas piring dan
memberikannya pada Ruby.
Ruby mencicipi hasil masakan Lechia. Sudut bibirnya
tertarik. “Ini enak, sangat enak.” Ucap Ruby jujur.
Lechia menatap Ruby tidak yakin. “Kau yakin?” Tanya
Lechia.
Ruby menganggukkan kepalanya penuh keyakinan.
“Sangat yakin, kau coba saja.” Jawab Ruby menyuapi Lechia.
“Bagaimana?” Tambahnya.
Nikenn25 | 33Kedua mata Lechia berbinar saat merasakan_hasil
masakannya. Ternyata Ruby tidak berbohong, masakannya
kali ini memang enak. Merasa puas dengan hasilnya Lechia
berhamburan memeluk Ruby erat. Hasil masakan yang enak
karena bantuan Ruby yang begitu sabar mengajarinya.
“Terima kasih, Ruby. Kau sudah mau mengajariku
caranya bermasak dengan baik.” Lirih Lechia mengeratkan
pelukannya.
Ruby tersenyum membalas pelukan Lechia, dan
setelahnya melepaskan pelukannya. “Jangan berterima kasih
padaku, seharusnya aku yang berterima kasih karena kau
sudah mau menampungku di apartementmu.” Ucap Ruby
mengusap air mata Lechia. Dan terima kasih sudah
menolongku dari penjahat yang mengejar. tambah Ruby
dalam hati. “Eh, tapi kau masih harus belajar ya. Nanti kita
coba membuat menu yang lainnya.”
Lechia memanggut-manggutkan kepalanya. “Ya pastinya
dong, aku pasti akan terus belajar. Dan juga aku akan
membuat menu yang lain. Besok kita coba lagi ya?”
“Tya, besok aku akan mengajarkanmu cara membuat
menu yang lain.”
Lechia tersenyum tiba-tiba saja ia teringat akan sosok
kekasihnya. Ia akan menelfonnya dan meminta kekasihnya itu
untuk datang ke apartement sekarang juga, Lechia ingin
memamerkan masakannya. “Ruby sebentar ya, aku harus
menelfon kekasihku dulu. Aku ingin dia ke sini dan mencoba
masakanku.” Ujar Lechia sambil membuka celemek yang
digunakannya.
Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “Baiklah!”
timpal Ruby tersenyum sambil memperhatikan wajah Lechia
Protective's Pilot | 34yang tampak cerah. Melihat hal itu membuat Ruby merasa
senang, karena setidaknya ia bisa membuat orang lain
tersenyum.
Nikenn2 | 35PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 05.
Rius | menatap kepergian mobil Richter setelah
pembicaraan private keduanya, dengan ini Rius berharap
kalau Richter dapat menemukan orang yang selama ini Rius
cari-cari. Rius percaya kelak dirinya dan seseorang itu akan
bertemu, dan Rius menunggu hari di mana mereka bertemu
nanti.
Rius menghela napas kasar, rasa rindu terhadap orang itu
sudah tidak bisa lagi Rius tahan. Sudah bertahun-tahufl
kerinduan itu terselimuti kebencian, bukan karena Rius benar-
bénar membenci orang itu. Tapi karena Rius benci akan
kzebodohannya dulu saat pergi tanpa memberitahu lebih dulu
orang itu, sehingga orang itu pun pergi tanpa meninggalkan
jejak.
Rius mendatarkan wajahnya saat kakak kandungnya,
Athava. Berada di hadapannya sekarang ini. Rius sendiri tidak
menyadari kehadiran Athava di mansionnya.
“Sedang apa kau di sini?” Tanya Rius datar.
“Kebodohan apa yang kau lakukan, Rius? Sejak kapan?”
Tanya Athava kembali, mengabaikan pertanyaan Rius
padanya. “Apa yang kau lakukan, sehingga mengecewakan
Daddy dan Mommy?” Tambahnya.
“Memangnya apa?”
“Cih.” Decih Athava mengepalkan tangannya. “Jangan
berlagak seperti orang bodoh, Daddy dan Mommy kecewa
dengan kelakuanmu di luar.”
Protective's Pilot | 36Rius menaikan sebelah alisnya bingung, tidak mengerti
akan pembicaraan Athava. Sampai beberapa detik kemudian
Rius mulai mengerti dengan yang dimaksud oleh Athava.
“Oh!” Rius menyahut dengan tenang. “Aku seorang Pria,
tentu dunia malam sudah biasa bagi Pria dewasa. Toh, aku
hanya minum tidak melakukan hal di luar batas.”
“Jadi itu sudah menjadi hal biasa untukmu? Sudah berapa
lama, Rius?”
“Yang pasti sudah lama!” Rius menatap Athava dengan
sangat datar. Tidak ada tatapan kelembutan dimatanya.
“Sudahlah, untuk apa kau permasalahkan? Aku yakin, kau
pun melakukan hal yang sama denganku?”
Athava tersenyum miring, kepalanya menggeleng-geleng
pelan. "Aku tidak suka dunia malam. Kau dan aku tentunya
berbeda, Rius! Kau suka menghamburkan uang, sementara
aku? Aku tidak menyukai itu.”
“Pergilah, jika kau tidak mempunyai urusan penting.”
Rius membalikkan tubuhnya melangkah masuk ke dalam
Mansion, tidak peduli jika Athava masih diam di luar.
Athava menghela napas kasar, matanya masih terus
menatap punggung tegap Rius. Ada alasan mengapa Athava
sampai di Mansion Rius, tadi pagi Keenan menelfonnya dan
mengatakan kalau ada salah satu rekan bisnis perusahaan
yang melihat Rius datang ke club malam. Mendengar itu
Keenan merasa marah karena memang yang Athava dan
Keenan ketahui, Rius tidak pernah sekalipun suka dunia
malam. Dan karena itu Keenan meminta Athava untuk
berbicara pada Rius.
Lihatlah, kepergianmu merubah — sikap _adikku.
Kembalilah, dia membutuhkanmu. batin Athava lirih.
Nikenn25 | 37Athava mengadahkan kepalanya ke atas, menahan butir
kristal yang siap jatuh jika sekali mengedip. Ada rasa sesak di
hatinya melihat perubahan Rius, dulu adiknya tidak pernah
bersikap acuh seperti ini. Tapi semenjak gadis itu pergi, sikap
Rius berubah hampir 180 derajat. Kehadiran seseorang di
masalalu sangat terpengaruh dalam kehidupan Rius. Adiknya
itu seperti kehilangan sebagian besar dari dirinya.
Athava beranjak pergi dari Mansion Rius, setidaknya ia
sudah berusaha untuk bicara dengan Rius. Mungkin nanti
Athava akan kembali lagi untuk membicarakannya dengan
adiknya itu, dan mungkin nanti saat pria itu sudah lebih
tenang.
Di dalam Mansion tepatnya di lantai tiga, Rius
memperhatikan kepergian Athava dari Mansionnya. Ia tahu
cepat atau lambat keluarganya pasti akan tahu tentang
kehidupan malam Rius. Tapi Rius tidak peduli, dia sudah
terlanjur menikmati kehidupan malamnya.
Rius menghela napas kasar, membalikkan tubuhnya
seraya menutup gorden jendela kamarnya. Tatapan matanya
tertuju ke salah satu bingkai yang tertata rapi di atas nakas.
Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman begitu melihat
isi bingkai itu.
Aku akan menemukanmu, sayang. Ucap Rius dalam hati.
Ya, dia bertekad akan mencari sampai menemukan seseorang
itu.
Rius melangkah ke arah nakas, mengambil bingkai itu
dan mengusapnya lembut. Di bingkai itu terdapat foto
seseorang yang sedang tertawa lepas, pada saat itu Rius
mengambilnya secara diam-diam.
Protective's Pilot | 38Rius kembali menaruh bingkai itu di atas nakas,
menatanya serapi mungkin. Nanti jika ia dan gadis itu sudah
bertemu, Rius akan memastikan banyak foto gadisnya
terpajang di nakas.
oe
Ruby tersenyum senang saat melihat apartement milik
Lechia sudah rapi dan bersih. Jam menunjukkan pukul 13.35
siang, rasanya tubuh Ruby sangat lelah karena hampir
seharian membersihkan seisi apartement. Tapi, Ruby
melakukannya dengan senang hati. Karena memang ini
pekerjaan termudah yang diberikan oleh Lechia.
Sekarang ini Ruby sedang berada sendiri di apartement
Lechia, karena memang Lechia yang sedang berpamitan pergi
tidak tahu ke mana.
TOK! TOK! TOK!
Ruby menoleh ke arah pintu. yang diketuk, ia
mengemyitkan dahinya bingung. Dengan cepat Ruby
membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang.
Ruby terdiam begitu pintu sudah terbuka, pupil matanya
membesar saat melihat Pria berpakaian rapi berdiri di depan
pintu masuk apartement Lechia. Ruby meneguk salivanya saat
menyadari kalau Pria yang berdiri didepannya sekarang ini
sama dengan Pria yang bersama Lechia malam itu.
“Lechia?” Panggil Pria itu melangkah masuk, melewati
Ruby begitu saja. “Lechia, aku datang?”
“Maaf, Lechia sedang keluar.” Ruby menyahut sambil
menelan salivanya dengan susah payah.
“Ke mana?”
Nikenn25 | 39“Eh?” Ruby melotot, menatap Pria itu bingung. “Heum,
aku tidak tahu. Lechia tidak mengatakan apapun. Dia hanya
bilang akan keluar sebentar.”
Pria itu. menganggukkan kepalanya, mendaratkan
bokongnya di kursi panjang dekat dapur. “Aku akan
menunggu, Lechia.” Ujar Pria itu.
“Tya, silahkan.” Ruby menyahut dengan kikuk. “Eum,
kau mau minum sesuatu? Biar aku buatkan?”
“Ya, boleh!” Pria itu terdiam, menatap Ruby dengan
sangat lekat. Bahkan kening Pria itu sampai mengkerut.
Ruby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung
karena hanya berduaan dengan kekasih Lechia. Bahkan Ruby
sama sekali belum mengenal nama dari kekasih Lechia itu.
Setelah selesai membuat orange jus Ruby membawanya dan
kemudian memberikannya pada Pria itu.
TOK!TOK!TOK!
“Ruby?” Pintu apartement terbuka menampakkan Lechia
yang tersenyum. “Oh, hai. Kau sudah datang? Bukannya kau
bilang kau akan menemui Rius lebih dulu?” Tambahnya
mencium sang kekasihnya.
Ruby terdiam tubuhnya seakan membeku saat mendengar
nama yang diucapkan oleh Lechia. Ia menatap Lechia dan
kekasih dari Lechia secara bergantian. Apa mungkin? Pikir
Ruby tak yakin.
“Kau Ruby?” Tanya kekasih Lechia semakin lekat
menatap Ruby. Dia berdiri dari duduknya mendekat pada
Ruby.
Ruby terdiam tubuhnya semakin membeku mendengar
suara kekasih Lechia. “I-iya ke-kenapa?” Jawab Ruby terbata
karena gugup.
Protective's Pilot | 40“Boleh aku tahu, siapa nama panjangmu?” tanya Pria itu
lagi.
Ruby menggigit bibir bawahnya, matanya_beralih
menatap Lechia sebentar dan kembali menatap kekasih
Lechia. "Ah, Heum. Namaku Afsheen Ruby!" jawab Ruby
tersenyum kikuk.
Pria itu membelalakan kedua matanya, perlahan kekasih
Lechia mendekat pada Ruby. Meraih tangan gadis itu. “Kau
serius? Namamu benar-benar Afsheen Ruby?” Tanya Pria itu
mencoba meyakinkan dirinya.
“J-iya be-benar!” Jawab Ruby terbata.
“Sayang, ada apa? Kenapa kau sampai_ segitunya
menanyakan nama, Ruby?” Lechia menyentuh lengan
kekasihnya.
“Tidak sayang, tidak ada apa-apa.” Pria itu tersenyum
seraya mengecup kening Lechia. “Aku harus pergi, nanti aku
akan ke sini lagi.” Tambahnya melepaskan tangan Lechia dan
melenggang pergi sambil tergesa-gesa.
“Athava, you seriously? Kau baru saja datang dan kita
baru saja bertemu.” Pekik Lechia menghela napas kasar. Ya,
Athava adalah kekasih Lechia. Kedua mata Lechia beralih
menatap Ruby lirih. “Ruby, dia pergi. Aku gagal memberikan
hasil masakanku.”
Ruby tersenyum kecil. “t's okay, di lain waktu kau bisa
membuatnya lagi.”
Lechia memanggut-manggutkan kepalanya lirih, seraya
menarik paksa sudut bibirnya agar tersenyum. Semangat ingin
memberikan hasil masakan pada sang kekasih gagal, karena
Athava yang pergi. Sebenarnya Lechia merasa bingung
dengan sikap Athava barusan, apalagi dengan kelakuan
Nikenn25 | 41Athava pada Ruby yang tiba-tiba saja seolah Athava
mengenal Ruby lama.
Lechia memilih untuk ke kamar menenangkan rasa
sedihnya di sana, dia tidak mau Ruby tahu kalau sebenarnya
Lechia sedikit kecewa karena Athava pergi begitu saja.
Padahal baru saja Lechia merasa senang dan antusias namun
itu semua sirna begitu saja.
Protective's Pilot | 42PROTECTIVE'S PILOT | Bagian O6.
Athava baru saja menemui orang terpercaya atau
seseorang informan yang selalu membantunya setiap kali
Athava membutuhkan data seseorang. Ia menghela napas lega
karena orang itu akan memberikan data yang Athava inginkan
besok hari. Data itu yang bisa memastikan kebenarannya. Dan
Athava berharap hasilnya sama dengan apa yang ia temukan.
TOK! TOK! TOK!
“Masuk!”
Pintu ruangan Athava terbuka, Keenan. Pria itu masuk
dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Walau sudah tidak
muda lagi namun Keenan masih terlihat muda dan berwibawa.
“Hi, Dad.” Athava menegakkan tubuhnya seraya
tersenyum.
Keenan menarik kursi dan duduk di kursi berseberangan
dengan Athava. “Bagaimana, kau sudah menemui adikmu,
Rius?” Tanya Keenan.
Athava mengangguk kecil. “Ya, aku sudah menemuinya.”
Jawab Athava memainkan bolpen, mengetuk-ngetuknya di
atas meja.
“Lalu apa yang adikmu katakan?” Keenan kembali
bertanya sambil memperhatikan putranya.
“Rius bilang, dia sudah dewasa. Dunia malam seperti itu
sudah biasa untuk Pria dewasa sepertinya.” Athava menyahut
menyampaikan apa yang Rius katakan.
Keenan menghela napas kasar, sudah menduga akan
jawaban Rius. Sebenarnya Keenan tidak _ pernah
mempermasalah pergaulan anak-anaknya. Hanya saja jika
Nikenn2s | 43tentang dunia malam seperti itu Keenan sama sekali tidak
menyukainya, ia tahu betul bagaimana dunia malam.
Minuman, alkohol dan obat-obatan terlarang. Dan Keenan
tidak ingin putranya menyentuh barang haram seperti itu.
“Dad, jangan khawatir. Athava, yakin Rius sudah cukup
dewasa untuk memilih pergaulan. Kita percayakan saja
padanya. Rius tidak mungkin melakukan hal yang memalukan
keluarga.” Tambah Athava meyakinkan Keenan, dia tahu
Keenan saat ini sekarang gusar mengenai kehidupan malam
Rius. Karena itu ia meyakinkan Keenan agar tidak terlalu
gusar.
Keenan menarik napas panjang dan mengembuskannya
kasar. “Athava, bukan masalah memalukan keluarga. Daddy
tidak permasalahkan itu, Daddy juga tidak pernah
mempermasalahkan pergaulan adikmu. Daddy hanya khawatir,
karena Daddy tahu betul dunia malam itu seperti apa.
Minuman beralkohol, obat-obatan, narkoba dan wanita
malam.”
“Ya, Athava tahu. Sangat tahu kalau Daddy khawatir,
tapi Dad. Rius benar, dia sudah besar dan dia tahu mana yang
baik dan mana yang buruk!” Ujar Athava tersenyum.
“Daddy hanya tidak ingin, anak-anak Daddy salah
memilih jalan kehidupannya.” Timpal Keenan lirih.
“Dad, jangan khawatir. Athava dan Rius akan memilih
jalan kehidupan yang benar. Kita akan berusaha
membanggakan Daddy dan Mommy, karena itu dukung kita.
Doakan kita, Dad.”
Keenan tersenyum kecil. “Daddy selalu mendukung
anak-anak Daddy, dan Daddy juga selalu mendoakan yang
Protective's Pilot | 44terbaik untuk kalian. Bagi Daddy dan Mommy, kalian berdua
sudah sangat membanggakan.”
Athava tersenyum, tiba-tiba saja Athava teringat sesuatu.
“Ah, aku sampai lupa. Dad, sepertinya aku menemukan dia.”
Ucap Athava antusias.
Keenan menaikan sebelah alisnya bingung. “Dia? Siapa
dia yang kau maksud?” Tanya Keenan dengan dahi yang
mengkerut.
“Seseorang yang selama ini menghilang, seseorang yang
membuat Rius berubah dingin seperti sekarang.” Jawab
Athava menegakkan tubuhnya. “Aku yakin, nanti saat aku
membawa orang itu ke hadapan Rius. Rius, pasti akan senang.
Dan akan kembali seperti dulu.” Tambahnya.
“Kau yakin telah menemukan dia, dan apa mungkin kau
yakin kalau itu memang benar orang yang kita cari?”
Athava menganggukkan kepalanya cepat. "Ya, aku yakin.
Walau tidak sepenuhnya. Aku sedang mencari tahu tentang
dia, besok aku sudah menerima data diri dari dia."
“Daddy berharap dia benar-benar ditemukan, dan Daddy
juga berharap jika kehadiran dia bisa merubah Rius dari dunia
malamnya.” Keenan tersenyum penuh berharap.
“Semoga saja, Dad!”
Keenan berdiri dari duduknya, sambil melepaskan
kancing jasnya. “Ya sudah, kalau begitu Daddy pergi dulu.
Masih ada banyak pekerjaan di kantor.”
Athava mengangguk pelan, ia ikut berdiri dari duduknya,
mengantarkan Keenan hingga pintu ruangannya. Dan setelah
Keenan masuk ke dalam lift Athava kembali ke kursinya.
Berkutik dengan pekerjaan yang menumpuk. Baru akan
menyalakan laptopnya Athava kembali teringat dengan
Nikenn2s | 45kekasihnya, Lechia. Tadi wanita itu bertanya padanya namun
dengan bodohnya Athava mengabaikan Lechia. Dan yang
lebih bodohnya lagi Athava datang ke Apartement Lechia
untuk mencoba makanan yang dibuat oleh kekasihnya itu.
Uh, Lechia Maafkan aku sayang. batin Athava.
oe
Rius meraih kunci mobilnya yang ada di atas nakas,
matanya menatap pantulan dirinya dari cermin. Setelahnya ia
berbalik menyambar jaketnya, menyelampirkan jaket itu di
Jengan kirinya seraya berjalan menuju lantai bawah.
Begitu keluar dari lift Rius dikejutkan oleh sosok Keenan
yang berdiri tegap. Ia menaikan sebelah alisnya bingung,
karena tumben sekali Keenan datang ke Mansionnya.
“Mau ke mana kau, Rius?” Tanya Keenan menatap
putranya dari atas hingga bawah. Sangat berbeda dengan
penampilan Rius sebelumnya. Apa yang dilihat saat ini oleh
Keenan sangat membuatnya tidak percaya. Bagaimana tidak
sekarang didepannya berdiri sosok putranya yang
mengenakan pakaian seperti preman. Celana jeans robek dan
kaos hitam yang dibalut jaket hitam.
“Daddy ke sini? Sejak kapan?” Tanya Rius kembali,
mengabaikan pertanyaan Keenan padanya.
“Jangan mengalihkan pertanyaan Daddy, Athanarius.”
Jawab Keenan tegas dengan sengaja menekan nama putranya.
Dan jika Keenan sudah menyebut nama putranya itu artinya
Keenan sedang menahan amarahnya.
Rius menghela napas kasar, berjalan melewati Keenan.
“Rius mau keluar malam ini.” Timpal Rius menghempaskan
bokongnya di sofa.
“Mabuk-mabukan lagi, heh?”
Protective's Pilot | 46“Dadd—”
“Daddy dan Mommy mengizinkan kau untuk tinggal
sendiri bukan berarti kau bebas melakukan apapun, kau ingat
apa yang kau katakan dulu sebelum pindah ke Mansion ini?”
Sela Keenan bersidekap dada.
“Hm!” Gumam Rius memijat pangkal hidungnya. “Rius,
ingat. Tapi Dad—”
“Athava sudah menemukan dia, Rius. Bagaimana kalau
dia tahu kebiasaanmu yang suka minum? Apa kau pikir dia
mau berdekatan lagi denganmu?”
Rius mengadahkan kepalanya, menatap Keenan dengan
dahi yang mengkerut. Ia berdiri dari duduknya. “Athava,
menemukan dia?” Tanya Rius.
“Ya, kakakmu tadi memberitahukan Daddy!” Jawab
Keenan seraya duduk di sofa. "Besok, data diri seseorang
akan sampai di tangan kakakmu.”" Tambahnya.
“Tapi kenapa, Athava tidak memberitahuku. Dad?” Rius
menyahut dengan nada yang sedikit meninggi.
“Dia baru tahu hari ini, kau jangan menyalahkan
kakakmu. Kalau memang kau ingin tahu temui Athava besok.”
Ucap Keenan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam
saku celana. “Malam ini jangan pergi ke mana pun. Tapi ya
sudahlah, silahkan saja jika kau memang ingin pergi malam
ini. Tapi Rius, kau jangan salahkan Daddy ataupun Athava
jika Dia tidak ingin bertemu denganmu.” Tambahnya.
“Tapi Dad—”
“Daddy, pulang!” Keenan beranjak pergi mengabaikan
Rius yang hendak berbicara. Setidaknya malam ini Keenan
mempunyai alasan agar Rius tidak keluar.
Nikenn25 | 47Sementara Rius terdiam, tubuhnya terhempaskan kasar,
mengacak rambutnya frustasi. Ada rasa senang jika memang
benar Athava menemukan seseorang yang selama ini
menghilang. Tapi Rius juga takut kalau seseorang itu justru
menghindar dari Rius karena dulu pergi tanpa
memberitahunya. Atau yang paling parah seseorang itu
membenci Rius karena dunia malamnya. Ouh, shit! umpat
Rius dalam hati.
Rius mengambil handphonenya yang bergetar dari dalam
saku celena, sebuah panggilan dari Richter tertera dari layar
handphonenya. Dengan cepat Rius menggeser tombol hijau.
“Hallo, Rius. Aku sudah menemukan seseorang yang kau
cari. Kebetulan aku bertemu dengan informan dari Athava,
ternyata Informan dari Athava sama sepertiku mencari nama
dan orang yang sama.” Ujar Richter dari telfon.
“Benarkah? Kau sudah menemukannya, di mana dia
sekarang? Cepat beritahu aku.” Tanya Rius tidak sabaran. Ia
menyimak dengan baik alamat yang diberikan oleh Richter.
Setelahnya panggilan terputus sepihak, Rius berlari dengan
cepat. Malam ini juga ia akan menemui seseorang itu.
Rius masuk ke dalam mobil, menyalakannya dengan
tangan yang gemetar. Begitu mesin mobil menyala Rius
Jangsung menjalankannya dengan kecepatan yang sangat
tinggi.
Dominick yang melihat itu hanya diam dengan mulut
yang terkatup rapat. Ada rasa khawatir saat melihat cara Rius
mengendarai mobil. Hingga berapa menit mobil Rius sudah
menghilang dari pandangan mata Dominick.
Protective's Pilot | 48PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 07.
Saat ini Rius sedang berada dalam perjalanan menuju ke
salah satu apartement, setelah mendapati kabar dari Richter
kalau sebenarnya gadis itu masih hidup dan sekarang ada di
salah satu apartement di Madrid, Spanyol. Rius segera
mendatangi tempat itu. Richter juga sudah mengirimkan Rius
alamat dari apartement itu. Sebenarnya Rius tahu di mana
apartement itu tapi apa mungkin jika selama ini gadis itu
adalah seseorang yang selama ini ada, bahkan selalu bertem
dengan Rius jika kakaknya Athava sedang mengajak si wanita?
Tidak, itu tidak mungkin. Rius tahu betul sosok gadis
kecil di masalalunya. Manja dan selalu mengembungkan
pipinya jika merasa kesal. Sedangkan wanita Athava? Wanita
itu cantik dan dewasa. Berbeda sekali dengan gadis kecilnya,
tapi ada kemungkinan jika gadis kecilnya kini berubah
dewasa? Ya, itu mungkin saja kan? Tapi tidak, Rius tidak
ingin menebak-nebak dulu. Ja takut salah menebak. Karena
itu saat ini Rius sedang di perjalanan menuju apartement itu
untuk memastikan sepasti mungkin.
Mobil yang dikendarai Rius berhenti di lobby sebuah
apartement. Ia memarkirkan mobilnya di antara mobil-mobil
yang lain, Rius tidak membutuhkan parkiran khusus. Yang
Rius butuhkan saat ini adalah memastikan dan bertemu
seseorang.
Di depan pintu lobby terdapat Richter yang menunggu.
Pria berpakaian rapi itu berjalan ke arah mobil Rius. Ada
beberapa mata yang memandang bingung kearahnya,
Nikenn25 | 49mungkin karena cara berpakaian Richter yang sangat rapi
dengan setelan serba hitam.
TOK! TOK! TOK!
Richter mengetuk kaca jendela mobil Rius. Kepalanya
tertutupi oleh topi. “Rius, gadis itu ada bersama kekasih
kakakmu.” Ujar Richter begitu kaca jendela mobil terbuka.
“Kau sudah memastikannya?” Tanya Rius membuka kaca
mata hitam miliknya.
Richter mengangguk mantap. “Ya, aku sudah
memastikan keberadaannya. Dia memang ada bersama
kekasih kakakmu sejak kemarin malam..” Jeda Richter
sebentar. "Rius, sebenarnya ada lagi yang ingin kuberitahukan
padamu tapi aku rasa nanti saja." Sambungnya.
“Apa?”
“Ada sesuatu!” Richter melihat-lihat kesekelilingnya
sebentar. “Lagi pula aku tidak mungkin menceritakannya di
sini, kau temui saja dulu dia. Nanti besok aku akan datang ke
Mansionmu.”
Rius memanggutkan kepalanya pelan. “Ya, baiklah!”
“Aku pergi dulu.” Richter menyahut lantas beranjak pergi
dari parkiran.
Seperginya Richter dari parkiran, Rius keluar dari
mobilnya. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya
perlahan. Jantungnya berdetak kencang mengingat kalau Rius
akan kembali bertemu dengan gadis kecilnya. Tanpa
menunggu lama lagi, Rius melangkah menuju apartement.
TING!
Lift berhenti di lantai tiga, tidak salah lagi ini memang
apartement milik kakaknya Athava yang saat ini ditempati
oleh kekasih dari kakak Rius itu. Dengan perasaan senang,
Protective's Pilot | SOsedih, takut dan khawatir akhirnya Rius memberanikan diri
untuk beranjak dari lift. Tangannya terulur mengetuk pintu
apartement.
TOK! TOK! TOK!
“Aduh!” Terdengar suara gaduh dari dalam membuat
dahi Rius mengkerut bingung. “Sebentar, sebentar!”
CEKLEK!
Pintu terbuka memperlihatkan sesosok gadis bertubuh
mungil yang memakai kaos kebesaran. Gadis itu masih belum
menyadari kehadiran Rius, dikarenakan gadis itu masih sibuk
dengan sandal jepit yang dibawa oleh gadis itu.
“Cari siap..” Ucapan gadis itu terhenti, pupil matanya
membesar melihat Rius didepannya. Pupil mata gadis itu
bergerak memutar seolah sedang berpikir sampai pada
akhirnya. Gadis itu memekik. “Aku ingat! Kau Pria yang di
club itu kan? Heum, kau pria yang mencekikku? Dan ya, kau
juga yang menciumku sembarangan.” Tambahnya.
Rius menaikan sebelahnya, tentu saja dia ingat dengan
gadis di hadapannya. Gadis yang mengingatkan Rius dengan
gadis kecilnya. Sampai-sampai Rius mencium bibir mungil itu
dalam keadaan emosi.
“Ada apa kau kemari? Oh, atau kau mau mencekikku lagi?
Kau berubah pikiran, ya?” Ruby menunjuk Rius dengan mata
yang membulat sempurna.
“Ruby, siapa yang datang?” Teriakan Lechia dari dalam
membuat aliran darah Rius membeku seketika. Bukan, bukan
Karena suara Lechia. Melainkan karena nama yang disebut
oleh Lechia.
“Aku tidak kenal, Lechia!” Sahut Ruby.
Nikenn25 | 51Rius menatap Ruby lekat tepat pada manik bola mata
gadis mungil didepannya. Rasa tidak percaya karena akhirnya
bisa kembali menemukan gadis kecilnya membuat napas Rius
sesak.
“Kenapa menatapku begitu?” Ruby melotot pada Rius.
Bukan karena tidak suka, tapi karena tatapan Rius membuat
Ruby salah tingkah.
“By?” Gumam Rius terdengar seperti bisikan kecil.
Ruby terdiam menatap Rius dengan kedua alis yang
tertaut. Darahnya berdesir saat mendengar panggilan itu.
“By?” Rius kembali bergumam, kali ini kedua matanya
berkaca-kaca.
“Ka-kau.... Ba-bagaimana ka-kau ta-tahu p-panggilan i-
itu.” Lirih Ruby terbata.
Rius menarik tangan Ruby, membawanya ke dalam
pelukannya. Memeluk tubuh mungil Ruby dengan sangat erat.
Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Rius selain isakan
kecil yang lolos. Air yang ada di pelupuk matanya pun sudah
jatuh menetes.
“By?”
“Ka-kau si-siapa.”
Rius melepaskan pelukannya seraya menangkup pipi
Ruby. Mata keduanya saling bertemu, menatap dalam satu
sama lain. Hingga pada akhirnya Rius memagut bibir mungil
Ruby. Melumatnya kasar melampiaskan rasa amarah, emosi
dan rindu yang melebur menjadi satu.
“Akhirnya..” Jeda Rius setelah menjauhkan bibirnya dari
bibir Ruby. Ia tersenyum semringah, senyum yang selama ini
hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku
menemukanmu.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang
Protective's Pilot | 52selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak
dari gadis itu.
“Ka-kau si-siapa se-sebenarnya?” Tanya Ruby terbata. Ia
masih belum bisa berpikir jernih, pria didepannya datang
secara tiba-tiba menciumnya, lalu mengingatkan Ruby akan
panggilan nama dari seseorang.
“Aku, Pria masalalumu yang selalu kau _bilang
menyebalkan. Karena aku suka sekali mengacak rambutmu.”
Jawab Rius masih dengan menangkup kedua pipi Ruby. “Kau
selalu marah padaku, karena bagimu aku Pria yang selalu
membuatmu merasa kesal.” Tambahnya.
Ruby terdiam dengan mata yang terpejam. Ingatannya
memutar kenangan di masalalu. Terbesit bayangan saat
dirinya bersama seorang Pria. Pria menyebalkan karena selalu
membuat rambutnya berantakan. Namun, pria itu juga yang
selalu menuruti permintaan Ruby. Mengingat hal itu, mata
Ruby langsung terbuka.
“Rius!” Gumam Ruby bergetar.
“Heum.” Rius tertawa kembali memeluk Ruby dengan
sangat erat. Ia mengayunkan tubuh mungil Ruby pelan.
“Ka-kau be-benar Ri-rius?”
Rius terkekeh, sedikit melonggarkan pelukannya agar
bisa melihat wajah Ruby. Ia menarik gemas hidung Ruby.
“Menurutmu, siapa yang selalu memanggilmu dengan sebutan
‘By'?” tanya Rius mengecup bibir Ruby.
“Hanya, Rius!” Jawab Ruby bergumam.
Rius tersenyum semakin mempererat pelukannya.
Senyum yang beberapa tahun ini menghilang dan kini sudah
kembali bersamaan dengan si penakluk hati.
Nikenn25 | 53“Kau ke mana saja, Rius? Kenapa kau meninggalkanku.”
Tambah Ruby terisak.
“Aku pergi untuk meraih cita-citaku, aku tidak pernah
meninggalkanmu. Tidak pernah.” Rius menyahut lirih,
matanya terpejam dengan denyut di hatinya. “Aku hanya
pergi sebentar, aku kembali lagi. Tapi saat aku kembali untuk
menemuimu, kau sudah pergi.”
“Jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku lagi. Aku takut,
Rius.”
Aku takut, Rius.
Rius membuka matanya mendengar kata yang terlontar
dari mulut Ruby. Lama tidak bertemu sepertinya banyak yang
tidak Rius ketahui. “Tidak, aku tidak akan pergi lagi. Aku
juga tidak akan meninggalkanmu. Aku di sini, untukmu!”
Bisik Rius menumpukan dagunya di kepala Ruby yang lebih
pendek darinya. Ya, karena tinggi Ruby hanya sebatas dada
bidangnya saja. Benar-benar mungil bukan?
“Kau tidak akan membunuhku kan?” Tanya Ruby
mengurai pelukan Rius. Kepalanya mengadah melihat Rius
yang lebih tinggi darinya.
Rius mencebikkan bibirnya. Timbul rasa bersalah karena
malam itu hampir saja mencekik Ruby. “Maafkan aku, By.
Maaf malam itu aku sedang dilanda emosi!”
Ruby tersenyum kecil, mengusap lembut pipi Rius.
“Tidak apa-apa, pada saat itu kita tidak saling tahu satu sama
Jain kan? Kalau kau tahu aku Ruby, kau pun pasti tidak akan
melakukannya.”
Rius tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Ia
menyatukan keningnya dengan kening Ruby. Saling
Protective's Pilot | 54memejamkan mata kembali menikmati kerinduan yang
terbayarkan oleh pertemuan keduanya.
Tanpa mereka berdua sadari kalau sejak tadi Lechia
melihat keduanya. Ia ikut menangis karena terharu melihat
adik dari kekasihnya dan sahabatnya Ruby. “Ya, mereka
sudah saling bertemu. Aku sampai ikut menangis.” Lechia
terkekeh berbicara dengan telfon yang tersambung pada
Athava. Tadi sebelum Rius datang, Athava sudah lebih dulu
menelfonnya. Menceritakan tentang hubungan Ruby yang
merubah kehidupan Rius. Sekarang Lechia bisa melihat
seberapa terpengaruhnya hidup Ruby di dalam kehidupan
Rius. Maka dari itu saat pintu apartementnya diketuk, Lechia
sudah tahu kalau itu adalah Rius. Hingga akhirnya Lechia
meminta Ruby yang membukanya agar mereka berdua bisa
bertemu.
“Dan maaf sayang, aku tidak bisa lagi melihat mereka.
Karena kau pasti tahu apa yang dilakukan sepasang kekasih
yang sedang saling jatuh cinta ketika bertemu, setelah
bertahun-tahun tidak ketemu?” Lechia tersenyum, ia sekarang
ini sudah ada di kamarnya. Lechia cukup sadar diri tidak ingin
melihatnya lagi karena tidak ingin mengganggu pertemuan
Rius dan Ruby.
Nikenn25 | 55PROTECTIVE’S PILOT | Bagian 08.
Saat ini Rius dan Ruby sedang berada di ruang tamu
apartement Lechia. Mereka sudah tidak ingin lagi menangis,
terlebih Ruby. Mata gadis itu sudah sangat sembab sampai
akhirnya Rius meminta Ruby untuk berhenti terisak, selain
tidak tega Rius juga merasa sakit melihat Ruby yang
menangis.
Ruby bersandar di dada bidang Rius dengan nyamannya,
sambil memainkan jari-jari panjang tangan pria itu.
Rius tersenyum bahagia, sesekali mencium kepala Ruby
yang bersandar di dadanya. Tidak tahu kenapa dari dulu Ruby
sangat suka memainkan jari-jari tangannya. Ia sendiri tidak
keberatan, dan justru menyukai kebiasaan Ruby.
“By, hari ini kau ikut bersamaku. Kau juga akan tinggal
bersamaku nanti.” Ujar Rius membuat Ruby berhenti
memainkan jarinya.
“Rius, kalau aku ikut denganmu. Bagaimana dengan
Lechia?” Ruby mengadahkan kepalanya, menatap Rius.
Rius tersenyum menahan leher Ruby yang sedang
mengadah. “Lechia, tidak akan apa-apa. Aku tidak mau ambil
resiko lagi.”
“Tapi Rius—”
“Tidak apa-apa, Ruby. Kau ikut saja dengan Rius. Nanti
aku bisa datang menemuimu, atau kalau mau kau yang bisa ke
sini.” Ucap Lechia yang tiba-tiba saja keluar dari kamarnya.
“Kau dengar sendiri kan, By?” Sahut Rius mengusap
rambut belakang Ruby. “Kau bisa main ke sini kalau kau
merindukan, Lechia.” Tambahnya.
Protective's Pilot | 56Ruby menganggukkan kepalanya, ia berdiri dari
duduknya seraya memeluk Lechia erat. “Terima kasih, Lechia.
Kau sudah sangat baik padaku!” Kata Ruby tulus.
“Sama-sama, Ruby. Aku juga berterima kasih padamu.
Karenamu aku bisa membuat makanan kesukaan, Athava.”
Kekeh Lechia melerai pelukan Ruby.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, — setelah
berpamitan pada Lechia. Lantas Ruby dan Rius meninggalkan
apartement, diantarkan oleh Lechia hingga ke parkiran.
Lechia melambaikan tangannya seiring perginya mobil
Rius dari parkiran. Ia menghela napas kasar, hari ini dan esok
Lechia akan kembali hidup sendiri. Tapi tidak apa karena
Lechia masih bisa menemui Ruby jika memang dirinya ingin
bertemu dengan gadis menyenangkan itu.
Baru saja Lechia akan kembali ke apartementnya, tapi
sebuah mobil yang dikenal olehnya berhenti tepat di depan
Lechia. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman saat
menyadari kalau itu adalah mobil kekasihnya, Athava.
“Hi Babe?” Athava merentangkan tangannya menunggu
sambutan kekasih tercintanya.
Lechia tertawa seraya berhamburan ke dalam pelukan
Athava “Kau terlambat datang, mereka baru saja pergi.”
“Hei, aku datang ke sini bukan untuk mereka. Tapi untuk
menemui kekasihku yang cantik.” Athava menoel ujung
hidung Lechia.
“Aku kira kau ingin bertemu dengan adik iparmu!”
“Aku bisa bertemu dengannya nanti malam, sekarang ini
aku ingin bersama kekasihku dulu.”
Nikenn25 | 57Lechia tertawa seraya mencubit pinggang Athava pelan.
“Dasar, ayo ke apartement.” Ajak Lechia lantas segera
kembali ke apartementnya bersama Athava.
Athava tersenyum mengangkat tubuh Lechia membuat
wanita itu memekik kaget. “Ayo, sayang!” Bisik Athava
mengecup bibir Lechia.
“Athava, turunkan aku. Malu dilihat oleh orang.” Lechia
menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Athava, kedua
pipinya merona merah.
“Biarkan saja, kenapa harus peduli.” Athava mendatarkan
wajahnya. “Ayo, buka passwordmu!” Tambahnya.
Lechia memanggut-manggutkan kepalanya, seraya
menekan nomer password apartementnya. “Udah, turunkan
aku.” Pinta Lechia.
“Big No! Athava melangkah masuk tanpa menurunkan
Lechia. Kakinya mendorong pintu agar tertutup, setelahnya ia
membanting tubuh Lechia ke sofa.
“ATHAVA!” Pekik Lechia melempar bantal sofa pada
kekasihnya itu, yang justru berlari ke kamar mandi. Begitu
melemparnya pada sofa. “Tubuhku, sakit!”
Terdengar tawa Athava dari kamar mandi, tawa yang
begitu lepas. Membuat kesal Lechia adalah hal yang
menyenangkan untuk Athava.
Sementara itu di sofa Lechia masih merasa kesal pada
Athava, Pria itu selalu saja melakukan hal yang menyebalkan.
Dari pertama bertemu, Athava memang orangnya sudah
menyebalkan. Tapi tidak tahu apa yang membuat Lechia
sampai pada akhirnya mencintai Athava. Namun, walau
menyebalkan Lechia tetap mencintai Athava.
Protective's Pilot | 58“Chia, hari ini aku menginap di sini. Sudah malam juga
aku sedang malas menyetir!” Ujar Athava begitu sudah keluar
dari kamar mandi.
“Kenapa izin padaku, biasanya juga tidur di sini kalau
kau mau?” Tanya Lechia bingung.
“Aku sedang tidak izin, aku hanya mengatakannya saja
padamu!” Jawab Athava membalikkan tubuhnya. “Tidurlah,
ini sudah malam. Aku seperti biasa akan tidur di—”
“Jangan!” sela_ Lechia cepat. “Kamarmu masih
berantakan, kemarin kamar itu aku pinjam untuk Ruby!”
Tambahnya.
“Oh, ya sudah. Kita tidur bersama!” Athava menyahut
dengan alis yang naik turun.
“Dasar!” Lechia tertawa pelan, lantas mereka ke kamar
untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Athava tersenyum menarik tubuh Lechia ke dalam
dekapannya. Mencium kening wanita itu sebentar. “Night, My
Mine!”
Lechia mengecup pipi Athava sekilas, setelahnya
menenggelamkan wajahnya di dalam dekapan Athava. “Night
too, Athava.”
se
Sepanjang perjalanan Rius tidak henti-hentinya menciumi
punggung tangan Ruby yang selalu ia genggam. Hatinya
begitu bahagia kembali bertemu dengan gadis kecil masa
lalunya, gadis yang selalu merengek jika Rius tidak
membelikan ice cream padanya. Gadis yang selalu manja, dan
gadis yang selalu memberikan puppyeyesnya jika Rius sedang
marah sampai akhirnya luluh karena puppyeyes dari gadis
kecilnya.
Nikenn25 | 59Akhirnya mobil Rius berhenti di depan Mansionnya.
Dengan terpaksa Rius harus melepaskan genggaman
tangannya. Ia terkekeh pelan melihat Ruby tidur dengan
kepala yang menyandar di lengan Rius. Walau sedang tertidur,
tapi Ruby masih terlihat cantik. Bahkan bertambah cantik
karena wajah Ruby yang menenangkan.
Dengan perlahan dan hati-hati Rius membenarkan posisi
kepala Ruby, menyandarkannya di kursi. Setelah itu Rius
turun dari mobil, sedikit berlari memutari mobilnya lalu
membuka pintu) yang satunya. Tubuh Rius sedikit
membungkuk, menyelipkan tangannya di lekuk kaki Ruby,
sementara tangan yang satunya berapa di tengkuk leher Ruby.
Menggendongnya ala bridal style.
“Tuan?”
Rius menolehkan, seraya tersenyum pada Dominick.
“Dominick!” Gumam Rius.
Dominick mengerjapkan matanya saat melihat Rius yang
tersenyum, kedua matanya beralih menatap seseorang yang
ada di dalam gendongan Rius. “Tuan, dia siapa?” Tanya
Dominick bingung.
"Dominick, dia. Gadisku!” Jawab Rius dengan suara
bahagianya. “Gadis yang selama ini menghilang, aku berhasil
menemukannya!” Tambahnya.
Dominick membelalakkan kedua matanya, mendengar
perkataan Rius. “D-dia—”
“Ya, Dominick, Ya! Dia gadisku.” Rius menyahut
dengan antusias. “Aku akan menceritakannya nanti padamu,
tolong. Tutupkan pintu mobil, aku akan membawanya ke
kamar!”
Protective's Pilot | 60“Ya, tuan!” Dominick tersenyum senang, menutup pintu
mobil dan berlari mengejar Rius dari belakang. Hatinya
menghangat karena Rius kembali menemukan gadis
masalalunya. Itu berarti Rius akan kembali seperti dulu,
hangat dan mudah tersenyum.
Dominick masuk ke dalam lift bersama dengan Rius.
Menekan angka tiga menuju lantai atas di mana kamar Rius
berada. Di lantai tiga memang dikhususkan untuk kamar,
tempat Rius mengegym dan ruang kerja Rius. Sementara di
lantai dua terdapat ruangan untuk keluarga dan lantai satu
terdapat dapur kitchen, kamar mandi dan beberapa kamar
untuk pelayan dan para penjaga di Mansion. Banyak dari
tamu Rius ataupun kolega Keenan yang datang, mengira
kalau Mansion Rius tidak memiliki lantai ke atas. Nyatanya
mansion ini terbilang cukup besar dan luas. Dalam
Mansionnya pun cukup elegan nan mewah.
TING!
Pintu lift terbuka Dominick lebih dulu keluar untuk
membukakan pintu kamar Rius, agar memudahkan Pria itu
karena menggendong Ruby.
Rius tersenyum pada Dominick, melangkah masuk ke
dalam kamarnya. Ia membaringkan tubuh Ruby di atas kasur,
menyelimutinya hingga batas dada wanita itu.
Rius membungkuk mencium kening Ruby dengan lembut,
tangannya mengusap wajah tenang Ruby. “Goodnight, My
Love.” Bisik Rius pelan.
Setelahnya Rius membalikkan tubuhnya menatap
Dominick yang masih berdiri di ambang pintu. Kakinya
melangkah menghampiri Dominick.
Nikenn25 | 61“Tuan, anda berhasil menemukannya.” Ujar Dominick
terharu.
“Ya Dominick. Aku menemukannya dan aku bahagia,
Dominick. Hidupku terasa kembali, rasanya aku tidak bisa
mengungkapkan kebahagiaan ini dengan kata-kata apapun.”
Rius tersenyum menatap ke arah kasur. “Dia terlalu berharga
untukku, dari dulu. Dari pertemuan kita berdua, keributan
kecil sampai pada akhirnya aku mulai merasa nyaman.
Kehadiran Ruby seperti obat penenang untukku, dia selalu
datang disaat aku merasa marah. Ruby selalu menenangkanku
dengan tatapan matanya. Dan saat dia pergi menghilang aku
merasa ada separuh hidupku yang hilang.” Tambahnya.
“Tuan, apa anda mencintainya?”
Rius mengangguk penuh keyakinan. “Ya, aku
mencintainya. Sangat mencintainya. Tapi aku belum bisa
mengungkapan cintaku padanya. Mungkin nanti aku akan
mengungkapan cintaku pada Ruby. Aku membutuhkan waktu
yang tepat untuk itu.”
“Tn. Rius, jujur saja saat kepergian Nona Ruby, Tuan
berubah seratus delapan puluh derajat. Tuan seperti tidak saya
dan keluarga Tuan kenali. Tapi untungnya sekarang ini Nona
Ruby sudah kembali. Dan saya, saya bisa melihat Tn. Rius,
kembali seperti dulu!”
Rius tersenyum kecil. “Dulu aku merasa bersalah karena
kepergian Ruby. Dulu saat aku pergi untuk meraih cita-citaku,
aku pergi tanpa mengatakan apapun pada Ruby. Aku berpikir
kalau dia marah padaku, hingga akhirnya Ruby pergi tanpa
memberitahuku. Atau ibarat kata membalas perbuatanku..”
Jeda Rius sebentar. “Dominick, kau tahu? Dulu aku sempat
membenci Ruby karena pergi meninggalkanku. Tapi aku
Protective's Pilot | 62sadar aku pun sama sepertinya yang pergi tanpa mengatakan
apapun, tapi semakin lama. Aku merindukan kehadirannya.
Rindu rengekannya, manjanya dan mata yang selalu berbinar
saat aku memberikannya sesuatu yang dia sukai.” Sambung
Rius tersenyum.
“Dan sekarang, dia telah kembali. Tuan!”
Rius mengangguk, kedua matanya berkaca-kaca. “Ya, dia
telah kembali. Dan aku akan terus menjaganya, aku tidak
akan membiarkan dia pergi lagi. Aku sangat bahagia,
Dominick.”
“Saya bisa melihat kebahagiaan itu di mata. Tuan.” Ucap
Dominick tersenyum.
Rius tersenyum tatapannya tidak teralihkan sedikitpun,
selama bercerita Rius selalu menatap Ruby yang terbaring
tidur. Hatinya memuncah karena bahagia yang tidak bisa
jelaskan oleh kata-kata apapun.
“Tstirahatlah, Tuan. Sudah malam!” Tambah Dominick
diangguki oleh Rius. Lalu kemudian Dominick pun beranjak
pergi membiarkan Rius untuk beristirahat di kamarnya karena
memang hari sudah malam.
Nikenn25 | 63PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 09.
Keesokan harinya Ruby baru saja bangun dari tidurnya
jam 08.45 pagi. Tidur yang nyenyak karena Ruby sampai
bangun terlambat. Kedua mata Ruby bergerak memperhatikan
sekeliling kamar, cukup luas untuk ukuran kamar tidur. Ia
bangun dari tidurnya menjadi duduk, bersandar pada kepala
kasur. Tiba-tiba saja pipi Ruby bersemu merah saat
mengingat perjalanan semalam, di mana Rius yang selalu
menggenggam tangannya sambil terus diciumi sampai Ruby’
tertidur.
Saat Ruby hendak beranjak, tanpa sengaja matanya
melihat sebuah bingkai di atas nakas. Diambilnya bingkai itu,
Ruby tersenyum malu begitu lihat ternyata di bingkai itu
terdapat foto masa kecilnya.
“Kapan Rius mengambil foto ini.” Gumam Ruby bingung.
“Aku mengambilnya saat kau sedang bahagia karena
mendapatkan boneka panda dan ice cream dariku.” Suara
bariton itu terdengar sangat tegas dan berat.
Ruby menoleh menatap Rius yang berdiri tidak jauh dari
tempat tidur. “Benarkah?” Tanya Ruby.
“Aku selalu mengingatnya, By.” Jawab Rius mendekati
Ruby. Ia meraih dagu Ruby dan menyatukan bibir mereka,
sebentar. “Morning, By!” Tambahnya.
“Ini sudah siang, Rius. Aku kesiangan.” Ruby
mengerucutkan bibirnya.
“Tidak By, ini belum siang.” Tangan Rius terulur
membelai lembut pipi Ruby. “Lebih baik kau mandi, setelah
itu sarapan.”
Protective's Pilot | 64Ruby menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari
tempat tidur. “Rius, jangan di sana. Aku mau rapikan dulu
tempat tidurnya!” Ujar Ruby.
“Tidak usah, nanti ada maid yang akan membersihkan
kamar.” Sahut Rius. “Cepat mandi. Setelah itu turun ke bawa
kita sarapan.”
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, lantas pergi ke
kamar mandi dengan perasaan yang sedikit kesal. Sudah
menjadi kebiasaan Ruby sejak kecil setiap bangun dari
tidurnya, pasti ia akan merapikan tempat tidur. Tapi kali ini
Rius justru melarangnya.
Rius menghela napas kasar, kedua tangannya terkepal
kuat hingga urat-uratnya menonjol. Kemarin ia dan Richter
sudah bertemu, pria itu juga sudah menceritakan semua
tentang Ruby pada Rius. Yang membuat Rius naik pitam
karena menahan amarah.
Ruby tinggal dengan ibu dan kakak tirinya, ayah Ruby
menikah setelah kepergian istrinya. Mereka lalu memutuskan
untuk pindah rumah, Awalnya hubungan mereka baik-baik
saja, Rius. Sampai pada akhirnya Ayah Ruby pergi, setelah
kepergian Ayah Ruby. Ibu dan saudara tiri Ruby berubah
kasar. Mereka sering menyakiti Ruby dan yang paling fatal
terakhir mereka menjual Ruby di Club milik Miller.
Wajah Rius memerah karena menahan amarah yang
menguasai dirinya. Rius harus bisa menahannya agar Ruby
tidak perlu merasa takut. Karena ia tahu gadisnya sangat takut
akan bentakan. Rius tidak pernah bisa membayangkan
bagaimana takutnya Ruby saat ibu dan saudara tirinya
membentak Ruby, meneriaki gadisnya. Dulu saat Rius
Nikenn2 | 65membentak Ruby gadisnya itu langsung bergetar dan
menangis.
Rius bukan type orang yang suka kekerasan, tapi Rius
juga bisa kasar jika ada orang lain melukai keluarga dan
seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya. Ia benci
kekerasan, tapi walau benci kekerasan Rius tidak akan tinggal
diam dengan apa yang dilakukan oleh Ibu dan saudara tiri
Ruby.
Tak selang berapa lama Ruby keluar dari dalam kamar
mandi dengan tubuh yang terbalut jubah mandi. “Rius, aku
lupa kalau aku tidak ada pakaian.” Ucap Ruby memanyunkan
bibirnya.
Rius tersenyum seraya beranjak dari tempat tidur,
berjalan ke arah lemari pakaian dan mengambil salah satu
kaosnya. “Pakai saja dulu kaosku, nanti kita keluar beli.”
Sahut Rius memberikannya pada Ruby.
Ruby mengangguk, lantas mengambil kaos Rius dan
kembali ke kamar mandi untuk memakai kaos yang diberikan
oleh Rius. Setelah memakainya Ruby kembali keluar, ia
mengerucutkan bibirnya ke depan.
“Rius, lihat pakaianmu terlalu besar!” Oceh Ruby sambil
memperlihatkannya pada Rius.
Rius menahan tawanya. Namun, karena tidak kuasa
menahan tawa akhirnya tawa Rius pecah. Ia tertawa terbahak-
bahak begitu melihat tubuh Ruby yang tenggelam karena kaos
kebesaran Rius.
“Aaaa, Rius jangan tertawa.” Tambah Ruby
menghempaskan bokongnya kasar di pinggir kasur.
“Hahahaha, Sorry babe!” Rius semakin terbahak-bahak.
Protective's Pilot | 66Ruby mengerucutkan bibirnya sebal, wajahnya memerah
menahan malu. Ini pertama kalinya Ruby memakai kaos
kebesaran ditubuhnya yang mungil.
“Jangan begitu nanti aku bisa menciummu!” Tambahnya
menoel dagu Ruby.
Ruby terkekeh menepis tangan Rius pelan. “Jangan
menggodaku, Rius.”
“Tidak sayang, aku sedang tidak menggodamu!” Rius
mengacak rambut Ruby gemas. Tidak tahu kenapa dimatanya
Ruby selalu terlihat menggemaskan.
“Sudahlah, ayo kita sarapan saja.” Ruby berdiri dari
duduknya, mengulurkan tangannya pada Rius.
“Baiklah-baiklah, ayo Baby Little.” Rius mencium pipi
Ruby dengan gemas.
Ruby menghela napas pasrah, baru semalam bertemu
kembali tapi Rius sudah membuatnya kesal. Ia pikir setelah
sekian lama tidak bertemu sikap jahil Rius yang suka
menggodanya sudah hilang, tapi ternyata Rius masih saja
suka jahil dan menggodanya.
Rius terus menggenggam tangan Ruby dari pertama kali
masuk ke dalam lift, menggoda Ruby yang kesal karena ia
terus mengacak puncuk kepala gadis itu. Saat ini Rius lebih
terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sebuah
mainan yang paling disuka.
“Rius, rambutku nanti berantakan!” Ruby merengek
seraya memegang lengan Rius.
Rius tersenyum, menjulurkan lidahnya dan melangkah
duluan begitu pintu lift terbuka karena sudah berada di bawah.
Nikenn25 | 67Ruby mengerucutkan bibirnya, berjalan keluar lift sambil
terus bergerutu karena sebal. “Aku mau bersama Lechia saja,
di sini kau selalu membuatku kesal.” Tambahnya.
Rius menghentikan langkahnya seraya membalikkan
tubuhnya, ia menarik pinggang Ruby agar tubuh keduanya
saling berdekatan. “Kau sudah ada di sini, itu berarti tidak
akan pernah bisa pergi. Sekalipun kau berlari, aku akan
kembali menangkapmu,” ucap Rius meraih dagu Ruby dan
menempelkan bibirnya dengan bibir Ruby. “Jangan pernah
berucap kau akan pergi dariku, karena kau tentu tahu. Apa
yang sudah aku dapatkan tidak akan pernah aku lepaskan.”
Tambah Rius setelah menjauhkan bibirnya dengan bibir Ruby.
Ruby mengangguk paham. Ya, ia memang sudah sangat
tahu sifat dan sikap Rius. Pria itu memang tidak akan pernah
melepaskan apapun yang sudah dimiliki oleh Pria itu. Tapi di
sini Rius tidak menjadikan dirinya sebagai milik dari Pria itu.
“Jangan memikirkan apapun, apa yang aku katakan itu
benar.”
“Rius?” Gumam Ruby menatap Rius dalam.
“Heum, apa sayang?” Rius mengecup bibir Ruby sekilas.
“Kapan kita sarapan, aku sudah lapar!” Ruby menyahut
dengan polosnya.
Rius yang mendengar tutur gadis di dekapannya hanya
tertawa pelan, menggigit ujung hidung Ruby dengan gemas.
“SAKITTT!!!” Pekik Ruby memukul dada bidang Rius
pelan.
Rius tertawa kencang, menjauhkan tubuhnya dari Ruby.
Lalu beralih menatap hidung gadis itu yang memerah karena
gigitannya. “Ya sudah, ayo kita sarapan.” Rius mengulurkan
tangannya namun ditepis oleh Ruby.
Protective's Pilot | 68“Jangan menyentuhku, aku masih kesal padamu!” Ruby
menyahut dengan ketus.
Rius mengulum senyumnya. “Kau tahu, By. Kalau di
lemari es ada banyak Ice Cream yang aku beli untukmu.”
Ucap Rius melangkah secara perlahan. “Tapi, kalau kau
memang kesal padaku. Ya sudah, tidak apa-apa.” Tambahnya.
Rius terus melangkah, tangannya berada di dalam saku
celananya. Ia hanya perlu berhitung sampai tiga maka gadis di
belakangnya akan memanggil namanya.
Satu..
Du..
“Heum, Rius?” Panggil Ruby menggigit bibirnya
bawahnya.
Rius tersenyum penuh kemenangan, dugaannya benar
gadis itu masih sangat menyukai Ice Cream. “Hm, apa?”
Sahut Rius tanpa menoleh.
“A-aku.. Heum, a-aku tidak kesal padamu. A-aku hanya
berbohong saja!” Ucap Ruby terbata.
“Oh, begitu?” Rius membalikkan tubuhnya, menatap
Ruby dengan wajah datar.
“J-iya.”
Rius tersenyum seraya merentangkan tangannya.
“Kemarilah, My baby little.” Kata Rius memanggutkan
kepalanya tipis.
Ruby tersenyum malu, lalu berlari menubruk tubuh Rius.
Tertawa di dalam dekapan Pria itu. Ia memejamkan matanya
menghirup wangi maskulin yang selalu membuat Ruby
merasa tenang dan nyaman.
Nikenn25 | 69PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 10.
Sekarang ini Rius dan Ruby sedang berada di mall untuk
membeli pakaian Ruby. Mereka berjalan dengan tangan saling
menggenggam erat.
Rius mengecup punggung tangan Ruby, ia melepaskan
genggaman tangannya dan beralih merangkul bahu Ruby.
Mereka kemudian masuk ke dalam sebuah toko pakaian untuk
memilih pakaian di sana.
“Pilihlah pakaian yang kau suka, ambil sebanyak
mungkin yang kau butuhkan.” Ucap Rius melepaskan
rangkulannya.
“Tapi-”
“By, tidak apa. Ambillah pakaian yang kau sukai.” Sela
Rius tersenyum hangat.
Ruby tersenyum seraya memanggut-manggutkan
kepalanya pelan. Ia lalu berjalan memilih pakaian yang pas
untuknya. Pipinya bersemu merah saat dirasa ada banyak
mata melihat kearahnya.
Rius mengepalkan tangannya kuat-kuat, kedua matanya
memincing menatap tajam para Pria yang memperhatikan
Ruby. Rius menyesal karena membiarkan Ruby memakai
kaos kebesarannya yang hanya terbalut jaket besar. Harusnya
tadi Rius membeli dulu pakaian untuk Ruby sebelum pergi ke
mall.
Rius yang berdiri hanya memperhatikan Ruby dari jarak
yang cukup jauh. Berjaga-jaga takut jika ada seseorang yang
kurang ajar pada gadis itu.
Protective's Pilot | 70Rius tersenyum seraya mengangguk tipis saat Ruby
menoleh kearahnya. Ia tahu gadis itu mencari keberadaannya.
Rius pun menghampiri Ruby.
Rius mengernyitkan dahinya bingung, begitu menyadari
Ruby perlahan mendekat kearahnya. Langkah gadis itu juga
terlihat tergesa-gesa.
“Rius, ayo kita pulang saja. Aku risih!” Bisik Ruby pada
Rius.
“Pulang?” Ulang Rius menaikan sebelah alisnya.
Ruby mengangguk pelan. “Ya, ayo pulang.”
“Tapi kau belum mendapatkan pakaian.” Ujar Rius
mengulurkan tangannya mengusap pipi Ruby lembut. "Ada
aku di sini, aku akan menjagamu." Tambahnya.
“Tapi Rius—”
“Ayo aku akan bantu cari!” Rius menyela, mengaitkan
tangannya dengan tangan Ruby.
Ruby menghela napas pasrah, ekor matanya melirik ke
salah satu Pria yang selalu menatapnya seolah ingin
memangsa tubuh Ruby. Dan Ruby cukup risih akan tatapan
Pria itu.
“Rius, aku tidak mau. Ayo pulang saja!” Ucap Ruby
sambil menahan tangan Rius.
“Ada apa memangnya? Kau tidak suka tempat ini?”
Tanya Rius menatap Ruby. “Kalau memang kau tidak suka
kita bisa cari ke tempat lain. Bagaimana?” Tambahnya.
“Bukan Rius, aku suka tempat ini.” Ruby menggigit bibir
bawahnya. “Aku takut, orang itu dari tadi menatapku terus.”
Ruby berbisik. Kedua matanya menatap ke arah Pria itu
dengan takut.
Nikenn25 | 71Rius menaikan sebelah alisnya, matanya mengikuti
arahan mata Ruby. Tidak jauh dari posisi Rius dan Ruby,
seorang Pria berdiri sambil terus menatap ke arah Ruby. Bibir
Pria itu tersungging kecil. Dan Rius bisa melihat itu.
Ruby merapatkan tubuhnya pada Rius, saat melihat Pria
itu berjalan mendekat kearahnya. Ia meremas kemeja yang
digunakan oleh Rius dengan kencang.
Rius menoleh ke belakang melihat Ruby yang
bersembunyi. Rius tahu kalau gadis itu merasa ketakutan,
terlihat dari cara Ruby meremas kemejanya dan tubuh mungil
Ruby yang bergetar.
“Hei, boleh aku berkenalan dengan adikmu?” Ajak Pria
itu begitu sudah di hadapan Rius.
“Adik?” Ulang Rius dengan alis terangkat sebelah.
“Siapa adik yang anda maksud?”
Pria itu tersenyum miring. “Wanita yang bersembunyi di
belakangmu, dia begitu cantik dan.. Seksi!”
Rius mengetatkan rahangnya, amarahnya memuncak.
Namun, Rius harus menahannya. Karena bagaimanapun ada
banyak orang yang melihat. “Minggirlah.” Ucap Rius datar
dan dingin.
“Oh, ayolah. Aku ingin berkenalan dulu dengan wanita di
belakangmu.” Sahut Pria itu menatap Ruby.
“Minggir!” Pinta Rius sekali lagi.
“Kalau kau mau pergi, silahkan saja. Bisa lewat pinggir
sana. Aku ingin berkenalan dengan wanita cantik itu.” Tolak
si Pria kesal, dia enggan beranjak sedikitpun dari hadapan
Rius.
“Saya tidak mengizinkannya.” Kata Rius datar. “Porque
él es mio.” Tambah Rius penuh penekanan.
Protective's Pilot | 72“Apa dia istrimu?”
“Minggir dari hadapan saya, sekarang juga.” Tekan Rius
mengepalkan tangannya.
“Aku akan minggir, asal. Dia mau memberitahukan
namanya lebih—”
BUGH!
Ucapan Pria itu terhenti begitu pukulan Rius mengenai
tepat rahangnya. Pria itu meringis menahan sakit.
Ruby membekap mulutnya agar tidak berteriak karena
terkejut. Tubuhnya semakin bergetar menahan takut sekaligus
isakannya.
Rius meraih kemeja Pria itu, menatapnya penuh amarah.
“Jika tidak paham akan bahasa manusia maka belajarlah lagi.”
Geram Rius menghempaskan kemeja Pria itu hingga
tersungkur. Ia lantas menarik tangan Ruby dan membawanya
pergi, mengabaikan banyak mata yang melihat kejadian
barusan.
“Ri-rius?” Panggil Ruby bergetar.
“Kita pulang, biar mnanti Dominick saja yang
membelikanmu pakaian!” Sahut Rius tanpa menoleh.
Ruby mengangguk kecil walau Rius pasti tidak akan
melihatnya. Ia tersenyum tipis, Rius kembali melindunginya
seperti dulu. Tiba-tiba saja terlintas bayangan masa lalu saat
di mana seorang Rius memarahi anak laki-laki karena
mengganggu Ruby saat sedang bermain.
Rius kecil yang dengan beraninya mendorong anak laki-
laki itu hingga menangis. Mengabaikan ocehan sang Ibu anak
itu yang tidak terima anaknya didorong hingga menangis.
Dari kecil Rius selalu menjaga Ruby dari orang-orang
berniat jahat. Bagi Ruby, Rius seorang pahlawan karena
Nikenn25 | 73selalu ada saat Ruby dalam bahaya. Di manapun Ruby di sana
pasti ada Rius.
Ruby menghela napas kasar, menundukkan kepalanya.
Menatap tangan Rius yang menarik pergelangan tangannya.
Jujur saja, Ruby mencintai Rius. Bukan karena Pria itu selalu
menuruti keinginan Ruby, dan bukan juga karena Rius yang
selalu menjaga Ruby. Tapi karena memang Ruby mencintai
Rius tanpa alasan apapun. Dari mereka masih sekolah, Ruby
sudah merasakan perasaan itu untuk Rius. Hanya saja Ruby
tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Rius, karena
takut jika Pria itu menjauhinya.
Bahkan perasaan untuk Rius masih ada sampai saat ini.
Ruby tidak tahu harus mengungkapkannya atau justru tetap
memendam perasaan itu. Karena jujur saja sampai saat ini
Ruby tidak pernah tahu perasaan Rius kepadanya.
Ruby mengadahkan kepalanya, menatap Rius yang tiba-
tiba saja berhenti melangkah. "Ada apa?" tanya Ruby bingung.
Rius melepaskan genggaman tangannya pada
pergelangan tangan Ruby. “Seharusnya aku yang bertanya
seperti itu padamu.” Jawab Rius seraya menangkup wajah
Ruby. “Kenapa kau diam saja, apa yang kau pikirkan. Heum?”
Tambahnya.
“Tidak ada.” Ruby menyahut pelan, tatapannya beralih ke
arah lain. Tidak berani menatap Rius.
Rius menghela napas kasar. “Kau tidak pandai berbohong
padaku, By. Katakan apa yang kau pikirkan?”
“Aku tidak bohong, Rius!”
Rius memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Baiklah,
kalau begitu-” Jeda Rius sebentar. “Tatap aku, dan katakan
kau tidak berbohong padaku.” Sambungnya.
Protective's Pilot | 74Ruby menunduk seraya menggeleng pelan. Ia tidak bisa
menatap Rius saat ini. Pria itu nanti bisa tahu kalau saat ini
mata Ruby memerah menahan tangis.
“By, katakan padaku. Ada apa?” Tanya Rius dengan
lembut.
Ruby mendongakkan kepalanya, mengadah menatap Rius.
Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Ayo pulang!"
Ajak Ruby berjalan mendahului Rius. Ia bahkan tidak
menjawab pertanyaan dari Rius.
Rius menghela napas kasar, memandang punggung
mungil Ruby yang semakin jauh. Ia tahu ada sesuatu yang
dipikirkan oleh Ruby. Gadis itu tidak akan pernah bisa
berbohong padanya. Rius sangat tahu saat Ruby berkata jujur
dan saat Ruby tidak jujur. Dan sekarang gadis itu sedang
berbohong padanya.
Sampai di parkiran Rius tidak langsung menjalankan
mobil, dia terdiam untuk beberapa saat berharap Ruby mau
bicarakan padanya tentang apa yang dipikirkan oleh gadis itu.
Namun, sudah hampir dua puluh menit Ruby sama sekali
tidak membuka mulutnya.
“Oke baiklah, aku tidak akan menjalankan mobil ini
sebelum kau mengatakan tentang isi pikiranmu.” Ucap Rius
jengah. “Jadi By, bisa kau katakan sesuatu padaku?”
“Tidak ada Rius, tidak ada yang ingin aku katakan!”
Ruby menyahut sambil terus menatap keluar jendela. Ia tidak
ingin melihat Rius bukan karena apa-apa, melainkan karena
Ruby masih merasa takut melihat Rius semarah tadi.
“Kau yakin? Aku tahu kau menutupi sesuatu padaku.”
Kata Rius masih tidak mau menyerah.
Nikenn25 | 75“Ya aku yakin, aku tidak menutupi apapun Rius.” Ruby
menoleh tersenyum pada Rius. “Ayo kita pulang, sekarang.
Aku lelah!”
“Kau tahu aku tidak akan menyerah begitu saja. Jadi
sebelum aku memaksamu untuk mengatakannya lebih baik
sekarang kau katakan sendiri padaku.”
“Rius—”
“Katakan sekarang, Ruby!” Potong Rius bersikeras. Ia
ingin gadis itu berkata jujur tentang isi pikirannya. Karena
Rius sangat yakin ada yang sedang disembunyikan oleh Ruby.
“Aku hanya takut kepadamu, aku takut saat melihat kau
marah seperti itu-’ Jeda Ruby seraya meneguk salivanya
dengan susah payah. “A-aku... Ka-kau ta-tampak
menyeramkan.” Sambung Ruby menundukkan kepalanya.
Rius melebarkan pupil matanya mendengar penuturan
Ruby barusan. Demi Tuhan, apa itu? Gadis itu diam hanya
karena takut akan kemarahan Rius. Padahal tadi di toko
pakaian Rius marah pada Pria yang mencoba membuat Ruby
risih. Bukan marah pada gadis itu.
“Oh Tuhan, kau takut padaku?” Tanya Rius menaikan
dagu Ruby agar menatapnya.
Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “I-iyah!” Jawab
Ruby gugup.
“By. Dengar aku marah bukan kepadamu. Tapi pada Pria
yang sudah membuatmu risih.” Balas Rius sambil meraih
tangan Ruby. “Aku sama sekali tidak ada maksud untuk
membuatmu takut. Aku minta maaf, jika kemarahanku tadi itu
membuatmu takut. Maafkan aku.”
Ruby mengerjap-ngerjapkannya matanya, tidak percaya
jika Rius akan meminta maaf. “Aku tahu kau marah bukan
Protective's Pilot | 76kepadaku, tapi kemarahanmu itu tadi benar-benar membuatku
takut. Dan sekaligus membuatku senang, karena disitulah aku
merasa kau melindungiku.” Ruby tersenyum. “Jangan minta
maaf, kau tidak salah.”
Rius tersenyum mencium punggung tangan Ruby, lantas
mulai menyalahkan mesin mobilnya untuk segera pergi dari
sana. Sambil menyetir tangan Rius yang satunya
menggenggam bahkan mengusap punggung tangan Ruby.
Nikenn25 | 77PROTECTIVE’S PILOT || Bagian fi.
Saat ini Ruby sedang berada di tepi kolam renang
Mansion Rius, dengan kaki yang dimasukkan ke dalam air.
Beberapa menit yang lalu ia dan Rius sampai di Mansion.
Ruby yang melihat kolam renang memutuskan untuk ke
sana, sementara Rius memutuskan untuk naik ke lantai atas.
Ruby terdiam menganyun-anyunkan kakinya di dalam air.
Pandangannya kosong menatap pantulan dirinya di kolam.
Sesekali menarik napas panjang dan mengembuskannyé
perlahan.
“By?”
Ruby mengadah, menolehkan kepalanya ke belakang. Ia
tersenyum kecil. “Iya, ada apa?” Tanya Ruby mengernyitkan
dahinya saat melihat pakaian Rius. “Kau mau ke mana?”
Tambahnya seraya beranjak dari kolam lalu menghampiri
Rius.
“Aku harus pergi.” Rius tersenyum lebar, menyelipkan
helaian rambut Ruby ke belakang telinga gadis itu. “Selama
aku pergi, kau harus tetap diam di sini. Jangan pergi ke mana
pun tanpa seizinku.”
“Pergi? Ke mana?” Tanya Ruby melirik koper kecil milik
Rius. “Apa kau akan pergi lama?”
“Satu Minggu—” Jeda Rius sebentar. “Dan selama itu kau
tidak boleh pergi ke mana-mana. Kau harus tetap di sini, kau
tidak boleh pergi tanpa seizinku.”
“Pergi ke mana, kenapa lama?”
Rius tersenyum, menarik pipi Ruby gemas. “Belum
saatnya kau tahu, nanti. Aku pasti akan memberitahumu!”
Protective's Pilot | 78“Sakit.” Ruby mengusap-usap pipinya yang dicubit oleh
Rius.
“Kau tidak bisa pergi tanpa seizinku, jadi kau tidak bisa
pergi jika tidak aku izinkan. Kau hanya boleh pergi jika aku
mengizinkanmu. Kau mengerti?” Tanya Rius menatap lekat
manik mata gadis di hadapannya. Ada rasa enggan
meninggalkan, apalagi jadwal penerbangan Rius kadang tidak
menentu.
Ruby menggeleng polos, ia menyengir lebar
memperlihatkan gigi kecil putihnya.
Rius menghela napas kasar. “Sudahlah, pesanku hanya
satu. Kau tidak boleh pergi ke mana-mana. Cukup diam di
sini, kalau kau ingin pergi keluar kabari aku.” Terang Rius
menarik Ruby ke dalam dekapannya. “Aku akan
memberitahumu, aku mengizinkanmu atau tidaknya.”
Tambahnya.
Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya _pelan,
walau sebenarnya ia tidak mengerti mengapa harus meminta
izin lebih dulu pada Rius jika ingin keluar.
“Good girl!” Rius melepaskan dekapannya, menarik dagu
Ruby. Menempelkan bibirnya dengan bibir gadis itu,
melumatnya dengan lembut. “Pakaianmu akan datang nanti,
kau bisa memilihnya sesuai keinginanmu. Jangan pilih
pakaian seksi, mengerti?” Tambahnya begitu menyudahi
lumatannya.
“Tya, aku mengerti!”
Rius tersenyum mengecup kening Ruby sebentar. “Aku
berangkat, baik-baik di sini.”
Ruby kembali mengangguk meng-iyakan permintaan
Rius. Dari dulu sampai saat ini Ruby selalu menuruti
Nikenn25 | 79permintaan Rius tanpa membantahnya sedikitpun. Entahlah,
ia sendiri tidak pernah bisa membantah. Dulu Ruby pernah
membantah Rius, sampai-sampai Pria itu marah dan
mendiamkan Ruby hingga berminggu-minggu. Dan semenjak
itu Ruby menjadi gadis yang selalu menurut akan setiap
perintah Rius.
Ruby masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai atas. Ia
sudah tidak ada keinginan untuk kembali ke kolam renang.
Setibanya di lantai atas Ruby langsung masuk ke dalam
kamar Rius. Pria itu tidak membolehkan Ruby untuk tidur di
kamar lain, alasannya karena di Mansion ini kamar terisi
semua. Ruby sendiri tidak tahu benar atau tidaknya perkataan
Rius.
Dari lantai atas Ruby bisa melihat Rius di bawah. Pria itu
sedang mengobrol dengan seseorang yang diketahui oleh
Ruby bernama Dominick. Sepertinya mereka sedang
membicarakan hal yang penting, terlihat dari cara Rius
berbicara pada Dominick yang hanya mengangguk-
anggukkan kepalanya.
Ruby tersenyum melambaikan tangannya begitu Rius
menatap ke atas sambil membalas lambaian tangannya.
Perlahan senyum Ruby menghilang seiring perginya mobil
Rius.
Ruby membalikkan tubuhnya, berjalan ke arah kasur
hendak membaringkan tubuhnya. Namun, ada sesuatu di atas
nakas yang membuat Ruby penasaran. Diambilnya benda
pipih itu dengan sebuah kertas di bawahnya.
Handphone ini untukmu, kau bisa mengabariku lewat ini.
Di dalamnya sudah terdapat nomer telfonku.
Protective's Pilot | 80Ruby mengulum senyumnya begitu melihat wallpaper
dari handphone yang diberikan Rius. Di mana foto Pria itu
sedang duduk memakai baju hitam bercorak putih. Terlihat
tampan memang.
TOK! TOK!
Ruby menoleh menatap pintu yang diketuk dari luar.
Lantas Ruby pun beranjak untuk membukakan pintu.
Setelahnya pintu terbuka, Ruby sedikit terkejut saat melihat
Dominick bersama beberapa orang di belakangnya.
“Hai, Nona. Boleh saya masuk?” Tanya Dominick
tersenyum.
Ruby mengangguk, dan mempersilahkan Dominick juga
kedua orang yang ada di belakang Dominick untuk masuk ke
dalam.
“Hola, perkenalkan nama saya Dimitri, dan itu teman
saya namanya Monica.” Terang Pria itu menunjuk wanita di
sampingnya. “Kami dari salah satu toko pakaian kami diminta
oleh, Tn. Ryford, untuk datang membawakan banyak pakaian
agar Nona bisa memilihnya.” Tambah Dimitri tersenyum.
“Mari Nona, saya bantu memilih.” Ujar Monica pada
Ruby.
“Heum, kalau begitu. Saya dan, Tn. Dimitri, akan
menunggu di bawah saja.” Ucap Dominick diangguki oleh
Dimitri.
“Oh, oke. Kalau begitu.” Sahut Monica tersenyum.
Dominick dan Dimitri lantas beranjak _ pergi.
Meninggalkan Monica dan Ruby, memberikan kenyamanan
untuk kedua wanita itu dalam memilih pakaian.
Ruby mengangguk kecil, ia tidak tahu jika Rius akan
membawa si pemilik tokonya langsung. Lagipula jika Ruby
Nikenn25 | 81diperbolehkan terus memakai kaos Rius, maka Ruby tidak
akan masalah. Dari pada harus merepotkan orang lain.
Setelah berjam-jam memilih akhirnya Ruby memilih
beberapa pakaian dari sekian banyaknya pakaian yang dibawa
oleh Dimitri dan Monica. Untungnya saat memilih Monica
begitu baik membantu Ruby yang kebingungan karena
banyaknya pakaian.
“Monica, terima kasih. Sudah membantuku.” Ujar Ruby
tersenyum ramah.
“Sama-sama, Nona Ruby.” Sahut Monica tersenyum.
“Kalau begitu, saya ke bawah dulu.” Tambahnya diangguki
oleh Ruby. Ia kemudian beranjak pergi dari kamar.
Ruby menutup pintu kamar setelah Monica masuk ke
dalam lift. Ia melangkah ke arah kasur menghempaskan
bokongnya di pinggir tempat tidur. Matanya melirik ke arah
handphone yang tergeletak di atas makas, Ruby
membaringkan tubuhnya, tanpa berniat menyentuh handphone
sama sekali.
Ruby mengembungkan pipinya, kedua matanya menatap
langit-langit kamar. Baru beberapa jam Rius pergi, tapi
rasanya sudah sangat membosankan karena tidak ada teman
mengobrol.
Lalu tiba-tiba saja Ruby teringat akan sosok Lechia.
Wanita itu pasti bisa menemaninya mengobrol, tapi Ruby
tidak bisa pergi sebelum Rius mengizinkannya.
Ruby meraih handphonenya, mencari nama_ Rius.
Setelahnya menemukannya ia pun mulai mengetik sesuatu.
To Rius : Rius, aku bosan. Tidak ada yang menemaniku
mengobrol. Apa aku boleh menemui Lechia?
Protective's Pilot | 82Ruby tersenyum semringah saat berhasil mengirimkan
pesan pada Rius. Tinggal menunggu balasan Pria itu dan
Ruby siap pergi.
Tiga menit kemudian, handphone Ruby berbunyi
pertanda sebuah notifikasi masuk. Dengan cepat Ruby
membukanya, namun perlahan senyum semringah Ruby
memudar.
From Rius : Tidak.
Ruby mengerucutkan bibirnya begitu mendapati balasan
Rius. Tanpa ingin membalasnya Ruby mematikan
handphonenya dan kembali menaruh benda pipih itu di atas
nakas.
Ruby beranjak dari tempat tidur, melangkah ke arah
jendela kamar. Memandang senja di sore hari yang begitu
cantik.
Rius lihat senjanya cantik ya?
Tidak, senjanya jelek.
Kenapa jelek? Padahal kan bagus, senja sangat indah.
Rius.
Karena yang paling cantik itu kamu, Senja memang
indah, tapi kamu jauh lebih indah.
Ruby tersenyum ketika percakapan masalalu terngiang di
dalam ingatan Ruby. Percakapan singkat antara dirinya dan
Rius, saat menyaksikan Senja bersama dulu.
“Rius apa aku masih tetap menjadi yang terindah?”
Gumam Ruby, tentunya tidak akan bisa didengar oleh Rius.
Nikenn25 | 83PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 12.
Sudah seminggu lamanya Ruby terdiam diri di dalam
kamar. Sesekali dirinya keluar untuk sekedar berbincang
dengan Dominick dan pelayan yang lain. Adanya mereka
mampu mengurangi rasa bosan Ruby.
Seperti sekarang ini Ruby sedang membantu seorang
wanita yang akan menyiram bunga di halaman belakang
Mansion Rius. Ia memaksa wanita itu agar dibolehkan
membantunya.
“Jangan nona, ini bukan tugas anda. Biar saya saja.”
Ucap wanita itu menahan selang air agar tetap padanya.
“Tapi aku ingin membantumu.” Sahut Ruby lirih. “Aku
hanya ingin membantumu saja, aku bosan.” Tambahnya
terisak.
“Nona jangan menangis.” Wanita itu menatap Ruby
sendu. “Baiklah, nona boleh membantu saya.” Tambah wanita
itu seraya memberikan selang pada Ruby. Ia terperangah
begitu melihat Ruby meloncat kegirangan.
Ruby menyirami bunga dengan air selang yang diberikan
wanita itu. Tidak ada cara lain selain menangis agar bisa
membantu pekerjaan mereka. Ini kedua kalinya Ruby
berpura-pura menangis, karena hanya dengan begitu mereka
mau membagi pekerjaan dengan Ruby.
Setelah selesai menyirami bunga Ruby langsung
berpamitan untuk kembali ke kamar. Ia ingin mengecek
handphonenya, siapa tahu Rius memberi kabarkan?
Setibanya di kamar Ruby meraih handphonenya. Tidak
ada pesan ataupun telfon dari Rius, itu berarti hari ini Rius
Protective's Pilot | 84kembali tidak memberinya kabar. Sudah dari kemarin tidak
ada kabar apapun dari Pria itu membuat Ruby merasa
khawatir.
Ruby melempar handphonenya ke atas tempat tidur. Apa
pantas dirinya mengharapkan seseorang yang hatinya tidak
tahu untuk siapa? Salahkah jika Ruby berharap pada Rius.
Dari kecil hingga sekarang ini Ruby selalu berharap Rius
akan menyampaikan perasaan Pria itu padanya. Tapi sampai
saat ini tidak ada tanda-tanda Rius akan menyampaikannya
pada Ruby.
Ruby merangkak naik ke atas tempat tidur,
membaringkan tubuhnya di sana. Ia melirik handphonenya
sekali lagi berharap akan ada telfon dari Rius. Namun semua
hanya harapan karena tidak ada telfon sama sekali. Enggan
berharap, Ruby memilih untuk memejamkan matanya saja.
Hingga tidak membutuhkan waktu lama untuk Ruby hanyut
dalam tidurnya.
“By?” Bisik seseorang menciumi wajah Ruby yang
tertidur. Ia tersenyum geli saat melihat Ruby yang hanya
terusik.
Ruby membalikkan tubuhnya merasa terusik oleh ciuman
di pada wajah. Perlahan kedua matanya terbuka, mengerjap-
ngerjapkan agar tidak mengabur. Setelah terlihat jelas Ruby
kembali membalikkan tubuhnya, kedua pupil matanya
terbelalak, refleks. Ruby meloncat memeluk tubuh yang
selama ini pergi.
Rius tertawa kencang, dengan sigap menangkap tubuh
Ruby. Memeluk gadis mungilnya dengan sangat erat. Lima
hari pergi meninggalkan Ruby rasanya sudah seperti
berbulan-bulan, ia begitu merindukan gadis mungilnya ini.
Nikenn25 | 85Ruby menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Rius.
Mengendus parfum yang dikenakan pria itu. “Kau sudah
pulang?” Bisik Ruby.
Rius terkekeh pelan, melerai pelukannya agar bisa
melihat wajah Ruby. “Kalau aku belum pulang, tentunya aku
tidak akan ada di sini.” Sahut Rius tersenyum. “Sebentar, aku
ada sesuatu untukmu,” tambahnya beranjak dari tempat tidur.
Mengambil sebuah bingkisan dari sofa.
Ruby merapikan rambutnya yang sedikit berantakan
karena terlalu senang melihat Rius. “Itu apa?” Tanya Ruby
bingung.
“Untukmu!” Jawab Rius seraya memberikannya pada
Ruby. “Pakai itu, nanti malam kau harus ikut denganku.”
“Ke mana?” Ruby membuka bingkisan yang diberikan
oleh Rius. Sebuah gaun berwarna putih, lengkap dengan
anting, kalung dan heels.
“Bertemu orangtuaku.”
Kedua pupil mata Ruby membesar ia menatap Rius lekat.
“Kau berbohong ya?” Tanya Ruby tidak percaya.
“Untuk apa aku berbohong, heum?” Jawab Rius menarik
hidung Ruby gemas. “Bersiaplah, aku akan menunggu di
bawah.” Tambahnya kemudian beranjak pergi.
“Kau tidak bersiap?” Pekik Ruby bangun dari tempat
tidur.
Rius membalikkan tubuhnya, menatap Ruby dengan
senyum yang tidak pernah hilang dari wajah tampannya.
“Aku sudah siap sejak tadi.” Ujar Rius tersenyum lantas
melangkahkan kakinya meninggalkan kamar dan Ruby yang
terperangah.
Protective's Pilot | 86Ruby mengembungkan pipinya. Ini tidak adil, pria itu
sudah rapi sementara dirinya masih belum siap sama sekali.
Lagi pula kenapa Rius tidak membangunkannya jika memang
Rius sudah pulang sejak tadi? Bukan saatnya Ruby, pikir
Ruby menoyor kepalanya sendiri.
Ruby melangkah ke arah kamar mandi untuk bersiap. Dia
pasti membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan dirinya
sendiri. Apalagi Rius mengajaknya secara mendadak, jadi
kalau Ruby lama itu salah Pria itu kan?
Setelah selesai mandi dan berpakaian saatnya Ruby
memoleskan sedikit bedak. Begitu selesai memberikan bedak
dan lipstik di bibirnya, giliran rambut yang Ruby curly karena
Ruby akan menggerai rambutnya saja.
“Sudah selesai?”
Ruby menoleh ke belakang, matanya melotot sinis. “Rius,
kau mengejutkanku.” Ucap Ruby mengembuskan napas pelan.
Rius terkekeh pelan. “Maaf.” Gumam Rius mendekati
Ruby. “Apa gaunnya pas denganmu?”
Ruby tersenyum seraya mengangguk kecil. “Ya, gaunnya
pas!”
“Jadi? Apa kau sudah siap? Aku sudah cukup lama
menunggu di bawah.” Sindir Rius secara halus.
“Jangan salahkan aku, Rius. Kau yang mengajakku
secara tiba-tiba. Aku kan jadi lama.” Protes Ruby tidak terima.
“Heum, baiklah!” Rius mengulurkan tangannya. “Ayo
kita berangkat.” Tambahnya.
Ruby tersipu malu, membalas uluran tangan Rius. “Ayo!”
Rius tersenyum geli, mengecup punggung tangan Ruby.
Dan kemudian merekapun berjalan beriringan keluar dari
Nikenn25 | 87kamar. Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama
lain.
oe
Mobil Rius baru saja berhenti di depan Mansion milik
kedua orangtuanya. Ia menoleh menatap gadis cantik di
sampingnya.
“Rius, aku gugup.” Gumam Ruby terdengar seperti
bisikkan.
Rius tersenyum menatap Ruby dalam, tangannya terulur
mengusap lembut pipi Ruby. “Jt's okay babe, ada aku.” Ucap
Rius seraya turun dari mobilnya.
Ruby menggigit bibir bawahnya, tangannya terasa dingin.
Ini pertama kalinya untuk Ruby kembali bertemu dengan
orangtua Rius. Setelah bertahun-tahun berpisah, dan lagi
keadaan saat ini berbeda. Dulu Ruby masih sangat kecil
berbeda dengan sekarang ini, ia sudah besar. Bisa saja kedua
orangtua Rius sudah lupa padanya.
Ruby menatap Rius yang ternyata sudah membukakan
pintu untuknya. Tangannya terulur membalas uluran tangan
Rius.
Rius menggandeng tangan Ruby, memberikan usapan
kecil agar gadis mungilnya tidak merasa gugup lagi.
Ruby menoleh menatap pria yang menggandeng
tangannya. Keningnya mengkerut kebingungan melihat ada
banyak bunga yang tertabur di rerumputan. Belum lagi ada
mawar di sekelilingnya.
“Rius, ini apa?” Tanya Ruby bingung.
“Kau akan tahu nanti.” Jawab Rius lembut. “Kau tunggu
di sini, jangan ke mana-mana.” Tambahnya seraya beranjak
pergi.
Protective's Pilot | 88Ruby memanggil nama Rius namun terlambat karena pria
itu sudah lebih dulu pergi. Sekarang hanya Ruby sendiri
berada di tengah-tengah taman yang gelap dan hanya dihiasi
oleh lampu tumblr.
Ruby menoleh ke arah ke belakang, Sepi? Rius
mengajaknya ke rumah orangtua Rius. Tapi tidak ada
siapapun di rumah ini. Hanya ada dirinya sendiri dalam
kebingungan.
“Rius?” Panggil Ruby serak. Kedua matanya bergerak
mencari-cari keberadaan Rius. Namun, tidak menemukannya.
Tidak tahu ke mana Rius pergi.
“By?”
Ruby menoleh mencari-cari arah suara yang memanggil
namanya. “Rius?” Sahut Ruby bergetar.
“Jangan takut babe, aku ada di sini.” Balas Rius
tersenyum.
“Di mana?” Tanya Ruby semakin kebingungan. Ja tidak
melihat keberadaan Rius.
“Diam di sana, jangan bergerak. Dan dengarkan apa
yang ingin aku katakan.” Kata Rius masih menyembunyikan
keberadaannya.
Ruby menganggukkan kepalanya pelan. Dia diam
menuruti perkataan Rius. Walau sebenarnya Ruby benar-
benar masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
“By?” Panggil Rius lembut.
“J-iya?” Sahut Ruby meremas jari-jari tangannya.
“By, dari kecil kita sudah bersama. Sering bermain
bersama, sekolah di tempat yang sama. Sampai akhirnya kita
dipisah oleh jarak—” Jeda Rius sebentar. Ia menarik napas
panjang, menatap Ruby dari monitor yang menyala. Lalu Rius
Nikenn25 | 89kembali berbicara. “Setelah kepergianmu, kehidupanku
berubah. Aku seperti hidup tapi mati, kepergianmu
berpengaruh dalam hidupku. Dari kecil kita sudah sama-
sama, karena itu saat kau pergi hidupku serasa ada yang
hilang. Jiwaku pergi bersamamu.” Sambung Rius.
Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya_ kecil.
Masih mendengar apa yang ingin dikatakan oleh Rius.
“Aku mengira kepergianmu karena marah padaku yang
pada saat itu pergi tanpa mengatakan apapun padamu.
Selama kau pergi, aku selalu’ merasa bersalah. Aku
kehilangan sosok dirimu, aku selalu suka saat kau merengek
manja padaku. Saat kau pergi, aku kehilangan sosok itu. Aku
membencimu karena pergi meninggalkanku, tapi aku tidak
bisa menampiknya. Kalau sebenarnya aku tidak bisa
membencimu.” Rius mengembuskan napas pelan. “Ada
sesuatu. yang belum kau ketahui, aku tidak sempat
mengatakannya padamu karena waktu itu kita berpisah.. Tapi
sekarang kita sudah bertemu lagi, jiwaku seakan kembali.”
Ruby menggigit bibir bawahnya, kakinya bergerak
gelisah. Ia penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh
Rius.
“Ruby?”
“T-iya, Rius!” Ruby menyahut dengan suara yang
bergetar.
“Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tidak mau lagi
mengulur waktu—” Jeda Rius sebentar, terdengar helaan napas
panjang. “Huh, Sorry i'm nervous. Ruby? Will you be mine?"
Sambung Rius tegas.
Ruby meneguk salivanya dengan susah payah. Air yang
menggenang di pelupuk mata Ruby akhirnya menetes
Protective's Pilot | 90berjatuhan, bersamaan dengan munculnya Rius. Pria itu
tersenyum lebar, melangkah mendekat.
“Ri-Rius?”
Rius tersenyum mengusap air yang mengalir dari mata
Ruby. “Please, don't cry.”
“Ka-kau—”
“Maaf aku tahu ini terlalu cepat. Tapi aku tidak mau
mengulangnya lagi. Dulu aku hampir kehilanganmu, aku
tidak sempat mengatakannya padamu. Karena itu, sekarang
aku mengatakan apa yang selama ini aku pendam.” Sela Rius
sambil terus mengusap air mata Ruby. “Aku mencintaimu,
selama ini aku diam karena aku belum berani mengatakan
perasaanku padamu. Lalu pada saat aku ingin mengatakan
semuanya ternyata kau pergi.” Tambahnya.
“Dasar-” Jeda Ruby tersendu. “Kenapa kau tidak
mengatakannya padaku? Kau tahu, selama ini aku juga
memendamnya. Aku juga mencintaimu.” Sambung Ruby
seraya memeluk Rius.
Rius tertawa membalas pelukan Ruby tak kalah eratnya.
Ia menciumi pucuk kepala Ruby. Hatinya bahagia saat tahu
kalau gadis kecil manjanya selama ini juga mencintai dirinya.
“Akhirnya adikku sudah tidak sendiri lagi.” Sindir
Athava berdiri sambil merangkul pundak Lechia. “Lihat babe,
dia banyak menolak perempuan karena sangat mencintai
teman kecilnya.” Tambahnya.
“Athava, jangan menggoda mereka. Itu namanya cinta
Rius tulus, cinta mereka itu sejati.”
Rius | melepaskan pelukan Ruby, kedua matanya
memincing menatap tajam Athava. “Lechia hati-hati bersama
Nikenn25 | 91kakakku. Di kantornya ada banyak wanita cantik.” Ketus Rius
menatap Athava sinis.
“Jangan memanipulasi kekasihku, sialan.” Athava
menoyor kepala adiknya kesal. Ia menatap Ruby yang masih
ada di dalam pelukan adiknya. “Kau harus hati-hati, di
pesawat ada banyak pramugari cantik. Salah satu dari mereka
ada yang menyukai Rius.”
Ruby menaikan sebelah alisnya bingung. “Pesawat?”
Ulang Ruby polos.
“Kau belum tahu?”
Ruby menggeleng kecil. “Belum, ada apa memangnya?”
“Kekasihmu itu, seorang pilot. Dulu dia pergi karena
harus mendaftar sekolah pilot karena itu Rius
meninggalkanmu tanpa bicara apa-apa.”
Ruby menoleh, mengadahkan kepalanya menatap Rius.
“Kau seorang pilot?” Tanya Ruby.
Rius menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia
mengangguk kecil seraya menunduk menatap Ruby. “Ya, aku
pilot.” Jawab Rius mengecup bibir Ruby yang terbuka kecil.
“Karena itu kau pergi lama?” Tanya Ruby kembali.
Lagi, Rius mengangguk. “Ya, aku harus pergi lama
karena itu sudah menjadi tugasku.” Jawab Rius.
“Kau harus siap LDR jika bersama Rius. Aku sarankan
cari Pria lain saja.” Celetuk Athava kemudian beranjak pergi
dengan tawa yang menggelegar begitu tahu tatapan adiknya
yang seakan ingin membunuh.
Ruby tersenyum, menarik wajah Rius dan mengecup pipi
Pria itu. “Tidak apa-apa. Aku siap jika harus Long Distance
Relationship bersamamu.” Ucap Ruby lalu _ berlari
Protective's Pilot | 92meninggalkan Rius. Pipinya pasti memerah karena mencium
pipi Rius.
Rius tersenyum memegang pipinya yang baru saja dicium
oleh Ruby. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya kecil melihat
kelucuan gadisnya. Gadisnya? Tidak salah bukan? Karena
sekarang ini Ruby sudah menjadi kekasihnya.
Nikenn25 | 93PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 13.
Keenan berdiri cukup jauh dari putra keduanya.
Tangannya berada di dalam saku celana, matanya menatap
Rius penuh haru. Kini Rius bisa tertawa seperti dulu, dan itu
disebabkan oleh kehadiran gadis masalalu putranya. Ia sangat
mengenal Ruby, gadis itu baik dan ceria. Jadi tidak salah jika
keceriaan gadis itu membawa dampak baik pada Rius.
“Apa yang kau lihat?” Tanya seseorang menyentuh bahu
Keenan.
Keenan menoleh, tersenyum lebar seraya memegang
tangan istrinya. Keshila, “Aku sedang merekam tawa anakku.
Rasanya aku sangat bahagia mendengarnya.” Jawab Keenan.
“Kenapa?” Tanya Keshila lagi.
“Aku ingin terus mendengar tawanya, setelah bertahun-
tahun Rius menjadi orang yang tidak kita kenal.” Jawab
Keenan beralih menatap Rius. “Aku seperti melihat anakku
lagi, dan aku bahagia mendengar tawanya yang begitu
bahagia.” Tambahnya.
“Kau menangis, Keenan?”
Keenan tersenyum, mengusap air matanya yang menetes.
“Aku tidak menangis, Keshila. Ini hanya air mata
kebahagiaan.”
“Kau bahagia?”
Keenan mengangguk cepat. “Ya, aku bahagia. Melihat
anak-anakku bahagia!”
“Tapi anak-anak tidak akan bahagia jika melihatmu
menangis seperti ini. Sekalipun tangismu adalah tangisan
kebahagiaan.” Ujar Keshila mengusap air mata Keenan.
Protective's Pilot | 94Keenan tersenyum, meraih tangan Keshila dan
mengecupnya. Keshila benar kedua anaknya tidak akan
bahagia jika melihat dirinya menangis. Meskipun Keenan
menangis karena rasa harunya bisa mendengar tawa putra
keduanya.
Keshila tersenyum memeluk tubuh suaminya. Kedua
matanya menatap ke arah Rius dan Ruby, mereka tampak
sedang bergurau. Jujur saja Keshila pun merasa terharu saat
mendengar Rius tertawa. Tapi ia menahannya karena tidak
ingin kedua anaknya melihatnya menangis.
Keenan dan Keshila masih terus memperhatikan Putra
mereka yang tampak sangat bahagia itu. Siapapun orangtua
apabila melihat anaknya sebahagia itu pasti akan ikut
merasakan bahagia. Dan itulah yang sekarang ini sedang
dirasakan oleh Keshila dan juga Keenan.
Di tempat lain Ruby terlihat menahan tawanya. Ia
mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Rius terus saja
menggodanya.
Ruby tertawa terbahak tidak bisa lagi menahan tawanya.
Pria itu benar-benar menggodanya dengan berbagai cara.
“Rius, jangan menggodaku terus.” Rengek Ruby memukul
lengan Rius pelan.
“Aduh!” Ringis Rius memegang tangannya. “Aauuh,
tanganku sakit.” Tambahnya.
“Aku memukulmu pelan, bagaimana mungkin bisa sakit?”
Ruby menyentuh tangan Rius dengan khawatir.
“Aauuh, aku sakit kalau kau pergi meninggalkanku.”
Gombal Rius menoel dagu Ruby.
Nikenn25 | 95“Rius!!!!” Pekik Ruby mengembungkan pipinya kesal,
memukul Rius dengan kencang kali ini. Biar saja, biar
sekalian sakit.
Rius tertawa kencang seraya berlari dari kejaran Ruby. Ia
menjulurkan lidahnya pada gadis itu sambil terus berlari
menghindari Ruby yang mengejar.
Ruby berkacak pinggang, bibirnya mengerucut ke depan.
Napasnya terengah-engah mengejar Rius yang larinya begitu
cepat. “Rius, aku menyerah. Aku lelah.” Keluh Ruby
menghempaskan bokongnya di kursi kosong.
Rius menghentikan langkahnya, seraya _ berbalik
mendekati kekasihnya. Tangannya terulur mengacak poni
Ruby. “Aku akan ambil—”
“Kena kau.” Pekik Ruby memegang tangan Rius.
Rius terkekeh pelan. “Hei, kau curang. Babe!” Protes
Rius menarik hidung Ruby.
“Biarkan saja, yang penting aku sudah menangkapmu!”
Ujar Ruby menjulurkan lidahnya.
Rius menggeleng-gelengkan kepalanya, tangan kanannya
berkacak ke pinggang. “Baiklah, kau sudah menangkapku.
Lalu kau mau apa, Heum?” Tanya Rius.
“Heum, Mau—” jeda Ruby tersenyum smirk. Lalu tanpa
diduga oleh Rius, Ruby mencubit perutnya cukup kencang.
"Mencubitmu.” Sambung Ruby kemudian _ berlari
meninggalkan Rius dengan gelak tawa yang lepas.
Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Demi Tuhan, aku
sangat ingin mengurungnya hanya untukku.” Gumam Rius
menggigit bibir bawahnya.
Protective's Pilot | 96Ruby berhenti berlari, kepalanya menoleh ke belakang
mencari sosok Rius yang ternyata tidak ada. Di mana dia?
pikir Ruby kebingungan.
“Mencari siapa, babe?” Bisik Rius di telinga Ruby.
Ruby menoleh, kedua matanya mengerjap berulang kali.
“Ka-kau ke-kenapa a-ada di-di sini?” Tanya Ruby terbata.
“Tentu saja ada!” Jawab Rius menyeringai kecil.
Ruby meneguk salivanya dengan susah payah. Ia berbalik
siap untuk berlari, namun terlambat karena pergerakannya
kalah cepat dengan Rius. Tubuhnya lebih dulu ditarik oleh
Rius.
“Kau tidak bisa lari, sayang.” Rius memeluk tubuh Ruby
dari belakang.
“Rius!” Rengek Ruby mengerucutkan bibirnya.
Rius tersenyum mencium bahu Ruby yang terbuka. “Aku
sangat mencintaimu, jangan pernah pergi lagi dariku.” Bisik
Rius mempererat pelukannya. “Aku tidak bisa jika harus
kehilanganmu untuk yang kedua kalinya.” Tambah Rius
seraya menumpukan dagunya di bahu Ruby.
“Aku lebih mencintaimu.” Ruby melepaskan tangan Rius
yang melingkar di perutnya. Ia berbalik menghadap Rius,
kedua tangannya menangkup wajah Pria itu. Dan kepalanya
mengadah menatap Rius yang lebih tinggi darinya. “Aku
tidak akan pernah pergi lagi. Aku hanya akan pergi jika kau
yang memintanya.”
“Aku tidak akan pernah memintamu untuk pergi. Aku
hanya akan minta satu padamu.”
“Apa?”
Nikenn25 | 97“Tetaplah bersamaku, di sampingku jangan pernah pergi.”
Rius melepaskan tangan Ruby dari wajahnya. Dan menarik
tubuh mungil Ruby ke dalam pelukannya.
Ruby memejamkan matanya seraya mengangguk, meng-
iyakan perkataan Rius. Ia akan terus bersama dan ada di
samping Rius.
Rius menempelkan pipinya di kepala Ruby. Menciumnya
sambil mengusap lembut rambut gadisnya. “Kenapa diam,
saja?” Tanya Rius merenggangkan pelukannya, menatap
Ruby.
“Aku harus menjawab apa?” Jawab Ruby membuka
matanya. “Tanpa perlu menjawab pun, aku memang akan
selalu ada bersamamu, dan juga akan selalu di sampingmu.
Aku tidak akan pernah pergi selagi kamu tidak memintaku
untuk pergi.”
“Tidak-tidak, aku tidak akan pernah memintamu pergi.
Tidak akan.”
Ruby tersenyum, mengusap lembut wajah Rius. Ia
terkekeh pelan merasakan geli di tangannya karena
bersentuhan dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitaran
rahang Rius.
Rius tersenyum sambil terus menatap Ruby dalam.
Rasanya benar-benar membahagiakan, kebahagiaan yang
tidak akan pernah bisa dijelaskan oleh kata-kata. Bahagia
karena akhirnya Rius bisa menjadikan gadis kecil
masalalunya sebagai pujaan hati.
Tanpa mereka berdua sadari kalau sejak tadi Keenan
masih memperhatikan Rius dan Ruby yang berlarian seperti
anak kecil. Ia tahu penyebab Ruby mengejar Rius, itu pasti
disebabkan oleh putranya yang lebih dulu menjahili Ruby.
Protective's Pilot | 98Mereka terus berlarian sampai pada akhirnya Keenan melihat
Ruby yang kewalahan. Mereka seolah lupa akan keadaan
sekitar, atau biasa anak muda sekarang katakan. Serasa dunia
milik berdua. Ia terkekeh pelan, Rius sangat berbeda dengan
Athava. Kalau Athava lebih romantis saat berdua, berbeda
dengan Rius yang lebih menunjukkan keromantisannya. Rius
seperti tidak peduli dengan sekitarnya.
Keenan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia
terkekeh melihat kelakuan Rius yang sedari tadi memeluk
Ruby, seperti seorang anak yang takut ditinggalkan oleh
ibunya.
Keenan berbalik memutuskan untuk tidak lagi
memperhatikan Rius dan Ruby. Melihat mereka
mengingatkan Keenan akan sosok istrinya yang tidak tahu ada
di mana. Ia akan mencarinya, melihat Rius dan Ruby
membuat Keenan ingin seperti anak muda lagi. Bermesraan
dengan istrinya, Keshila.
Keenan tersenyum begitu melihat istrinya yang sedang
berbincang dengan Lechia. Kekasih dari putra pertamanya. Ia
menempelkan jari di bibir memberi kode pada Lechia untuk
diam.
“Aku mencarimu, sayang. Ternyata kau di sini.” Ucap
Keenan memeluk Keshila dari belakang. Membuat istrinya itu
terkejut.
Keshila melotot, memukul lengan kekar suaminya pelan.
"Kau mengejutkanku, Keenan." Sahut Keshila menatap
Lechia tidak enak.
“Oh, aku mengejutkanmu ya? Maaf sayang.” Balas
Keenan mengecup pipi Keshila, tidak peduli jika didepannya
ada Lechia yang melihat.
Nikenn25 | 99“Keenan, malu ada Lechia!” Timpal Keshila merenggut
kesal.
“Kenapa harus malu?” Tanya Keenan melepaskan
pelukannya. “Kau tidak lihat kelakuan anakmu? Dia juga
bermesraan dengan kekasihnya. Kenapa aku tidak boleh
bermesraan dengan istriku sendiri?” Tambahnya.
Keshila memutar bola mata malas. “Anakmu itu masih
muda, sedangkan kau? Kau sudah tidak lagi muda Keenan
Ryford.”
“Tapi aku masih kuat dan perkasa, sayang!”
“Keenan!!” Keshila melotot tajam, suaminya itu terlalu
blak-blakan jika berbicara. Tidak berpikir jika ada kekasih
anaknya di depan mereka berdua.
“Tya, sayangku.”
“Ada apa denganmu, heh?” Keshila menatap suaminya
yang berdiri tepat di sampingnya.
“Sudah aku katakan, aku ingin bermesraan denganmu.
Kau pikir aku mau kalah dengan anakku?”
“Demi Tuhan, Keenan Ryford. Anakmu itu masih muda.
Apa kata teman rekan bisnismu jika melihat kita bermesraan?
Kita sudah tidak muda lagi, Keenan. Kita bukan Rius dan
Ruby, ataupun Athava dan Lechia. Mereka kalau bermesraan
itu wajar karena mereka masih muda. Sedangkan kita?”
“Tidak apa, Tante. Aku melihat usia Om dan Tante
belum terlalu tua. Jadi tidak ada masalah jika Om Keenan
ingin bermesraan dengan Tante.” Ujar Lechia tersenyum.
“Dengar apa kata kekasih anakmu, Keshila. Tidak apa
dan tidak masalah.” Timpal Keenan menaik-turunkan sebelah
alisnya.
Protective's Pilot | 100Keshila menghela napas pasrah saat Keenan menariknya
dan mengajaknya untuk berdansa. Ia tidak tahu apa yang
terjadi dengan Keenan hingga ingin bermesraan dengan
dirinya.
Alunan musik mulai terdengar begitu Keenan minta sang
pemain musik untuk dinyalakan sebuah lagu. Ia juga
mempersilahkan para tamu dan teman koleganya untuk
berdansa dengan pasangan masing-masing.
Perlahan satu persatu, tamu dan teman kolega Keenan
mulai maju dan mengajak pasangannya berdansa. Mereka
tertawa bahagia menikmati acara yang dibuat atas keinginan
Rius.
Acara yang dibuat untuk menyatakan perasaan Rius
terhadap Ruby, sekaligus acara menyambut kepulangan Rius
sehabis penerbangannya. Seperti acara-acara sebelumnya
yang dibuat oleh Keshila, tapi acara kali ini dibuat dengan
special.
Malam ini acara begitu meriah, ada banyak kebahagiaan.
Mereka para tamu undangan sangat menikmati acara yang
dibuat oleh Rius dan juga Keshila.
Malam itu menjadi saksi kebahagiaan keluarga Ryford’s,
tawa dan rasa haru menghiasi acara pada malam itu. Mereka
menciptakan banyak tawa, terlebih Rius yang malam ini
banyak sekali tertawa bersama Ruby.
Nikenn2s | 101PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 14.
Rius baru saja membaringkan tubuh Ruby di atas tempat
tidur. Mereka baru sampai di Mansion pukul 01.45 malam
dini hari. Saat sampai Ruby dalam keadaan tertidur, mungkin
gadisnya itu terlalu kelelahan karena menikmati acara.
Rius melepaskan heels milik Ruby, ditaruhnya di bawah.
Setelahnya ia menyelimuti tubuh Ruby hingga batas leher. Ia
tersenyum seraya menunduk mencium kening Ruby cukup
lama.
“Good night, my baby little.’ Gumam Rius begita
melepaskan ciumannya. Ia beranjak dari tempat tidur,
membuka kancing kemejanya dan menggantinya dengan kaos
berlengan pendek. Tidak lupa mengganti celananya dengan
yang selutut.
Rius menatap Ruby, gadisnya itu masih memakai gaun.
Dirinya tidak mungkin menggantikan Ruby pakaian kan?
Rius beralih melihat jam di dinding, sudah jam 2 malam dini
hari. Ia lalu kembali menatap Ruby. Untuk beberapa detik
Rius terdiam, sampai pada akhirnya Rius memilih mengambil
bantal untuknya tidur di sofa.
Untuk malam ini Rius akan tidur di sofa. Hanya untuk
malam ini saja, karena besok Rius akan kembali tidur di
kingsize yang sama dengan Ruby.
Rius tidak langsung tidur, dia masih betah memandang
Ruby dari sofa. Tidurnya begitu pulas, bahkan tidak terusik
sama sekali.
Rius, Riru hilang. Aku tidak tahu dia pergi ke mana.
Protective's Pilot | 102Rius | menyandarkan tubuhnya, tapi tetap tidak
mengalihkan perhatiannya dari Ruby. Riru, tidak tahu kenapa
nama itu terlintas dalam benak Rius. Riru, adalah nama anjing
yang Rius berikan untuk Ruby dulu. Sayangnya anjing itu
hilang tidak tahu pergi atau justru diambil orang. Tapi pada
saat itu, Ruby sangat terpukul atas hilangnya Riru.
Rius tersenyum semringah, saat terlintas ide untuk
membelikan Ruby seorang anak anjing. Jika dulu Rius
membelikan anak anjing Pomeranian, maka sekarang Rius
akan membelikan seekor anak anjing poodle. Ia tidak sabar
menunggu hari esok untuk mendengar tawa bahagia Ruby.
Rius membaringkan tubuhnya, ia harus tidur sekarang
agar besok dia bisa bangun sebelum Ruby lebih dulu bangun.
Keesokan harinya Rius sudah lebih dulu terbangun.
Matanya melihat ke arah tempat tidur di mana Ruby masih
terlelap pulas. Ia beranjak dari sofa bergegas mandi untuk
pergi ke suatu tempat.
Satu jam berlalu Rius baru saja selesai mandi dan
berpakaian. Ia berjalan ke arah tempat tidur lalu mencium
kening Ruby lembut. “Morning babe, I love you so much.”
Bisik Rius mengusap lembut pipi Ruby. Setelah puas
mencium kening dan menatap wajah Ruby. Akhirnya Rius
beranjak, menyambar kunci mobilnya yang terletak di atas
nakas dan bergegas pergi.
Pukul 7.34 pagi Ruby bangun dari tidurnya. Bola
matanya bergerak melihat ke setiap penjuru kamar namun
tidak menemukan Rius. Perlahan Ruby beranjak dari kasur,
keluar kamar mencari Rius.
Nikenn25 | 103Setibanya di lantai bawah Ruby masih belum
menemukan Rius. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang
membersihkan meja di ruang tamu.
“Maaf, apa aku boleh bertanya?” Tanya Ruby kikuk,
pasalnya ia tidak tahu nama dari pelayan itu.
“Ya, tentu Nona!” Jawab Pelayan tersenyum.
“Apa kau melihat Rius? Aku sejak tadi tidak melihatnya.”
Balas Ruby.
Pelayan itu menggeleng. “Maaf nona saya tidak tahu di
mana. Tn. Rius, coba nona tanyakan pada Pak Dominick.”
Timpal pelayan itu.
“Oh begitu, Heum—” Jeda Ruby memanggut-manggutkan
kepalanya. “Ya sudah, terima kasih.” Sambungnya seraya
melangkah pergi.
Ruby menghela napas kasar, mansion Rius begitu besar.
Ja tidak mungkin mencari pria itu di setiap ruangan kan? Atau
mungkin Rius sudah berangkat bekerja? Tapi apa itu mungkin.
Bukankah Rius baru saja pulang kemarin.
Dominick? Di mana pria itu, Ruby sendiri tidak tahu.
Ruby belum tahu banyak tempat-tempat di mansion ini.
Karena itu dirinya masih suka kebingungan.
Ruby menyerah tidak lagi mencari Rius, dan tidak
menemui Dominick. Ia berbalik ke lift untuk kembali ke
lantai atas untuk mandi, dia juga masih memakai gaun yang
semalam. Mungkin Rius sedang pergi keluar untuk membeli
sesuatu, atau bisa juga sedang melakukan lari pagi.
Ruby membuka lemari pakaian Rius, mengambil baju
yang akan dikenakannya hari ini. Setelahnya ia ke kamar
mandi untuk mandi.
Protective's Pilot | 104Tak selang berapa lama Ruby baru saja membuka pintu
kamar mandi dan sudah dikejutkan oleh seekor anak anjing
poodle berwarna cokelat. Ia berjongkok mengambil anak
anjing itu, dan kembali berdiri.
Ruby mengernyitkan keningnya saat melihat secarik
kertas yang melingkar di leher anjing tersebut. Dibukanya
kertas itu, sudut bibir Ruby tertarik membentuk sebuah
senyuman begitu membaca isi surat yang isinya.
A small surprise, for my little love.
Ya, itulah isi dari surat yang melingkar di kalung anak
anjing poodle itu.
“Kau suka?” Suara bariton itu terdengar dari depan,
suaranya sangat tegas dan berat.
Ruby mendongak, seraya mengangguk antusias. Ia berlari
menubruk tubuh tegap Rius. “Terima kasih, aku sangat suka.”
Gumam Ruby mencium gemas kepala anak anjing poodle itu.
Rius tertawa mencium rambut Ruby yang basah.
“Anything for you, apapun itu asal kau bahagia.” Kata Rius
lembut.
Ruby tersenyum, mengadahkan kepalanya dan berjinjit
mengecup bibir Rius sekilas. Kecupan sekilas itu sebagai
bentuk hadiah Ruby untuk Rius karena sudah memberikannya
seekor anak anjing.
“Aku akan memberi nama Riru.” Ucap Ruby sambil
mengusap leher anak anjing. “Yeay Riru is back.”
Rius tersenyum sudah tahu kalau Ruby akan memberikan
nama anjing itu Riru. Ada kebahagiaan di hati Rius melihat
Ruby yang senang seperti itu.
“Jadi kau pagi-pagi sudah tidak ada karena pergi?”
Tambahnya menatap Rius.
Nikenn2s | 105“Ya, aku sengaja keluar pagi-pagi agar saat kau bangun.
Aku sudah sampai di rumah.” Rius memainkan rambut Ruby
yang basah. “Kau habis keramas?”
“Ya, aku keramas tadi.” Ruby tersenyum. “Aku
mencarimu sampai bertanya pada pelayan di bawah, dia
bilang dia tidak melihatmu.”
“Tidak ada yang tahu, sayang. Kalau kau mau bertanya,
tanyakan pada Dominick. Dia pasti tahu.”
Ruby mengangguk kecil. “Tadi pelayan di bawah juga
bilangnya seperti itu, katanya tanyakan saja pada Pak
Dominick.”
Rius tersenyum, mengacak rambut Ruby gemas. “Lain
kali tanyakan pada Dominick.”
Ruby mengangguk polos. Ia beranjak menurunkan Riru
ke bawah. Membiarkan Riru berlarian di sekitar kamar. Ruby
tertawa saat Riru menubruk kaki Rius, lalu Riru terdiam di
pojok dekat dengan nakas.
Ruby berjalan mengambil Riru yang hanya sebesar
genggaman tangan. “Rius, lihat Riru hanya segenggaman
tanganku. Dia masih sangat kecil.” Kata Ruby menggesekkan
hidungnya dengan hidung Riru.
“Aku sengaja membeli yang kecil, karena dulu Riru yang
aku belikan sama kecilnya dengan yang ini!” Timpal Rius
mendekati Ruby.
“Rius, dulu Riru kita yang hilang itu lebih besar dari ini.”
Ruby menoleh menatap Rius. “Tapi, aku suka. Karena dia
mungil.” Tambahnya menyengir.
Rius terkekeh. “Sama mungilnya denganmu?”
Ruby mengerucutkan bibirnya, kedua pipi Ruby
mengembung. “Apa aku sekecil itu?”
Protective's Pilot | 106Rius tertawa seraya mengangkat tubuh Ruby. Dan
membawanya ke sofa, mendaratkan bokongnya dengan Ruby
yang duduk di atas pangkuan Rius. “Ya, kau sekecil itu di
mataku.” Ucap Rius sambil menyisirkan rambut Ruby dengan
jari-jari tangan Rius. “Tapi aku tidak peduli sekecil apapun
dirimu, aku akan tetap mencintaimu. Karena—” Rius
menghentikan ucapannya dengan sengaja.
“Karena apa?”
“Karena apa adanya dirimu.” Sambung Rius tersenyum
hangat.
Ruby tersenyum lebar, memeluk leher Rius dan kembali
mengecup bibir Pria itu. Ruby melepaskan Riru di sofa
sebelah dirinya, dan kemudian ia bersandar pada dada bidang
Rius.
Rius berdiri mengangkat tubuh Ruby dan melemparnya
ke atas tempat tidur. Ia meraih bantal dan melemparnya pada
wajah Ruby.
“Rius.” Pekik Ruby meraih bantal dan membalas Rius
tidak kalah kencangnya.
Dan bisa dibayangkan bagaimana kelanjutannya. Mereka
saling memukul menggunakan bantal. Sampai-sampai bantal
yang dipakai untuk memukul robek hingga isinya
berhamburan keluar.
Rius tertawa mendorong Ruby yang hendak beranjak dari
tempat tidur. Mereka berguling dan tertawa bersama-sama.
Tawa yang begitu kencang, seakan menunjukkan kalau
mereka berdua sekarang ini benar-benar bahagia. Bahkan
tidak ada kebahagiaan yang lain selain bersama dengan orang
yang sangat dicintai.
Nikenn25 | 107PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 15.
TOK! TOK!
“Tn. Rius?” Panggil Dominick dari luar, mengetuk pintu
kamar Rius yang tidak kunjung dibuka.
TOK! TOK!
“Ya, sebentar.” Pekik Rius dari dalam kamarnya. Tak
selang berapa lama pintu kamar terbuka, kepala Rius
menyembul keluar. “Dominick? Ada apa?”
Dominick tersenyum kikuk, menggaruk tengkuknya yan®
tidak gatal. “Tuan, maaf kalau saya mengganggu. Tapi di luar
ada yang mencari Nona Ruby.”
Rius membuka pintu lebar-lebar. Menatap Dominick
dengan bingung. “Mencari Ruby? Siapa?”
Dominick menggelengkan kepalanya. “Maaf Tuan, saya
kurang tahu.”
“Tunggu Dominick.” Rius bersidekap dada, tubuhnya
bersandar pada daun pintu yang tertutup. “Bagaimana
mungkin dia bisa masuk ke dalam? Bukankah aku sudah
meminta padamu dan penjaga untuk tidak membiarkan orang
asing masuk?”
“Ya, Tuan!” Dominick mengangguk. “Tapi orang itu
memaksa masuk, kami sudah melarangnya.”
“Ya, sudah. Aku akan ke bawah.” Ujar Rius masuk ke
dalam kamar. Mengambil kunci pintu dan menguncinya dari
luar. Setelahnya ia dan Dominick sama-sama turun ke bawah.
Setibanya di lantai bawah Rius melihat para penjaganya
sedang menghadang seseorang untuk masuk ke dalam.
Protective's Pilot | 108Terlihat kalau orang itu sangat memaksa untuk masuk ke
dalam Mansion.
“Hei, biarkan saya masuk ke dalam.” Pekik orang itu
memukul brutal penjaga Rius.
“Maaf Nona anda tidak bisa masuk ke dalam.” Jelas si
Penjaga terdengar kesal. “Ini sudah peraturan dari Tn. Ryford.”
“MINGGIR!” Teriak orang itu semakin memukuli si
penjaga. Tidak peduli jika si penjaga itu mengaduh kesakitan.
“Hentikan!”
Orang itu berhenti memukul, menoleh menatap Rius
dengan mata yang berbinar. Seketika orang itu bersikap
lembut.
“Ada apa ini?” Rius bersidekap dada, menatap orang itu
dengan datar.
Orang itu berjalan menghampiri Rius. Ia tersenyum lebar.
“Hai.” Sapa orang itu. “Perkenalkan namaku, Caramella
Neino.” Tambahnya seraya mengulurkan tangan.
Rius terdiam, sebelah alisnya terangkat. Kedua matanya
menatap tangan orang yang bernama Caramella. “Ada apa
anda membuat keributan di rumah saya?” Tanya Rius
mengabaikan Caramella.
“Oh, Heum—" Jeda Caramella berdehem pelan, menarik
tangannya yang tidak dibalas Rius. “Aku adalah kakak Ruby.
Aku mencari keberadaan adikku, seorang wanita bilang kalau
kau membawa adikku.” Sambungnya.
Rius semakin kebingungan, seorang wanita? pikir Rius
heran. Siapa yang dimaksud oleh wanita didepannya ini.
“Wanita siapa yang anda maksud?” Tanya Rius datar, tidak
ada ekspresi apapun.
Nikenn25 | 109“Heum, kalau tidak salah namanya adalah Lechia.”
Jawab Caramella menatap Rius memuja.
Rius menganggukkan kepalanya pelan. Caramella bilang
dia adalah kakak Ruby? Itu berarti wanita di hadapannya kini
adalah kakak tiri Ruby yang Richter ceritakan. Kakak tiri
yang dengan tega menjual Ruby di Club malam. Rahangnya
mengeras, merasa marah karena Lechia dengan gampangnya
memberi alamat rumahnya pada seseorang.
Lechia Fadlan. batin Rius menggeram.
“Apa adikku ada di sini?” Tambah Caramella.
“Dia tidak ada di sini.” Rius melangkah mundur. “Segera
pergi dari sini.”
“Kenapa kau mengusirku? Kalau adikku tidak di sini, lalu
dia di mana?”
“Saya tidak tahu!” Rius membalikkan tubuhnya. Menatap
Dominick dan para penjaga dengan tajam. “Usir dia, dan
jangan biarkan dia datang ke sini lagi. Kalau dia bersikeras
untuk masuk. Seret saja.” Tambahnya lalu beranjak pergi.
Caramella membelalakkan kedua matanya, melihat Rius
yang beranjak masuk ke dalam saat hendak menyusul Rius. Ia
justru kembali dihadang oleh para penjaga yang tadi dipukul
olehnya.
“Maaf, anda dilarang masuk!” Ujar si penjaga melotot
tajam. "Segera pergi sendiri, sebelum kami berbuat kasar."
Tambahnya.
“Max, tolong urus dia Tuan sudah berpesan agar dia tidak
masuk ke dalam.” Ucap Dominick.
“Ya, kami akan menyeretnya saja.” Sahut Max, si
penjaga. Ia lalu menyeret paksa Caramella untuk pergi dari
Protective's Pilot | 110Mansion. Tidak peduli seberapa keras wanita itu
memberontak.
Rius menghempaskan bokongnya di sofa, memijat
kepalanya yang mendadak pusing. Lechia? Satu nama yang
membuat amarah Rius memuncak. Bagaimana mungkin
wanita itu memberitahu keberadaan Ruby pada orang lain.
“Tuan?” Panggil Dominick menundukkan wajahnya.
Rius menghela napas kasar, menatap Dominick datar.
“Apa dia sudah pergi?” Tanya Rius.
Dominick mendongak, menganggukkan kepalanya.
“Sudah Tuan, tadi Max mengusir paksa orang itu.” Jawab
Dominick. “Tuan, maafkan kami.”
“Sudah tidak apa—” Jeda Rius berdiri dari duduknya.
“Dominick, tolong rahasiakan ini dari Ruby. Jangan sampai
dia tahu kalau ada seseorang yang datang mencari dia.”
Sambung Rius. “Karena aku tidak mau sampai Ruby tahu,
dan justru malah membuat dia takut. Aku tidak mau
kehilangan dia lagi.”
Dominick mengangguk paham, kedua matanya menatap
wajah Rius yang tampak tenang tapi tersirat ketakutan dari
mata tajamnya. “Ya, Tuan. Saya akan memastikan semuanya
aman. Saya juga akan memberitahukan ini pada Max.”
“Terima kasih.” Rius beranjak pergi, masuk ke dalam lift
naik ke lantai atas. Ia sudah terlalu lama meninggalkan Ruby
di kamar dalam keadaan terkunci.
Setibanya di lantai atas Rius memandang pintu yang
masih terkunci dari luar. Rius dia sengaja menguncinya agar
Ruby tidak keluar dan melihat kedatangan Caramella.
Perlahan Rius melangkah, membuka kunci pintu kamarnya.
Nikenn2s | 111Begitu pintu terbuka Rius langsung mendapati Ruby yang
menangis di pinggir kasur.
Ruby mendongakkan kepalanya, mengadah menatap Rius.
Masih sambil menangis Ruby mengomel. “Kenapa kau
mengunciku dari luar?” Tanya Ruby tersendu.
Rius tersenyum geli, menutup pintu dan mendekati Ruby.
“Aku menguncimu agar nanti Riru tidak kabur lagi.” Jawab
Rius berjongkok di hadapan Ruby. Tangan Rius terulur
mengusap air mata Ruby. “Jangan menangis, sayang.”
Ruby menepis kasar tangan Rius, berdiri dari duduknya.
Dan beranjak ke sofa. “Kau pikir aku anak kecil yang bisa kau
bohongi?” Ruby menyahut dengan suara seraknya. “Riru
bukan manusia, dia tidak akan bisa membuka pintu. Dia
hanya akan kabur kalau pintunya terbuka, kalau pintu tertutup
mana mungkin Riru bisa kabur. Lagipula Riru hanya seekor
anak anjing, dia tidak mungkin lari apalagi pintu tertutup.”
Rius terdiam seraya menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal. Oke baiklah, sepertinya Rius salah berbicara. Apa yang
diucapkan Ruby memang ada benarnya, mana mungkin
seekor anak anjing bisa lari disaat pintu tertutup? Sial. umpat
Rius dalam hati, gara-gara kedatangan kakak tiri Ruby, ia jadi
tidak bisa berpikir.
“Kau pasti sedang mencari alasan untuk berbohong
padaku kan?” Tambah Ruby menuduh.
Rius melotot, menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak,
itu tidak benar.”
“Kenapa melotot padaku.” Ruby semakin terisak sambil
terus memeluk Riru.
Rius menghela napas kasar. “Aku tidak melotot padamu!”
Ujar Rius berdiri, berjalan menghampiri Ruby. “Jangan
Protective's Pilot | 112menangis, baiklah. Maafkan aku," tambahnya seraya
mengulurkan tangan.
“Tidak mau.”
Rius mengusap wajahnya kasar, hari ini Ruby terlihat
lebih sensitif. Rius sendiri tidak tahu jika mengunci Ruby dari
luar akan membuat gadisnya itu marah seperti sekarang ini.
Padahal maksud Rius hanya tidak ingin Ruby melihat
Caramella.
“Rius?” Panggil Ruby pelan.
“Tya, apa sayang?” Sahut Rius tersenyum kecil.
“Pegang Riru, aku lelah.” Balas Ruby mengulurkan Riru
pada Rius.
Rius mengangguk, mengambil Riru dari Ruby. Lalu
menaruh anak anjing mungil itu di bawah, belum berapa detik
pekikan Ruby mengejutkan Rius.
“Rius.” Pekik Ruby kencang.
“Tya, Ap—”
“Aku memintamu pegang Riru, bukan menaruhnya di
bawah.” Sela Ruby kembali menangis.
Rius mengacak rambutnya frustasi, namun dengan sabar
Rius kembali mengambil Riru dan menggendongnya.
“Untung aku mencintaimu, sayang.” Gumam Rius masih bisa
didengar oleh Ruby.
“Jadi kalau kau tidak mencintaiku, kau tidak mau begitu?”
Tanya Ruby kembali terisak.
“Bu-bukan be-begit—”
Ruby mengambil Riru dari Rius dengan kasar, begitu
Riru sudah ada di dalam gendongannya. Kemudian Ruby
membawa Riru keluar dari kamar, mengabaikan Rius yang
mencoba menahannya.
Nikenn2s | 113“Hei, sayang?” Panggil Rius berkacak pinggang. Ia tidak
salah, hari ini Ruby benar-benar sensitif. Bahkan sangat
sensitif seperti orang hamil saja, apa mungkin Ruby hamil?
Tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Lalu ada apa dengan
sikap Ruby hari ini.
Rius mendatarkan bokongnya ke sofa dengan kasar,
mengacak rambutnya frustasi. Merasa bingung dengan sikap
Ruby hari ini, padahal dari selesai bercanda Ruby masih baik-
baik saja. Apa mungkin saat Rius mengunci Ruby dari luar,
gadisnya itu terjatuh dan terbentur hingga menyebabkan Ruby
berubah sensitif? Tapi apa itu mungkin.
Tak selang berapa lama pintu kamar kembali terbuka,
Ruby berjalan dengan Riru yang berlari masuk lebih dulu.
Rius mengikuti gerak-gerik Ruby, gadisnya itu berjalan
mendekat ke arah Rius. Dan tanpa disangka-sangka Ruby
duduk di pangkuan Rius.
“Kenapa menatapku begitu?” Tanya Ruby bingung.
“Tidak.” Jawab Rius mencium pipi Ruby. “Kau sudah
tidak marah padaku?” Tambahnya.
Ruby menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak
marah.”
“Lalu kenapa kau menangis tadi? Kau juga menepis
tanganku saat menyentuh tanganmu?”
“Hari ini moodku tidak baik—” Jeda Ruby melingkarkan
tangannya di leher Rius, wajahnya berada di ceruk leher Pria
itu. “Mungkin karena hari ini pertamaku menstruasi.”
Sambung Ruby menyengir polos.
Rius membelalakkan kedua matanya, jadi sejak tadi Ruby
berubah sensitif karena sedang menstruasi? Sialan, umpat
Rius. Ternyata menghadapi wanita menstruasi seperti sedang
Protective's Pilot | 114menghadapi seekor singa. Padahal tadi ia sempat panik karena
Ruby yang tiba-tiba saja menangis dan marah-marah, Rius
berpikir mungkin karena tadi dirinya mengunci pintu dari luar.
Tapi setelah mendengar penjelasan Ruby, Rius jadi sedikit
lebih tenang.
Nikenn2s | 115PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 16.
Rius baru saja selesai mempacking pakaiannya. Hari ini
Rius harus terbang menggantikan temannya yang berhalangan
masuk karena sakit. Ya, beginilah seorang pilot harus siap
kapanpun dibutuhkan.
“Hari ini aku harus berangkat—” Jeda Rius menoleh,
menatap Ruby. “Selama aku pergi, kau jangan ke mana-mana.”
Sambungnya.
Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. “Berapa lama?”
“Entah, mungkin selama dua belas hari.”
Ruby mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. “Berarti
selama dua belas hari aku harus di rumah, dengan rasa bosan?”
“Sayang—"
“Rius, setidaknya izinkan aku pergi bersama Lechia.”
Potong Ruby lebih dulu. “Hanya bersama Lechia, aku janji
tidak akan ke mana-mana.”
Rius mendatarkan wajahnya, saat Ruby menyebut nama
Lechia. Wanita itu, Rius belum sempat menemuinya untuk
berbicara perihal kedatangan Caramella ke mansion Rius.
“Rius? Boleh tidak?” Tambah Ruby menggoyang-
goyangkan lengan Rius.
“Tidak, kau tidak boleh ke mana-mana. Apalagi bersama
Lechia.” Ucap Rius tegas.
“Tidak boleh bersama Lechia? Kenapa memangnya?”
Rius menatap Ruby lekat, bingung harus menjelaskannya
seperti apa. Tentunya memberitahu Ruby soal kedatangan
Caramella tidak akan benar. Yang ada Ruby akan merasa
takut.
Protective's Pilot | 116“Ini perintahku, sayang.” Kata Rius sambil memakai
arloji di tangannya.
“Kau ini kenapa, Lechia kan orang baik. Dia juga kan
yang menolongku?”
Rius menghela napas kasar, menarik Ruby ke dalam
pelukannya. Mencium puncuk kepala Ruby lembut. “Ya, aku
tahu dia orang baik. Tapi sayang, kita tidak pernah tahu orang
itu benar-benar baik atau hanya berpura-pura baik saja. Kita
tidak pernah tahu kan bagaimana seseorang? Berhati-hati
terhadap orang itu perlu.” Jelas Rius.
“Tapi kan—”
“Tidak sayang.” Sela Rius seraya menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Tidak ada tapi-tapian, ini sudah perintah dariku
untukmu.”
Ruby mengembungkan pipinya, mengadahkan kepalanya
menatap Rius dengan wajah polos. “Tapi aku yakin, Lechia
orang baik.”
“Ya, Lechia memang baik.” Rius beralih menangkup
wajah Ruby, mencium kedua mata indah itu. “Tapi aku tidak
mau kau menemui dia disaat aku tidak sampingmu.”
“Kau seperti sedang menutupi sesuatu dariku, kau sendiri
tahu. Kita bisa bertemu karena Lechia.”
Rius menghela napas kasar, menjauhkan tangannya dari
Ruby. “Ya sudah, terserah dirimu saja. Aku berangkat.” Kata
Rius mengecup bibir Ruby sekilas, kemudian mengambil
kopernya dan pergi meninggalkan Ruby. Mungkin dengan
cara ini Ruby akan mengerti apa maksud Rius.
“Rius?” Pekik Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. Ia
bergetar menatap sendu pintu yang tertutup kencang. Ya,
karena Rius pergi sambil membanting pintu. Apa yang salah?
Nikenn2s | 117Ruby hanya ingin bertemu dengan Lechia. Dan lagi kenapa
dengan Rius, dia sangat aneh hari ini. Pria itu seakan-akan
sedang menutupi sesuatu dan juga Rius bersikap seperti tidak
menyukai Lechia.
Ruby lunglai ke lantai, mengambil Riru yang kebetulan
lewat. Mendekapnya dengan sangat erat bersamaan dengan air
yang menetes dari kedua matanya.
Sementara di lantai bawah Rius terdiam diri, berhadapan
dengan Dominick dan juga Max. Selain mereka bertiga ada
beberapa penjaga di belakang Dominick.
“Tolong perhatikan sekitar Mansion, aku harus pergi
selama dua belas hari—’ Jeda Rius menghela napas pelan.
“Kejadian tadi jangan sampai terulang. Tidak boleh ada yang
datang apalagi sampai menyelinap masuk. Aku tidak mau
ambil resiko.” Sambung Rius.
“Ya, Tuan. Kami akan berjaga lebih lagi.”
“Aku baru saja bertemu dengannya, dan aku tidak mau
kehilangan dia untuk kedua kalinya. Dan karena itu, aku
minta pada kalian untuk lebih ketat lagi.” Rius menatap Max
dan Dominick bergantian. “Pastikan Ruby selalu ada di dalam
Mansion. Jangan sampai dia keluar apalagi sampai menemui
Lechia.”
Dominick dan Max mengangguk paham. “Ya, kami akan
memperhatikan setiap gerak-gerik Nona Ruby.” Ujar
Dominick tersenyum. “Tuan bertugaslah dengan tenang.
Kami akan berjaga-jaga di sini, kami akan pastikan semuanya
aman sampai nanti Tuan kembali.”
“Dominick, aku sangat percaya padamu—” Jeda Rius
beralih menatap Max. “Dan Max, aku benar-benar percaya
Protective's Pilot | 118padamu dan anak buahmu dalam berjaga. Pastikan tidak ada
yang lengah saat menjalankan tugas.” Sambung Rius.
“Ya baik, Tuan!” Ujar Dominick dan Max bersamaan.
“Hubungi diriku jika ada sesuatu.” Kata Rius sebelum
pada akhirnya masuk ke dalam mobil dan melenggang pergi.
Ia percayakan semuanya pada Dominick dan Max, Rius yakin
mereka bisa menjalankan tugas yang diminta oleh Rius.
Tanpa diketahui oleh Rius, Dominick dan Max. Kalau
sejak tadi Ruby mendengarkan pembicaraan ketiga Pria itu.
Sungguh Ruby tidak mengerti dengan yang dibicarakan oleh
mereka. Dan lagi kenapa Rius harus melarangnya menemui
Lechia? Padahal Lechia adalah orang baik, dia juga yang
sudah menolong Ruby dari para penjahat.
Ruby berbalik melangkah pergi sebelum Dominick
melihat keberadaannya. Selama di lift Ruby hanya diam
memikirkan maksud Rius. Ia tahu pasti ada yang
disembunyikan oleh Pria itu, sampai-sampai Ruby tidak boleh
tahu. Dan urusannya dengan Lechia? Sebenarnya ada apa?
pikir Ruby bingung.
Ruby yakin, seyakin-yakinnya kalau ada sesuatu yang
tidak Ruby tahu. Tiba-tiba saja Ruby teringat saat Rius
menguncinya dari luar. Pasti di balik itu ada kejadian yang
tidak Ruby ketahui? Ya, benar. Pasti ada kejadian yang sama
sekali tidak boleh Ruby ketahui.
“Riru, kira-kira apa yang Rius dan Dominick maksud ya?”
Gumam Ruby berbicara pada Riru yang hanya menjilati
wajah Ruby.
Ruby merogoh handphonenya dari dalam saku celana
pendek yang ia kenakan. Pupil mata Ruby membesar saat
membaca pesan yang dikirimkan oleh Rius.
Nikenn2s | 119Rius : Jangan mencoba mencari tahu apa yang kau
dengar, sayang.
Tak selang berapa lama handphone Ruby kembali
berbunyi. Dan lagi kembali pesan itu dari Rius.
Rius : Aku melihatmu ada di balik pintu.
Ruby semakin terbelalak, jadi Rius melihat dirinya yang
bersembunyi di balik pintu? Padahal pintu itu bukan terbuat
dari kaca. Dan lagi bukankah tadi Rius sudah pergi?
oxy
Di dalam mobil Rius terkekeh pelan begitu melihat reaksi
polos yang ditunjukkan Ruby. Ia tahu ekspresi itu ditunjukkan
saat Ruby selesai membaca pesan yang dikirim olehnya.
Andai saja Rius ada di rumah sudah pasti Rius akan meng-
unyel habis wajah menggemaskan Ruby.
Tadi sebelum berangkat Rius memang sempat melihat
Ruby, gadis itu berdiri di balik pintu. Rius tahu kalau Ruby
pasti akan mendengar semuanya, karena itu Rius tidak
menyebut nama Caramella dan hanya menyebut nama Lechia.
Ttupun terlanjur karena Ruby yang pastinya sudah mendengar
apa yang Rius bicarakan.
Rius tersenyum geli mengingat kepolosan Ruby tadi.
Gadisnya itu tidak sadar jikalau di sampingnya terdapat
sebuah jendela kaca besar hingga orang yang berada di luar
bisa melihat pantulan siapapun dari dalam. Dan dari situ Rius
melihat Ruby yang sedang mendengarkan pembicaraannya
bersama Dominick dan juga Max.
Rius bersandar pada kursi mobil sambil terus
memperhatikan gerak-gerik Ruby melalui Cctv yang
tersambung pada handphone dan Tv mobil, sehingga
Protective's Pilot | 120mempermudah Rius mengawasi Ruby dari kejauhan.
Sebenarnya Rius sudah lama memang Cctv.
Rius terkekeh pelan begitu melihat Ruby duduk di
pinggir kasur ditemani Riru. Ada baiknya juga membeli anak
anjing, secara tidak langsung Riru bisa menemani Ruby
disaat-saat dirinya ada pekerjaan seperti ini.
“Tuan, sudah sampai di bandara.”
Rius menatap ke depan seraya menganggukkan
kepalanya. “Ya, terima kasih.” Ucap Rius mematikan
handphonenya dan segera turun dari mobil. “Ah ya, Piter.
Tolong nanti beritahu Dominick untuk terus mengawasi Ruby.
Jangan sampai gadis itu keluar dari Mansion, terkecuali masih
ada di sekitaran Mansion. Dan juga suruh Dominick untuk
terus melapor padaku apapun yang terjadi di Mansion.”
Tambah Rius pada sang Supir.
“Baik Tuan, nanti akan saya sampaikan pada Dominick!”
Rius tersenyum kecil. “Baiklah, terima kasih Piter!”
“Sama-sama Tuan, sudah menjadi tugas saya.” Piter
tersenyum pada Rius, ia menunduk ketika Rius berpamitan
padanya. Piter kembali ke mobil dari dalam dia masih terus
memperhatikan punggung Rius, benar-benar perubahan yang
cepat. Dan cintalah yang sudah merubah pria itu menjadi
lebih baik. Tidak seperti sebelum kedatangan Ruby.
Nikenn2s | 121PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 17.
Keesokan harinya Ruby sudah bersiap untuk pergi
bersama anjing kesayangannya Riru. Sekarang baru jam 05.45
pagi, kebetulan Ruby akan keluar untuk melakukan lari pagi
bersama Riru. Olah raga yang sudah jarang sekali Ruby
lakukan. Ya, karena larangan dari Ibu dan Kakak tirinya.
Setibanya di bawah Ruby dijegat oleh Max dan beberapa
orang di belakang Pria itu.
“Kenapa?” Tanya Ruby kebingungan.
“Maaf, Nona dilarang keluar meninggalkan Mansion.”
Jawab Max.
“Aku hanya ingin lari pagi bersama Riru.” Balas Ruby
sambil menunjukkan Riru pada Max. “Aku akan pulang lagi
nanti.”
“Maaf Nona, tetap tidak bisa keluar.”
“Kenapa? Tadi Rius sudah mengizinkanku, tadi aku
sudah mengirimkan pesan padanya. Dia juga sudah
membalasnya, katanya silahkan saja, asal tidak jauh.” Ruby
menyahut sambil menggigit bibir bawahnya.
“Kalau begitu bisa tunjukkan pesan balasan dari, Tn.
Rius?”
Ruby meneguk salivanya dengan susah payah, lidahnya
terasa kelu untuk menjawab. Menunjukkan? Bagaimana
mungkin. Ruby hanya berbohong agar bisa keluar. Rius mana
mungkin mengizinkannya keluar, kemarin saja Pria itu malah
meminta Dominick dan Max untuk semakin mengetatkan
penjagaan.
Protective's Pilot | 122Max bersorak dalam hati ketika melihat wajah pucat
Ruby. Gadis didepannya ini tidak bisa menunjukkan balasan
dari Rius. Itu berarti gadis didepannya kini sedang berbohong
agar bisa keluar, untungnya Max tidak semudah itu dibohongi.
“Nona bisa menunjukkannya?” Tambah Max
mengulurkan tangannya. “Bisa perlihatkan balasan dari, Tn.
Rius?"
“Max?” Panggil Dominick menghampiri Max dan Ruby.
Ta menatap keduanya secara bergantian. “Ada apa, Max?”
“Dominick, Nona Ruby ingin keluar. Nona bilang sudah
izin pada Tn. Rius, saya sudah meminta bukti pesan dari, Tn.
Rius, tapi Nona tidak bisa menunjukkannya.”
Dominick mengangguk paham, kemudian menjatuhkan
tatapannya pada Ruby. “Maaf Nona, silahkan kembali ke
kamar.”
Ruby mengerucutkan bibirnya, dengan kesal Ruby
beranjak dari sana dan kembali ke kamarnya. Ia kesal padahal
masih sangat pagi tapi para pekerja Rius sudah pada bangun.
“Dominick, untung saya datang. Atau tidak kita akan
kebablasan.” Ujar Max menghela napas lega.
Dominick terkekeh pelan, tadi sebelum dirinya datang
wajah Max begitu tegang. Tapi tak lama wajah Max berubah
tenang. “Tenanglah, sejak tadi saya memantau Nona melalui
Cctv di ruangan.” Sahut Dominick menepuk-nepuk pundak
Max, setelahnya ia beranjak pergi.
Max tersenyum lebar seraya mengangguk. Sungguh
perasaannya sangat lega karena datang di waktu yang tepat.
Kalau saja sampai telat maka Max akan terkena omelan dari
Rius karena lalai dalam bertugas.
Nikenn25 | 123Max berbalik pergi untuk kembali ke tempatnya. Ia akan
berjaga di sana dan sebagian teman-temannya akan berjaga di
sekitaran Mansion. Max juga akan meminta temannya berjaga
di sekitaran pagar.
Max harus sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas
jika tidak mau membuat masalah. Rius sudah sangat baik
dengan membantu keluarga kecilnya. Karena itu ia tidak ingin
mengecewakan Rius.
Sementara Max berjaga-jaga di luar, berbeda dengan
Dominick yang terus memantau Ruby dari Cctv. Gadis itu
sedang duduk di lantai bersama dengan Riru yang berlarian.
Untuk sesaat Dominick mematikan layar Cctvnya, Ruby aman.
Karena wanita itu sedang terdiam di kamar, sebenarnya
Dominick merasa kasihan tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah
menjadi perintah dari Rius untuk Dominick terus mengawasi
gadis itu. Ia pun beranjak dari sana untuk menemui koki agar
segera membuatkan sarapan untuk Ruby, mumpung Ruby
sedang diam di dalam kamar.
Di tempat lain seseorang berjalan ke sana dan ke sini,
dengan seorang wanita yang duduk di kursi. Ia menatap orang
itu jengah karena selalu berjalan ke sana dan ke sini.
“Bu, bisa diam tidak? Aku pusing melihatmu sedari tadi
hanya berjalan mondar-mandir seperti itu.” Ujar wanita itu
kesal.
“Diamlah, Caramella. Ibu sedang memikirkan cara untuk
membawa kembali Ruby pada kita—” Jeda Orang itu, pada
wanita yang ternyata adalah Caramella. “Kalau Ruby ketemu
kita tidak perlu mengganti uang kerugian dari Club itu.”
Sambung Ibu dari Caramella.
Protective's Pilot | 124“Aku sudah mendatangi alamat yang diberikan oleh
wanita bernama Lechia, begitu aku sudah sampai di sana. Si
pemilik rumah bilang kalau di sana tidak ada Ruby.”
Caramella menyahut sambil meniup-niupkan kukunya. “Kau
tahu Bu, kalau pemilik rumah yang aku datangi itu sangat
tampan.”
“Caramella, ini bukan saatnya memikirkan Pria.”
Caramella menghela napas kasar, menatap Ibunya kesal.
“Tbu, dia itu Pria kaya. Kalau aku menikah dengannya pasti
kau juga kan yang enak?”
“Tapi yang perlu kita pikirkan sekarang itu Ruby!
Geram Ibu Caramella.
“Sudahlah, Bu jangan pikirkan anak sialan itu. Biarkan
saja, mungkin dia sekarang sudah jadi gembel atau mungkin
saja dia sudah tiada menyusul kedua orangtuanya.” Ucap
Caramella. “Aku akan mendekati Pria itu agar kita bisa
mengganti uang kerugian Club itu. Dan begitu aku berhasil
kita akan kuasai hartanya.” Tambahnya.
“Halah, sok-sok'an kau ingin mendekati Pria itu.
Namanya saja kau tidak tahu.” Sindir Ibu Caramella seraya
beranjak pergi.
Caramella memutar bola mata malas. “Tenang saja, cepat
atau lambat aku pasti tahu namanya.” Pekik Caramella seraya
bergerutu kesal, andai kemarin ia tidak diseret paksa oleh
penjaga dari rumah itu. Sudah dipastikan kalau Caramella
akan mengetahui nama dari si Pria tampan itu.
Tak berapa lama Ibu Caramella kembali keluar dengan
pakaian yang sudah sangat rapi. “Caramell, ayo temui Ibu
dengan calon suamimu.” Ajak Ibu Caramella.
“Haduh Ibu, tadi saja kau—”
Nikenn2s | 125“Sudah-sudah, ayo cepat. Ibu penasaran dengan calon
suamimu.” Sela Ibu Caramella seraya menarik tangan
Caramella.
“Belum calon suami Ibu, baru mau.” Ralat Caramella
sambil mengambil tasnya dari kamar. Setelahnya ia dan sang
Tbu pergi menuju rumah yang kemarin didatangi olehnya.
Caramella sendiri tidak sabar untuk kembali bertemu dengan
Pria itu.
Begitu sampai di tempat tujuan, Caramella dan Ibunya
turun dari taksi.
Tbu Caramella terperangah melihat Rumah di depan
matanya, bahkan sesekali Ibu dari Caramella ini mengusap-
usap matanya seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat.
“Caramell, Ya Tuhan. Ini bukan rumah, melainkan istana.”
Ucap Ibu Caramella penuh kekaguman.
“Sudah aku katakan kalau Pria yang aku temui ini sangat
kaya raya.” Sahut Caramella sambil mengajak Ibunya untuk
mengikuti langkah dirinya. Namun baru akan membuka pagar
ia dan Ibunya sudah dihadang oleh pria-pria bertubuh besar.
“Permisi, tolong bukakan pintu ini.” Caramella memberi
perintah pada Pria-pria yang ada di balik pagar.
“Maaf anda dilarang masuk!” Ucap salah satu Pria dari
empat orang.
“Hei, kamu jangan kurang ajar ya. Dia ini calon istri dari
pemilik rumah ini.” Sahut Ibu Caramella tidak terima.
Pria itu tertawa kencang, seolah menertawakan hal yang
lucu. Ya, memang lucu dengan apa yang diucapkan wanita
tua didepannya. “Maaf tolong kalau berbicara jangan terlalu
tinggi, apalagi bermimpi.” Balas Pria itu begitu sudah tidak
tertawa.
Protective's Pilot | 126“Dasar Pria botak tidak tahu diri.” Teriak Ibu Caramella.
“Kita tidak bermimpi, lihat saja. Kalau anak saya sudah
menjadi nyonya di sini, saya pastikan kau ditendang secara
tidak hormat dari sini.”
“Hans? Ada apa ini?” Tanya Max tiba-tiba saja datang.
Pria botak bernama Hans itu menoleh, menatap Max
sambil tertawa. “Max, kau tahu ada dua orang yang bermimpi
menjadi nyonya di rumah ini.” Jawab Hans terpingkal-pingkal.
Max menaikan sebelah alisnya, menatap Caramella dan
ibunya datar. Ia tentu masih ingat dengan wanita bernama
Caramella itu, wanita yang datang mencari Ruby.
“Hei botak, kenapa kau banyak bicara? Bukakan kita
pintu, kita ingin masuk bertemu dengan calon suami putriku.”
Kembali Ibu Caramella berbicara dengan nada kesal.
“Maaf mungkin kalian berdua salah alamat, pemilik
rumah ini memang sudah mempunyai calon istri tapi—”
“Yash! Kau benar sekali dan ini calonnya.” Sela Ibu
Caramella sambil merangkul pundak putrinya.
“Maaf, tapi bukan wanita di samping anda.” Ujar Max
datar. “Calon istri pemilik rumah ini, ada di dalam.”
Ibunya Caramella dan Caramella membelalakkan kedua
matanya begitu mendengar ucapan Max.
“Apa? Apa yang kau katakan, Ha?” Pekik Caramella
mengepalkan tangannya.
Max mengangkat bahunya masa bodo, membalikkan
tubuhnya pergi dari sana. Tugasnya sekarang adalah
memberitahukan Dominick tentang kedatangan Caramella
untuk yang kedua kalinya, dan yang terpenting adalah
memastikan kalau Ruby tetap ada di dalam kamarnya.
Nikenn2s | 127“Sudahlah, kalian pergi saja. Lebih baik kalian tidur dan
bermimpi untuk menjadi nyonya di rumah ini.” Celetuk Hans
tertawa mengejek. Beberapa teman Hans pun_ ikut
menertawakan.
Caramella menggeram marah, ada rasa tidak terima
dengan apa yang diucapkan oleh Hans. Tidak pernah ada
satupun seorang Pria yang berani mengejek bahkan
menghinanya.
Awas saja, kalau aku menjadi istri dari pemilik rumah ini
aku pastikan mereka-mereka hidup sengsara. batin Caramella
menggeram. Sungguh dia tidak terima diperlakukan seperti ini,
apalagi diperlakukan oleh penjaga.
“Sombong sekali mereka, rasanya Ibu ingin sekali
membenturkan kepala botak itu ke dinding. Berani-beraninya
mereka berbuat kurang ajar!” Oceh Ibu Caramella terengah.
“Lihat saja aku akan pengapalan wajah-wajah mereka, begitu
saatnya aku akan membalasnya.” Tambah Ibu Caramella.
“Mereka baru saja mengusir kita Ibu!”
“Ya, mereka hanya penjaga tapi sangat tidak tahu diri.
Aku bersumpah akan membalasnya nanti jika kita sudah sah
menjadi nyonya di sini.”
Caramella menatap Ibunya. “Bu, apa mungkin istri yang
dimaksud penjaga tadi adalah Ruby?” Gumam Caramella.
“Cih!” Decih Ibu Caramella. “Dia mana pantas menjadi
nyonya di sini. Dia kan hanya jalang yang kebetulan
melarikan diri. Paling-paling dia hanya menjadi pelayan di
sana.”
“Tapi kalau ternyata Ruby di sini adalah nyonya
bagaimana? Ibu aku tidak akan terima itu, awas saja!”
Protective's Pilot | 128“Sudah Ibu bilang, kita harus menyeret wanita itu dan
mengembalikannya ke Club agar kau pun bebas mendekati
Pria yang kau sukai itu.”
Caramella memanggut-manggutkan kepalanya. “Oke
baiklah! Lalu aku harus melakukan apa untuk menyeret
wanita itu?”
“Nanti akan Ibu pikirkan, sekarang kita pulang dulu!” Ibu
Caramella menghentikan taksi kemudian masuk diikuti oleh
putrinya Caramella. Dia akan menyusun cara agar bisa masuk
ke dalam dan membawa Ruby untuk dikembalikan.
Setelahnya mendekatkan sang putri pada si pemilik Rumah
mewah itu.
Nikenn25 | 129PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 18.
12 Hari Kemudian.
Rius baru saja tiba di Madrid, Spanyol setelah melakukan
penerbangan selama 12 hari. Sambil menyeret kopernya Rius
meninggalkan bandara. Sebelum berangkat ke Spanyol, Rius
sempat menelfon supirnya meminta pada sang Supir untuk
menaruh mobil di bandara. Jadi begitu Rius sampai di
Spanyol supirnya tidak perlu repot-repot datang.
Rius memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil,
setelahnya ia masuk ke dalam dan segera pergi meninggalkan
bandara. Rasanya Rius sangat merindukan Ruby, selama 12
hari ini Rius harus menahan rasa rindunya terhadap gadis
mungil yang selalu membuat Rius tersenyum.
Setibanya di rumah Rius langsung turun dari mobil,
sebelum masuk ke dalam Rius menyempatkan diri untuk
menemui Max.
“Max?” Panggil Rius sambil memberikan kunci pada
Dominick yang kebetulan sedang bersama Max.
“Tuan?” Sahut Max tersenyum kecil.
“Bagaimana? Apa semua aman?” Tanya Rius sambil
menggulung lengan kemejanya sampai batas sikut.
“Aman Tuan.” Jawab Max. “Tapi seperti yang saya
informasikan kalau wanita itu sempat datang ke sini, hanya itu
setelahnya dia tidak datang lagi.” Tambahnya.
“Dominick?” Rius beralih menatap Dominick.
“Aman Tuan, Nona tidak keluar dari Mansion sama
sekali. Nona hanya keluar ke gazebo taman bersama Riru!”
Protective's Pilot | 130Rius memanggut-manggutkan kepalanya — seraya
tersenyum kecil. "Ya sudah," kata Rius lantas meninggalkan
Max dan Dominick. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu
dengan Ruby, apalagi dengan rengekan manja yang beberapa
hari ini tidak Rius dengar.
Setibanya di atas Rius langsung mempercepat langkahnya,
ia membuka pintu dan melihat Ruby yang tampaknya baru
selesai mandi. Terlihat dari rambut gadisnya itu yang basah.
Rius menutup pintu dengan sangat pelan. Ia berjalan
sambil mengendap-endap layaknya maling. Sudut bibirnya
tertarik membentuk senyuman kecil, semakin lama Rius
semakin tersenyum lebar begitu tahu kalau Ruby sama sekali
tidak menyadari kehadirannya.
Rius melingkarkan tangannya di perut Ruby, menghirup
wangi vanilla dari tubuh Ruby. Ia mencium lembut leher
gadisnya.
“Rius?” Pekik Ruby kencang seraya membalikkan
tubuhnya. Kedua mata Ruby membesar, sedetik kemudian ia
bersorak memeluk Rius.
Rius tertawa mengangkat tubuh Ruby ke dalam
gendongannya, kaki Ruby melingkar ke pinggang Rius secara
tefleks. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pria itu.
“I miss you, baby.” Bisik Rius menciumi kepala Ruby.
“I miss you more!” Ruby menangkup wajah Rius lalu
mencium hidung mancung Pria itu.
Rius berjalan ke arah sofa sambil terus memeluk Ruby.
Mendaratkan bokongnya di sana, dengan senyum yang tidak
pernah hilang dari wajah tampannya.
Rius sangat lega karena sampai saat ini semua masih
aman-aman saja. Gadisnya juga masih terlihat seperti
Nikenn2s | 131biasanya, tapi walau begitu Rius juga tidak bisa diam anteng
saja. Caramella, wanita itu pasti akan datang lagi. Apalagi
Caramella mempunyai rasa padanya, seperti yang dikatakan
oleh Max tempo lalu.
Rius terdiam menyandarkan tubuhnya pada sofa. Masalah
ini perlu diselesaikan secepat mungkin, atau kalau tidak maka
akan beresiko untuk Ruby. Pasti ada maksud tersendiri
Caramella mencari Ruby, kemungkinan untuk dijual lagi ke
Club yang berbeda. Tidak, Rius tidak akan membiarkan
siapapun menyentuh gadisnya.
“Rius?” Bisik Ruby dengan belaian lembut di rahang
Rius.
Rius tersenyum lebar, mengecup gemas hidung Ruby.
“Kenapa sayang?” Tanya Rius.
“Kau tidak mendengarkan aku ya?” Tanya Ruby balik,
bibirnya mengerucut ke depan.
“Maaf.” Jawab Rius pelan. Tangannya terulur mengusap
lembut pipi Ruby. “Bisa ulangi lagi?” tambahnya.
“Rius, aku mimpi bertemu dengan kakak tiriku.” Ruby
menatap Rius dalam. “Mimpi itu terasa nyata, kita berpisah—”
“Sstt!” Sela Rius membungkam mulut Ruby dengan
bibirnya. “Itu hanya mimpi, dan mimpi adalah bunga tidur.
Sampai kapanpun kita tidak akan berpisah, tidak akan pernah.”
Tambah Rius begitu sudah menjauhkan bibirnya dari mulut
Ruby. Ia membalas tatapan Ruby. Di iris mata gadisnya
terlihat dengan jelas ada ketakutan di sana.
“Tapi, Rius—”
“Sayang, percaya padaku. Kau akan selalu aman
bersamaku. Kalaupun kakak tirimu datang, aku tidak akan
membiarkan dia membawamu! Tidak akan pernah aku
Protective's Pilot | 132biarkan dia menyentuhmu, apalagi sampai melukaimu.”
Kembali Rius menyela Ruby.
Ruby tersenyum mengecup rahang kokoh Rius sekilas.
“Terima kasih, aku mencintaimu.” Ucap Ruby menyengir
lebar.
Rius terkekeh seraya menarik gemas hidung Ruby. “Aku
lebih mencintaimu.” Sahut Rius tersenyum.
“Rius, Rius?” Panggil Ruby menusuk-nusukkan jarinya
di dada Rius. “Aku ingin potong rambut ya?”
Dahi Rius mengkerut, alisnya terangkat sebelah. “Potong
rambut? Kenapa memangnya?”
“Aku ingin rambut pendek!”
“Kau yakin?” Tanya Rius. “Bukankah kau sangat
menyukai rambut panjangmu ini?”
Ruby mengangguk antusias. “Ya, aku yakin—” Jeda Ruby
memanyunkan bibirnya. “Aku memang sayang dengan
rambutku, tapi aku ingin memotongnya.” Sambung Ruby.
Rius tersenyum mengunyel-unyelkan pipi Ruby yang
semakin membesar. “Baiklah, tidak apa. Kalau kau memang
ingin rambut pendek, bagiku tidak masalah.”
“Antar aku ke salon ya?”
Rius menggelengkan kepalanya, sambil memainkan
rambut panjang Ruby yang sebentar lagi akan pendek. “Tidak
perlu ke salon, nanti aku akan memanggil orang salonnya saja
agar datang.”
“Yah!” Ruby cemberut. “Kenapa kita tidak ke salon saja?”
“Kalau ke salon aku tidak bisa bermesraan denganmu.
Tapi kalau di sini, di rumahku. Aku bisa sambil
mendudukkanmu di pangkuanku.” Jelas Rius tersenyum
manis.
Nikenn25 | 133Dan karena di luar berbahaya untukmu. lanjut Rius
dalam hati.
Ruby tertawa, kedua tangannya menangkup wajah Rius.
Sedetik kemudian tawa Ruby menghilang, mata Ruby
memincing. “Rius, bukankah kau marah padaku? Saat kau
ingin pergi untuk menjalankan tugasmu?” Tanya Ruby.
“Ya, aku memang ingin marah padamu. Tapi sepertinya
aku tidak bisa untuk marah padamu sedikitpun.” Jawab Rius.
“Kenapa?” Tanya Ruby lagi.
“Karena aku terlalu mencintaimu!” Jawab Rius sambil
mengendus leher Ruby, sebentar.
“Kau kan baru sampai di rumah, lebih baik kau istirahat.
Kau pasti lelah kan?” Tanya Ruby hendak beranjak dari
pangkuan Rius, namun Rius menahan pinggangnya. “Rius,
kau harus istirahat.” Tambahnya merengek.
“Aku tidak pernah lelah, Rasanya lelahku hilang saat
melihatmu.”
“Jangan—”
“Aku tidak berbohong, aku tidak membutuhkan istirahat.
Karena tempatku istirahat ada bersamamu!” sela Rius jujur. Ia
memang sempat merasa lelah tadi, tapi saat melihat Ruby rasa
Jelah itu hilang.
Ruby tersenyum sambil menggesekkan telapak tangannya
dengan bulu-bulu halus di sekitar leher dan rahang Rius.
“Aduh, hahahaha geli.” Tawa Ruby seraya memeluk Rius,
menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pria itu.
Rius tertawa mengacak-acak rambut Ruby gemas. Ia
mengencangkan pelukannya, mencium rambut Ruby yang
harum Vanilla.
Protective's Pilot | 134Ruby tertawa terbahak begitu merasakan rasa geli di
lehernya akibat gesekan dari bulu-bulu yang ada di wajah
Rius. Kepalanya mengadah menatap langit kamar, sementara
tangannya melingkar di leher Rius.
Rius menyandarkan tubuh Ruby ke sofa, dengan tangan
menjadi bantalan. Ia tersenyum menatap manik mata Ruby
dalam, sebelum pada akhirnya bibir mereka berdua saling
menempel. Perlahan Rius mulai melumat bibir Ruby lembut,
semula memang lembut. Namun lama kelamaan berubah
menjadi kasar.
Rius sedikit menggeser tubuhnya hingga bokong Ruby
berada di sofa. Ia mengangkat kaki Ruby menaikannya ke atas
paha Rius, dengan bibir yang masih saling melumat satu sama
lain. Lidah keduanya saling bertaut dan saling bertukar
salivanya.
Ruby dengan refleks melingkarkan tangannya di leher
Rius. Matanya terpejam menikmati setiap hisapan, lumatan
kasar di bibirnya.
Rius menyudahi lumatannya begitu merasakan napas
Ruby yang terengah-engah, ia menjauhkan bibirnya dari Ruby.
Sebentar, dan kembali Rius mengecup bibir Ruby yang
membengkak. “Te Amo, baby.” Bisik Rius menangkup wajah
Ruby seraya menyatukan keningnya dengan kening gadisnya.
“Yo también te amo.” Balas Ruby masih dengan mata
yang terpejam.
Ruby membuka matanya yang langsung bertubrukan
dengan mata tajam Rius.
Rius tersenyum geli, jarinya terulur menoel-noel pipi
Ruby yang memerah seperti tomat.
Nikenn2s | 135“Ini milikku.” Ucap Rius menggigit pipi Ruby gemas.
Tidak peduli jika Ruby memekik kesakitan. Rius dia hanya
tertawa di sela-sela gigitannya.
“Sakit, Rius!!!!” Pekik Ruby memukul-mukuli dada Rius
kencang. Bukannya kesakitan Rius malah semakin tertawa.
Rius melepaskan gigitannya menatap pipi Ruby yang
tampak jelas ada bekas gigi Rius. “Ini jelly, bukan pipi.”
Ledek Rius sambil menciumi pipi Ruby yang memerah akibat
gigitannya.
“Rius!!” Rengek Ruby terkekeh pelan. “Hahaha, Rius.
Sudah-sudah geli hahaha.” Tambahnya tertawa terbahak.
Rius menghentikan ciumannya pada pipi Ruby. Ia
mendadak terdiam, bayangan akan ketakutan di wajah Ruby
membuat Rius khawatir. Dirinya kKhawatir kalau Ruby
ketakutan saat tahu kalau Caramella sedang mencari
keberadaan gadisnya itu.
Tangan Rius terulur membelai lembut rambut Ruby.
Masih terdiam sambil memikirkan cara agar Caramella
berhenti mencari Ruby. Uang? Pikiran itu tiba-tiba saja
melintas di dalam pikiran Rius.
Ya, mungkin dengan uang Caramella akan berhenti
mencari keberadaan Ruby. Tapi dengan memberikan uang itu
tidak menjamin hidup Ruby akan tenang. Bisa saja di lain
waktu atau lain hari Caramella kembali mencari Ruby. Oh
tidak-tidak, Rius tidak akan mungkin sebodoh itu.
Saat ini menjaga Ruby agar tetap ada di dalam Mansion
itu hal yang utama. Bukan maksud ingin mengekang tapi itu
adalah cara agar Ruby selalu aman.
Protective's Pilot | 136PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 19.
Rius benar-benar pada ucapannya. Dia membuktikan
ucapannya dengan memangil orang salon ke Mansion. Dan
membiarkan Ruby ada di pangkuan pria itu sambil orang
salon memotong rambut Ruby.
Awalnya Ruby menolak karena pasti akan sangat
memalukan. Dipotong rambutnya tapi ada di pangkvan
seorang Pria. Apa yang akan dikatakan orang salon nanti?
Tapi pada akhirnya mau tidak mau Ruby menuruti keinginaiy
Rius. Pasrah duduk di pangkuan Pria itu.
Perdebatan kecil sempat terjadi, hanya berbeda pendapat
antara Rius dan Ruby.
Rius ingin rambut Ruby tidak dipotong terlalu pendek,
sedangkan Ruby ingin rambutnya dipotong sependek
mungkin.
“Aku ingin pendek, Rius. Namanya juga dipotong pendek!
Mana ada pendek tapi tetap tidak berkurang.” Protes Ruby di
pangkuan Rius.
“Tidak!” Bantah Rius tetap bersikeras. “Aku sudah
membolehkanmu untuk memotong rambut panjangmu. Ikuti
saranku, atau kau tidak memotong rambut sama sekali.”
“Oke, baiklah!” Pasrah Ruby pada akhirnya menuruti
keinginan Rius. “Mbak, potong saja sesuai keinginan dia.
Atau potong saja semuanya.”
“Ruby!” Geram Rius menatap Ruby tajam.
“Hehe, maaf. Aku hanya bercanda!” Ucap Ruby
mencium kening Rius. Ia menyengir lebar saat Rius masih
Nikenn2s | 137saja menatapnya tajam. “Aaaa, jangan melihatku begitu. Aku
hanya bercanda saja.” Tambahnya merengek.
“Dipotong pendek tapi jangan terlalu pendek!” Pinta Rius
datar tanpa melihat si mbak salon.
Mbak-mbak salon itu hanya terkekeh seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia pun mulai
memotong rambut Ruby sesuai keinginan Rius.
Ruby mengusap lembut wajah Rius, kedua mata Pria itu
terpejam ada guratan kecil di kening Rius. Seperti seseorang
yang sedang memikirkan sesuatu. Sejak Rius kembali ke
Mansion, Ruby memang merasa ada yang berbeda dengan
Rius. Kekasihnya itu lebih banyak diam.
“Rius?” Panggil Ruby pelan.
“Em, apa?” Gumam Rius masih terpejam.
“Mau cerita padaku tidak?” Tanya Ruby membuat mata
Rius yang semula terpejam langsung terbuka.
“Cerita apa?” Tanya Rius menaikan sebelah alisnya
bingung.
“Aku tidak tahu, tapi aku merasa kau seperti sedang
memikirkan sesuatu? Ada apa, cerita padaku.” Kata Ruby
sambil menoel-noel hidung Rius.
Rius tersenyum menahan tangan Ruby di hidungnya, lalu
membawa tangan Ruby tepat di depan bibir. Diciumnya
tangan gadisnya itu dengan lembut. “Aku tidak memikirkan
apapun, dan tidak ada apa-apa. Tidak ada yang ingin aku
ceritakan juga, aku hanya terlalu bahagia bisa bersamamu.”
Balas Rius tersenyum tipis.
“Jangan berbohong padaku, aku tahu disaat kau berkata
bohong dan disaat kau berkata jujur.” Ruby menyahut dengan
suara yang sangat lembut.
Protective's Pilot | 138Rius tersenyum namun tidak menjawab ucapan Ruby. Ia
hanya mencium pipi Ruby gemas.
Setelah cukup lama akhirnya Ruby selesai dengan
rambutnya. Dia begitu senang melihat hasil rambutnya yang
sudah tidak panjang lagi, sementara si mbak Salon sudah
pergi begitu sudah dibayar oleh Rius. Wanita itu diantar oleh
Dominick yang dipanggil oleh Rius.
Ruby meloncat dari pangkuan Rius, melangkah ke arah
cermin besar lalu melihat pantulan dirinya di sana. Ia
tersenyum merasa puas dengan hasil rambut barunya.
Ruby terdiam berjalan mendekat ke arah jendela saat
samar-samar melihat keributan di luar. Begitu hendak
menyibak gorden, Rius, pria itu tiba-tiba saja menarik tubuh
Ruby dan memutarnya menjadi membelakangi jendela. “Kau
sangat cantik, aku suka dengan rambut barumu.” Ucap Rius
memanggut bibir atas Ruby sebentar.
“Rius, itu di luar ada apa.” Sahut Ruby mencoba
membalikkan tubuhnya agar bisa melihat keluar. Namun,
Rius selalu menghalanginya dengan menahan tubuhnya biar
tetap menghadap Rius. “Rius, aku mau lihat.” Tambahnya.
“Di luar tidak ada apa-apa, itu Max dan teman-temannya.
Mereka kalau bercanda memang suka ramai seperti itu.”
Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. “Tidak
Rius, itu ada dua wanita di luar. Aku seperti tidak asing
dengan wajah mereka.”
“Mungkin itu hanya pelayan saja, sudahlah!”
“Tap”
“Sayang!” Sela Rius kembali memagut bibir Ruby.
“Rius tapi itu—”
Nikenn25 | 139“Aku ingin tidur.” Potong Rius cepat begitu sudah tidak
lagi memagut bibir Ruby. Ia Membawa tubuh gadisnya ke
tempat tidur. “Sayang, kau masih ingat tidak sama kenangan
kita dulu? Saat aku lelah dan kau menyandarkan tubuhmu di
kursi? Lalu aku tidur di atas pahamu sambil kau mengusap
kepalaku?”
Ruby terdiam, sedetik kemudian ia mengangguk. “Ya,
aku sangat ingat!”
“Aku ingin mengulangnya lagi!”
Ruby tersenyum lebar, merangkak naik ke atas tempat
tidur lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala kasur.
Kakinya berselonjor, “Rius ayo kemari.” Ucap Ruby
tersenyum seraya menepuk-nepuk pahanya.
Rius mengedipkan matanya, kemudian membaringkan
kepalanya di paha Ruby yang dijadikan bantalan. Tangannya
meraih tangan kiri Ruby untuk digenggam. “Jangan pergi ke
mana-mana temani aku tidur.” Sahut Rius.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Aku
tidak akan ke mana-mana, aku akan di sini sampai kau
bangun.” Balas Ruby.
Rius tersenyum lalu memejamkan kedua matanya saat
merasakan usapan lembut di kepalanya. Dalam hati Rius
merasa lega karena Ruby tidak berhasil melihat keluar, atau
kalau tidak bisa-bisa Ruby melihat kedatangan Caramella
untuk yang ketiga kalinya.
Rius sangat berterima kasih pada Dominick karena sudah
memberitahunya melalui pesan singkat kalau Caramella dan
Ibunya datang lagi membuat keributan. Mungkin kalau
sampai tidak diberitahu, entahlah. Rius tidak bisa
membayangkan bagaimana takutnya Ruby.
Protective's Pilot | 140Ruby tersenyum masih sambil mengusap-usap kepala
Rius. Lama kelamaan rasa kantuk mulai mendatangi Ruby, ia
memejamkan matanya tidur. Tidak mengubah posisinya yang
tetap duduk.
Rius membuka matanya saat tidak lagi merasakan usapan
di kepalanya. Ia tersenyum menatap wajah Ruby yang begitu
tenang ketika tidur. Sebenarnya Rius tidak benar-benar tidur,
dirinya hanya mengalihkan Ruby dari keributan di luar.
Apalagi tadi Ruby bersikeras ingin melihat keluar.
Rius bangun dari tidurnya, beranjak dari tempat tidur.
Kemudian membenarkan posisi Ruby, ia membaringkan
tubuh Ruby dan menyelimutinya hingga dada.
Rius membungkuk mencium kening, mata, hidung dan
yang terakhir bibir Ruby. Ia menegakkan tubuhnya dan
langsung berjalan keluar dari kamar.
oe
“Kalian ini tidak ada lelahnya ya. Sudah diusir tapi tetap
saja tidak tahu diri, datang lagi-datang lagi. Tidak malukah
kalian?” Omel Dominick kesal. Terlebih sejak tadi Caramella
dan Ibunya terus memaksa masuk.
“Untuk apa malu. Toh, ini rumah calon suami anak saya!”
Ujar Helena dengan tidak tahu malunya.
“Cih!” Decih Dominick. “Kalian ini jangan terlalu
bermimpi. Tuan saya mana mau punya istri yang tidak tahu
diri seperti anak Ibu. Apalagi diri Ibu sendiri, kalau Tuan saya
menikah dengan anak Ibu bisa-bisa malu.”
Helena menggeram, menatap Dominick tidak suka. “Heh
dengar ya! Kau ini hanya maid di sini. Dasar tidak sopan.”
“Yang tidak sopan itu anda. Sudah diusir berkali-kali
masih saja tetap datang ke sini.” Sindir Hans muak.
Nikenn2s | 141“Sudah usir saja secara paksa. Mereka berdua sangat
mengganggu Tuan.” Pinta Dominick lalu meninggalkan
Helena juga Caramella. Kedua wanita itu kembali diusir
paksa, sempat memberontak tapi Hans dan penjaga lain
berhasil mengusir Ibu dan anak itu.
Dominick menghela napas kasar merasa bosan selalu
menghadapi Ibu dan anak yang tidak tahu diri itu. Hanya bisa
datang lalu membuat keributan di mansion, dan ada hal yang
membuat Dominick merasa jijik. Ya itu ketika Helena dengan
bangganya menganggap Rius sebagai calon suami dari
anaknya. Oh ya Tuhan, Dominick berharap hanya ada satu
orang seperti Helena di dunia ini.
Dominick menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka,
dia tersenyum ramah ketika melihat sosok Rius. “Tuan!”
Gumam Dominick.
“Dominick, bagaimana?” Tanya Rius mendaratkan
bokongnya di samping Max. Tatapan matanya lurus pada
Dominick.
“Mereka sudah pergi Tuan.” Jawab Dominick.
“Wanita itu datang lagi Tuan, dan akan tetap datang lagi.
Karena dia bersikeras ingin menemui Tuan. Seperti yang
kemarin saya katakan kalau Caramella menyukai anda, Tuan.”
Kata Max menatap manik mata Rius.
“Ya, Max benar. Wanita itu datang bersama Ibunya.
Sekarang tujuan dia adalah menemui anda, Tn. Rius, mereka
seolah lupa mengenai Nona Ruby.” Timpal Dominick duduk
di depan Rius dan Max.
“Dia ingin menemui anda, karena rasa sukanya pada
Tuan.” Max kembali berucap.
Protective's Pilot | 142“Tadi hampir saja Ruby tahu soal Caramella, untung kau
memberitahukanku. Dominick.” Ucap Rius menyandarkan
tubuhnya.
“Jadi Nona Ruby, belum tahu soal ini Tuan?” Tanya
Dominick.
Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, Ruby
sama sekali tidak mengetahuinya. Lagipula aku memang
sengaja tidak memberitahu dia soal kedatangan Caramella—”
Jeda Rius kembali menegakkan tubuhnya. Kedua tangannya
menumpu pada paha kiri dan kanan Rius. "~“Sebenarnya aku
ingin memberitahu Ruby. Tapi aku tidak yakin, aku takut
kesehatannya menurun. Dan lagi aku tidak akan tega melihat
wajah ketakutan Ruby.” Sambung Rius seraya memijat
pangkal hidungnya.
“Lalu bagaimana Tuan? Apa yang akan Tuan lakukan
selanjutnya?” Tanya Dominick.
“Mungkin yang selanjutnya, aku akan tetap pada
aturanku, kalian harus tetap berjaga-jaga. Jangan sampai
Caramella memaksa masuk ke dalam.” Jawab Rius menatap
Dominick dan Max secara bergantian.
“Soal itu kami mengerti Tuan.” Kata Max. “Tapi Tuan,
tidak selamanya Tuan menutupi soal ini kan? Cepat atau
lambat Nona Ruby harus mengetahuinya.”
“Ya, Max. Cepat atau lambat Ruby memang harus
mengetahuinya. Tapi aku sedang memikirkan cara untuk
memberitahu Ruby tanpa harus membuatnya takut.” Rius
menyahut sambil mengusap wajahnya kasar.
“Kami paham Tuan.”
Rius berdiri dari duduknya, lalu tanpa sepatah katapun ia
beranjak pergi. Dirinya tidak bisa berlama-lama
Nikenn2s | 143,meninggalkan Ruby di kamar, ya karena walau hanya
sebentar tapi Rius sudah sangat merindukan gadis kecilnya itu.
Sambil berjalan Rius memikirkan ucapan Max. Pria itu
benar, cepat atau lambat memang Ruby harus mengetahui
soal ini. Tapi entahlah! Rius tidak tahu harus memulainya dari
mana. Selain itu Rius juga tidak mau Ruby merasa down
karena hal ini.
Protective's Pilot | 144PROTECTIVE'S FILOT || Bagian 20.
“Gagal lagi gagal lagi, memang sialan mereka itu.
Berani-beraninya mereka menghalangi calon istri dari bos
mereka.” Geram Ibu Caramella, wanita paruh baya tersebut
bernama Helena.
“Lalu bagaimana Ibu, kita tidak akan bisa masuk ke sana.”
Kata Caramella.
Helena terdiam menatap putri bungsunya itu dalam. Ia
tersenyum seraya menaik-turunkan alisnya. “Tenang sdjay
Caramell. Ibu sudah ada rencana agar kita bisa masuk ke
dalam rumah itu.” Ujar Helena kemudian membisikkan
sesuatu ke telinga Caramella.
Caramella tersenyum antusias, kepalanya mengangguk-
angguk mengerti dengan maksud dan rencana sang Ibu,
Helena.
“Boleh juga ide, Ibu.” Sahut Caramella.
“Tentu saja, jadi. Besok kita mulai rencana dari ide Ibu
itu, bagaimana?” Tanya Helena.
Caramella menganggukkan kepalanya setuju. “Ya, aku
setuju. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk melihat dan
mengetahui nama Pria tampan itu.” Jawab Caramella
terdengar antusias. “Ah, pokoknya aku tidak sabar.”
Tambahnya.
Helena tersenyum penuh arti, ia menunggu hari esok.
Hari di mana bisa memasuki rumah istana yang super ketat itu.
Helena sangat yakin dengan idenya ini kalau semua
rencananya akan berhasil. Begitu Caramella berhasil masuk,
para penjaga itu akan segera diusir oleh calon suami dari
Nikenn25 | 145putrinya. Tunggu saja botak, kau akan segera didepak. batin
Helena tertawa.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali Helena dan Caramella
sudah ada di jalan menuju rumah Rius. Mereka bersiap untuk
menjalankan rencana yang sudah disusun sejak semalam.
Begitu sampai di depan rumah Rius. Caramella dan
Helena turun dari taksi. Dan disaat itulah Helena meminta
putrinya untuk bersembunyi sementara dirinya mengalihkan
perhatian dari para penjaga yang berjaga-jaga di sana.
“Hei, botak. Kemari kau!” Pekik Helena melotot tajam.
Pria botak itu adalah Hans, dia memutar mata jengah
karena kembali melihat Helena. Ia berjalan ke arah pagar dan
berdiri tidak jauh dari sana. Tanpa membuka pagar, “Ada apa
kau wanita bermimpi? Untuk apa kau datang lagi, Ha?” Tanya
Hans bersidekap dada.
“Tolong bukakan pintunya, aku tidak akan memaksa
masuk lagi.” Jawab Helena. “Tolong bantu aku, tak!”
Tambahnya.
Hans melotot tidak terima dipanggil 'Tak', ya dia memang
botak. Tapi masih terdapat rambut-rambut tipis di kepalanya.
Jadi kepalanya tidak begitu botak.
“Jangan kau kira aku bodoh ya.” Hans memincingkan
kedua matanya. “Kau pasti mempunyai rencana kan?”
“Jangan menuduhku ya.” Helena tergagap, pasalnya Hans
berbicara dengan sangat tepat.
“Sudahlah, lebih baik kau pergi saja. Jangan pernah
bermimpi untuk masuk ke dalam. Kami di sini memang
penjaga tapi kami tidak sebodoh itu-” Jeda Hans sebentar.
"Anakmu bersembunyi dan kau mencoba_ untuk
mengelabuhiku kan?” Sambung Hans tajam.
Protective's Pilot | 146Helena terlihat sangat pucat, ia meneguk salivanya
dengan susah payah. Saat hendak berbalik, tiba-tiba saja
Helena berteriak kencang. “RUBY?” Teriak Helena
melambaikan tangannya.
Hans melotot membalikkan tubuhnya ke belakang. Kedua
matanya terbelalak saat melihat Ruby sedang berjongkok
bersama seekor anjing.
Hans dengan cepat menekan tombol otomatis dekat pagar,
sehingga pagar berubah jadi tertutup rapat. Tidak ada celah
untuk Helena lihat ke dalam.
“Tbu, ada apa?” Tanya Caramella keluar dari tempat
sembunyinya.
“Di dalam ada gadis sialan itu, dia ada di dalam.
Caramell.” Jawab Helena heboh. “Sialan, rupanya dia sudah
menjadi jalang di rumah ini.”
Caramella ternganga melihat ke pagar namun semua
hanya hitam tidak terlihat. “Ibu pasti salah lihat, lagi ini
kenapa pagarnya?” Bingung Caramella meraba pagar.
“Kenapa jadi gelap begini, Bu?”
“Tbu tidak salah lihat, dia memang ada di dalam.”
“Tap”
“Sudahlah, ayo kita pulang. Kepala Ibu tiba-tiba saja
pusing. Besok kita pikirkan lagi rencana yang lain.” Sela
Helena menarik tangan Caramella untuk pergi meninggalkan
depan Mansion Rius.
Sementara Caramella hanya pasrah saat tangannya ditarik
paksa oleh Sang Ibu. Ia hanya pasrah karena gagal untuk
bertemu dengan pria tampan yang disukai olehnya, Rius.
Nikenn2s | 147Sesampainya di rumah Helena mengamuk melempar
semua barang-barangnya. Wajah Helena terlihat sangat
memerah menahan amarah.
“Tbu, apa yang kau lakukan?” Pekik Caramella melotot.
“Gadis sialan itu ada di sana, dia merebut calon suamimu.”
Geram Helena mengepalkan tangannya.
“Tbu dia tidak mungkin merebut calon suamiku. Lagipula
aku yakin dia hanya wanita jalang." Timpal Caramella.
“Dasar bodoh!” Teriak Helena terengah. “Dia lari dari
Club, mana mungkin dia menjadi jalang. Ha? Di mana
otakmu.”
“Tbu!” Caramella berteriak tidak terima.
“Kau ingat? Waktu kita datang ke sana ada salah satu
penjaga yang mengatakan kalau si pemilik rumah sudah
mempunyai calon istri? Dan calonnya ada di dalam?”
Caramella terdiam menatap Helena dengan kedua alis
yang menyatu. Sedetik kemudian ia mengangguk. “Ya, aku
ingat.”
“Dan gadis sialan itu adalah calon istri dari pria yang kau
sukai.”
“Tidak-tidak, itu tidak mungkin Ibu.” Ucap Caramella
berteriak tidak terima. “Gadis sialan itu tidak boleh menjadi
nyonya di sana.”
“Ruby sialan, dia enak-enak di rumah mewah itu.
Sementara kita di sini harus ketar-ketir mencari uang untuk
membayar ganti rugi karena dia kabur.”
“Kita harus membawa dia Ibu, agar aku leluasa
mendekati Pria yang aku sukai itu.”
Protective's Pilot | 148“Kau diam saja, Ibu sudah ada rencana. Kita tidak perlu
membawa dia.” Helena berucap dengan kedua mata yang
berkilat marah.
“Rencana apa, Ibu?”
“Sudah Ibu katakan, kau diam saja. Biar Ibu yang
memikirkan rencana. Kita harus menyusunnya agar rencana
kali ini berhasil.”
“Terserah Ibu.” Caramella beranjak meraih tasnya dan
pergi meninggalkan Helena.
Helena berkacak pinggang menatap punggung putrinya
kesal. Ia menghempaskan bokongnya di kursi dengan
kekesalan dalam hatinya, kesal melihat sang putri yang pergi.
Dan kesal karena melihat Ruby.
“Ruby sialan.” Geram Helena mengepalkan tangannya.
Helena menggeram, menggertakkan giginya menahan
amarah yang sudah sangat memuncak. Melihat Ruby
membawanya ke dalam kekesalan yang teramat. Entahlah, ia
begitu membenci Ruby karena Ibunya yang sudah merebut
pria pujaan hatinya. Dulu seharusnya Ayah Ruby menikah
dengannya tetapi karena kedatangan Ibu dari Ruby. Ayah dari
gadis itu malah menikahi Gladies, Ibunda Ruby yang sudah
tiada.
Saat Gladies tiada, Helena kembali mendekati Ayahnya
Ruby. Sampai akhirnya mereka menikah, dan disaat itulah
Helena mulai membalaskan dendamnya terhadap Gladies
pada Ruby. Ia sering kali menyiksa Ruby, dan yang terakhir
menjual gadis itu ke Club malam dengan bayaran yang cukup
besar.
Kebencian Helena bertambah saat pemilik Club meminta
ganti rugi karena Ruby yang melarikan diri. Tapi tadi saat
Nikenn2s | 149melihat Ruby ada di dalam rumah besar itu, Helena. Dia
justru sangat membenci Ruby. Kebencian yang berubah
menjadi dendam.
Ternyata tidak hanya dirimu saja yang perebut kekasih
orang. Tapi anak pun sama saja, batin Helena menggeram.
Dirinya benar-benar marah apalagi ketika melihat Ruby ada di
dalam Mansion itu, darah Helena mendidih membuat
kepalanya pening.
Protective's Pilot | 150PROTECTIVE’S FILOT || Bagian 21.
Ruby berlari mencari-cari keberadaan Riru yang tidak
ada di gazebo taman belakang Mansion. Padahal tadi Ruby
hanya meninggalkannya sebentar untuk mengambil minum.
Tapi pada saat kembali justru Ruby tidak melihat Riru.
“Riru?” Panggil Ruby sambil terus mencari Riru.
Jantungnya berdegup kencang takut kalau Rirunya kembali
menghilang seperti dulu.
Ruby menggigit bibir bawahnya, kedua matanya)
memanas menahan kristal bening yang siap menetes. Sudah
‘mencari ke mana-mana tapi tetap saja Riru tidak ditemukan.
Ta takut Rius marah karena Riru adalah pemberian dari Rius.
Bibir Ruby merekah begitu melihat keberadaan Riru di
dekat pintu masuk Mansion. Ia berlari mendekat ke arah Riru,
lalu berjongkok meraih Riru dan membawanya ke dalam
gendongan.
Ruby mengusap-usap lembut kepala Riru, sesekali
menciumnya gemas. “Riru jangan pergi lagi ya.” Oceh Ruby
pada Riru.
Ruby memeluk Riru, hatinya sangat lega karena Riru
tidak hilang. Ia tidak akan pernah bisa membayangkan kalau
Riru hilang untuk yang kedua kalinya. Saat sedang asik
memeluk Riru, tiba-tiba saja ada yang berteriak memanggil
namanya.
“RUBY!!!”
Teriakan seseorang mengalihkan perhatian Ruby dari
Riru, kedua mata Ruby terbelalak. Mendadak tubuhnya
bergetar hebat saat melihat orang yang meneriaki namanya.
Nikenn25 | 152“Tou?” Gumam Ruby jatuh ke aspal. Rasanya kaki Ruby
tidak memiliki tulang. Tubuhnya lemas tidak memiliki
kekuatan untuk berdiri, bahkan Riru yang semula ada di
gendongan Ruby terlepas dan berlari tidak tahu ke mana.
Ruby berdiri dengan kaki yang bergetar. Ia berbalik
melangkahkan kakinya masuk ke dalam Mansion. Ruby
terisak, tubuhnya bergetar hebat karena isakan.
Rius yang baru saja keluar lift terdiam, napasnya
terengah saat mendapati kabar dari Hans kalau Ibu dari
Caramella memanggil Ruby. Dan parahnya Ruby melihatnya.
“Baby?” Gumam Rius menatap Ruby yang terisak, tubuh
gadisnya itu bergetar. Terlihat dari bibirnya yang gemetaran.
“Tbu—datang.” Ruby tersendu napasnya memburu tidak
beraturan.
“Sssttt-” Rius menarik Ruby ke dalam dekapan. Kedua
mata Rius terpejam saat merasakan tubuh Ruby yang lemas,
hatinya berdenyut sakit melihat ketakutan di mata indah Ruby.
Ruby mendorong tubuh Rius, berjalan mundur beberapa
langkah. Ia menatap mata Rius dalam. “Dia datang, dia mau
menjualku.” Isak Ruby.
Rius membuka matanya, menggelengkan kepalanya
seraya meraih tangan Ruby, menahannya agar gadisnya itu
tidak terus mundur. Ia mendekap Ruby sangat erat, “Dia tidak
akan datang. Dia juga tidak akan menjualmu, ada aku di sini.
Aku yang akan menjual dia.” Bisik Rius mencoba
menenangkan Ruby.
“Dia jahat.” Lirih Ruby seraya meremas kaos Rius. “Dia
pasti mau menjemputku, menyiksaku lalu menjualku ke
tempat itu.” Tambahnya.
Protective's Pilot | 152“Dia tidak akan menjemputmu, dia juga tidak akan berani
menyiksamu apalagi sampai menjualmu.." Jeda Rius
mencium kepala Ruby dengan denyutan di hatinya. "Kalau
dia berani menyakitimu, aku akan membunuhnya.”
“Aku takut. Jangan tinggalkan aku Rius.” Lirih Ruby
mengurai dekapan Rius.
Rius menggelengkan kepalanya, ia tersenyum sambil
menangkup wajah Ruby. “Aku di sini, bersamamu. Aku tidak
akan pernah meninggalkan dirimu.” Kata Rius tersenyum
mencium kedua mata Ruby. “Jangan takut, aku di sini. Peluk
aku jika kau merasa takut.” Tambahnya.
Ruby mengangguk lirih, kembali memeluk Rius dengan
erat. Kedua matanya terpejam rapat, tubuhnya masih bergetar
walau tidak sehebat tadi. Ada dipelukan Rius membuat
ketakutan Ruby sedikit berkurang.
Rius menggertakkan giginya, tangannya mengepalkan
kuat hingga urat-urat terlihat bertonjolan, mata tajam Rius
memerah menahan amarah yang memuncak. Seharusnya
sejak kemarin saja Rius mengambil tindakan agar kedua
wanita itu berhenti datang ke Mansionnya. Tapi dengan
bodohnya Rius menunda-nunda itu.
Rius mengangkat tubuh Ruby membawanya masuk ke
dalam lift. Ia menciumi bahu Ruby yang terbuka, sesekali
mengecup kepala Ruby. Begitu tiba di lantai atas Rius segera
membawa Ruby ke kamar. Membaringkannya di tempat tidur.
“Jangan pergi.” Lirih Ruby menggenggam tangan Rius.
“Aku di sini, aku tidak akan pergi.” Ujar Rius
mendudukkan bokongnya di pinggir kasur.
Nikenn2s | 153Ruby membawa tangan Rius ke atas _perutnya,
meremasnya dengan kencang, perlahan mata Ruby terpejam
seiring napasnya yang mulai teratur.
Rius mengusap-usap lembut pipi Ruby. Tatapannya
begitu hangat memandang Ruby yang sudah tertidur. Inilah
yang Rius takutkan, wajah takut Ruby saat mengetahui
kedatangan Caramella. Ia yakin kalau Ruby memiliki trauma
atas kejadian yang selama ini gadisnya alami. Akan tetapi
Rius belum tahu pastinya, karena Rius sendiri belum
membawa Ruby ke rumah sakit. Tapi siapapun yang
mengalami hal sama seperti Ruby pasti akan merasa takut.
Apalagi orang itu pernah menyakitinya secara fisik.
Rius memajukan tubuhnya, mencium kening Ruby cukup
Jama. Setelahnya ia kembali menegakkan tubuhnya dan
dengan pelan melepaskan genggaman tangan Ruby.
Rius meraih handphonenya dari atas nakas, mengetikkan
sesuatu untuk dikirimkan pada Dominick. Hari ini mungkin
Rius akan mengajak Ruby keluar, tidak lebih tepatnya
mengajak Ruby ke rumah kedua orangnya. Di sana ia yakin
kalau Ruby akan lebih merasa baik.
Setelah mengirimkan pesan pada Dominick, Rius dia
mengemasi pakaian milik Ruby ke dalam koper mini. Ia
hanya perlu membawa pakaian Ruby tanpa perlu membawa
pakaiannya. Karena di sana masih tersimpan pakaian Rius.
TOK! TOK!
Rius menoleh ke arah pintu, sambil membawa koper ia
membuka pintu. “Dominick?” Gumam Rius pelan.
“Tuan!” Sahut Dominick tersenyum.
“Tolong bawakan koper ke bawah, masukan ke dalam
bagasi mobil.” Rius menyerahkan kopernya pada Dominick.
Protective's Pilot | 154“Dan tolong minta Max untuk mengantarku ke rumah Daddy.”
Tambahnya.
Dominick mengangguk mengerti. “Baik Tuan, saya akan
bilang pada Max.”
“Terima kasih, Dominick.” Rius berbalik ke dalam.
Berjalan mendekat ke arah tempat tidur, menyelipkan tangan
kirinya di lekuk leher Ruby. Sementara tangan kanannya
berada disela-sela kaki Ruby. Menggendong ala bridal style.
Ruby terusik pelan dari tidurnya tapi tidak
membangunnya sama sekali, tangan melingkarkan pada leher
Rius. Sedangkan wajahnya tenggelam di ceruk leher
kekasihnya, Rius.
Setibanya di garasi Rius langsung membaringkan tubuh
Ruby di kursi mobil. Setelahnya ia masuk ke dalam, walau
berada di dalam mobil tetapi tangan Rius masih terus
menggenggam tangan Ruby.
“Tuan, kita ke rumah. Tn. Keenan?” Tanya Max.
“Ya, kita ke rumah Daddy. Untuk sementara aku akan
membawa Ruby ke sana.” Jawab Rius sambil menyandarkan
tubuhnya pada kursi mobil.
“Baik Tuan.” Max kembali memfokuskan pandangannya
ke depan. Sesekali melirik Rius melalui Spion. Walau hanya
sebuah lirikan tapi Max dapat melihat wajah kekhawatiran
pada Rius. Ja juga melihat kalau pandangan Rius begitu tulus
menatap Ruby yang tidur di kursi sebelah.
Dulu sebelum kedatangan Ruby, Rius begitu dingin dan
tidak tersentuh. Bahkan pria itu bisa dibilang pendiam. Ya,
karena awalnya Max mengira begitu. Tapi setelah Ruby
datang, ternyata tentang Rius tidak sepenuhnya benar. Dugaan
Max mengenai Rius pendiam salah, kenyataanya Pria itu
Nikenn2s | 155begitu banyak berbicara walau tidak seperti pada umumnya.
Rius hanya akan berbicara jika memang ada yang perlu
dibicarakan. Tapi Max sering kali mendengar Rius begitu
cerewet terhadap Ruby. Cerewet dalam artian perhatian.
Rius juga tidak sedingin yang Max kira. Pria itu hanya
dingin kepada para pelayan wanita, dan kepada orang yang
menurut Rius tidak begitu dikenal. Tatapan Rius juga
terbilang tajam saat berbicara pada pelayan wanita di Mansion,
tapi sikap dingin itu seolah hilang jika Rius sedang bersama
Ruby. Tatapan yang semula tajam pun selalu hangat saat Rius
menatap Ruby. Pria itu berbeda saat bersama sedang bersama
wanita yang Rius cintai.
Bukan bermaksud kurang sopan, tapi Max sering kali
melihat tatapan Rius pada Ruby. Seperti saat ini, pandangan
Rius pada Ruby begitu tulus dan hangat. Tidak ada wajah
dingin, tidak ada sikap acuh. Yang ada hanya ketulusan dan
kelembutan.
Max bisa menyimpulkan kalau Rius tipikal orang yang
sangat menghargai pasangannya. Ya, karena Rius begitu
menghindari yang namanya wanita.
Mobil berhenti di depan Mansion milik Keenan. Max
turun membukakan Rius pintu, setelahnya mengambil koper
dari garasi.
Rius menciumi seluruh wajah Ruby, membangunkan
gadisnya dengan pelan. Ia terkekeh saat Ruby hanya
menguletkan tubuhnya sebentar.
“Baby, bangun sayang.” Bisik Rius sambil mengusap-
usap pipi Ruby dengan lembut.
“Aku mengantuk, Rius!” Rengek Ruby.
Protective's Pilot | 156“Bangun dulu, nanti lanjutkan tidurnya di kamar.” Rius
tersenyum masih terus melakukan hal yang sama.
Ruby mengangguk pelan, seraya membuka matanya. Ia
mengerjap-ngerjapkannya sebentar agar tidak mengabur. “Di
mobil?” Tanya Ruby menegakkan tubuhnya. “Rius, kita di
mana?” Tambahnya terlihat kebingungan.
Rius terkekeh, mengacak rambut Ruby gemas. “Di rumah
orangtuaku.”
“Di rumah orangtuamu?” Ulang Ruby masih belum bisa
memahami. “Kenapa kita bisa ada di sini? Bukannya kita ada
di rumah?”
“Ya, tentu saja bisa.” Rius tersenyum, mengecup bibir
Ruby sekilas. “Ayo turun, sayang.”
“Nanti dulu.” Ruby menahan lengan Rius yang hendak
turun. “A-aku ma-malu.”
“Malu kenapa, Heum?” Tanya Rius menarik Ruby ke
atas pangkuannya. “Jangan pernah merasa malu, karena kedua
orangtuaku sangat menyukaimu, dia memang orangtuaku.
Tapi mereka juga adalah orangtuamu, mulai saat ini.”
Ruby menatap Rius dalam, kedua matanya memanas
menahan butiran bening yang sudah mengembang di pelupuk
matanya. Ia lalu memeluk Rius dengan erat, kedua matanya
terpejam. Namun, tak selang berapa lama mata Ruby kembali
terbuka saat mengingat Riru.
“Rius?” Panggil Ruby melepaskan pelukannya.
“Heum!” Sahut Rius bergumam.
“Riru tadi kelepas olehku. Padahal aku sudah
menemukannya. Tapi karena Ib—” Ucapan Ruby terhenti saat
bibir Rius menempel di bibirnya.
Nikenn25 | 157“Riru tidak akan pergi jauh, dia pasti ada di sekitar
Mansion. Kau tenang saja, Riru aman.” Rius menyahut begitu
sudah menjauhkan bibirnya dari Ruby. Tangannya terulur
menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga Ruby.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, lalu mereka
berdua pun turun dari mobil. Berjalan bergandengan tangan
sambil memasuki Mansion Keenan, mereka akan ada di sini
untuk beberapa hari ke depan. Paling tidak sampai semua
aman.
Protective's Pilot | 158PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 22.
Sekarang ini Rius sedang berada di ruang kerja milik
Keenan. Tadi sepulang Keenan dari kantor ia langsung
meminta Keenan untuk menemuinya nanti setelah Pria itu
istirahat dari lelahnya. Tapi ternyata tidak, Keenan justru
langsung memanggil Rius ke ruang kerjanya.
“Ada apa, Rius?” Tanya Keenan menyandarkan tubuhnya
pada sofa.
“Dad.” Gumam Rius mengubah posisi duduknya menjadi
menghadap Keenan. “Seharusnya Daddy istirahat, Rius bisa
‘membicarakan ini nanti.”
“Tidak Rius.” Keenan menegakkan tubuhnya, memegang
bahu Rius. “Daddy memang lelah tapi tidak apa-apa, lelah
Daddy terbayar dengan kedatanganmu.”
Rius tersenyum seraya meraih tangan Keenan. “Dad?”
Gumam Rius berdehem pelan.
“Heum, ya?”
“Entahlah, ini keputusan yang benar atau tidak. Tapi
beberapa hari lalu aku sudah memikirkannya secara matang.”
“Ada apa Rius? Sepertinya ini pembicaraan yang serius?”
Keenan menatap Rius lekat.
“Ya, ini memang hal yang serius. Dad.” Rius menghela
napas kasar. “Aku ingin berhenti menjadi pilot.” Lanjut Rius.
“Apa?” Keenan mengernyitkan dahinya bingung. Ucapan
Rius begitu mengejutkannya. “Kenapa memangnya? Dan
kenapa tiba-tiba?”
“Tni tidak tiba-tiba Dad, aku sudah memikirkan ini semua
secara matang. Aku ingin berhenti jadi pilot.”
Nikenn25 | 159“Tya, tapi kenapa. Rius? Bukankah ini cita-citamu. Kau
meraih semua ini butuh berjuangan. Bagaimana mungkin—”
“Bagaimana jadinya jika Daddy berada di posisiku, orang
yang Daddy cintai dalam bahaya. Dad, aku tidak ingin ambil
resiko. Pekerjaanku sangat menyita waktu, bahkan
kepulanganku saja tidak memungkinkan.” Sela Rius
mengetatkan rahangnya. “Aku akan mulai membangun
perusahaan, setidaknya aku masih mempunyai waktu.
Kepulanganku pun jelas.”
“Daddy tidak paham ini, Rius.”
“Ruby, dia dalam bahaya. Kau tahu aku pernah
kehilangannya Dad, dan aku tidak mau itu terulang lagi.”
“Bahaya?” Ulang Keenan mengernyitkan dahinya.
“Bahaya bagaimana maksudmu?”
Rius mengangguk. “Ibu dan kakak tiri Ruby mulai
mengincarnya lagi. Mereka ingin menyakiti Ruby, Dad. Aku
tidak bisa melihatnya terus ketakutan.” Ujar Rius serak.
“Bagaimana bisa? Coba jelaskan, Daddy benar-benar
tidak paham.” Sahut Keenan.
Rius menatap Keenan lekat, secara detail Rius
menceritakan semua informasi yang diberikan oleh Richter.
Di setiap ucapan yang keluar dari mulut Rius, terselip nada
kemarahan. Bahkan rahangnya mengeras hingga urat-urat di
lehernya bertonjolan.
Tidak hanya itu Rius juga menceritakan kedatangan
Caramella dengan ibunya ke Mansionnya.
“Dan karena itu aku ingin berhenti menjadi pilot.” Jelas
Rius begitu selesai menjelaskan.
Protective's Pilot | 160“Tapi menjadi pilot adalah cita-citamu. Kau sudah siap
melepas semuanya setelah empat tahun menjadi pilot?” Tanya
Keenan.
“Tya, aku yakin. Aku sudah memikirkan semuanya, Dad.”
Jawab Rius seraya berdiri dari duduknya. “Istirahatlah Dad,
terima kasih.” Tambahnya beranjak pergi.
Keenan terdiam, menghela napas kasar. Ia tidak pernah
menduga hal ini, apalagi setelah mendengar penjelasan Rius
yang membuat Keenan terkejut. Tapi yang lebih
mengejutkannya lagi adalah keputusan Rius untuk berhenti
menjadi pilot. Padahal Keenan sangat tahu, kalau pilot adalah
cita-cita Rius sejak kecil.
Tapi Keenan tidak akan menahan apa yang sudah
menjadi keputusan putranya. Bagi Keenan apapun
keputusannya nanti asalkan tidak membuat putranya menyesal
di kemudian hari. Dari dulu Keenan selalu membebaskan
kedua putranya untuk memilih sesuai bidang mereka masing-
masing. Apapun keputusan yang diambil kedua putranya
Keenan pasti mendukung. Seperti sekarang ini, walau ada
berat di hatinya. Tapi Keenan enggan memaksa Rius, karena
bagaimanapun itu sudah menjadi keputusan putra keduanya.
Keenan tidak akan melarang apalagi menahan. Sudah
cukup beberapa tahun ini Keenan kehilangan sosok putranya.
Tapi tidak kali ini, biarlah Rius kehilangan pekerjaannya.
Asal tidak Keenan yang kehilangan sosok Rius yang selalu
tampak ceria semenjak kehadiran Ruby.
Rius baru saja akan naik ke atas, namun tanpa disengaja
pandangannya melihat keberadaan Ruby di kolam berenang.
Nikenn2s | 161Alis Rius terangkat sebelah, melirik arloji yang melingkar di
tangannya pukul 9 malam.
Perlahan Rius melangkah menghampiri Ruby. Ia
tersenyum melingkarkan tangannya di perut Ruby. “Sedang
apa di sini, malam-malam begini. Heum?” Bisik Rius seraya
menumpukan dagunya di bahu Ruby.
Ruby tersenyum memukul lengan Rius pelan. “Kau
mengejutkanku, Rius!” Kata Ruby pelan.
Rius terkekeh. “Kenapa di sini?” Tanya Rius mencium
bahu Ruby.
“Hanya ingin saja!” Jawab Ruby menundukkan wajahnya.
Rius terdiam seraya membalikkan tubuh Ruby agar
menghadap kearahnya. Diraihnya dagu Ruby dan
mengadahkannya agar menatap Rius. “Ada apa, sayang?”
Tanya Rius lembut, menatap kedua mata bola Ruby.
“Aku tahu kau mencintaiku, aku tahu kau khawatir
padaku. Tapi Rius, kau tidak perlu mengorbankan cita-citamu.
Aku tidak mau kalau sampai kau mengorbankan semua yang
sudah kau raih.” Isak Ruby sambil memegang kedua tangan
Rius yang menangkup wajahnya. “Aku tidak mau kalau
kembalinya aku hanya menghancurkan mimpimu, aku—”
“Apa yang kau bicarakan, Heum?” Sela Rius menarik
Ruby ke dalam pelukannya.
“Jangan pernah berhenti menjadi pilot, itu cita-citamu.
Kau sudah meraihnya jangan kau lepaskan hanya untuk
menjagaku.”
Rius tersenyum mengurai pelukannya, menatap Ruby
yang masih terisak. “Kau tahu apa yang sangat berarti dalam
hidupku?” Tanya Rius seraya mengusap wajah Ruby.
Ruby menggeleng pelan.
Protective's Pilot | 162“Kau—” Rius tersenyum kembali membawa Ruby ke
dalam pelukannya. “—Kaulah yang sangat berarti dalam
hidupku. Menjagamu adalah prioritasku. Tidak apa jika aku
harus melepaskan cita-cita yang sudah aku raih, tidak apa jika
aku harus kehilangan cita-citaku. Asal aku tidak pernah
kehilanganmu. Kau segalanya untukku, kau hidupku.
Kehilangan cita-citaku tidak akan semenyakitkan saat aku
kehilanganmu.” Tambahnya.
“Seberarti apapun aku dalam hidupmu, tapi aku hanya
orang baru yang kembali datang ke kehidupanmu. Kau sudah
menjalani pekerjaanmu sangat lama, tentunya melepaskan apa
yang sudah kau raih itu pasti sangat berat. Apalagi ini adalah
cita-citamu sejak dulu, jangan melepasnya hanya untukku.
Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan apa-apa.”
“Tya, kau tidak akan apa-apa. Tapi tentunya selama aku
jauh darimu itu pasti akan membuatku selalu merasa
khawatir.”
“Rius?” Gumam Ruby serak.
“Heum, iya!” Sahut Rius mencium pucuk kepala Ruby.
“Berjanjilah kepadaku kalau kau tidak akan pernah
melepaskan profesimu sebagai Pilot.” Balas Ruby melepaskan
pelukan Rius. “Berjanjilah untukku.” Tambahnya.
“Sayang—”
“Berjanjilah, Rius!” Sela Ruby merengek.
Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Ini sudah
menjadi keputusanku, By. Aku akan berhenti menjadi Pilot.
Dan aku akan membangun sebuah perusahaan, dengan begitu
waktu kita lebih banyak. Dan aku pun bisa menjagamu tanpa
perlu lagi merasa khawatir.” Ucap Rius.
Nikenn25 | 163“Apa yang kau khawatirkan?” Tanya Ruby
memundurkan langkahnya memberi jarak pada Rius. “Aku
tidak akan kenapa-napa Rius, kalau yang kau khawatirkan
adalah Ibu dan kakak tiriku! Kau tidak perlu merasa khawatir.
Lagi pula ada Max dan Dominick kan? Mereka bisa
menjagaku karena kau yang memberi mereka perintah.
Mereka juga akan menjagaku dengan baik.”
“By”
“Rius, aku mohon. Kau ingat saja perjuanganmu untuk
mencapai keberhasilan seperti sekarang. Itu pasti tidak
mudahkan? Kau pasti sangat memperjuangkan profesimu.”
Sela Ruby seraya meraih tangan Rius. “Kalau kau
mencintaiku, kau pasti mau berjanji padaku. Iya kan, Rius?”
Tambahnya.
“Kita bahas ini besok ya!” Rius tersenyum kecil.
Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap tepat
manik mata Rius. Tadi saat Ruby akan ke kamar tanpa
sengaja ia mendengar percakapan antara Rius dan Keenan.
Mendengar dengan sangat jelas semua yang diucapkan oleh
Rius. Termasuk keinginan Rius untuk berhenti menjadi pilot,
tidak Ruby tidak akan pernah membiarkan Rius berhenti dari
cita-citanya pria itu harus tetap pada profesinya sebagai pilot.
Ta tidak ingin Rius mengorbankan cita-citanya hanya untuk
dirinya.
“Kau mencintaiku kan, Rius?” Tanya Ruby serak.
“Kenapa bertanya seperti itu, heum?!” Jawab Rius sambil
mengusap air yang menetes dari mata Ruby.
“Jawab aku, kau mencintaiku kan. Rius?” Tanya Ruby
lagi.
Protective's Pilot | 164“Tanpa kau bertanya pun aku memang mencintaimu,
sangat-sangat mencintaimu.” Jawab Rius tersenyum menatap
Ruby penuh cinta.
“Kalau kau mencintaiku, kau pasti mau menuruti
keinginanku kan?” Ruby menyahut dengan mata dan hidung
yang memerah.
“Apapun keinginanmu aku pasti akan menurutinya. Tapi
sayang, berhenti dari pilot saat ini adalah keinginanku. Itu
sudah menjadi keputusanku dan aku sudah memikirkan semua
konsekuensinya.”
Ruby menepis tangan Rius dari pipinya, membalikkan
tubuhnya seraya berbalik meninggalkan Rius di kolam renang.
Sambil menaiki anak tangga Ruby terisak, ia menyalahkan
kedatangannya jika Rius sampai benar-benar berhenti dari
pilot.
Rius menghela napas kasar, matanya masih menatap
punggung Ruby yang perlahan menghilang dari
pandangannya. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Rius
melangkahkan kakinya menyusul Ruby ke kamar.
Setibanya di atas Rius membuka pintu kamar. Kedua
matanya memincing saat melihat Ruby sedang membereskan
pakaian dan memasukannya ke dalam koper. Ia masuk ke
dalam, menutup pintu dan tidak lupa menguncinya.
“Ruby, hei?” Rius menarik Ruby dan membalikkannya
agar menghadap kearahnya. “Apa yang kau lakukan?”
Tambahnya.
“Aku mau pulang.” Ruby menepis tangan Rius dari
bahunya.
“Pulang?” Ulang Rius menaikan sebelah alisnya. “Tapi
ini sudah malam, sayang.” Tambah Rius kemudian menarik
Nikenn2s | 165,koper dari tangan Ruby, melemparnya ke sembarang arah.
Sebisa mungkin Rius menahan agar tidak membentak ataupun
menaikan suaranya pada Ruby.
Ruby mengabaikan Rius, mengambil koper dan
memeriksanya. Koper mini itu terlihat rusak padahal Rius
melemparnya pelan mungkin karena berbenturan dengan
dinding kamar.
“Rius, kopernya rusak.” Rengek Ruby menatap ke arah
Rius sendu.
Rius berjalan ke arah Ruby menarik tangan gadisnya itu
tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia membawa Ruby ke
tempat tidur, menidurkannya dan setelahnya Rius pergi. Tidak
lupa menguncinya dari luar mengabaikan pekikan Ruby di
dalam kamar.
Rius menghela napas kasar, kepalanya berdenyut sakit.
Ruby memang manja, tapi dia juga keras kepala. Gadisnya itu
tidak akan diam sebelum keinginannya terturuti. Bukan
maksud Rius mengabaikan keinginan Ruby tapi berhenti
menjadi pilot sudah menjadi keputusan Rius.
Rius kembali membuka kunci pintu, masuk ke dalam dan
melihat Ruby yang sedang duduk di lantai. Lagi, Rius
menarik tangan Ruby mendudukkannya di bibir kasur.
Sementara Rius berjongkok di hadapan Ruby sambil
menggenggam tangan gadisnya.
“Rius?” Lirih Ruby menunduk menatap Rius.
“Tidur sayang, sudah malam.” Rius tersenyum mengecup
punggung tangan Ruby.
“Aku tidak bisa tidur sebelum kau mau berjanji pad—”
“Tidak untuk malam ini, kita bisa bicarakan lagi besok.”
Sela Rius berdiri lalu membaringkan Ruby ke tempat tidur.
Protective's Pilot | 166Menyelimutinya dan yang terakhir mencium kening Ruby
cukup lama.
Ruby mengerucutkan bibirnya, ia membalikkan tubuhnya
membelakangi Rius.
“Goodnight baby!” Rius tersenyum kecil, mengusap
lembut kepala Ruby. Tak lupa mematikan lampu.
Rius membuka laci nakas, mengambil rokok elektrik
miliknya. Dan setelahnya Rius ke balkon untuk menghisap
rokok elektrik. Ia butuh keheningan untuk memikirkan
kembali semua keputusannya.
Sambil terduduk Rius diam termenung ditemani embusan
angin malam, ia menyalahkan rokok elektriknya lalu
menghisap dan mengembuskan asapnya ke udara.
Semua sudah sangat Rius pikirkan baik-baik, keputusan
yang akan Rius ambil juga sudah menjadi keputusan matang.
Tapi sekarang semua membuat Rius harus kembali berpikir
lagi, terlebih Ruby sangat tidak setuju jika Rius berhenti dari
profesinya sebagai pilot.
Nikenn25 | 167PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 23.
Keesokan harinya setelah selesai sarapan pagi bersama
dengan Keenan dan Keshila, Rius dia mengajak Ruby ke
taman belakang Mansion untuk membicarakan keputusannya
setelah hampir menjelang pagi Rius memikirkan secara
matang tentang keputusannya untuk berhenti dari pilot. Ia
sudah memikirkan ini berulang kali bahkan bisa dikatakan
sudah sangat amat matang.
Rius menatap punggung Ruby yang sudah lebih duld
duduk di kursi taman. Keputusan ini berat untuk Rius,
pasalnya sebelum kembali ke Spanyol Rius sempat
memikirkannya dan itu pun secara matang. Tapi keputusan
semalam memang sudah benar-benar menjadi keputusan
mutlak dari Rius.
Rius melangkahkan kakinya menyusul Ruby. Ia hanya
diam menatap Ruby yang mendiamkannya sejak bangun tidur
dan itu membuat Rius kehilangan sebagian dari dirinya.
Rius menghela napas kasar, berdiri di hadapan Ruby lalu
berlutut. Kepala Rius menunduk, tak lama. Karena Rius
kembali mengadah, kedua mata tajam Rius dan bola mata
cokelat milik Ruby saling bertemu. Ia meraih tangan Ruby
dan menggenggamnya erat.
“Soal semalam aku ingin menjelaskannya padamu.” Ucap
Rius pelan.
“Aku hanya ingin kau berjanji, apa itu sulit untukmu?”
Tanya Ruby.
“Apa?” Rius menatap Ruby semakin dalam. “Kau ingin
aku berjanji untuk apa?”
Protective's Pilot | 168“Aku hanya ingin kau berjanji untukku, aku ingin kau
berjanji untuk tidak berhenti menjadi pilot. Hanya itu Rius,
tidak yang lain.”
“Aku sudah pernah katakan bukan? Anything for you.
Apapun untukmu, dan karena itu aku ingin menjelaskan
semuanya. Apapun keputusan yang sudah aku ambil itulah
pilihanku.”
“Tapi Rius—”
“Kau tidak tahu bagaimana aku saat kita berpisah,
hidupku tidak menentu By. Tanpamu hidupku terasa mati,
mengertilah. Ini ketakutanku, aku hanya takut sayang.” Sela
Rius mengusap air yang mengalir dari mata Ruby. “Aku bisa
saja percaya pada Max dan Dominick. Tapi aku tidak yakin
kau tidak akan merasa takut jika suatu hari nanti mereka
datang. Ya, kau benar Max dan Dominick bisa menjagamu
selagi aku tidak ada. Tapi siapa yang akan menenangkanmu
disaat kau merasa takut?”
“Aku tidak takut, a-aku ke-kemarin ha-hany—”
“Aku bisa melihat ketakutanmu. Dan aku, aku tidak bisa
melihat kau ketakutan seperti itu.” Potong Rius sesekali
mencium punggung tangan Ruby.
“Rius, itu wajar kan? Aku dan Ibu baru bertemu lagi. Dan
aku terkejut saat itu. Aku tidak takut, percayalah Rius.” Ruby
menatap Rius dalam, air matanya terus berjatuhan hingga
mengenai punggung tangan Rius.
“Jadi ketakutan sampai gemetar itu wajar? Heum?!”
“Wa-wajar!”
Rius berdiri namun tidak melepaskan genggaman
tangannya. "Besok kita kembali ke Mansion. Tapi untuk
Nikenn25 | 169beberapa hari ke depan aku harus mulai meeting dengan
Benicno untuk menginfestasikan—"
“Rius.” Isak Ruby melepaskan genggaman tangan Rius.
“Kau bilang apapun untukku, tapi kenapa kau tidak mau
berjanji padaku.”
Rius menahan tawanya seraya menyeka air mata Ruby
dengan ibu jarinya. Sepertinya Ruby tidak begitu fokus
mendengar ucapannya. “Hei, kenapa menangis?” Tanya Rius.
“Aku tidak mengatakan aku tidak mau berjanji. Semalam aku
sudah memikirkannya dan aku juga sudah mengambil
keputusan kalau aku tidak akan pernah berhenti dari
pekerjaanku.” Tambahnya.
Ruby terdiam berhenti terisak, pupil matanya membesar.
“Kau tidak berbohong kan?”
“Tidak, aku sudah bilang Anything for you. Aku tidak
akan pernah bisa membuat sedih orang yang paling sangat
aku cintai.” Rius tersenyum lebar.
“La-lalu tadi?”
“Benicno, dia temanku. Semalam aku menelfonnya, dan
ya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”
“A-apa?”
“Urusan pria sayang.” Rius menarik Ruby ke dalam
dekapannya. “Jangan marah lagi ya? Jangan mendiamkan aku
lagi, kau tahu? Rasanya seperti ada yang hilang dariku.”
“Kau menyebalkan.” Ruby membalas dekapan Rius.
Sejujurnya ia juga tidak bisa mendiamkan Rius lama-lama.
“Urusan pria? Tapi kau bukan berencana untuk berhenti dari
pekerjaanmu secara diam-diam kan?”
Protective's Pilot | 170Rius terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku lebih baik tidak berhenti dari pekerjaanku, dari pada aku
harus berhenti tapi kehilangan kecerewatanmu.”
“Aaaa!” Ruby mengurai dekapan Rius, mengadah
menatap Pria yang mendekapnya. “Berarti selama ini aku
cerewet?”
Rius terdiam, mengerutkan keningnya seperti orang yang
sedang berpikir. "Heum, sedikit!" ucapnya terkekeh pelan.
“Ish!” Cibir Ruby kembali mempererat dekapan Rius.
Rius tersenyum seraya menghela napas lega, karena pada
akhirnya Ruby bisa kembali tertawa. Ya, inilah hasil
keputusan Rius setelah memikirkan keputusannya hampir
menjelang pagi. Keputusan untuk tidak berhenti menjadi pilot,
ia sangat beruntung bisa memiliki Ruby saat ini, karena
bagaimanapun keputusan yang Rius ambil ini semua karena
Ruby. Gadisnya itu meminta Rius untuk mengingat
perjuangannya mencapai kesuksesan seperti sekarang. Belum
lagi Rius juga mengingat perjuangan Keenan yang mati-
matian mewujudkan cita-cita Rius menjadi nyata. Dan karena
itu, Rius berubah keputusannya.
Mungkin setelah ini Rius harus lebih memikirkan
keamanan untuk Ruby. Karena bagaimanapun selagi kedua
orang jahat itu masih berkeliaran Rius takkan pernah tenang.
Rius menumpukan dagunya pada bahu Ruby, sesekali
mengecupnya dengan lembut. Kedua mata Rius terpejam
menikmati harum Vanilla yang berasal dari tubuh Ruby.
“Besok kita kembali ke mansion ya, seharusnya sekarang
tapi Daddy meminta kita untuk tidak pulang dulu.” Ucap Rius
seraya membuka matanya, ia melepaskan dekapannya pada
Ruby.
Nikenn2s | 171“Kenapa?” Sahut Ruby kebingungan.
“Sekarang malam minggu, biasanya Daddy membuat
acara barbeque.” Balas Rius sambil merapikan rambut Ruby
yang sedikit berantakan karena terkena angin.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya sambil
bergumam pelan meng-iyakan.
“Rius, itu anjing siapa?” Pekik Ruby menunjuk seekor
anjing berwarna hitam dan putih.
“Jtu punyaku.” Rius menyahut dengan rasa gemas pada
kekasihnya itu. Bagaimana tidak, gadisnya memekik sambil
melebarkan kedua pupil matanya.
Ruby mengerjapkan matanya, menoleh ke arah Rius. Ia
menyengir lebar. “Hehe, tolong ambilkan. Aku takut.”
Rius terkekeh mengacak rambut Ruby pelan. Lalu ia pun
berjalan mengambil anjing miliknya yang kebetulan sedang
dilepas di sekitar taman saja.
“Kau mau menggendongnya?” Tanya Rius begitu sudah
membawa anjing miliknya pada Ruby.
“Tidak mau, aku takut. Anjingmu mirip serigala.” Jawab
Ruby cengengesan.
Rius terkekeh. "Dia tidak akan memakanmu, sayang!"
timpal Rius kembali menurunkan anjingnya.
“Aaaal!!! Pekik Ruby naik ke atas kursi. “Rius, dia
menggonggong.” Tambahnya lalu meloncat punggung Rius.
Rius tertawa menahan bokong Ruby dan menaikannya.
“Dasar modus, bilang saja ingin aku gendong.”
Ruby tertawa terbahak, mengalungkan tangannya di leher
Rius. Lalu dengan jahil Ruby mengunyel-unyel wajah Rius.
Protective's Pilot | 172Sedangkan Rius yang dijahili oleh Ruby hanya
mendengus kesal karena selain mengunyel wajahnya, Ruby
juga membuat tataan rambutnya menjadi rusak.
Ruby turun dari gendongan Rius, berlari menjauhi Pria
itu sesekali menoleh ke belakang sambil menjulurkan
lidahnya meledek. Ini kali pertamanya Ruby melihat wajah
kesal Rius, karena biasanya selalu Ruby yang dibuat kesal.
Rius menatap Ruby yang berlari, ia menggigit bibirnya
merasa gemas pada tingkah laku kekasihnya. Bukan apa-apa
melihat Ruby yang berlari seperti itu malah seperti melihat
seorang anak kecil yang kabur dari kejaran orangtuanya.
Rius melangkahkan kakinya menyusul Ruby ke dalam
Mansion. Setibanya di dalam Rius langsung mendapati Ruby
yang sedang membantu Keshila di dapur, kedua wanita itu
tampak sedang mengobrol bahkan sesekali terdengar tawa
renyah Ruby. Melihat penampakkan itu membuat hati Rius
menghangat. Enggan mengganggu Rius lebih memilih untuk
ke kamarnya di lantai atas.
Sesampainya di atas Rius berjalan ke arah nakas
membuka laci lalu mengambil rokok elektriknya. Setelahnya
Rius ke balkon melihat ke arah taman sambil memperhatikan
orang-orang yang sedang sibuk menyiapkan panggangan
untuk barbeque nanti malam.
Rius menghisap rokoknya lalu mengembuskan asapnya
ke udara. Ia tersenyum saat tiba-tiba saja melihat Ruby yang
datang bersama Keshila.
Rius menegakkan tubuhnya, tanpa menunggu lama lagi
Rius berlari melempar rokoknya sembarang dan kemudian
beranjak dari kamar menuju lantai bawah. Kedua tangan Rius
terkepal, rahangnya mengeras menandakan kalau saat ini
Nikenn2s | 173dirinya sedang menahan amarah. Bagaimana tidak tadi saat
sedang asik memperhatikan Ruby, tiba-tiba saja Lechia
datang dan menyenggol Ruby hingga jatuh. Bukan ketidak
sengajaan, melainkan kesengajaan yang dilakukan oleh
Lechia. Dan Rius melihat itu dengan jelas.
Rius melihat Keshila membawa Ruby ke sofa dan
mendudukkannya di sana. Yang semakin membuat Rius
marah adalah luka di kening gadisnya. Itu berarti kening Ruby
sempat terbentur sesuatu.
“Sebentar, Tante ambil obat dulu.” Ujar Keshila berlari
untuk mengambil obat.
Rius menghampiri Ruby, mendudukkan tubuhnya tepat di
sebelah gadisnya. “Coba aku lihat.” Ucap Rius mengadahkan
kepala Ruby, menatap marah luka di kening gadisnya.
“Rius—”
“Kita ke rumah sakit ya?” Sela Rius mengusap lembut
pipi Ruby.
“Tidak perlu, aku tidak apa-apa!” Ruby tersenyum,
meraih tangan Rius dari pipinya.
“Lukamu dalam, terbentur apa tadi?”
“Pinggir panggangan!”
Rius menggertakkan giginya menahan amarah yang
memuncak, kedua mata Rius mengkilat saat melihat Lechia
berjalan mendekat pada Ruby.
“Ruby, maaf aku-”
“Jangan mendekat pada Ruby.” Sela Rius melotot tajam
pada Lechia. “Aku peringatkan padamu untuk menjauhi Ruby
mulai sekarang.” Tambahnya.
“Rius kenapa?” Ruby menatap Rius kebingungan.
Protective's Pilot | 174“Kau tanya kenapa? Dia sudah mendorongmu dengan
sengaja.” Rius menggeram karena hampir saja berteriak.
“Lechia tidak sengaja, dia tadi—”
Rius mengusap wajahnya kasar, menatap Ruby dengan
kesal sekaligus marah. “Aku di atas, dan aku melihat dengan
jelas kalau dia~”’ Jeda Rius menunjuk Lechia. “Dia
mendorongmu dengan sengaja.” Sambungnya.
“Rius dengar kekasihku tidak sengaja mendorong Ruby.”
Ucap Athava yang tiba-tiba saja datang. Ia tersenyum
menatap Ruby. “Ruby, kau baik-baik saja? Apa perlu kita ke
dokter?”
Ruby menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, kak
Athava.”
“Tidak sengaja?” Ulang Rius tersenyum sinis. “Ya, ya.
Tidak sengaja.” Tambahnya seraya menarik tangan Ruby dan
membawanya ke lantai atas. Mengabaikan ocehan Keshila
yang mengomel karena Rius telah membawa Ruby pergi.
Ruby menghela napas pasrah saat tangannya ditarik oleh
Rius. Ia tersenyum kecil menyentuh tangan Rius yang
menarik tangannya, mengusap tangan Pria itu dengan sangat
lembut.
“Rius, pelan-pelan.” Rajuk Ruby.
“Duduk di sana, aku ambil obat dulu!” Rius beranjak
melangkah ke arah lemari lalu mengambil kotak kecil
berwarna putih.
“Kau tidak seharusnya marah pada Lechia, dia tadi tidak
sengaja. Lagipula tadi dia~” Ucapan Ruby terhenti ketika
mendapati tatapan tajam dari Rius. “Maaf, iya aku diam. Tapi
jangan menatapku begitu.” Tambahnya.
Nikenn25 | 175Rius menghela napas kasar. Melembutkan tatapannya dan
mulai mengobati luka Ruby, sebelum itu Rius sempat
membersihkan darah yang sudah terlanjur kering. Dengan
penuh kelembutan Rius mengobati luka di kening Ruby.
“Auuh, perih!” Ruby meringis menahan tangan Rius.
“Pelan-pelan, Rius.”
“Ttu aku sudah pelan sayang.” Rius mengecup kening
bagian luka. “Cepat sembuh, My love.” Tambahnya
tersenyum.
“Lukanya akan sembuh, kalau kau tersenyum—” Jeda
Ruby tersenyum seraya menarik kedua sudut bibir Rius
dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. “Yap, seperti itu.”
Tambahnya.
Rius tersenyum menaruh kotak putih di atas nakas, dan
duduk di sebelah Ruby. Lalu tanpa diduga oleh Rius, Ruby
dia berdiri dan berpindah duduk di pangkuannya.
Ruby menyandarkan kepalanya di dada bidang Rius,
sambil bermanja Ruby memainkan jari-jarinya di dada Rius
membentuk hati yang absurd.
“Sedang apa?” Rius mengecup kening Ruby lama.
“Menggambar hatiku di dadamu, agar kau selalu
mencintaiku.” Ruby mengadahkan kepalanya seraya
menyengir polos.
Rius tertawa renyah bukan karena jawaban Ruby tapi
karena cengiran polosnya yang membuat Rius tertawa. Saking
gemasnya Rius sampai mencapit hidung Ruby hingga merah.
Lagi, Rius tertawa kali ini begitu lepas saat Ruby menggosok
hidungnya yang merah dengan bibir yang maju beberapa centi
ke depan.
Protective's Pilot | 176Mereka lalu tertawa lepas, sangat lepas sampai-sampai
sudut mata mereka mengeluarkan air. Hanya dengan hal yang
sederhana mereka bisa sebahagia ini. Memang benar, bahagia
itu tidak harus yang gimana-gimana cukup seperti ini tapi bisa
membuat mereka tertawa lepas.
Nikenn25 | 177PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 24:
Malam harinya mansion Keenan sudah mulai ramai oleh
teman-teman Athava dan kolega dari Keenan sendiri. Tidak
begitu banyak hanya ada beberapa yang diundang olehnya
hanya untuk sekedar bersenang-senang. Tidak hanya teman
Athava dan Keenan, teman Rius pun ikut hadir. Ya, siapa lagi
kalau bukan Benicno. Karena hanya Benicno yang dekat
dengan keluarga Rius.
Benicno berjalan sambil membawa piring kecil yang!
berisikan cake, ini yang disukai oleh Benicno saat hadir ke
acara di rumah Keenan selain untuk happy-happy di sini juga
bisa makan sepuasnya dengan gratis. Apalagi Benicno sangat
suka makan gratisan.
Sambil berjalan Benicno mencari keberadaan Rius. Sejak
pertama datang ia belum sama sekali melihat keberadaan Pria
itu, tadi Benicno sempat bertanya pada Athava dan dijawab
kalau Rius masih ada di kamarnya. Semenjak di Club itu
Benicno dan Rius belum pernah bertemu lagi. Ya, karena
keduanya mempunyai kesibukan masing-masing. Ngomong-
ngomong Benicno datang ke sini atas undangan Keenan
sendiri. Sedangkan Rius, dia hanya menelfon untuk urusan
bisnis saja semalam itu pun menelfon di tengah malam.
Memang terkadang Pria itu kalau menelfon di waktu yang
tidak tepat.
Benicno menaruh piring kecil yang sedari tadi ia bawa-
bawa di meja, setelahnya Benicno berinisiatif untuk menyusul
Rius ke atas. Bisa jadi Pria itu masih tidur atau justru hanya
mengurung diri.
Protective's Pilot | 178Benicno membuka pintu kamar Rius, dan alangkah
terkejutnya ia saat melihat wanita cantik sedang berdiri sambil
mengerjap-ngerjapkannya matanya.
“AAAA! KAU SIAPA?” Teriak Ruby melototkan
matanya.
“Aku?” Ulang Benicno menunjuk dirinya _ sendiri.
“Seharusnya aku yang bertanya, kau siapa? Kenapa ada di
kamar Rius?”
“By, kenapa berte-” Ucapan Rius terhenti saat melihat
Benicno, tatapan kekhawatiran yang semula terlihat berubah
menjadi tatapan datar. “Sedang apa kau di sini?” Lanjut Rius
tajam.
“Seharusnya aku yang bertanya bodoh, dia siapa? Kenapa
kalian ada di satu kamar? Jangan-jangan—”
“APA?” Sela Rius menyentak, kedua matanya menajam.
Tanpa disadari oleh Rius kalau Ruby yang awalnya terkejut
akan kedatangan Benicno, malah semakin dibuat terkejut lagi
oleh sentakan Rius.
“Rius!!!” Rengek Ruby menghentakkan kakinya karena
terkejut.
Rius menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Maaf
sayang.” Ujar Rius mendekat pada Ruby, mencium kening
gadisnya sekilas.
“WHAT THE HELL?” Teriak Benicno kebingungan.
“Ada apa ini? Sayang? Apa aku salah dengar?” Tambahnya.
“Berisik!” Ketus Rius sinis.
“Sialan!” Cibir Benicno seraya menutup pintu kamar
Rius. Ia melangkah masuk dan duduk di sofa. “Jadi pak Pilot,
bisa jelaskan padaku? Tentang wanita cantik di kamarmu?
Panggilan sayang dan—” Jeda Benicno menatap Rius dan
Nikenn2s | 179Ruby bergantian. “Ada hubungan apa kalian berdua?”
Sambungnya.
Rius menatap Benicno tajam, secara tidak langsung
sahabatnya yang kini duduk santai di sofa memuji kecantikan
kekasihnya, Ruby. Memuji secara terang-terangan didepannya.
Apa-apaan itu tadi heh? Dia memuji kekasihku, sialan.
Umpat Rius dalam hati.
“Dan apa yang kalian abis lakukan?” Tambah Benicno
menatap Rius mengintimidasi.
“Apa?” Ruby melotot pada Benicno. Sejujurnya ia
merasa gugup ditatap secara intens seperti itu oleh Benicno.
“Apapun yang aku dan dia lakukan itu bukan urusanmu,
Mr. Mcbroom.” Sinis Rius tajam.
“Tentu saja urusanku, ini adalah hal yang membuatku
terkejut. Seorang Athanarius Ryford, membawa seorang
wanita ke kamar.” Benicno menyandarkan tubuhnya ke sofa.
“Padahal setiap kali aku menawarimu seorang wanita kau
selalu bilang Sialan, aku memang suka minum. Tapi aku tidak
sebrengsek dirimu yang meniduri banyak wanita. Lalu
meninggalkannya setelah puas.” Tambah Benicno sambil
menaik-turunkan kedua alisnya.
“Lalu apa yang salah?”
“Tentu saja salah, kau selalu menolak wanita yang aku
tawarkan. Tapi ternyata di belakangku kau suka wanita muda.”
“Dia kekasihku, kita tidak melakukan apa-apa.” Ucap
Rius tegas. Melalui ekor matanya ia menatap Ruby, ucapan
Benicno tadi bisa saja menjadi masalah untuk hubungannya.
Apalagi jika Ruby sampai salah memahami ucapan Benicno.
“Apa?” Pekik Benicno berdiri dari duduknya. “Kekasih?
You seriously?”
Protective's Pilot | 180“Heum!”
“Sejak kapan? Kapan kalian dekat? Dan kapan kalian
bertemu?”
“Sudah lama!”
“Sialan, jelaskan padaku, pak Pilot.” Geram Benicno
penasaran.
“Kenapa kau sangat ingin tahu, Heh?” Tanya Rius
berkacak pinggang. Menatap Benicno dengan malas.
“Tya, kenapa memangnya?” Tanya Benicno balik.
Rius berbalik menarik tangan Ruby dan mengajaknya
untuk turun ke bawah, meninggalkan Benicno tanpa sepatah
katapun. Ia enggan menjawab pertanyaan dari Benicno,
karena sekalinya bertanya maka Benicno akan terus bertanya
ini dan itu.
Sedangkan Benicno yang ditinggalkan sendiri hanya
mendengus kesal. Menggerutu karena rasa penasarannya
belum terjawab oleh Rius, dan itu membuat Benicno merasa
gatal ingin menggaruk wajah tampan Rius. Pria itu sekalinya
bertemu malah membuatnya kesal dan sialnya membuat
Benicno penasaran akan hubungan Rius dan wanita yang
belum diketahui sama sekali namanya.
“Rius sialan!” Gerutu Benicno kemudian menyusul Rius
ke bawah.
Di tempat lain Rius membawa Ruby keluar belakang
mansion. Membawanya ke salah satu tempat yang biasa Rius
tempati jika ingin sendiri. Tempat ini hanya Rius yang sering
datangi, selain menenangkan tempat ini juga sepi. Tempat
yang disukai Rius ini bisa dikatakan rumah kecil yang dibuat
oleh dirinya dan Athava saat masih sekolah pelajar dulu.
“Kenapa ke sini?” Tanya Ruby kebingungan.
Nikenn2s | 181“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, karena itu aku
mengajakmu ke sini.” Jawab Rius meraih tangan Ruby yang
satunya.
“Mau bicara apa?” Ruby menatap Rius dengan kening
yang mengkerut bingung.
“Soal yang tadi itu tidak benar. Ya, aku akui aku memang
suka minum-minum, tapi itu dulu sebelum aku bertemu lagi
denganmu. Dan soal wanita, ya Benicno memang pernah
menawariku seorang wanita untuk aku tiduri tapi aku menolak.
Mungkin aku orang yang suka minum tapi sumpah aku tidak
pernah meniduri siapapun. Aku—” Ucapan Rius terhenti saat
Ruby melepaskan tangannya dari genggaman Rius. Jantung
Rius berdetak tidak karuan, ia takut. Takut jika Ruby marah
dan akhirnya meninggalkan Rius.
Ruby tersenyum menangkup wajah Rius lalu berjinjit.
Mengulum bibir bawah kekasihnya dengan lembut. “Aku
percaya sayang, ucapan kau dan temanmu tadi sudah cukup
jelas untukku. Kau menolaknya, lalu apa yang salah?” Tanya
Ruby ketika sudah menjauhkan bibirnya dari bibir Rius.
Namun, kedua tangan Ruby masih setia berada di leher Rius.
Mengusapnya dengan lembut seolah tahu dengan apa yang
dipikirkan oleh Rius.
“Aku takut kau salah paham.” Jawab Rius menunduk.
“Rius, lihat aku. Tatap mataku.” Pinta Ruby terdengar
sangat tulus.
Rius mendongak, mengikuti ucapan Ruby untuk melihat
dan menatap manik mata gadisnya.
“Apa aku terlihat marah? Apa aku terlihat salah paham?”
Ruby tersenyum. “Kalau aku marah, kalau aku salah paham.
Pasti saat ini aku sudah pergi dari hadapanmu, tapi lihat? Aku
Protective's Pilot | 182masih bersamamu, aku tidak pergi karena aku percaya. Aku
paham, sangat paham. Jadi aku mohon jangan takut kalau aku
akan salah paham.” Tambahnya.
Rius mengangguk kecil, ia tersenyum seraya mengecup
bibir Ruby. Tangan Rius berada di belakang tengkuk leher
Ruby menahan tubuh gadisnya agar lebih dekat. "Terima
kasih, aku mencintaimu." Bisik Rius kembali mengecup bibir
Ruby.
“Aku lebih mencintaimu.” Balas Ruby kemudian
menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rius.
“Ayo kita keluar, acara pasti sudah dimulai.” Ajak Rius
mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari Ruby.
Ruby memanggut-manggutkan kepalanya antusias.
Mereka pun keluar dari tempat itu dengan senyum yang terbit
dari bibir keduanya.
Tanpa mereka berdua sadari kalau sebenarnya ada yang
bersembunyi. Menguping pembicaraan Rius dan Ruby, kedua
tangan orang itu tampak mengepal. Tatapan matanya pun
begitu tidak suka pada Ruby. Aku akan menyingkirkanmu,
sesegera mungkin. Batin orang itu terlihat marah.
oe
Rius mengambilkan makanan dan minuman untuk Ruby.
Ta melarang gadisnya untuk ke taman di mana acara diadakan.
Hal itu Rius lakukan karena tidak ingin ada pria lagi yang
mencoba untuk curi-curi pandang pada Ruby. Apalagi ada
beberapa kolega dari Keenan yang mengajak putra dan putri
mereka.
Saat sedang mengambil berbagai makanan Rius
dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita, ia terdiam melirik
tangannya yang disentuh oleh wanita itu.
Nikenn25 | 183“Hai Rius, perkenalkan namaku—”
“Menyingkirlah!” Sela Rius sinis.
“Kenapa? Aku hanya ingin berkenalan denganmu.
Selama ini aku hanya mengenal dirimu dari cerita Mr. Keenan,
saja.” Ucap Wanita itu tersenyum. “Oh ya, namaku adalah
Berlian. Kau tahu? Kedua orangtua kita saling bekerja sama.
Mungkin, Heum. Ya kita bisa berteman? Atau bisa lebih dari
itu? Bagaimana?” Tambahnya.
“Sudah?” Rius menatap datar wanita bernama Berlian itu.
Berlian menganggukkan kepalanya seraya tersenyum
dengan sangat manis.
“Baiklah, silahkan singkirkan tanganmu dari tanganku.”
Sambung Rius sangat ketus. Mata Rius mengkilat menahan
amarah, lalu tanpa diduga Rius menghempaskan tangan
Berlian secara kasar. Setelahnya Rius beranjak pergi
meninggalkan Berlian dengan wajah terkejutnya.
Rius menghela napas kasar, tatapan matanya berubah
lembut saat melihat Ruby yang sedang duduk di tempat yang
Rius perintahkan.
“Rius?” Pekik Ruby menyengir. “Lama deh!”
Tambahnya cemberut.
Rius terkekeh. Mengacak puncak kepala Ruby, “Maaf ya!
Tadi aku mengobrol dulu sebentar.”
“Oooh!” Ruby membulatkan mulutnya menjadi huruf 'O'"
sambil mengangguk-angguk kecil.
“Makanlah.” Rius mengulurkan makanan yang diambil
olehnya pada Ruby.
“Hanya satu?” Tanya Ruby menatap Rius bingung.
Protective's Pilot | 184“Tya, ayo makanlah. Setelah itu kita istirahat!” Jawab
Rius menarik kursi ke hadapan Ruby. Lalu ia pun duduk di
kursi itu.
“Untukmu mana?” Tanya Ruby kembali. “Kenapa hanya
untukku saja?”
“Aku tidak lapar, sayang.”
Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. “Ya sudah, aku
juga tidak lapar!”
“Sayang—”
“Aku tidak mau masa aku makan kau hanya di—pppfftt”
Ruby melototkan matanya saat tiba-tiba saja Rius
menyuapkan daging ke dalam mulutnya.
Rius mengambil alih piring dari pangkuan Ruby. “Aku
tidak lapar, melihatmu makan saja sudah membuat aku
kenyang.” Kata Rius kembali menyuapkan makanan pada
Ruby. “Anak pintar, kalau tidak begini kau pasti akan terus
bicara. Uh, pacarku yang cerewet.” Tambahnya menjulurkan
lidahnya.
Ruby mengembungkan pipinya, melipat kedua tangannya
di depan dada. Menatap Rius dengan kesal, “Gantian sekarang
giliranmu.”
“Tidak.” Rius menarik piring yang hendak diambil Ruby.
“Aku tidak lapar.”
“DUNIA MILIK BERDUA, OH YEAH!” Teriak
Benicno tiba-tiba saja menarik kursi dan duduk di dekat Rius.
“Kau belum menjelaskan semuanya padaku, sekarang kau
tidak bisa pergi ke mana pun.”
“Kenapa kau selalu mengganggu, heh?” Rius menyahut
dengan kesal.
Nikenn2s | 185“Kau sudah membuatku penasaran, setelah dari Club kita
belum bertemu lagi. Dan sekarang pas kita bertemu aku malah
mendapati dirimu yang satu kamar dengan wanita cantik.”
“Wanita yang kau bilang cantik itu adalah Kekasihku,
mau mati muda kau heh?” Ujar Rius menekan kata kekasih.
“Aku hanya bilang cantik saja, memang salah?” Tanya
Benicno kesal.
“Tentu saja salah, kau mengatakan dia cantik di depanku.
Kekasihnya!” Jawab Rius tegas.
“Oh oke, Sorry kalau begitu.” Balas Benicno menyengir.
“Tapi, mau bagaimana lagi? Kekasihmu memang cantik.”
Tambahnya menatap Ruby.
“Ada dua pilihan Mr. Mcbroom, mata yang aku tusuk
dengan garpu? Atau pisau ini yang menusuk perutmu?” Rius
memainkan garpu dan pisau menunjukkannya pada Benicno.
“Rius, aku bercanda sialan!” Benicno menelan salivanya
dengan susah payah.
“Rius jangan begitu, lagi pula memang kenyataan kan
kalau kau memiliki kekasih cantik sepertiku?” Tanya Ruby
menaik-turunkan alisnya. “Dan lagi, sahabatmu adalah Pria
pertama yang mengatakan kalau aku cantik.”
“Jadi Rius tidak pernah bilang kau cantik.” Benicno
menatap Ruby dengan binar dimatanya.
Rius mendecih melempar piring ke atas meja. Lalu tanpa
sepatah katapun dirinya beranjak pergi meninggalkan Ruby
dan Benicno. Moodnya dibuat hancur malam ini, apalagi
melihat kesenangan pada Ruby atas pujian Benicno. Ya,
memang Rius tidak pernah memuji Ruby akan tetapi bukan
berarti Rius tidak mengakui kecantikan Ruby. Hatinya panas
melihat binar mata Ruby, cemburu? Ya mungkin memang
Protective's Pilot | 186benar ia cemburu. Tapi itu tidak ada masalahnya bukan? Toh,
Rius cemburu pada kekasihnya sendiri.
Ruby mengerucutkan bibirnya, menatap punggung Rius
yang pergi. Ia berdiri berlari menyusul Rius yang sepertinya
sangat marah. Padahal kan tadi Ruby hanya bercanda saja.
Dan tidak bermaksud untuk membuat Pria itu marah.
Lagi Benicno tadi hanya menguji Ruby saja, tidak
melakukan hal yang berlebihan. Sebagai wanita dipuji seperti
itu membuat Ruby senang-senang saja. Ia juga tidak
bermaksud mempermasalahkan Rius yang tidak pernah
memujinya cantik.
Nikenn2 | 187PROTECTIVE'S PILOT {| Bagian 25.
Keesokan harinya Ruby baru saja keluar dari kamar
mandi. Dia sudah selesai mandi dan sudah berpakaian rapi
siap untuk meninggalkan Mansion Keenan. Seperti yang Rius
katakan kalau hari ini mereka akan kembali ke Mansion Rius.
Ruby terdiam berdiri di ambang pintu kamar mandi
sambil menatap Rius yang ternyata sudah bangun dari
tidurnya. Saat ini pria itu sedang terdiam duduk di kasur,
rambut Rius tampak berantakan. Namun tetap terlihat tampan!
Rius diam menutup hidungnya dengan tangan kanannyz.
Memperhatikan Ruby yang hanya diam saja. Semalam ia tidur
duluan karena kesal di hatinya, padahal niat Rius semalam
hanya untuk berpura-pura tidur saja. Tapi tidak tahu kenapa ia
malah tidur beneran.
“Su-sudah ba-bangun?” Tanya Ruby kikuk.
“Heum!” Gumam Rius pelan.
Ruby bungkam. Menatap Rius dengan mata yang
berkaca-kaca, “Rius soal semalam... Itu aku hanya bercanda
saja. Aku tidak bermaksud membuatmu marah.” Ucap Ruby
menunduk menatap jari-jari kakinya.
Rius beranjak dari kasur. Berjalan menghampiri Ruby
Jalu membawa tubuh mungil gadisnya ke dalam pelukannya.
“Aku tidak marah, aku hanya... Heum, cemburu!” Sahut Rius
pelan.
“Kau cemburu?” Tanya Ruby serak karena menahan
tangis.
Protective's Pilot | 188“Tentu saja aku cemburu, memangnya pria mana yang
tidak cemburu saat kekasihnya dipuji oleh pria lain.” Jawab
Rius semakin erat memeluk Ruby.
“Tapi kan dia sahabatmu!” Balas Ruby mengadahkan
kepalanya, menatap Rius.
“Tya, dia memang sahabatku. Tapi bagaimanapun dia itu
seorang Pria.” Timpal Rius. “Sudahlah, tidak perlu dibahas
lagi. Aku sedang tidak ingin membahasnya!”
“Baiklah, kau mau memaafkanku kan?”
Rius mengemyit, menunduk menatap Ruby yang
mengadah. “Aku tidak marah. Tidak akan pernah bisa marah
padamu.”
“Bohong!” Ruby mengembungkan pipinya. “Buktinya
semalam kau mendiamkan aku, kau juga meninggalkan aku di
bawah.”
“Jadi sayang sekarang kau tahu bukan? Didiamkan oleh
orang yang sangat kita cintai itu sangatlah tidak enak?
Begitupun aku, itulah yang aku rasakan saat kau mendiamkan
aku.” Rius tersenyum mencubit pipi Ruby yang mengembung.
“Tni bukan balasan untukmu. Tapi apa yang aku lakukan
semalam memang murni karena aku cemburu, aku juga tidak
mendiamkanmu. Sebenarnya aku hanya ingin lihat kau akan
membujukku atau tidak, tapi ternyata aku malah ketiduran.”
Tambahnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Dasar-” Ruby memukul dada telanjang Rius pelan.
“Pantas saja semalam aku bicara padamu tapi kau hanya diam.
Aku takut kau marah.”
Rius terkekeh menahan tangan Ruby yang terus
memukuli dadanya. “Maaf, maafkan aku.” Kata Rius
mengecup punggung tangan Ruby.
Nikenn25 | 189“Kau tidur? Tapi bisa memelukku ya?” Tanya Ruby
menyindir.
“Ttu sudah menjadi kebiasaanku sejak _bertemu
denganmu." Jawab Rius melepaskan pelukannya, lalu
mencium bibir Ruby sekilas. “Aku mandi dulu, nanti kita
langsung pulang.” Tambahnya kemudian masuk ke dalam
kamar mandi.
Ruby tersenyum berjalan ke arah meja rias untuk
menyisirkan rambutnya. Hatinya lega karena Rius tidak
marah padanya mengenai semalam. Mungkin itu hal terakhir
yang akan Ruby lakukan, ia tidak ingin Rius marah ataupun
mendiamkannya lagi. Rius benar, didiamkan oleh orang yang
dicintai memang sangat tidak enak. Seperti ada bebatuan yang
menghimpit bagian hati, begitu sesak.
Tak selang berapa lama Rius keluar dari kamar mandi
dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Membiarkan
sang air berjatuhan dari rambut Rius yang basah.
Ruby tersenyum menatap Rius melalui cermin. “Rius, itu
pakaiannya sudah aku siapkan di atas tempat tidur.” Ucap
Ruby.
“Terima kasih, sayangku!” Sahut Rius tersenyum. Ia lalu
memakai pakaian yang disiapkan oleh Ruby. Begitu selesai
memakai baju Rius mendekat pada Ruby memeluk gadisnya
dari belakang.
“Sama-sama, sayang!” Ruby tersenyum seraya berdiri
dari duduknya, membalikkan tubuhnya menghadap Rius.
“Aku ke bawah duluan ya? Sekalian taruh koper di bagasi.”
Tambahnya mengecup pipi Rius.
“Nanti saja, kita turun sama-sama!”
Protective's Pilot | 190“Kau mau merapikan rambut dulu kan? Nanti aku
kembali lagi.”
Rius mengangguk. “Ya sudah, tapi biarkan kopernya di
sini. Nanti biar aku yang membawanya. Kau duluan saja, aku
tak akan lama!”
Ruby tersenyum mengangguk kecil kemudian berjalan
keluar kamar. Ia akan menunggu di bawah selagi Rius
merapikan rambutnya.
Tak berapa lama Rius telah selesai menata rambutnya ia
meraih koper dan segera membawanya ke bawah.
Sesampainya di bawah Rius tersenyum melihat Ruby yang
bermain dengan anjingnya.
“Rius?” Panggil Ruby seraya berlari ke arah Rius. Ia
tertawa saat anjing milik Rius mengikutinya sesekali
bermanja dengan cara menjilati kaki Ruby.
“Sudah sarapan?” Tanya Rius mengecup kening bagian
luka Ruby. "Kenapa dibuka perbannya?" tambahnya.
“Sengaja, tapi pakai hansaplast.” Ruby menyengir dengan
lebar memperlihatkan giginya yang putih.
“Sudah sarapan?”
“Sudah, semalam!”
Rius terkekeh menoyor kepala Ruby pelan. “Sarapan dan
makan malam beda, sayang.”
Ruby menyengir polos.
“Rius, itu tadi Ruby Mommy suruh sarapan tapi tidak
mau.” Ujar Keshila tiba-tiba sambil membawa sesuatu. “Jadi
Mommy bekali, atau kalian mau sarapan?”
“Tidak usah, kita langsung pulang. Habis ini ada yang
harus aku kerjakan.” Rius berjalan menghampiri Keshila,
Nikenn25 | 191mencium kening wanita itu sekilas. “Kenapa meja makan sepi?
Daddy dan Athava ke mana?”
“Mereka belum bangun, semalam acara selesai pagi.”
Keshila tersenyum. “Kalian berdua benar tidak mau sarapan
dulu?”
“Tidak Mom.” Rius kembali mencium kening Keshila.
“Aku dan Ruby pulang dulu. Mommy ke kamar saja, istirahat
jangan sampai tidak ya. Aku tidak mau Mommy kenapa-napa.”
“Tya Rius! Nanti Mommy akan istirahat.” Keshila
tersenyum memberikan bekal pada Rius. “Makanlah di mobil
nanti ya, jaga kesehatanmu.”
“Mommy juga!” Rius tersenyum memeluk Keshila. “I
love you, Mom.”
“T love you more, son!” Keshila menatap Ruby sambil
melepaskan pelukan Rius. “Ruby, jangan cemburu ya.”
Tambahnya diiringi tawa. Sebenarnya ia bermaksud
menyindir Rius, semalam Benicno bercerita padanya dan
mengatakan kalau Rius menghilang dari acara karena
cemburu.
Ruby mengangguk disertai tawa. Matanya melirik Rius
yang tampaknya tidak sadar bahwa sedang disindir oleh
Keshila.
“Kekasihku tidak akan cemburu Mom.”
“Mommy tahu, mana mungkinkan dia cemburu pada Ibu
kekasihnya? Kau pun begitu kenapa cemburu pada Ben?”
Rius mendatarkan wajahnya, mendengar nama Benicno
membuat Rius teringat akan kejadian semalam yang
membuatnya tertidur. “Sudahlah, aku dan Ruby pulang dulu.
Bilang maafku pada Daddy, maaf karena pulang tanpa
Protective's Pilot | 192menunggu Daddy bangun lebih dulu.” Kata Rius mengecup
pipi Keshila.
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Nanti Mommy sampaikan
pada Daddy!” Ujar Keshila.
“Thanks Mom!” Rius tersenyum lalu meraih tangan Ruby
sambil menyeret kopernya keluar Mansion. Diikuti oleh
Keshila di belakangnya.
Wanita itu tersenyum menatap genggaman tangan
anaknya pada seorang gadis. Sebagai Ibu Keshila tidak pernah
melarang kedua putranya untuk memiliki kekasih, asal
mereka tidak memilih dalam mencari pasangan. Dan mau
menerima masing-masing kekurangan sang pasangan. Dan
yang terpenting kelakuan mereka yang bisa menjaga batasan,
ia juga tidak melarang jika kedua putranya ingin tidur atau
tinggal dalam satu rumah dengan sang kekasih. Asal mereka
bisa menjaga diri dan tidak merusak masa depan. Karena
tentunya kita tidak akan pernah tahu kedepannya akan seperti
apa. Tapi selama ini kedua putranya bisa mendengar apa yang
dulu pernah Keshila katakan sewaktu Keshila dan Keenan
memberikan izin untuk Athava dan Rius menjalin kasih
dengan seseorang yang mereka cintai.
Keshila tersenyum memandang Rius dan Ruby. Ia selalu
berdoa untuk kebahagiaan kedua putranya, dan selalu berdoa
untuk kesehatan keluarganya agar kelak ia dan Keenan bisa
mendampingi Athava dan Rius ke jenjang pernikahan.
Rius memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.
Setelahnya ia menutup pintunya dan berbalik, bersamaan
dengan itu sebuah mobil melaju kencang ke arah Ruby.
"RUBY AWAS!!" teriak Rius berlari sekencang mungkin ke
arah Ruby, menarik tubuh mungil gadisnya dan mendekapnya
Nikenn25 | 193dengan erat, melindungi kepala Ruby dengan kedua tangan
kekarnya. Tubuh keduanya terguling di aspal hingga terhenti
saat kepala Rius terbentur pinggir jalan.
Keshila yang melihat refleks berteriak kencang. Tubuh
Keshila terasa lemas tidak kuasa melihat kejadian di depan
matanya.
Teriakan Keshila dan Rius membuat penjaga di Mansion
terkejut. Tidak hanya itu Keenan yang pada saat itu baru
bangun dari tidurnya pun turut dikejutkan oleh suara teriakan
istri dan anaknya. Ia berlari dari kamar menuju asal suara
tidak dengan pandangan yang kabur karena bangun tidur.
Rius terengah. Jantungnya berdetak tidak karuan, apa
yang barusan terjadi masih membuat Rius shock. Apalagi
kejadiannya begitu tiba-tiba. “By, are you okay?” Tanya Rius
menangkup wajah Ruby yang ada di atas tubuhnya.
Ruby mengangguk kecil, tubuhnya masih gemetar karena
terkejut.
“Apa ada yang luka? Atau ada yang sakit? Katakan
padaku, sayang?” Tanya Rius kembali, wajahnya begitu
khawatir menatap Ruby.
Ruby mengerjap-ngerjapkannya matanya. Ia beranjak
dari tubuh Rius dan terdiam duduk di aspal dengan mulut
yang terkatup rapat.
“Tuan, anda tidak apa-apa?” Tanya salah satu penjaga
mencoba membantu Rius untuk berdiri. Ada luka di kening
dan sekitaran tangan Rius.
“DIAM!” Teriak Rius menepis tangan penjaga itu. “Cari
CCTV aku mau rekamannya.”
“Tapi Tuan, anda ter—”
Protective's Pilot | 194“Aku bilang cari CCTV dan segera bawa rekamannya
padaku.” Sela Rius menggeram.
“Ba-baik Tuan!” Penjaga itu berlari menjalankan perintah
yang diinginkan Rius. Wajah penjaga itu terlihat ketakutan.
Rius menarik tubuh Ruby ke dalam dekapannya. “Baby,
katakan sesuatu.” Lirih Rius.
“Ri-Rius.” Ruby memejamkan matanya, ia tidak kuat
menahan pusing di kepalanya. Sampai pada akhirnya semua
terasa gelap di mata Ruby.
Rius terdiam seraya merenggangkan dekapannya
menatap Ruby yang terpejam. “By, Hei bangun sayang?”
Bisik Rius panik, ia menepuk-nepuk pelan pipi Ruby. “Buka
matamu, By. Sayang katakan sesuatu padaku.” Tambahnya.
“Rius?” Keenan terengah-engah karena berlari, dirinya
sudah membawa Keshila masuk ke dalam ditemani oleh
Athava yang mencoba menenangkan Keshila.
“Dad, tolong. Panggilkan dokter.” Rius membungkuk,
mengangkat tubuh Ruby dan membawanya masuk ke dalam
kamar. Mengabaikan rasa sakit pada keningnya yang sempat
terbentur pinggir jalanan.
Keenan terdiam melihat wajah Rius yang sangat khawatir.
Ini kali pertama untuk Keenan melihat Rius yang sekhawatir
itu pada seorang wanita. Dulu ia pernah melihat Rius yang
khawatir pada Keshila karena pada saat itu dalam keadaan
sakit, tapi dulu wajah Rius tidak sekhawatir sekarang ini.
Nikenn2s | 195PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 26.
Rius tersenyum tangannya masih setia menggenggam
tangan Ruby. Sekarang Rius bisa bernapas lega karena Ruby
sudah sadar dari pingsannya, bisa kembali melihat senyum
yang menghiasai wajah cantik gadisnya.
“Masih sakit tidak?” Tanya Ruby menyentuh tangan
kekar Rius yang terdapat beberapa luka kecil. Lukanya sudah
diobati oleh Keshila tadi, walau tadi Rius sempat menolak
tapi Ruby dan Keshila berhasil memaksanya.
“Sudah tidak, tapi tadi rasanya sangat sakit.” Jawab Rius.
“Kau mau tahu kenapa?” Tambahnya.
Ruby mengangguk kecil. “Mau, kenapa?”
“Karena separuh cintaku sedang tidak sadarkan diri. Tapi
karena kau sudah sadar, sakitnya jadi tidak terasa lagi.”
“Dasar!” Ruby terkekeh pelan, kepalanya masih terasa
pusing padahal tidak terbentur apapun. Ia menatap Rius dalam,
sesekali melihat luka di kepala Rius. Luka itu ada karena
dirinya, padahal seharusnya luka itu ada di kepala Ruby
bukan di kepala Rius.
“Kenapa menatapku, Heum?” Tanya Rius mengelus
lembut pipi Ruby yang bulat.
“Seharusnya luka itu ada di kepalaku, bukan di
kepalamu." Jawab Ruby lirih. "Maafkan aku Rius, maaf
karena—”
“Bicara apa?” Rius menempelkan jarinya di depan bibir
Ruby. “Aku lebih memilih aku yang terluka dari pada dirimu.”
Protective's Pilot | 196“Tapi gara-garaku kau jadi terluka seperti ini, lihat
tanganmu.” Ruby menyentuh luka di tangan Rius dengan hati-
hati.
“Apa!” Rius berdecak kecil. “Ini bukan apa-apa, dengar
sayang. Aku tidak masalah dengan luka-luka di tanganku, aku
akan masalah jika kau yang justru terluka. Karena sumpah
demi Tuhan, aku tidak akan rela. Jadi stop, menyalahkan
dirimu. Atau aku akan marah.”
“Maaf jangan marah!”
“Tergantung dirimu, jika kau masih saja membahasnya
maka aku akan marah padamu.”
“Tya maaf, aku tidak akan membahasnya lagi!?”
Rius menarik Ruby ke dadanya mencium puncuk kepala
Ruby lama. Ia bersumpah tidak pernah keberatan dengan luka
di kepala dan lengannya. Bahkan jika lebih banyak lagi atau
bahkan sampai merenggut nyawanya, Rius rela asalkan gadis
dipelukannya kini tetap baik-baik saja, katakanlah Rius terlalu
cinta. Ya, karena memang itu kenyataanya. Rius begitu
mencintai Ruby sampai-sampai tidak rela jika gadisnya
terluka sekalipun itu hanya goresan.
“Apa kau sudah merasa lebih baik?” Tanya Rius
menangkup wajah Ruby.
Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, aku sudah
merasa lebih baik!” Jawab Ruby cengengesan.
Rius tersenyum mengecup bibir Ruby sekilas. “Kita
pulang ya? Nanti malam aku ada urusan dengan Benicno.”
Balas Rius seraya mengangkat tubuh Ruby ke dalam
gendongannya.
“Rius turunkan aku!” Rengek Ruby melingkarkan
kakinya di pinggang Rius.
Nikenn25 | 197“Biarkan begini, aku masih belum yakin dengan
keadaanmu.” Ucap Rius membuka pintu kamar dan segera
turun ke lantai bawah.
Ruby mengembungkan pipinya menandakan kalau
dirinya sedang kesal saat ini. Sebenarnya Ruby senang
digendong seperti ini, tapi karena luka-luka di kepala dan
Jengan Rius. Ruby jadi tidak tega dan karena itulah dirinya
kesal.
“Kalian akan pulang?” Tanya Keshila tiba-tiba saja. Tadi
ia akan menemui Rius dan Ruby, tapi ternyata malah bertemu
di bawah.
Rius membalikan tubuhnya, menganggukkan kepalanya
pelan. “Ya, nanti malam aku harus menemui Benicno.” Jawab
Rius.
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan mengebut ya.” Balas
Keshila tersenyum.
Rius memanggutkan-manggutkan kepalanya dan kembali
melanjutkan langkahnya. Membukakan pintu untuk Ruby, dan
mendudukkan gadisnya itu. Setelahnya Rius kembali ke pintu
pengemudi satunya dan mulai menjalankan mobil ranger
rover milik Keenan. Ia harus menggunakan mobil Keenan
karena Rius yang lupa meminta Max untuk menjemputnya
jadi mau tidak mau Rius harus meminjam mobil Keenan.
Keshila tersenyum melambaikan tangannya,
menyaksikan kepergian Rius dari perkarangan Mansion.
Sebenarnya ia ingin melarang Rius untuk pulang tapi karena
Rius sudah bilang akan menemui Benicno maka Keshila tidak
bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya berpesan pada Rius untuk
selalu berhati-hati di mana pun Rius berada.
Protective's Pilot | 198Keshila bersiap masuk ke dalam, namun diurungkan
niatnya saat melihat mobil Athava. Sebelah alisnya terangkat
bingung, setahu Keshila kalau Athava ada di dalam tapi
kenapa sekarang putranya ada di mobil?
“Mommy Keshila?” Pekik Lechia tersenyum, begitu
menutup pintu Lechia langsung memeluk Keshila dengan erat.
“Mom, kau tidak apa-apa? Tadi Athava sudah cerita padaku.”
Tambahnya.
“Mommy tidak apa-apa Chia, jangan khawatir nak!
Keshila melepaskan pelukan Lechia. “Athava abis dari
apartementmu?”
“Ya Mom, aku abis dari apartement Lechia. Salahkan dia
yang sudah membuatku khawatir.” Ucap Athava kemudian
mencium pipi Keshila. “Lechia ingin bertemu dengan Ruby.”
“Yah!” Keshila menatap Lechia sedih. “Baru saja Rius
dan Ruby pulang.”
Lechia menekuk wajahnya melihat Athava dan Keshila
sendu. “Padahal aku baru saja ingin melihat keadaan Ruby.”
“Jangan bersedih, kalian bisa datang ke Mansion Rius.
Pergilah!” Ucap Keshila mengusap kepala Lechia.
Lechia mengangguk membenarkan kata Keshila, dirinya
lalu menatap Athava dengan sekali mengerjapkan matanya
dan Athava langsung menyetujuinya. Lechia bersorak
gembira mencium pipi Athava kemudian berlari masuk ke
mobil.
“Aku pergi dulu, Mom!” Kata Athava mencium kening
Keshila.
“Hati-hati, jangan mengebut.” Keshila tersenyum
melambaikan tangannya pada Lechia di dalam mobil. Ia
membalikan tubuhnya dan segera masuk ke dalam. Keenan
Nikenn25 | 199pasti sudah selesai mandi dan sekarang pasti suaminya itu
sedang menunggunya di kamar.
oe
Saat ini jalanan begitu lenggang mungkin karena hujan
jadi sebagian pengendara meminggirkan kendaraannya untuk
meneduh di pinggir-pinggir toko yang tertutup.
Rius menoleh kesampingnya melihat Ruby yang diam
sambil memainkan handphone miliknya. Ia tersenyum kecil
begitu menyadari kalau wajah Ruby begitu polos saat serius
seperti itu.
“Rius lihat!” Ucap Ruby memperlihatkan hasil fotonya
pada Rius. Ia terkekeh sendiri melihat hasil fotonya.
Rius tersenyum manis. “Cantik.” Sahut Rius kembali
fokus ke depan.
“Jelek, mau aku hapus—” Ucapan Ruby terhenti saat
handphone digenggamannya ditarik paksa oleh Rius. “Rius.
Kembalikan aku mau hapus dulu.”
Rius mengabaikan Ruby yang terus merengek meminta
handphone. Rasanya gatal sekali ingin memberikannya pada
Ruby tapi Rius juga tidak setuju jika hasil foto Ruby justru
malah mau dihapus.
Ruby melipat kedua tangannya di depan dada, menatap
Rius kesal. Bibirnya mengerucut beberapa centi ke depan.
“Rius handphonenya. Aku mau hapus dulu, nanti aku
kembalikan lagi kepadamu. Aku janji.” Ruby mengerjapkan
matanya, ia yakin Rius akan luluh.
“Kenapa harus dihapus?”
“Ttu jelek Rius, nanti aku foto lagi yang cantik.”
“Ini handphoneku apapun yang sudah ada di sini tidak
akan bisa diutik kembali.”
Protective's Pilot | 200Ruby berdecak. “Tapi kan itu jelek!”
“Kata siapa? Itu cantik sayang.” Rius menoleh menatap
Ruby yang cemberut. Ja tersenyum geli gadis di sampingnya
ini benar-benar sangat menggemaskan apalagi dengan wajah
yang ditekuk dan bibir yang manyun ke depan.
Rius tersenyum mengusap puncak kepala Ruby dan
mengacak-acaknya pelan. Setelahnya Rius kembali fokus
dengan jalanan didepannya. Hujan sudah mulai mereda dan
jalanan pun sudah mulai ramai lagi oleh pengendara.
Untungnya mansion sudah dekat kemungkinan lima sampai
sepuluh menit lagi untuk sampai.
Sepuluh menit kemudian mobil Keenan mulai masuk ke
perkarangan Mansion Rius. Ia mematikan mesin mobilnya
lalu turun bersama-sama dengan Ruby. Gadisnya itu sudah
berjalan lebih dulu. Tapi bukan masalah untuk Rius, karena ia
tahu gadisnya itu sedang kesal. Biar saja Rius suka melihat
wajah kesal Ruby.
Rius tidak langsung masuk ke Mansion. Dia berjalan ke
arah Max dan Dominick kemudian bergabung di sana.
“Tuan kening anda kenapa? Anda baik-baik saja kan?”
Tanya Dominick pada saat melihat kening Rius yang terbalut
hansaplast.
“Ya, aku baik. Ini hanya kecelakaan kecil saja.” Rius
tersenyum memberikan kunci mobil milik Keenan pada
Dominick. “Tolong nanti antarkan mobil Daddy ya. Aku
harus ke atas dulu!”
“Baik Tuan!” Dominick dan Max tersenyum.
Rius beranjak pergi dan bergegas menyusul Ruby ke
lantai atas. Ia tidak sabar untuk menggoda Ruby apalagi
Nikenn25 | 201melihat semburat merah di kedua pipi bulat kekasihnya itu.
Ah, Rius jadi semakin ingin menjahili gadisnya itu.
Rius masuk ke dalam menutup pintu dan tidak lupa
menguncinya. Ia tersenyum melihat Ruby yang sedang
membuka jaket tebalnya. Perlahan kaki Rius melangkah
dengan lebarnya, kedua tangannya melingkar di perut Ruby
Jalu membanting tubuhnya dan tubuh Ruby ke ranjang. Rius
tertawa mendengar pekikan Ruby.
“Rius astaga!” Pekik Ruby memukul lengan Rius pelan.
Rius tertawa semakin erat memeluk tubuh Ruby ke
tubuhnya. Tawa Rius semakin lepas ketika dengan jahilnya
Rius menggelitik perut Ruby membuat gadisnya itu semakin
meronta kegelian.
“Hahahaha Rius hentikan.” Ruby terus meronta mencoba
melepaskan diri dari kungkungan Rius. “Hahahaha aduh geli,
hahaha sudah Rius hentikan.”
Rius tertawa menggigit bahu Ruby yang terbuka karena
pakaian pas bagian bahu Ruby sedikit menurun,
memperlihatkan bahu gadisnya yang putih mulus.
“Aauuh aduh, sakit!” Ruby memekik kesakitan.
TOK! TOK!
“Rius itu... Aduhh, aauuh!” Ruby mencoba beranjak
namun tubuhnya kembali terhempas, Rius selalu menariknya.
“Rius itu ada yang mengetuk.” Tambahnya merengek.
“Biarkan saja!” Rius kembali menggigit bahu Ruby
sesekali mengusap bekas gigitannya.
“Aauuh! Haha sakit Rius.” Rengek Ruby setengah
tertawa karena geli.
TOK! TOK!
Protective's Pilot | 202Rius beranjak dari tempat tidur dan melepaskan Ruby
yang tertawa penuh kemenangan. Ia membuka kunci pintu
lalu membuka pintunya.
“Tuan, maaf saya mengganggu.” Dominick menunduk
tidak enak. Pasalnya ia tahu kalau Rius dan Ruby sedang
bermesraan di kamar. Terdengar dari tawa keduanya.
“Tidak masalah!” Rius merapikan rambutnya yang
berantakan dengan jari-jari tangannya. “Ada apa, Dominick?”
“Di bawah ada Tn. Athava dan Nona Lechia. Katanya Tn.
Athava, ingin bertemu dengan anda dan Nona.”
“Suruh saja mereka naik ke atas!” Ujar Rius dan
langsung diangguki oleh Dominick. Pria itu bergegas turun ke
bawah untuk memberitahu Athava.
Rius membalikkan tubuhnya, ia terkejut saat tiba-tiba saja
Ruby ada di hadapannya. Wajah gadisnya itu tampak marah?
Ralat, lebih ke wajah kesal. Tapi biarpun kesal tetap saja
semburat merah menghiasi pipi bulat Ruby.
“RIUS BAHUKU MERAH!” Pekik Ruby
memperlihatkan bahunya yang merah kebiruan akibat gigitan
Rius.
Rius terkekeh mengangkat tubuh Ruby, dan lagi
membawanya ke tempat tidur. Membanting tubuh Ruby ke
atas tempat tidur.
“Aduhh, Rius!” Ruby kembali memekik kencang seraya
bangun dari tidurnya dan duduk di tepian kasur di bagian
satunya.
Rius tertawa terbahak, memegangi perutnya yang terasa
sakit saking banyaknya tertawa. Oke baiklah, sepertinya
sekarang Rius akan lebih sering membuat Ruby kesal. Ini
akan menjadi hal baru yang menyenangkan untuk Rius.
Nikenn25 | 203Tak selang berapa lama pintu kembali diketuk, kali ini
pintu langsung terbuka, memperlihatkan sosok Athava dan
Lechia. Mereka mengetuk pintu berulang kali.
TOK! TOK!
“Boleh kita masuk?” Athava tersenyum sambil
merangkul bahu Lechia.
“Cih! Masuk saja!” Ujar Rius berdecih pelan. “Untuk apa
kalian datang?” Tambah Rius memincingkan matanya.
Melihat Athava dan Lechia bergantian, entahlah setiap kali
melihat Lechia. Rius selalu merasa ingin marah-marah saja.
“Untuk melihat keadaanmu dan Ruby. Kenapa
memangnya?” Jawab Athava bersidekap dada. “Apa kita
mengganggu kalian berdua?”
“Ya kau benar, kau dan kekasihmu itu mengganggu kita.”
Rius menyahut dengan jujurnya.
Athava mendecih pelan. Adiknya itu kalau berbicara
memang selalu jujur namun menyakitkan. “Sialan!” Cibir
Athava seraya berdiri duduknya. Dia mengulurkan tangannya
pada Lechia. “Ayo sayang, kita pulang saja. Percuma kita di
sini.”
“Rius!” Ruby melotot pada Rius. Ia tidak suka cara Rius
berbicara.
“Aku hanya bercanda, dianya saja yang terbawa
perasaan.” Kata Rius memeluk Ruby.
Athava terkekeh menjitak kepala Rius cukup kencang.
Membuat adiknya itu meringis. “Sorry, hanya bercanda.”
Balas Athava kembali duduk di tempatnya semula.
Ruby dan Lechia tertawa melihat kekonyolan antara
kakak dan adik itu. Ada saja tingkah mereka yang
mengundang tawa.
Protective's Pilot | 204“Athava kau ini, jangan begitu nanti terkena luka Rius.”
Ucap Lechia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku hanya bercanda, dianya saja terbawa perasaan!”
Sahut Athava meniru ucapan Rius.
Rius berdecak kesal. Menatap Athava dengan tajam, ia
menenggelamkan wajahnya di dada Ruby dan memeluknya
semakin erat.
“Kepalaku sakit!” Adu Rius pada Ruby.
“Cih!” Cibir Athava melempar bantal sofa ke arah Rius.
“Dasar manja begitu saja sakit.”
“Berisik!” Rius berucap dengan sangat ketus.
Ruby tersenyum mencium kepala Rius yang tadi dijitak
oleh Athava. Sesekali mengusapnya agar tidak sakit lagi.
“Sudah aku cium. Apa masih sakit?” Tanya Ruby lembut.
Rius mengadah mengecup dagu Ruby dari bawah.
“Sudah tidak lagi, soalnya sudah dicium olehmu!” Jawab Rius.
Athava bergedik ngeri melihat tingkah adiknya di depan
matanya saat ini. Ingin rasanya Athava muntah saat ini juga,
dia tidak pernah menyangka jika tingkah adiknya akan
semanja itu pada Ruby.
“Hei kau Pilot, kau tidak cocok seperti itu. Kau bahkan
tidak malu dengan badanmu yang besar.” Celetuk Athava
sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Lechia.
“Ini bukan besar bodoh, tapi kekar.” Timpal Rius kesal.
“Kalau kau iri bilang saja, dan kalau ingin sepertiku dan Ruby
kau bisa memintanya pada Lechia.” Tambah Rius dengan
ketus.
“Dasar adik kurang ajar.” Athava kembali melempar Rius
dengan bantal sofa.
Nikenn25 | 205Rius terkekeh pelan. Mengabaikan Athava dan semakin
menunjukkan keromantisannya bersama sang kekasih. Seolah
di kamarnya hanya ada dirinya dan Ruby, menganggap
Athava dan Lechia sebagai bayangan.
Sedangkan Ruby hanya tertawa saat merasakan geli di
lehernya. Siapa lagi kalau bukan ulah Rius yang menggesek-
gesekkan dagunya pada leher Ruby.
“Rius hahahaha, geli sudah hentikan.” Tawa Ruby
menahan dada Rius. Ia semakin tertawa lepas tidak bisa
menahan rasa geli pada lehernya.
Diam-diam Athava tersenyum melihat itu. Dia memang
kesal namun di balik itu semua Athava merasa bahagia
melihat adiknya bisa sebahagia itu. la mengaitkan jari-jarinya
dengan jari-jari Lechia, mereka saling menggenggam melihat
pasangan didepannya yang begitu romantis.
“Aku lapar!” Celetuk Athava berdehem. “Sayang, ayo
kita turun ke bawah. Buatkan aku makanan ya,” tambahnya
merangkul pundak Lechia.
“Ya sudah, ayo aku akan membuatkanmu makanan!”
Lechia menyahut dengan semangatnya. Lalu mereka berdua
pun memutuskan untuk turun ke bawah meninggalkan Rius
dan Ruby. Sebenarnya lapar adalah alasan Athava agar bisa
pergi dari sana, tapi tidak tahu kenapa dia justru malah lapar
beneran.
Protective's Pilot | 206PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 27.
Athava sudah pergi di kamar Rius, itulah yang
sebenarnya Rius inginkan. Dia sedikit kesal karena merasa
terganggu akan kedatangan Athava. Padahal ia sedang ingin
sekali bermanja-manja dengan Ruby. Anggap saja ini balasan
untuk Athava karena dulu ia juga diusir secara halus karena
pria itu tidak mau diganggu pada saat sedang bersama Lechia.
Rasakan itu, Batin Rius terkikik puas.
Rius menghentikan aksinya membuat Ruby geli. “Taj
melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sudah
jam lima sore, dan Rius belum bersiap sama sekali padahal
Rius sudah membuat janji dengan Benicno jam tujuh malam.
“Aku harus bersiap!” Rius beranjak dari duduknya,
namun sebelum itu dirinya menyempatkan untuk mencium
bibir Ruby. “Tolong siapkan pakaianku ya, aku sudah harus
berangkat.” Tambahnya sambil membuka satu persatu
kancing kemejanya.
“Mau ke mana?” Ruby menatap Rius bingung.
“Ada urusan dengan Benicno!” Rius tersenyum lantas
masuk ke dalam kamar mandi.
Ruby berdiri dari duduknya dia bercermin dan melihat
lehernya yang terdapat bercak merah karena Rius menggigit
bahkan menghisapnya. Tidak hanya itu leher Ruby pun
terdapat garis merah mungkin tadi terkena gesekan bulu-bulu
halus di wajah Rius.
“Rius mau pakai baju apa?” Pekik Ruby kebingungan.
“Kaos dan jas saja!” Balas Rius dari kamar mandi.
Nikenn25 | 207Ruby mengangguk dan mulai memilih pakaian yang akan
dipakai oleh Rius. Ja tersenyum saat menemukan warna yang
pas, setelahnya Ruby menaruhnya di atas tempat tidur.
Ruby berkacak pinggang menatap tempat tidur yang
sedikit berantakan. Mungkin karena sebelum Athava datang ia
dan Rius sempat bercanda di sana.
Tak selang berapa lama Ruby mendengar pintu yang
terbuka. Tidak tahu kenapa pipinya terasa panas saat
mendengar suara pintu dan langkah yang semakin dekat
padanya. Sampai pada akhirnya sebuah tangan melingkar
sempurna di perut Ruby.
“Rius aku basah nanti.” Rengek Ruby membalikkan
tubuhnya, ia langsung berhadapan dengan wajah basah Rius.
Rius tersenyum mendudukkan Ruby di tepian kasur.
Lantas meraih pakaian yang tadi disiapkan oleh Ruby, bahkan
tubuh kekar Rius sedikit menindih tubuh Ruby.
“Rius!” Ruby bergumam pelan posisinya benar-benar
tidak enak sekarang ini. Bagaimana tidak tubuhnya saat ini
setengah terbaring dengan sebelah tangan Ruby melingkar di
pinggang Rius.
“Apa? Aku hanya ingin ambil pakaian!” Rius menyahut
mencari alasan. Padahal sebenarnya Rius sengaja.
“Ya tapi kan bisa lewat sebelah sana.” Ruby
mengerucutkan bibirnya, kepala Ruby menunduk
menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Ya,
walau percuma saja karena Rius sudah melihatnya karena
posisi Ruby sekarang ini.
Rius tersenyum menegakkan tubuhnya seraya menarik
Ruby agar kembali duduk. Ia lantas memakai kaos dan
Protective's Pilot | 208tentunya memakai celana yang disiapkan oleh kekasih
tercintanya itu.
Ruby menangkup wajahnya. Menggerutu pelan karena
apa yang dilakukan Rius. Pria itu dengan sengaja memakai
celana di hadapan Ruby. Sungguh kurang ajar memang.
Belum lagi Ruby mendengar gelak tawa Rius yang sepertinya
sangat puas.
Rius terkekeh pelan, menarik tangan Ruby dan
merentangkannya. Ia tersenyum menatap wajah malu-malu
Ruby, senyum Rius semakin lebar saat menyadari pipi bulat
merona menggemaskan itu.
“Jangan menatapku begitu!” Protes Ruby mencoba
menarik tangannya.
Rius tersenyum melepaskan tangan Ruby, lalu berlutut di
hadapan gadis tercintanya. Tangannya mengusap-usap lembut
pipi bulat merona Ruby. “Aku suka setiap kali pipi ini merona
merah.” Gumam Rius kemudian mencium kedua pipi Ruby,
menciumnya penuh kegemasan.
Ruby tertawa geli menahan dada bidang Rius. la
memekik melingkarkan kedua tangannya di leher Rius.
“Kaget tahu!” Protes Ruby terkekeh seraya melilitkan kakinya
di pinggang Rius.
Rius tersenyum mengecup bibir Ruby berulang kali. “/
love you so much!” Bisik Rius di telinga Ruby.
“Apa aku harus menjawabnya.” Tanya Ruby menangkup
wajah Rius, menatap lekat bola mata cokelat milik Rius. “Aku
yakin, kau tahu betapa besarnya cinta yang aku miliki
untukmu?”
“Seberapa besar?”
Nikenn25 | 209“Lebih besar dari lautan, cintaku tidak terukur seberapa
besarnya Rius.”
“Apa kau bahagia bersamaku, By?” Rius mengayun-
ayunkan tubuhnya membuat tubuh Ruby yang ada di
gendongannya ikut terayun.
“Lebih dari kata bahagia. Aku tidak bisa merangkai kata
untuk mendeskripsikan betapa bahagianya aku bersamamu.”
Rius tersenyum, sebelah tangannya menyingkirkan
helaian rambut di wajah Ruby. “Aku akan terus
membahagiakanmu, bahkan aku akan memastikannya sendiri
kalau hanya akan ada kebahagiaan di dalam hidupmu.” Ucap
Rius tulus.
“Bersamamu sudah menjadi kebahagiaan untukku, aku
tidak membutuhkan apa-apa. Kebahagiaanku cukup
bersamamu. Itu sudah lebih cukup.” Sahut Ruby memeluk
Rius. “Lalu apa kau bahagia bersamaku Rius?” Tambahnya
kemudian mengurai pelukan.
“Tentu saja. Aku bahagia, sangat amat bahagia.
Kebahagiaanku adalah melihat dirimu bahagia.”
“Hanya itu?”
“Heum!” Rius mengecup bibir Ruby. “Hanya itu, tidak
ada kebahagiaan yang lain selain dirimu.”
Ruby tersenyum dan kembali memeluk Rius. Kedua
matanya terpejam menikmati hangatnya balasan Rius pada
tubuhnya. Pelukan tulus yang diberikan Rius untuk dirinya,
perilaku dan perbuatan Rius padanya semua bisa Ruby
rasakan ketulusannya. Ia sangat bersyukur karena bisa
kembali dipertemukan dengan Pria yang mampu mencintai
dirinya sebesar ini.
“Sayang?” Rius berbisik lembut.
Protective's Pilot | 210“Heum.”
“Turun ya, badanmu berat!” Rius menyahut sambil
menahan tawanya.
“Ish!” Cibir Ruby membuka matanya, lantas ia pun turun
dari gendongan Rius. “Kau ini baru saja romantis bikin aku
terharu tapi sudah menyebalkan lagi.”
Rius terkekeh mencubit pipi Ruby pelan. Ia memakai
sepatunya dan setelahnya Rius mengajak Ruby untuk turun ke
bawah bersama-sama, seperti biasa mereka selalu
bergandengan tangan.
Cinta mereka begitu besar, bahkan lebih besar dari
luasnya samudra. Perpisahan beberapa tahun alu
mengajarkan Rius maupun Ruby banyak hal, memang
terkadang kita perlu dulu merasakan yang namanya
perpisahan.
Karena dari perpisahan itulah, Rius dan Ruby sama-sama
menyadari perasaan masing-masing. Mereka saling
membutuhkan satu sama lain, saling menginginkan satu sama
lain. Dan saling mencintai satu sama lain.
“Nanti jangan ke mana-mana. Tetap di dalam mansion!”
Ucap Rius pada Ruby.
“Ya, memangnya aku mau ke mana? Kau kan tidak
pernah mengizinkan aku keluar dari mansion. Biarpun hanya
ke taman!” Sahut Ruby menyindir.
Rius tertawa seraya mengacak rambut Ruby. “Percayalah
itu demi kebaikanmu.” Balas Rius, setelahnya mengelus pipi
bulat Ruby.
“Ya aku percaya! Apapun yang kau lakukan memang
selalu untuk kebaikanku kan? Sekalipun aku harus merasa
bosan di mansion sebesar ini.” Gumam Ruby cemberut.
Nikenn2s | 211“Maaf kalau kau harus bosan di sini. Aku tidak akan
melarangmu kalau memang diluaran sana baik untukmu,
nyatanya di luar tidak begitu baik. Karena itu aku menahanmu
untuk tetap ada di dalam mansion. Tidak pergi ke mana-mana,
aku ada alasan menahanmu di sini.” Kata Rius memeluk Ruby,
mencium kening gadis itu.
Ruby mengangguk paham. Ya, memang benar! Setiap
yang Rius lakukan pasti selalu mempunyai alasan. Walau
Ruby sendiri tidak tahu alasan apa yang membuat Rius
ketakutan jika Ruby akan keluar dari mansion.
“Aku tidak akan ke mana-mana, kau boleh tanyakan pada
Dominick dan Max. Aku selalu ada di sini menuruti perintah
dari, Mr. Captain!” Balas Ruby diiringi tawa.
Rius terkekeh mempererat pelukannya pada Ruby. Tidak
tahu kenapa perasaan Rius jadi tidak enak, dan menjadi berat
untuk meninggalkan Ruby hari ini. Entahlah, mungkin hanya
perasaan biasa. Tapi kenapa perasaan takut terjadi sesuatu
sangat kuat Rius rasakan.
“Heum, aku tidak jadi pergi.” Ujar Rius sambil membuka
kancing jasnya.
Ruby menatap Rius bingung, ia menahan tangan pria itu
ketika hendak melepas jas. “Kenapa tidak jadi pergi?” Tanya
Ruby membenarkan dan mengancingkan jas Rius.
“Tidak kenapa-napa, aku mau di sini saja menemanimu.”
Jawab Rius menunduk menatap Ruby. “Kenapa dikancingkan
lagi? Aku tidak jadi pergi, sayang!”
“Kau sudah membuat janji dengan Benicno nanti malam.
Kasihan kan kalau Benicno menunggumu! Kau pergi saja,
aku di sini tidak akan ke mana-mana.”
Protective's Pilot | 212Rius mengusap wajahnya kasar. “Ruby perasaanku tidak
enak hari ini. Aku tidak akan pergi menemui Benicno.”
Ruby berjinjit, mengecup rahang Rius. “Itu hanya
perasaan biasa saja sayang, mungkin karena kau tidak mau
meninggalkan kekasihmu yang cantik ini. Kau pasti tidak mau
jauh-jauh dariku kan?” Tanya Ruby menaik-turunkan sebelah
alisnya. “Huh, ayo akui itu sayang!”
Rius tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dari
gadisnya. Ia merengkuh pinggang Ruby, “Hei sejak kapan kau
jadi percaya diri begitu, Heum?”
Ruby terkekeh geli. “Sejak kau cemburu pada Benicno.”
“Hei hahaha! Lupakan soal itu, aku tidak pernah
cemburu!” Bantah Rius tertawa.
“Kau cemburu sayang, ayo akui saja.” Goda Ruby
menggigit dagu Rius.
“Heum, baiklah-baiklah. Ya aku cemburu pada Benicno!”
Ucap Rius mengaku, ya dia memang cemburu pada Benicno
sekalipun pria itu adalah sahabat baiknya. “Sudah puas,
sayangku?”
Ruby tertawa terbahak, tangannya mengalung di leher
Rius. “Hahahaha!” Tawa Ruby begitu lepas.
Rius tertawa kecil ikut merasa bahagia mendengar tawa
Ruby yang begitu lepas seolah tidak ada beban apapun, sangat
berbanding terbalik dengan Rius. Ia begitu takut untuk
meninggalkan Ruby di mansion. Walau di sini ada Dominick
dan Max tapi tetap saja Rius khawatir meninggalkan Ruby
sendirian.
Akhirnya dengan berat Rius pergi untuk menemui
Benicno, kepergian Rius sore ini juga karena paksaan Ruby
yang meyakinkan Rius kalau tidak akan terjadi apapun.
Nikenn25 | 213Perasaan yang dirasakan pria itu hanya rasa khawatir karena
mungkin Rius akan pergi dan pulang agak telat.
Ruby mengecup pipi Rius memberikan rasa semangat
dan meyakinkan pria itu kalau semua akan baik-baik saja.
Tidak akan ada kejadian apapun selagi Rius yakin dan
percaya.
Protective's Pilot | 214PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 28.
Seseorang terdiam duduk di dalam mobil dengan senyum
penuh artinya. Orang itu meraih sesuatu di samping
pengemudi sambil terus memperhatikan mobil Ranger Rover
Merah milik Rius yang baru saja keluar dari gerbang otomatis
mansion pria itu.
“Bagus, dia sudah pergi.” Gumam orang itu tertawa sinis.
“Tni sudah saatnya kita menyingkirkan wanita sialan itu.”
Tambahnya kemudian turun dari mobil.
“Kau yakin kita tidak akan dicegah nantinya?”
“Kau diam saja, Ibu sudah menyiapkan semuanya.”
“Aku tidak mau sampai rencana ini gagal lagi, aku mau
rencana Ibu ini berhasil.”
“Kau diam saja, jangan banyak berbicara!” Kesal orang
itu lalu diam-diam masuk ke dalam. Untungnya penjaga
sedang tidak ada jadi hal itu memudahkan dirinya untuk
melesat masuk.
“Hei kau siapa?” Teriak Hans berlari ke arah orang yang
mengendap-endap masuk ke kawasan mansion. Ia berteriak
meminta pertolongan pada Max dan tentunya kepada yang
lain.
“Ya bagus, tepat sasaran!” Umpat orang itu kesal, namun
inilah tujuannya menarik perhatian penjaga untuk mengejar
kearahnya dan membiarkan temannya melakukan rencana
selanjutnya.
Orang itu terus berlari mengecoh Hans dan penjaga yang
lainnya. Ia sengaja berlari hampir memutari Mansion agar
Hans dan para penjaga itu merasa lelah, karena dengan begitu
Nikenn25 | 215mereka akan berhenti mengejar. Namun, prediksinya salah
penjaga yang mengejar dirinya semakin banyak. Dan hal itu
justru membuatnya takut tertangkap dan semua rencananya
gagal.
Orang itu mengubah rencananya mempercepat larinya
dan bersembunyi di balik pintu yang tidak diketahui itu pintu
apa. Tapi saat melihat ke atas ternyata pintu itu adalah tempat
cctv. Dia ingin masuk akan tetapi itu pasti hanya akan
menjebak dirinya. Jadi mau tidak mau dia harus mencari
tempat lain.
Sementara di dalam Mansion seseorang berada di dalam
lift menuju lantai atas. Kemungkinan besar di atas adalah
tempat di mana tujuannya ada. Baru saja menduga tapi
seseorang itu keluar dari lift tiba-tiba saja lampu padam,
mungkin ini adalah tanda dari orang di luar bahwa rencana
sudah bisa dimainkan.
“Dominick?” Ruby berjalan sambil mengarahkan
senternya. Ja baru saja keluar dari kamar karena lampu yang
padam. “Yaampun bagaimana aku turun, lift pasti tidak
berfungsi.” Tambahnya bergumam.
“Hai Ruby?” Sapa seseorang bersandar pada pintu Lift.
Ruby mengadah, mengarahkan senter pada seseorang
yang menyapanya. Saat itu juga kedua mata Ruby membesar.
“J-ibu?” Gumam Ruby terbata.
“Apa kabar? Uh, pasti kabarmu baik kan? Tentu saja kau
tinggal di rumah yang mewah ini.” Ucap seseorang yang
dipanggil Ibu oleh Ruby. Siapa lagi jika bukan Helena,
Tbunda kandung Caramella.
“Ba-bagaimana bi-bisa?” Sahut Ruby melangkah mundur
secara perlahan.
Protective's Pilot | 216“Tentu saja bisa!” Balas Helena tertawa renyah.
“Akhirnya aku bisa masuk ke dalam, setelah penjaga sialan
itu selalu menghadang aku dan putriku untuk tidak masuk.”
Tambahnya.
Ruby menggelengkan kepalanya, tangannya meremas
handphone yang sedari tadi Ruby genggam karena memang
dirinya dan Rius sedang saling mengirim pesan. Ia meneguk
salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba saja Ruby teringat
akan Rius yang merasakan perasaan kurang enak sore tadi,
mungkinkah itu sebuah firasat yang Rius rasakan?
“Kenapa mundur-mundur begitu? Kemarilah, kau tidak
merindukan Ibu. Anakku?” Helena tersenyum sinis.
“J-ibu ma-mau a-apa?” Ruby meneguk salivanya saat
menyadari Helena yang memegang pisau.
“Mengirimmu... Heum, pada Ibu dan Ayahmu.
Bagaimana? Kau setuju kan, hahaha tentu saja kau setuju.
Karena dengan begitu kalian bisa berkumpul lagi kan?” Tawa
Helena lantas menegakkan tubuhnya, berjalan mendekat pada
Ruby.
Rius, tolong aku. Batin Ruby berteriak. Ia terus
melangkah mundur seiring majunya Helena.
“T-Ibu-”
“Aku bukan Ibumu.” Sela Helena menyodorkan pisau
pada Ruby. “Di sini hanya ada kita berdua, aku dan kau.
Tidak ada priamu yang selalu. melindungi dirimu.”
Tambahnya.
“Ja-jangan!”
“Jangan kenapa? Jangan membunuhmu gitu maksud
dirimu, Ha?” Teriak Helena seraya menarik tangan Ruby
hingga gadis itu terjatuh.
Nikenn2s | 217“Aauuh!” Ringis Ruby pelan.
“Aku sangat ingin membunuhmu, tapi sayang sekali. Aku
masih ingin bermain-main denganmu!” Ujar Helena
mendudukkan dirinya di hadapan Ruby, menempelkan ujung
pisau di pipi gadis malang itu. “Sedikit demi sedikit,
mungkin?” Sambungnya.
“Ja-jangan!” Ruby terisak menahan Helena yang hendak
menusukkan pisau pada pipinya.
“Kau dan ibumu selalu saja merebut apa yang hampir
kami miliki. Dulu ibumu merebut orang yang aku cintai dan
sekarang kau? Kau merebut pria yang putriku cintai.” Kata
Helena terdengar lirih. “Kenapa kau dan ibumu selalu
merebut apa yang hampir kami miliki, kenapa?” Tambahnya
berteriak seraya menampar pipi Ruby.
“Aauuh!” Isak Ruby memegangi pipinya. “Sakit ibu,
maaf. Maafkan aku dan Ibuku.”
“Kau pikir dengan maaf akan mengembalikan apa yang
dulu hampir menjadi milikku? Tidak sayang tidak, dengan
maaf tidak akan mengembalikan itu semua.”
Ruby menangis tersendu, dia tidak akan bisa melawan
Helena apalagi wanita itu sepertinya sudah sangat marah.
Mungkin jika hidup Ruby harus berakhir sampai di sini
setidaknya sebelum Rius pergi ia dan pria itu sempat
membuat kenangan indah. Jika memang ini akhir napas Ruby
maka Ruby siap.
Rius, jika ini memang akhir untukku. Aku mohon maafkan
aku yang tidak bisa menemanimu. Tapi percayalah aku
mencintaimu sepenuh hatiku, jika memang ragaku akan mati
saat ini juga. Tapi percayalah kalau cintaku tidak akan
pernah mati untukmu. Batin Ruby.
Protective's Pilot | 218Ruby menggigit bibir bawahnya ketika merasakan perih
di bagian tangannya. Pisau itu sudah menggores tangannya,
kedua mata Ruby terpejam siap jika tawa Rius tadi sore
adalah tawa terakhir yang Ruby dengar.
“Aaakkkhhh!” Teriak Ruby merasa_ sakit pada
pergelangan tangannya yang semakin tergores. Mata Ruby
terbuka bersamaan dengan lampu yang menyalah.
“Oh! Ternyata lampu sudah menyalah. Baiklah, tidak
masalah untukku!” Ucap Helena kembali menggores
pergelangan tangan Ruby yang sudah tergores dua kali.
“Tbu sakit!!!” Isak Ruby menatap pergelangan tangannya.
“Ttu belum seberapa sayang.” Helena tersenyum sinis,
dan lagi kembali menggoreskannya untuk yang keempat kali.
Ruby menggeleng dan semakin kuat menggigit bibirnya
untuk menahan teriakannya. Dengan keberanian yang tidak
seberapa, Ruby menendang pergelangan tangan Helena
membuat wanita itu tersungkur ke belakang. Melihat itu Ruby
mengambil kesempatan untuk berlari ke dalam lift.
Ruby terisak menatap tangannya yang terus
mengeluarkan darah tidak henti-hentinya. Bunyi lift membuat
Ruby segera keluar, namun seseorang datang memukul
belakang Ruby dengan benda tumpul.
“Aaabh!” Ruby tersungkur, menoleh ke belakang dan
terbelalak saat melihat Caramella. “Kak Caramell?”
Tambahnya bergumam.
“Hai adikku yang cantik, akhirnya kita bertemu lagi ya?”
Caramella tersenyum sinis. “Ah, kau mau lari ya? Sayangnya
tidak bisa. Ini adalah akhir untuk hidupmu! Jadi ucapkan
selamat tinggal pada kekasihmu yang akan segera menjadi
kekasihku itu.”
Nikenn25 | 219Ruby merangkak menghindari Caramella saat wanita itu
mengeluarkan tembakan. Ia menggeleng, wajahnya dipenuhi
oleh darah dari tangannya. “Jangan kak. Aku mohon jangan!”
Isak Ruby berusaha untuk diri. “DOMINICK? MAX?
TOLONG AKU.”
“Teriaklah sekencang mungkin, mereka tidak akan
mendengar teriakanmu itu.” Caramella tertawa renyah,
menekan pelatuk yang ada di tembakan lalu mengarahkannya
pada Ruby.
Ruby mengapai meja menahan tubuhnya agar tetap
berdiri, bersamaan dengan itu suara tembakan terdengar
untungnya Ruby berhasil menghindar. Namun peluru itu
berhasil mengenai bagian tangan kirinya. Ia memekik
kesakitan, lukanya kembali bertambah. Wajah cantik Ruby
sudah terlihat sangat pucat bahkan bibirnya sudah berubah
keunguan.
Melihat Caramella yang terperangah karena tidak
mengenai sasaran. Ruby dia berlari menggunakan kelengahan
Caramella, berlari sekuat tenaganya untuk sampai keluar
Mansion.
“Ruby jangan lari!!!” Teriak Caramella sambil
mengeluarkan tembakannya yang satu lagi.
“Tuhan, kuatkan aku.” Lirih Ruby masih terus berlari
sambil sesekali menoleh ke belakang jaraknya dan Caramella
cukup jauh. Dan Ruby harus berlari sebelum hidupnya benar-
benar berakhir.
Ruby menghela napas lega karena pada akhirnya ia
sampai di luar Mansion. Akan tetapi Ruby tidak berhenti
sampai di situ, dia masih terus berlari mencari kendaraan yang
mungkin nantinya bisa menolong Ruby untuk ke rumah sakit.
Protective's Pilot | 220Ruby berhenti di pinggir jalan, mendaratkan bokongnya
di sana. Ia lelah terus berjalan lagipula ini sudah cukup jauh
dari Mansion. Tidak ada satupun mobil yang melintas di jalan
ini padahal sekarang belum begitu malam.
Kedua mata Ruby berbinar ketika melihat sebuah mobil
melintas. Tangannya melambai berharap mobil itu bisa
berhenti, ia berdiri seiring mendekatnya mobil itu.
Ruby menangis saat menyadari kalau itu adalah mobil
milik Rius. “Rius?” Gumam Ruby tersenyum lega.
Rius turun dari mobil menatap Ruby tidak berkedip.
Jantungnya berdegup tidak tenang begitu melihat pakaian
yang dikenakan oleh Ruby sudah dipenuhi oleh darah.
“B-by?” Gumam Rius dengan gontai mendekat pada
Ruby. Tapi sebelum Rius benar-benar sampai pada Ruby
suara tembakan terdengar seiring tubuh Ruby yang tergeletak
di aspal.
Tubuh Rius terasa lemas tidak bertulang. Ia berlari
memeluk tubuh penuh darah itu, menangkup wajah pucat
Ruby dan menggoyang-goyangkannya. “Ruby bangun sayang,
By. Bangun sayang.” Lirih Rius mendekap kepala Ruby.
“RUBY BANGUN!!” Tambahnya berteriak, mengadahkan
kepalanya menatap langit malam yang perlahan menurunkan
tetesan air.
Rahang Rius mengetat, kedua mata mengkilat penuh
kemarahan. Sorot tajam itu tertuju pada seseorang yang
berdiri tidak jauh dari tempat Rius saat ini.
“Bangun sayang jangan tinggalkan aku, kau sudah
berjanji padaku. Bangun By, bangun jangan tinggalkan aku.”
Rius terisak mendekap Ruby yang terpejam.
Nikenn25 | 221Tiba-tiba saja gemuruh besar terdengar diikuti hujan yang
turun dengan derasnya. Di bawah sang malam, di bawah
hujan yang besar. Rius bersumpah akan membunuh orang
yang telah melukai kekasihnya. Ja tidak akan memberi ampun
pada orang itu jika terjadi sesuatu terhadap Ruby.
“Tuhan aku bersumpah atas diriku bahwa aku akan
membunuh mereka yang telah melukai kekasihku. Aku
bersumpah tidak akan memberikan maaf ataupun ampun
untuk mereka.” Sumpah Rius dengan mata yang berapi-api.
Apa yang Rius khawatirkan menjadi kenyataan.
Apa yang Rius rasakan sore tadi benar-benar terjadi,
seharusnya tadi Rius tidak pergi untuk menemui Bencino.
Seharusnya Rius diam di rumah tanpa mengikuti paksaan
Ruby.
Seandainya saja Rius bisa lebih tegas sore tadi,
seharusnya dan seandainya Rius tidak sebodoh itu meninggal
Ruby di mansion hanya ditemani Dominick, Max, penjaga
dan para pelayan.
Semua sudah terjadi dan Rius tidak bisa memutar
kembali waktu. Hanya penyesalan yang Rius rasakan saat ini,
marah padanya dirinya yang begitu ceroboh tanpa berbuat
tegas, padahal Tuhan sudah memberikan Rius firasat sore tadi.
Protective's Pilot | 222PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 29.
“Aku mohon bertahanlah untukku.” Ucap Rius mengecup
tangan Ruby. Brankar terus didorong menuju ruang ICU
keadaan Ruby yang tidak memungkinkan-lah yang
mengharuskan gadis itu masuk ICU.
Rius melepas genggaman tangannya dari Ruby. Menatap
lirih pintu yang tertutup rapat. Ada banyak mata yang melihat
kearahnya mungkin karena pakaian Rius yang dipenuhi noda
darah, belum lagi tadi tubuhnya sempat terguyur hu/any
menjadikannya basah kuyup.
Rius melangkah mendekat pada pintu menatap tubuh
Ruby yang terbaring di atas brankar melalui celah kaca. Hati
Rius rasanya sangat sakit melihat orang tercintanya terbaring
lemah di dalam sana, berjuang antara hidup dan mati.
“Aku tidak akan memaafkan diriku jika sesuatu terjadi
kepadamu.” Gumam Rius serak, dia bahkan tidak malu
menangis. “Dan aku pun tidak akan memaafkan mereka yang
berani-beraninya melukaimu. Tidak akan pernah aku maafkan
sekalipun orang itu mati bersujud padaku.” Tambahnya
mengepalkan tangan kuat-kuat.
Rius membalikkan tubuhnya, bersandar pada dinding
rumah sakit. Tubuhnya merosot ke bawah diikuti isak tangis
yang menyayat hati. Sesekali Rius membenturkan kepalanya
pada dinding.
“Ini salahku tidak seharusnya aku meninggalkanmu.
Seharusnya aku tahu ancaman tabrakan itu sudah
memperingati. Dan firasat sore tadi seharusnya aku... Ya
Tuhan, bodohnya aku.”
Nikenn25 | 223Rius menarik rambutnya penuh rasa frustasi. Apa yang
sekarang ini terjadi membuat Rius menyesali kebodohannya.
Baginya ini semua akibat kecerobohan Rius, padahal
peringatan tadi pagi sudah jelas. Tapi bodohnya Rius malah
melupakan hal itu. Dan soal perasaan yang Rius rasakan sore
tadi, sudah seharusnya Rius bisa lebih mengerti kalau
perasaan itu adalah firasat. Akan tetapi ada hal yang lebih
membingungkan lagi, bagaimana mungkin mereka tahu kalau
Rius akan keluar hari ini? Atau memang sebelumnya mereka
sudah mengintai lebih dulu. Dan lagi yang menjadi
pertanyaan Rius di mana Max dan Dominick? Mereka ke
mana saat Caramella menyelusup masuk ke mansion.
Kesengajaan kah atau justru kecerobohan dari para
penjaganya itu.
Rius menoleh, mengadah begitu mendengar suara pintu
terbuka. Ia berdiri, menatap dokter penuh rasa cemas. “Dokter
bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan?” Tanya Rius
bertubi-tubi.
Dokter itu terdiam, sedetik kemudian dokter menggeleng
tipis. “Maaf Tuan. Hanya Tuhan yang bisa
menyelamatkannya. Kami sudah berusaha semaksimal
mungkin.” Jawab sang Dokter sesal.
Rius tertawa pelan, lalu tanpa diduga Rius menarik kerah
putih sang dokter. “Kau ini seorang dokter. Aku memintamu
untuk menyelamatkannya.” Balas Rius menggeram. Perlahan
cengkraman di kerah sang dokter mengendur. “Aku mohon
Dok, selamatkan dia.” Tambah Rius lirih.
“Tuan kami hanya manusia. Saya sebagai dokter sudah
berusaha semampunya. Semua tergantung yang di atas.”
Protective's Pilot | 224“SETIDAKNYA SELAMATKAN DIA!” Teriak Rius
terengah. “Dia tidak boleh mati, tidak boleh. Aku belum
membahagiakan dia, demi Tuhan. Aku belum sempat
membahagiakan dia Dok!”
“Tuan tenanglah. Kami akan berusaha lagi.” Ucap sang
Dokter menepuk bahu Rius lalu dokter pun kembali masuk ke
dalam ICU.
Rius mengangguk menatap sang dokter yang masuk ke
dalam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. “Tidak-
tidak, Tuhan kau tidak boleh mengambilnya. Jangan ambil dia
dariku, tidak boleh. Kau tidak boleh mengambil dia dariku.”
Lirih Rius mengusap wajahnya kasar.
“Rius?”
Rius mengadahkan kepalanya, menoleh ke samping
melihat Keshila dan Keenan tentunya ada Athava juga Lechia.
Wajah keempatnya terlihat sangat khawatir bercampur cemas.
“Mom!” Lirih Rius menatap Keshila berkaca-kaca.
Keshila berlari memeluk tubuh putranya. Tidak peduli
jika nanti darah dipakaian Rius berpindah padanya. Sebagai
Ibu Keshila sakit melihat kerapuhan di mata putranya.
“Dia akan baik-baik saja kan Mom?” Rius kembali
berucap lirih.
Keshila mengangguk, mengusap lembut punggung kekar
Rius. “Ya, dia akan baik-baik saja.”
Keenan mendekati Rius menepuk pundak putranya pelan.
“Bersabarlah. Ini ujian untuk cinta kalian berdua.” Ujar
Keenan.
Rius melepaskan pelukan Keshila, menatap Keenan
dengan mata sembabnya. “Ujian macam apa Dad? Ini bukan
ujian, ini siksaan untukku. Tuhan tidak boleh mengambilnya
Nikenn25 | 225Dad, tidak boleh.” Lirih Rius jatuh berlutut di bawah Keshila.
“Aku mencintainya sangat mencintainya. Kenapa harus dia,
kenapa bukan aku saja.” Tambahnya.
“Rius kau tidak boleh putus asa. Kami tahu kau sangat
mencintai Ruby kami tahu itu, tapi nak. Jangan seperti ini, ini
sudah kehendak Tuhan.” Keshila berlutut mensejajarkan
dirinya dengan Rius. “Jika memang Tuhan ingin
mengambilnya kau harus—”
“Tidak!” Sela Rius menatap Keshila tajam. “Tuhan tidak
boleh mengambilnya. Jika Tuhan ingin mengambilnya maka
Tuhan harus lebih dulu mengambilku.”
“Rius tenanglah!” Kata Athava menenangkan Rius.
“KAU TIDAK MENGERTI, ATHAVA!” Teriak Rius
menepis tangan Athava. "Di dalam sana.." Jeda Rius
menunjuk pintu ICU. “Di dalam sana ada sebagian diriku, dia
sedang berjuang untuk hidup dan matinya. Dan kau
memintaku untuk tenang?” Sambung Rius terengah.
“Aku tahu jangan berteriak, ini rumah sakit.” Athava
menatap Rius tajam. Mencoba menahan amarahnya yang
hampir terpancing. “Aku tahu di dalam sana ada orang yang
kau cintai. Tapi kau tidak boleh berlaku seperti ini. Sadarkah
kau dengan ucapanmu? Tuhan sudah menentukan semuanya,
kau tidak bisa menahan kehendaknya.”
“Tapi aku baru bertemu dia, Thava. Aku baru bertemu
dia! Aku belum membahagiakannya.” Rius terduduk di lantai,
menarik rambutnya kasar. “Aku tidak siap jika harus
kehilangannya.”
“Berdoalah pada Tuhan.” Athava tersenyum seraya
menyerahkan paper bag pada Rius. “Gantilah pakaianmu, kau
sangat kotor dengan darah.”
Protective's Pilot | 226“Aku mau menunggu dokter.” Ketus Rius berdiri dari
duduknya. Dengan gemetar Rius menyentuh kaca di pintu
memperhatikan dokter dan suster di dalam sana yang sedang
berusaha keras menyelamatkan nyawa Ruby.
Bertahanlah untukku sayang, aku tahu kau takkan
meninggalkanku. Kau sudah berjanji_ padaku. Aku
melarangmu untuk tidak pernah pergi dariku. Bertahanlah,
untuk cinta kita. Batin Rius penuh harapan.
Tak lama pintu ICU terbuka dokter dan para suster keluar
dari dalam sana. Sang dokter membuka masker lalu menatap
Rius. “Maaf Tuan.” Ujar sang Dokter pelan.
“Maaf untuk apa?” Tanya Rius datar. “Kau berhasil kan?”
Dokter itu menggeleng pelan. “Pasien kritis. Kami sudah
berusaha sebisa kami.”
“Kau kan dokter sehar—”
“Rius!” sentak Keenan menarik tangan putranya itu.
“Dokter sudah berusaha sebisa mereka. Kau tidak bisa
memaksanya.”
“Mereka tidak berusaha Dad, kalau mereka berusaha
Rubyku pasti baik-baik saja!”
Keenan menggeleng menangkup wajah frustasi Rius.
“Daddy mengerti perasaanmu Rius. Tapi dokter hanya
manusia yang tidak bisa melakukan hal lebih selain berusaha.”
“Pasien banyak kehilangan darah. Luka tembakan pada
bagian dada kirinya cukup parah. Kami harus melakukan
operasi, tapi Tuan. Di rumah sakit kita ini stok darah yang
sama dengan golongan darah Pasien sedang kosong.” Ucap
Dokter.
“Kenapa kau baru mengatakannya Ha?” Geram Rius
menatap sang doKter tajam.
Nikenn25 | 227“Maaf Tuan, kami sejak awal ingin mengatakannya pada
Tuan. Tapi Tuan sudah emosi lebih dulu.”
“Maaf.” Sahut Rius lalu menyodorkan tangannya. “Ayo
dok. Ambil darahku sebanyak yang kekasihku butuhkan.”
“Kami membutuhkan darah golongan A positif.”
Rius melemah golongan darahnya dan Ruby berbeda.
“Apa di sini sama sekali tidak ada stok darah?” Tanya Rius
lemah.
“Tidak ada Tuan, kami kehabisan stok darah A positif.
Pihak rumah sakit sedang mencoba cari.” Jawab Dokter.
Lechia terdiam menatap Athava dan Dokter bergantian, ia
melangkah maju dan berucap. “Dokter golongan darahku A
positif.” Kata Lechia tiba-tiba. “Ambil darahku. Dan tolong
selamatkan dia!” Tambahnya.
“Lechia?” Rius menatap Lechia bertanya-tanya. “Ka-kau
ya-yakin mau mendonorkan darahmu untuk Ruby?”
Lechia mengangguk kecil. “Ya, aku yakin!”
Rius tersenyum lalu memeluk wanita itu sambil terus
mengatakan terima kasih. “Terima kasih Lechia, terima kasih.”
“Jangan berterima kasih bagaimanapun Ruby sudah aku
anggap sebagai adikku.” Lechia melepaskan pelukan Rius
mengusap air yang menetes dari mata Pria itu. Ia pernah
mendengar kata Apabila Seorang Pria Menangis Karena
Seorang Wanita, Itu Berarti Pria Itu Benar-Benar Tulus
Mencintai. Dan Lechia percaya setelah melihat kerapuhan
dalam diri Rius. “Aku akan memberikan darahku pada Ruby
asal ada syaratnya.”
“A-apa?”
“Ganti pakaianmu!” Lechia tersenyum mengambil paper
bag dari Athava dan memberikannya pada Rius.
Protective's Pilot | 228Rius tersenyum menganggukkan kepalanya lantas
mengambil paper bag itu dari Lechia. Ia kemudian pergi ke
toilet untuk mengganti pakaiannya, sementara Lechia
ditemani Keshila dan Athava untuk mengecek kesehatan
wanita itu sebelum pengambilan darah.
Setelah mengganti pakaian Rius dan Keenan menyusul ke
ruang Operasi karena Keenan sempat mengatakan kalau Ruby
sudah dibawa untuk dioperasi.
Keenan menghela napas kasar merasa pusing. Bagaimana
tidak didepannya Rius berjalan ke sana dan ke sini, sebagai
orangtua Keenan tentu tahu kekhawatiran Rius pada Ruby.
Tapi melihat Rius yang segelisah itu juga membuat Keenan
pusing.
“Rius berhentilah. Kau duduk sana, Daddy pusing
melihatnya.” Keluh Keenan bersandar pada dinding rumah
sakit.
Rius menghela napas kasar, mendaratkan bokongnya di
kursi sebelah Keenan. Tidak ia tidak bisa diam duduk
sementara di dalam sana Ruby sedang dioperasi.
“Sialan kenapa lama sekali!” Umpat Rius berdiri dari
duduknya. Melihat pintu ruang Operasi yang masih tertutup
sejak satu jam yang lalu.
Keenan berdecih menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Kedua matanya terasa berat karena mengantuk, beberapa jam
yang lalu saat sedang tidur tiba-tiba saja ia mendapat kabar
secara mendadak dari putranya, kabar itu membuat Keenan
sekeluarga panik. Sampai memutuskan untuk menyusul Rius
saat itu juga.
“Rius pulanglah kau harus istirahat. Bukankah besok kau
harus bertugas?” Keenan berucap memandang punggung Rius.
Nikenn25 | 229“Aku tidak akan pulang.”
“Tapi kau harus profesional Rius!”
“Persetan dengan profesional, aku akan tetap di sini.
Sampai kekasihku sadar.” Kata Rius penuh ketegasan.
“Tapi Rius itu sudah menjadi tanggung jawabmu.
Sebagai pria kau harus menjalankan tugas yang sudah
diberikan. Tidak perlu khawatirkan soal Ruby, Daddy dan
Mommy ada di sini. Kita yang akan menjaganya.” Keenan
tahu percuma saja berbicara panjang lebar jika pada akhirnya
Rius tidak mendengarkan, rasanya hanya akan sia-sia saja.
“Aku ingin saat Ruby sadar akulah yang pertama dia
lihat.”
“Athanarius!” Keenan menyahut penuh penekanan.
“Ayolah Rius, aku tahu kau orang yang penuh tanggung
jawab.”
“Daddy.” Rius menatap Keenan lirih. “Aku tidak peduli,
aku akan tetap di sini. Sampai kekasihku sadar.” Tambahnya
kemudian menjauhkan diri dari Keenan.
Keenan berdiri dari duduknya, menghampiri Rius lalu
menyentuh bahu putranya. “Ingat Rius kau mempertahankan
profesimu juga karena keinginan Ruby. Daddy yakin Ruby
pasti akan sedih melihatmu seperti ini.”
“Tapi Ruby belum mati Dad, kenapa kau berbicara seolah
dia sudah tiada?” Kesal Rius menepis tangan Keenan.
“Dia berjuang di dalam sana Rius, bagaimanapun
keadaannya Ruby dia pasti bisa merasakannya.” Keenan
menarik napas panjang dan mengembuskan napasnya
perlahan. “Maaf Daddy tidak bermaksud seperti itu. Tapi
percayalah Ruby pasti merasakannya.”
Protective's Pilot | 230“Aku akan pergi besok, tapi aku tidak akan pergi dari
sini.”
“Tidak kau pulang saja. Daddy tidak yakin kau akan bisa
istirahat di sini.”
“Lalu bagaimana? Apa Daddy juga yakin aku akan bisa
mengemudikan pesawat dengan baik?” Tanya Rius.
Keenan terdiam menatap Rius dengan mulut yang
bungkam. Memikirkan apa yang Rius ucapakan.
“Dad, yang akan aku bawa ini adalah pesawat bukan
mobil Aku akan membawa banyak nyawa.” Tambahnya.
“Ya kau benar!” Keenan mengangguk-anggukkan
kepalanya. “Ya sudah, untuk beberapa hari ini kau izin saja
untuk tidak bertugas dulu. Wajahmu juga tampak lelah.
Istirahatlah sejenak!”
“Terima kasih, Dad.” Rius tersenyum kecil seraya
mendaratkan bokongnya pada kursi. Matanya terpejam namun
tidak tidur. Terlintas dalam pikirannya saat sore sebelum
kejadian ini terjadi.
Dua jam kemudian Dokter keluar dari ruang operasi.
Matanya menatap Rius dan Keenan secara bergantian. Sang
dokter pun tampak menghela napasnya.
“Ada apa? Bagaimana kabarnya?” Rius bertanya dengan
wajah khawatirnya. Ia berdiri di hadapan dokter.
“Maaf pasien masih mengalami kritis.” Ucap sang Dokter
penuh sesal. “Operasi berjalan dengan lancar. Untuk
sementara pasien akan kembali ke ruang ICU.”
“Lakukan apa saja Dok, asal Ruby bisa selamat.” Ujar
Keenan.
“Kami akan berusaha Tuan, sebisa kami.” Sahut sang
Dokter kembali ke dalam ruang Operasi.
Nikenn25 | 231Rius menghela napas panjang. Memandang pintu ruang
operasi dengan pandangan yang sulit diartikan. Apa yang
Rius rasakan sekarang ini bercampur menjadi satu. Ada
keinginan dalam diri Rius untuk menggantikan posisi Ruby
dengan dirinya saja.
Rasanya jantung Rius berdetak dengan sangat lambat,
membuat rasa sesak yang teramat dalam, penyesalan dan
kemarahan yang sampai saat ini Rius rasakan.
Protective's Pilot | 232PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 3D.
Setelah Ruby keluar dari ruang Operasi dan dipindahkan
ke ICU, Rius dia berpamitan pada Keshila dan Keenan untuk
kembali ke Mansion. Namun Keenan tidak memberikan Rius
izin untuk pulang sendiri apalagi dalam keadaan yang bisa
dikatakan kurang baik. Karena itu Keenan meminta Athava
untuk menyetir mengantarkan Rius.
Athava pun setuju dengan Keenan. Dan akhirnya Athava
pergi mengantarkan Rius. Selama di perjalanan menujw
Mansion Rius dia hanya diam saja menatap jalanan
didepannya. Tatapannya kosong sekosong raganya sekarang
ini.
“Rius kau baik-baik saja kan?” Tanya Athava melirik
Rius sebentar.
“Ya, cepatlah aku ingin sampai ke Mansion.” Jawab Rius
datar.
“Ini sudah cepat! Sabarlah kita akan sampai, aku tidak
ingin ambil resiko kecelakaan.” Balas Athava membelokkan
stir mobilnya saat sudah mulai memasuki kawasan mansion.
Rius turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Suasana
Mansion sangat sepi, bahkan hampir di sepanjang jalan
terdapat darah dan Rius tahu itu darah siapa.
“DOMINICK?” Teriak Rius membuka pintu mansion
kasar. "MAX? HANS?" tambahnya berteriak penuh
kemarahan.
Rius menatap darah di setiap lantai, darah yang sudah
mengering. Ia kembali berteriak memanggil pelayan dan yang
Nikenn25 | 233Jainnya namun tidak ada satupun dari mereka yang datang
menghadap Rius.
“SIALAN DI MANA KALIAN?!” Rius mengepalkan
tangannya. Memandang sekeliling mansion.
“Rius tenanglah!” Athava menahan Rius menenangkan
Pria itu agar tidak emosi.
“Bagaimana mungkin aku tenang Athava, lihat? Tidak
ada satupun dari mereka yang ada di mansion ini. Aku
membayar mereka semua.” Rius berteriak hingga urat di
lehernya bertonjolan.
“Ya tapi kau harus tenang.” Athava menatap lantai yang
dipenuhi darah. “Tuhan, mansionmu sangat_ berantakan.”
Tambahnya tidak percaya.
Rius mengepalkan tangannya, ia berlari ke arah tempat
cctv akan tetapi saat Rius masuk ia menemukan layar cctv
yang mati. “Sialan!” Umpat Rius menggeram.
“Sepertinya ini sudah direncanakan Rius. Buktinya
mereka mematikan semua cctv di sini.” Ujar Athava.
“Aku butuh Dominick dan Max. Aku membutuhkan
penjelasan mereka, penjelasan di mana mereka berada disaat
orang menyelusup masuk.” Rius berjalan keluar dari ruang
cctv, bersamaan dengan itu Max datang.
“Tuan?” Max memegangi kepalanya menatap Rius dan
Athava terkejut.
“Abis dari mana kau Ha?” Teriak Rius mencengkeram
erat kerah Max. “Kau tahu karena kecerobohan kalian,
wanitaku menjadi kritis di rumah sakit. Karena kalian aku
hampir kehilangannya.”
“A-apa?”
Protective's Pilot | 234“Sialan!” Rius memukul tepat rahang Max. “Aku takkan
memaafkanku dirimu dan yang lain.”
“Rius sudah.” Teriak Athava menarik Rius yang hendak
memukul Max. “Jangan gegabah. Kita dengarkan dulu
penjelasannya.”
“T-tuan maafkan kami.” Max menatap Rius penuh sesal.
“Kami pingsan di luar. Saat itu memang ada dua orang yang
masuk ke dalam, mereka seorang Pria. Saya, Hans dan
Dominick juga penjaga yang lain mencoba mengejar kedua
orang itu. Kami bahkan sempat berpencar, kami tidak tahu
kalau ternyata orang itu hanya menjebak kami lalu mereka
mengurung penjaga setelah berhasil memberikan asap yang
beracun.” Jelas Max menceritakan kejadian tadi.
“Dua orang?” Ulang Athava mengernyit.
Max mengangguk lirih. “Lampu sempat padam saat kami
mengejar mereka berdua. Dan pada saat lampu kembali
menyala tiba-tiba saja ada yang memukul saya dan Dominick
dari belakang.”
“Di mana Dominick? Hans dan yang lain?” Rius bertanya
dengan nada yang terdengar khawatir. Ia marah namun
bagaimana juga Dominick dan Max sudah bekerja sangat baik
selama ini padanya.
“Di gudang bawah, Dominick sedang melepaskan mereka.
Saya baru akan mengambil minum untuk mereka.”
“Lalu di mana pelayan?” Kini Athava yang bersuara.
“Sa-saya ku-kurang ta-tahu Tuan.” Max menunduk tidak
berani menatap Rius.
“Rius sepertinya kita harus periksa seisi Mansion. Aku
takut mereka juga menyekap pelayan.” Usul Athava.
Nikenn25 | 235Rius mengulurkan tangannya pada Max membantu Pria
itu. untuk berdiri. “Maafkan aku Max. Aku tidak
mendengarkan penjelasanmu lebih dulu, maafkan aku.” Ucap
Rius penuh sesal.
“Tidak apa-apa Tn. Rius, seharusnya saya yang meminta
maaf karena lalai dalam bertugas.” Sahut Max tersenyum lirih.
“Dan maaf karena kelalaian kami, Nona menjadi terluka.”
Tambahnya.
“Sudah-sudah lebih baik kita cari pelayan dan kita
bicarakan hal ini lagi nanti setelah mereka berkumpul.” Lerai
Athava dan diangguki oleh Rius dan Max.
“Saya akan ambil minum untuk Hans dan yang lain!”
Max berpamitan lalu ke dapur mengambil beberapa gelas air
untuk diberikan pada Hans dan penjaga yang lain.
Setelahnya Rius, Athava dan Max keluar untuk menyusul
Dominick juga yang lain. Rius ingin mendapatkan penjelasan
dari mereka semua. Mungkin setelah mendapati penjelasan
Rius baru bisa mengambil tindakan untuk membalaskan luka
di tubuh Ruby.
Rius terdiam menatap Hans dan yang lain. Wajah mereka
semua terlihat lemas, Dominick pun tampak kesakitan seperti
Max pertama.
“T-tuan?” Gumam Dominick terbata.
“Dominick, Hans. Minumlah dulu pulihkan kesehatan
kalian semua dan begitu sudah baikan baru kita berkumpul di
dalam.” Ujar Athava membantu Dominick untuk duduk di
kursi.
Setengah jam berlalu kondisi Dominick dan Hans juga
lain sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya. Mereka juga
Protective's Pilot | 236sudah mulai menegakkan tubuhnya masing-masing, tidak
seperti tadi yang hanya terduduk lemas di bawah.
“Tu-Tuan—”
“Nanti saja Dominick, aku ingin kalian mencari
keberadaan pelayan.” Sela Rius membalikkan tubuhnya pergi.
Dia masih sangat kecewa pada Dominick, tidak hanya pada
Dominick pada yang lain pun Rius merasa kecewa. Akan
tetapi kekecewaan Rius lebih besar pada Dominick, karena
bagaimanapun Dominick bukan seorang penjaga. Tapi justru
Dominick ikut bertugas pada pekerjaan yang bukan
seharusnya. Namun sudah terjadi dan Rius pun tidak akan
menyalahkan karena bagaimanapun mereka semua juga
korban seperti Ruby.
Dominick terdiam memperhatikan punggung Rius yang
perlahan menjauh. Ia menghela napas panjang.
“Jangan dipikirkan, pulihkan saja dulu keadaanmu nanti
kita bicara.” Kata Athava memegang bahu Dominick.
Dominick menganggukkan kepalanya pelan namun tidak
melepaskan pandangannya dari Rius yang sudah tidak terlihat
lagi. Jujur saja Dominick merasa bersalah dengan perubahan
sikap Rius.
Akhirnya Dominick, Hans dan Max mencari para pelayan.
Cukup lama mereka mencari sampai pada akhirnya Hans
menemukan pelayan berada di gudang bawah tanah. Mereka
terkurung sama seperti Hans dan penjaga yang lain. Begitu
sudah membebaskan para Pelayan, Dominick, Hans dan Max
tentunya dengan mereka yang lain datang menemui Rius di
quang tamu.
Jujur saja para pelayan sangat merasa kaget ketika
melihat bercak darah hampir ada di seluruh lantai Mansion.
Nikenn25 | 237Athava meminta Dominick dan yang lain untuk duduk.
Memberi instruksi melalui matanya dengan melirik Rius. Dan
hal itu langsung dimengerti oleh Dominick dan yang lain.
“Tuan maaf kami gagal menjaga Nona Ruby, terlebih
saya yang lalai dalam menjalani tugas. Maafkan saya Tuan,
saya mengecewakan Tuan.” Dominick berucap _lirih,
menundukkan kepalanya.
“Saya tidak membutuhkan kata maaf. Yang saya
butuhkan adalah penjelasan dari kalian.” Rius menyahut
dengan nada tenang namun menyeramkan.
“Tuan, saya melihat seseorang berpakaian hitam masuk
awalnya saya terkejut karena melihat orang itu bisa masuk ke
dalam. Saya mengejar orang itu, pada saat itu saya sempat
berteriak memanggil Max dan Dominick mereka datang
begitupun dengan penjaga, kami mengejarnya sampai ke
belakang. Saya dan Max sempat terpisah karena pada saat itu
ternyata mereka tidak hanya sendiri, mereka berdua. Karena
itu kami berpencar Tuan—” Jeda Hans meneguk salivanya
dengan susah payah. "Saya melihat orang itu masuk ke dalam
gudang, lalu tidak tahu bagaimana tiba-tiba saja lampu padam.
Dan saya mendengar pintu yang tertutup, kami terkunci Tuan.
Saya sempat mendengar teriakkan Nona memangil Max dan
Dominick, tapi pada saat itu saya tidak bisa melakukan
apapun karena posisi saya dan penjaga yang lain terkunci."
Sambung Hans.
Athava mengangguk pada Hans meminta Pria untuk
meneruskan penjelasannya. Ia tahu posisi mereka yang saat
ini ketakutan.
“Saya pikir Dominick dan Max sudah menemui Nona.
Karena posisi mereka ada di luar masih mengejar yang
Protective's Pilot | 238satunya, setelah itu saya hanya mendengar suara tembakan
yang berasal dari dalam,” tambah Hans pelan.
Rius mengeraskan rahangnya menahan amarah. Kedua
matanya mengkilat berapi-api. Siapapun yang melihat pasti
akan tunduk ketakutan.
“Tuan pada saat kami mengejar lampu memang padam.
Kami sempat kegelapan Tuan, kami berdua juga mendengar
teriakkan Nona Ruby. Saat kami hendak berlari masuk tiba-
tiba saja ada yang memukul kepala kami dari belakang.” Kini
Max yang bercerita menjelaskan secara detail kepada Rius
yang terlihat sangat marah.
Max sendiri memang sudah cukup lama bekerja bersama
Rius. Ia dan yang lain tentunya jarang sekali melihat Pria
tampan itu marah. Sebelum Ruby datang Pria itu pendiam
tidak pernah sekalipun Max mendengar Rius yang marah.
Tapi kali ini, kali ini di hadapannya sosok Rius benar-benar
menakutkan.
“Saya ingin kalian mencari keberadaan Caramella,
Tbunya dan dua orang itu. Saya ingin kalian membawakan
mereka untuk saya.” Ucap Rius datar namun terselip nada
kemarahan.
“Kami akan mencari mereka Tuan. Dan kami akan
membawanya menghadap Tuan.” Sahut Max diangguki oleh
Hans dan penjaga yang lain.
Rius menatap salah satu pelayan, menatapnya dengan
sangat tajam seolah ingin memakan mangsanya. “Kalian ada
di mana saat orang-orang itu menyerang Ruby?” Tanya Rius.
“Kami ada di dapur sedang merapikan di sana, lalu kami
melihat ada asap yang masuk melalui celah jendela. Kami
pikir itu hanya asap biasa tapi beberapa menit kemudian kami
Nikenn25 | 239merasakan sesak dan kami tidak ingat lagi Tuan.” Jawab salah
satu Pelayan. Biasanya Rius memanggil orang itu dengan
sebutan Piter.
“Rius ini sepertinya memang sudah direncanakan.
Buktinya Mereka sampai menyiapkan racun asap. Mereka
mengecoh Hans dan Dominick dengan dua orang yang
mereka kirim.” Simpul Athava pada Rius.
“Aku tidak peduli dengan rencana mereka. Tapi dengan
apa yang mereka lakukan itu berarti mereka sudah siap
berhadapan denganku, apalagi mereka sudah berhasil melukai
orang yang kucintai. Itu sama saja mereka menyerahkan
nyawanya padaku.” Rius berdiri dari duduknya, memasukkan
tangannya ke dalam saku celana. “Aku ingin kembali ke
rumah sakit.” Tambahnya beranjak pergi tanpa menatap yang
lain.
Athava menghela napas kasar, berdiri dari duduknya
hendak pergi namun sebuah pertanyaan terlontar dari
Dominick membuat Athava mengurungkan niatnya.
“Tuan memangnya apa yang terjadi dengan Nona?”
Tanya Dominick.
“Ruby kritis, dia baru saja dioperasi untuk pengambilan
peluru di dada gadis itu. Untungnya peluru tidak mengenai
jantungnya.” Jawab Athava menepuk bahu Dominick.
“Carikan mereka untuk Rius, Dominick.”
Dominick mengangguk kencang. "Saya dan yang lain
akan mencari mereka. Kami akan membawakannya untuk Tn.
Rius, kami akan memastikan itu Tuan."
Athava tersenyum melangkahkan kakinya menyusul Rius
di luar yang sudah menunggunya. Ja berdecak pelan saat Rius
justru malah memarahinya karena lama. Lagi dalam keadaan
Protective's Pilot | 240seperti ini pun Rius masih sempat-sempatnya menyebalkan.
Tapi untungnya Athava mengerti perasaan Rius sekarang.
“Demi Tuhan aku sangat merasa bersalah pada Tn. Rius,
dia tidak pernah terlihat menyeramkan seperti itu.” Ujar Piter.
“Dan dia pun tidak pernah semarah itu.” Lanjut
Dominick. "Aku merasa telah mengecewakannya."
“Tidak hanya kau Dominick, kami pun merasa telah
mengecewakannya.” Max menyahut lirih.
“Aku akan membantu kalian mencari manusia laknat itu.”
Geram Dominick mengepalkan tangannya. “Aku akan
menyeret orang-orang itu agar berhadapan dengan Tn. Rius.”
“Lebih baik kita bersihkan darah yang sudah mengering
ini dulu sebelum mulai pencarian.” Usul Hans berdiri.
“Tidak Hans!” Bantah Max berdiri menatap Hans. “Kita
harus mencarinya sekarang, karena bisa saja mereka pergi
jauh untuk menghilangkan jejak.”
“Aku setuju dengan Max.” Dominick menepuk pundak
Piter. “Kau dan yang lain bersihkan darah ini, pastikan
darahnya hilang. Dan periksa tempat lain!”
“Ya, Dominick!”
“Ayo Hans, Max. Kita cari mereka.” Dominick berdiri
kemudian berjalan ke arah pintu garasi. Mengambil kunci
mobil yang sempat Rius berikan untuk Dominick jika ingin
keluar ke mana-mana.
Max dan Hans menyusul Dominick ke garasi. Mereka
menyiapkan pakaian dan tentunya membawa senjata takut
jika nantinya Caramella dan Ibunya akan melakukan
penyerangan. Ya, setidaknya untuk berjaga-jaga tidak ada
salahnya.
Nikenn2s | 241Mereka bertiga bertekad untuk mencari Caramella juga
penyuruh dari wanita kejam itu, mereka akan membawa
orang-orang kejam ke hadapan Rius nanti.
Protective's Pilot | 242PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 31.
10 Hari Kemudian.
Sudah sepuluh hari lamanya Ruby masih terbaring di
dalam ICU. Selama itu juga Rius selalu menemani Ruby
dengan selalu ada di samping gadisnya. Kondisi gadis itu
belum ada perubahan sama sekali masih tetap sama seperti
hari-hari sebelumnya.
Rius mengecup tangan Ruby sesekali mengusapnya
dengan lembut. “Hai sayangku, masih betah tidur ya? Kaw
tidak mau bangun. Ini sudah sepuluh hari sayang, bangunlah
aku merindukanmu.” Bisik Rius membelai pipi Ruby. “Aku
rindu mendengar tawamu. Bangunlah aku membutuhkanmu.”
Tambahnya.
Rius kembali mencium punggung tangan Ruby. “Hari ini
aku harus meninggalkanmu dulu ya sayang! Tidak apa kan?
Ada tugas dan tanggung jawab yang harus aku jalankan.”
Rius menunduk membiarkan setetes air mata jatuh mengenai
brankar. Setelahnya Rius kembali mengadah menatap wajah
pucat Ruby. “Aku akan kembali dan menemanimu lagi, nanti
akan ada Mommy dan Daddy. Mereka yang akan
menggantikanku dulu hanya sementara sampai aku kembali.”
Diam-diam Keshila melihat Rius didepannya. Kerapuhan
anaknya yang tidak pernah Keshila lihat sebelumnya. Sebagai
Ibu ia tidak tega melihat pemandangan seperti itu, Keshila
bisa merasakan kesedihan yang Rius rasakan.
“Rius?” Panggil Keshila serak.
Rius mengusap matanya, berbalik ke belakang menatap
Keshila. “Mom, aku mohon jaga Ruby. Jangan tinggalkan dia
Nikenn25 | 243sendiri, kalau Mommy mau pulang tolong pastikan ada yang
menemani Ruby di sini.” Sahut Rius. “Hubungi aku jika Ruby
sudah sadar.” Tambahnya.
Keshila mengangguk mengusap lengan Rius. Ia tahu Rius
menahan untuk tidak menangis. “Jangan khawatir di sini
Mommy dan Daddy akan menjaga Ruby. Kau bertugaslah
dengan tenang.”
Rius membalikkan tubuhnya menatap Ruby yang masih
setia terpejam. Perlahan bibir Rius mendekat pada kening
gadisnya. Tidak hanya di kening Rius juga memberikan
beberapa kecupan di mata, terakhir hidung.
“T love you baby, aku harap saat aku kembali nanti kau
sudah bangun.” Bisik Rius di telinga Ruby. “Aku akan selalu
menunggumu.” Tambah Rius kembali mencium kening Ruby.
Ja menghela napas berat, sebenarnya Rius enggan
meninggalkan Ruby. Tapi mau bagaimana lagi Rius sudah
terlalu lama meninggalkan pekerjaannya.
Keshila mengangguk, mengusap lengan Rius. Ia tahu
putranya itu enggan pergi. “Rius pergilah, ada Mommy di sini
yang akan menjaganya.”
Rius tersenyum sebelum benar-benar beranjak, Rius
menyempatkan diri mencium punggung tangan Ruby.
Menggenggamnya erat karena memang sangat berat untuk
Rius meninggalkan Ruby.
Rius menghela napas berat melepaskan tangan Ruby dan
segera pergi dari ICU. Ia harus secepatnya pergi atau kalau
tidak Rius akan semakin berat untuk meninggalkan Ruby.
Keshila menatap pintu yang tertutup Rius sudah pergi. Ia
menarik kursi dan mendudukkan bokongnya di sana. Perlahan
tangan Keshila mengambil tangan Ruby. “Cepat sadar nak,
Protective's Pilot | 244kau lihat? Dia sangat rapuh tanpamu. Sebagai Ibu aku merasa
sakit melihatnya serapuh itu, Ruby ini permohonan seorang
Ibu untuk kebahagiaan anaknya. Bangunlah nak Mommy
Shila memohon padamu.” Gumam Keshila menangis. “Aku
akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anakku. Bahkan
jika aku harus bertukar tempat denganmu aku mau, asal
anakku tidak serapuh itu.” Tambahnya tersendu.
Keshila menempelkan tangan Ruby pada _pipinya.
Menangis meraung sambil bergumam memohon agar Tuhan
mau mengembalikan kebahagiaan putranya. Memohon pada
Tuhan untuk memberikan kesembuhan pada gadis yang
selama sepuluh hari ini masih terbaring.
“Semenjak kau hadir kembali, hidup putraku berubah nak.
Dia begitu bahagia, sering kali tersenyum dan tertawa. Nak
sadarlah, Mommy Shila memohon padamu.” Keshila terisak
mengecup punggung tangan Ruby. Ia terkejut saat tiba-tiba
saja ada yang memeluknya dari belakang. Tidak perlu melihat
siapa yang memeluknya karena Keshila sudah tahu siapa
orangnya.
“Kenapa menangis?” Bisik Keenan mencium bahu
Keshila.
“Aku tidak menangis, Keenan!” Keshila menyahut lirih.
“Apa penyebabnya, Heum?” Keenan melepaskan
pelukannya lalu berlutut di samping istrinya. “Aku tidak suka
melihat istriku menangis.”
“Aku hanya nangis melihat nasib Ruby dan melihat
kerapuhan di mata putra kita. Rasanya hatiku sakit Keenan,
aku tidak bisa melihat anakku seperti itu.” Keshila terisak
dengan tangan yang satunya meremas tangan Keenan.
Nikenn2s | 245“Aku pun sakit Shila, tapi ini adalah ujian yang Tuhan
berikan untuk cinta mereka berdua. Disinilah ujian Rius dan
Ruby mereka harus bisa melewati masa-masa menyakitkan
ini.”
“Tapi Keenan—”
“Shila aku yakin Rius dan Ruby bisa melewatinya.” Sela
Keenan mencium tangan Keshila. “Shila, ada kabar yang
harus aku beritahukan padamu. Sebenarnya aku harus
memberitahukan hal ini pada Rius, tapi karena dia harus
bertugas jadinya aku terpaksa menutupinya sampai Rius
kembali.”
“Apa?”
Keenan menghela napas kasar, matanya menatap Ruby
yang masih kritis. “Alat-alat Ruby harus dilepaskan jika
Minggu depan dia belum juga sadar.”
“Kau gila? Kau mau Rius mengamuk? Dia pasti tidak
akan setuju, Keenan.” Keshila menatap Keenan tak percaya.
“Tapi itulah keputusan Dokter. Mereka sudah berusaha
untuk mempertahankan Ruby.”
“Rius takkan bisa menerimanya.” Keshila kembali terisak.
“Kalau dokter melepaskan alat-alat Ruby itu sama saja
mereka menyerah.”
“Shila kita masih mempunyai waktu sampai minggu
depan. Kalau sampai minggu depan Ruby tidak juga sadar
maka kita harus siap merelakannya.”
“Aku tidak bisa melihat Rius rapuh! Aku tidak bisa
Keenan.”
“Shila—”
Protective's Pilot | 246“Kita bawa saja Ruby ke rumah sakit yang lain. Kita
harus menyelamatkan hidup anak kita Keenan.” Sela Keshila
tersendu.
“Shila dengarkan aku sayang—” Jeda Keenan menangkup
wajah Keshila. Menatap mata istrinya yang memerah.
“Sekarang ini Ruby bertahan hanya karena bantuan selang
dan oksigen di wajahnya. Kita tidak bisa memaksanya untuk
tetap bertahan, jika Tuhan menginginkannya maka kita harus
merelakannya.” Sambung Keenan.
Keshila terdiam mengalihkan pandangannya dari Keenan.
Matanya terus meneteskan air saat melihat pada Ruby. Ia
hanya takut Rius tidak bisa menerimanya, dan Keshila juga
tidak akan bisa membayangkan bagaimana rapuhnya Rius jika
tahu tentang ini.
Ya Tuhan, jangan ambil dia dari kehidupan putraku.
Berikanlah kesempatan untuknya tetap hidup dan bahagia
bersama putraku. Aku tahu semua atas kehendakmu Tuhan,
tapi jika boleh aku meminta dan memohon kepadamu. Aku
mohon jangan kau ambil dia dari kehidupan anakku. Batin
Keshila lirih.
“Shila kita keluar ya? Ada dokter ingin memeriksa
keadaan Ruby.” Bisik Keenan memegang bahu Keshila yang
bergetar.
Keshila melepaskan tangan Ruby dan beranjak keluar
ICU bersama dengan Keenan. Membiarkan sang Dokter
memeriksa Ruby, dan Keshila berharap ada keajaiban yang
datang.
“Keenan apa pelakunya belum ditemukan?” Tanya
Keshila menatap ke dalam ruang ICU.
Nikenn2s | 247“Belum Max dan Dominick masih mencari. Aku juga
sudah mengerahkan penjaga di Mansion kita untuk membantu
Max mencari pelakunya.” Jawab Keenan mencium kening
Keshila.
“Aku ingin dia tersiksa untuk apa yang telah mereka
lakukan.” Balas Keshila.
“Rius pasti sudah memastikan itu. Anak kita takkan diam
saja!” Timpal Keenan tersenyum kecil.
Keshila sangat mengutuk perbuatan orang-orang yang
sudah berani mengusik ketenangan putranya. Jika Rius
menemukan orang itu, Keshila sangat berharap anaknya itu
tidak memberikan ampun. Karena baginya orang yang berbuat
keji seperti itu tidak bisa dikatakan manusia melainkan
seorang iblis berwujudkan manusia.
“Mommy?” Panggil Athava dan Lechia bersamaan.
Mereka baru saja datang membawakan makanan untuk
Keshila dan juga Keenan.
Keshila menoleh, tersenyum menatap putranya dan
Lechia. “Ya, kalian datang?” Sahutnya mengajak Lechia
duduk di kursi. “Bagaimana kabarmu? Maaf Mommy belum
sempat melihatmu ke apartement.”
“Kabarku sudah baik Mom, tidak masalah untukku.”
Lechia tersenyum. “Oh ya. Aku dan Athava membawakan
Mommy dan Daddy makanan, pasti kalian belum makan kan?”
“Daddy sudah makan berikan saja pada Mommy!” Ujar
Keenan mengusap kepalanya Lechia.
Lechia mengerucutkan bibirnya ke depan. “Oh ayolah
Dad, ini masakan buatanku sendiri. Waktu pertama kali
bertemu dengan Ruby dia langsung mengajariku memasak!”
Kata Lechia terkekeh.
Protective's Pilot | 248Mendengar nama Ruby membuat wajah Keshila berubah
sedih kembali. Teringat akan ucapan Keenan mengenai alat
yang harus dilepaskan Minggu depan.
Athava tersenyum, tatapan matanya tidak sengaja melihat
perubahan wajah Keshila langsung mendekati ibunya itu.
“Mommy kau baik-baik saja?” Tanya Athava duduk di
sebelah Keshila.
“A-apa a-aku sa-salah bicara?” Tanya Lechia terbata. Ia
juga menyadari perubahan raut wajah Keshila.
“Tidak ada yang salah!” Jawab Keshila menunduk.
“Mommy hanya sedih, Mommy tidak akan pernah siap.”
“Ada apa Mom?” Athava kembali bertanya. “Katakan
padaku, tidak siap kenapa?”
“Minggu depan alat Ruby harus dilepas. Dokter sudah
angkat tangan.” Ucap Keenan yang sedari tadi bungkam.
“A-apa?” Lechia terkejut menatap Keenan tidak percaya.
Ia berdiri memegang tangan Keenan. “Daddy kau bercanda
kan? Bagaimana mungkin dokter angkat tangan begitu saja?”
“Lechia!” Keenan memeluk gadis itu karena
bagaimanapun Lechia sudah seperti anaknya sendiri. “Ruby
bertahan sampai saat ini karena alat bantuan.” Lanjutnya.
Lechia menggelengkan kepalanya. Melepaskan pelukan
Keenan dan beralih menatap Athava. Memeluk kekasihnya itu
dengan isakannya yang lirih.
“Apa Rius sudah tahu soal ini?” Tanya Athava dengan
pandangan yang sulit diartikan.
“Belum!” Jawab Keenan menghela napas. “Dia sedang
bertugas, Daddy tidak mau membebaninya.”
Athava terdiam mulutnya seolah dibuat bungkam oleh
ucapan Keenan. Jika dokter angkat tangan itu berarti sudah
Nikenn25 | 249tidak ada harapan lagi untuk gadis itu kembali hidup. Kenapa
semua jadi seperti ini? Bagaimana perasaan Rius saat tahu
kalau sangat kecil kemungkinan Ruby untuk hidup?
Athava dan Rius memang tidak terlahir kembar, tapi jika
adiknya itu merasakan sesuatu Athava bisa merasakan juga.
Keluarga tidak akan bisa melihat perubahan Rius lagi jika
minggu depan alat-alat di tubuh Ruby benar-benar dilepas.
Sudah cukup perubahan Rius waktu lalu, saat ini Keluarga
sangat berharap akan ada_ keajaiban yang datang
menyelamatkan Ruby.
Dan juga Athava berharap kalau memang Tuhan sudah
menentukan, ia dan keluarga sangat berharap Rius bisa
menerima itu dengan keikhlasan.
“Daddy harus memberitahu Rius. Dia harus tahu
sekarang juga tidak peduli jika Rius sedang bertugas atau
sedang melakukan apa.” Jelas Athava menatap Keenan.
“Tidak bisa Athava! Kita harus memikirkan perasaan
Rius, kita tidak bisa memberitahu berita seperti ini saat dia
jauh dari Ruby—” Jeda Keenan menyahut dengan kepala yang
menggeleng tidak setuju. “Tidak Athava, itu sangat tidak
benar.” Lanjut Keenan.
“Lalu apa Daddy sudah memikirkan bagaimana perasaan
Rius? Ketika dia kembali dalam keadaan lelah dia harus tahu
hal seperti ini?” Tanya Athava sedikit menahan suaranya.
“Dia akan lebih terluka nantinya. Keputusan ada di tangan
Rius, Dad! Dia akan sangat terluka jika tahu kita terlambat
memberitahu hal besar ini.”
Keenan terdiam menatap putranya lekat. Memang benar
Rius harus tahu hal ini, tapi Keenan juga tidak bisa
memberitahukan Rius begitu saja. Terlebih saat ini Pria itu
Protective's Pilot | 250sedang bertugas, Keenan hanya tidak mau mengejutkan Rius
saat pria itu sedang jauh, apalagi Keenan sangat tahu sifat
Rius yang tidak akan terkontrol ketika tahu hal ini.
Nikenn2s | 251PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 32.
Athava dan Keenan sekarang ini sedang bersiap-siap
hendak meninggalkan rumah sakit mereka baru saja
mendapati telfon dari Benicno. Lebih tepatnya Athava yang
mendapatkan telfon dari Benicno, pria itu memberitahu
tentang keberadaan ibu dan kakak tiri Ruby. Ya, karena
Benicno juga turut andil membantu dalam hal ini.
Keshila, dia merengek ingin ikut dengan suami dan juga
putranya. Namun Keenan melarang karena tidak ada yang
menjaga Ruby di rumah sakit, karena Lechia sudah lebih dulu
pulang ke apartement itu pun atas perintah Athava. Karena
terus merengek akhirnya Keenan mengalah, dia meminta
penjaganya yang ada di Mansion untuk datang dan berjaga di
luar ruangan. Sebelum pergi Keenan juga meminta Dokter
untuk terus memeriksa keadaan Ruby.
Keshila bersorak girang karena diizinkan untuk ikut.
Tangannya sudah terasa gatal ingin mencakar wajah-wajah
iblis itu. Tentunya untuk memberikan pelajaran sebelum Rius
tahu dan menghabisi mereka semua. Jadi sebelum putranya
Keshila sudah harus lebih dulu menyiksa manusia iblis itu.
Keenan _menggeleng-gelengkan kepala _—_melihat
kegirangan sang istri. Tapi Keenan juga senang karena
akhirnya istrinya itu bisa tersenyum lagi. Ia tidak akan
menahan Keshila jika memang ingin melakukan sesuatu, asal
nanti Keshila tidak mendahului untuk membunuh mereka
karena Rius belum mengetahuinya.
Keenan juga sangat berterima kasih pada Benicno yang
sudah menahan mereka untuk Rius. Para penjahat itu saat ini
Protective's Pilot | 252sudah ditangani oleh Max dan Dominick tentunya atas
bantuan Benicno.
Setelah cukup lama di perjalanan akhirnya mobil Keenan
berhenti di sebuah gedung tua yang sudah kosong cukup lama.
Dan di gedung itulah mereka ditahan.
Keshila, dia merasa sudah tidak sabar lagi dan langsung
saja turun, menarik tangan Keenan dengan tidak sabaran.
“Sebentar sayang!” Keenan terkekeh _—melihat
keantusiasan Keshila.
“Jangan lama aku sudah gatal ingin menggaruk wajah
mereka, Keenan.” Keshila memekik saat melihat Benicno, ia
melepaskan tangan suaminya berlari ke arah Benicno.
“Aku rasa mereka akan mati sebelum Rius datang.”
Celetuk Athava terkekeh pelan.
“Dan aku berharap ibumu tidak menghabisinya,” ujar
Keenan kemudian menyusul Keshila bersama dengan Athava.
Keshila sudah masuk lebih dulu bersama Benicno. Ya,
karena wanita itu terus menarik paksa tangan Benicno.
Untungnya Pria itu tidak terjatuh karena terpaduk bebatuan.
“Ben, di mana mereka?” Tanya Keshila.
“Di dalam pintu yang itu Tante, mereka di sana bersama
dengan Ma~—” Ucapan Benicno terhenti, kedua matanya
melebar ketika Keshila berlari meninggalkan dirinya yang
belum selesai bicara. “Ya Tuhan, dia persis seperti Rius.”
Benicno bergumam sambil mengusap dadanya.
Keshila masuk ke dalam melihat Max dan Dominick
yang sedang berjaga di sana. Ia tersenyum puas ketika melihat
dua orang wanita dalam keadaan tangan terborgol dengan besi
yang ada di sana.
Nikenn25 | 253“DASAR IBLIS!” Teriak Keshila melepaskan heelsnya
dan melemparkannya pada Helena.
Max dan Dominick menoleh, menatap ke arah pintu.
Kedua mata mereka terbelalak kaget memandang Keshila.
“RASAKAN INI!” Keshila_ kembali melemparkan
heelsnya kini tepat mengenai hidung Caramella. “Ah sialan,
seharusnya aku bawa heels yang banyak.” Tambahnya
bergumam. Ia berlari ke arah Helena mengambil heelsnya dan
kembali melemparkannya pada Pria yang ada di samping
Helena.
Helena dan Caramella mengaduh kesakitan. Darah
mengalir dari dahi Helena dan juga hidung Caramella yang
terkena lemparan heels Keshila.
“Nyonya?” Panggil Dominick hendak menahan Keshila
namun tidak jadi karena larangan Keshila.
“Jangan mendekat Dominick.” Pinta Keshila terengah.
“Jangan ikut campur saat aku memberikan pelajaran pada
manusia iblis ini.”
“Ta-tapi—”
Keshila melotot membuat Dominick menunduk tidak
berani. Lalu tiba-tiba saja Keshila membuka tasnya
mengambil sesuatu di sana.
“Kau mau apa?” Teriak Caramella ketakutan.
“MEMBUATMU BOTAK BODOH!!” Balas Keshila
berteriak. Wanita itu meraih rambut Caramella lalu
mengguntingnya asal-asalan, sedangkan Helena hanya
mampu berteriak. Bukannya membuat Keshila berhenti tapi
justru semakin beringas, rambut Helena pun tidak lepas dari
Keshila.
Protective's Pilot | 254Athava tertawa kencang menyaksikan kebuasan yang
Tbunda. Sejak tadi dia memperhatikan betapa buasnya Keshila
menyerang Helena dan Caramella.
“Tbumu sangat beringas Athava.” Ujar Keenan dengan
kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
“Tbuku adalah istrimu Dad!” Sahut Athava sambil
melangkahkan kakinya mendekati Dominick dan Max.
“RASAKAN INI, BERANINYA KAU MENGUSIK
KETENANGAN PUTRAKU.” Keshila kembali membuat
kelabakan Pria di samping Helena. “DIAM KAU MAU AKU
POTONG HINGGA HABIS HA!” Tambahnya sambil
mengacungkan gunting berteriak kencang membuat Pria itu
diam saat itu juga. Karena si Pria tahu jika dipotong yang
dimaksudkan oleh Keshila adalah hal lain.
“Uhh, Mommyku sangat keren.” Gumam Athava sambil
diam-diam merekam. “Ayo Mom, habiskan dia. Tapi jangan
sampai mati karena kita harus memberikan kesempatan pada
Rius.”
Keenan melotot melihat aksi putranya, Athava! Keenan
pun lantas mendekat pada Athava. “Dasar anak durhaka kau
malah merekam.” Gerutu Keenan seraya mengambil
handphone Athava dan memasukannya ke dalam saku celana.
“Oh yaampun! Daddy!” Protes Athava kesal.
Keenan kembali melotot, ia menghampiri Keshila
menarik tubuh sang istri agar menghentikan keberingasannya
itu. “Sudah Shila.” Ucap Keenan.
“Diam Keenan, aku belum puas.” Sahut Keshila
terengah-engah.
Nikenn2s | 255“Sudah-sudah!” Balas Keenan menyeka keringat Keshila.
“Dengarkan aku sayang, biarkan ini menjadi urusan Rius.”
Tambahnya menenangkan sang istri.
“Aku hanya ingin memberi mereka kenang-kenangan
sebelum mereka mati.” Keshila merapikan rambutnya. “Sialan
aku lelah.” Sambung Keshila mendengus.
“Karena itu sudahlah, biarkan nanti Rius yang memberi
mereka pelajaran!”
“Baiklah!” Keshila pasrah, setidaknya dia sudah puas
membuat botak Helena dan Caramella juga dua Pria yang
tidak diketahui namanya.
“Apa dia istrimu? Heh tidak disangka kau ini sangat
tampan tapi mengapa kau justru malah memiliki istri seperti
preman.” Sinis Helena.
“KAU MAU MATI YA?” Teriak Keshila siap
menyerang namun Keenan kembali menahannya. “OH! AKU
LUPA! KAU MEMANG MAU MATI SEBENTAR LAGI.”
“Tstrimu itu gila, tidak mempunyai otak.” Helena kembali
berucap sengaja memancing kemarahan Keshila.
Keshila meraih heelsnya dan melemparnya pada Helena
hingga ujung heelsnya itu mengenai kepala Helena sehingga
langsung mengeluarkan darah. “HAHAHAHA RASAKAN
ITU!” Tawa Keshila puas.
Athava kembali terbahak, kali ini sambil memegangi
perutnya. Ia tidak pernah menduga kalau Keshila akan
seberingas ini jika sedang marah.
“Ya Tuhan. Ibunya saja seseram ini lalu bagaimana
dengan putranya nanti?” Gumam Benicno mengusap
wajahnya pelan.
Protective's Pilot | 256“BEN, AKU MENDENGARMU.” Teriak Keshila
membuat Benicno terlonjak kaget. Pria itu menyengir dan
melangkah perlahan ke belakang Athava.
“Sudah lebih baik kau diam saja. Macan betina sedang
mengamuk kau tahu itu.” Bisik Athava menahan tawanya.
“Tbumu sangat menyeramkan, Thav!” Balas Benicno
berbisik. Dia tidak ingin terkena ujung heels Keshila seperti
Helena.
Athava tertawa kencang mendengar ketakutan Benicno di
belakangnya. Pria itu hanya menyeramkan saja tapi takut saat
disentak seperti itu oleh Keshila.
“Dasar badanmu besar tapi penakut!” Cibir Athava
membuat Benicno berdecak pelan disertai pukulan kecil.
Keenan menunggu situasi sedikit menenang, barulah
Keenan melangkah menghampiri Helena, menjongkokkan
tubuhnya bersejajar dengan Helena. “Katakan apa maksudmu
ingin membunuhmu Ruby?” Tanya Keenan tanpa berbasa-
basi lagi.
“Aku ingin dia mati. Karena dia sudah merebut Pria yang
anakku sukai.” Jawab Helena menggeram.
“Siapa?” Tanya Keenan kembali.
“Pria itu adalah Tn. Rius.” Jawab Max yang sedari tadi
hanya bungkam.
“APA? OH TIDAK, AKU TIDAK AKAN PERNAH
SUDI PUNYA MENANTU LAKNAT SEPERTI ANAKMU
SIALAN!” Teriak Keshila melempar gunting ke arah Helena
untungnya gunting itu hanya menancap tepat di samping kaki
Helena.
“Oouuh!” Ringis Benicno menutupi wajahnya.
Nikenn25 | 257“Ya Tuhan. Mommy kau sangat, ughh seksi.” Athava
terkekeh kencang. Namun langsung bungkam ketika
mendapati pelototan dari Keenan.
“Shila tahan dulu emosimu.” Keenan berucap dengan
tegas tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
Keshila melotot menatap punggung Keenan dengan mata
yang berkaca-kaca. Pria itu secara tidak langsung
membentaknya dan Keshila sama sekali tidak menyukai itu.
Keshila melangkah mengambil kedua heelsnya lalu
melewati Keenan begitu saja, tanpa menoleh, tanpa melirik
sedikitpun. “Athava antarkan Mommy pulang.” Ujar Keshila
sambil memakai heelsnya.
“Tap-tapi—”
“Ya sudah, Mommy pulang sendiri.” Sela Keshila ketus.
Ja sedikit berlari meninggalkan gedung kosong itu.
Keenan menghela napas kasar seraya membalikkan
tubuhnya menatap Keshila. “Shila kau mau ke mana?” Tanya
Keenan.
“BUKAN URUSANMU!” Teriak Keshila menutup pintu
dengan kasar. Dia kesal pada Keenan, pria itu berucap tegas
di depan manusia iblis. Dan yang lebih membuat Keshila
kesal adalah senyum penuh licik dari Helena.
Keenan mengacak rambutnya frustasi. Ia seakan sadar
penyebab kepergian Keshila, itu pasti karena tadi dirinya
berucap tegas dan ia sangat tahu kalau Keshila sangat
membenci hal itu.
Keenan berdiri menegakkan tubuhnya, lalu memasukkan
kedua tangannya ke dalam saku celana. Lantas tanpa sepatah
katapun Keenan berbalik pergi dari ruang gudang tua itu.
“ATHAVA PULANG!” Teriak Keenan dari luar ruangan.
Protective's Pilot | 258“Ya Tuhan.” Benicno bergumam sendiri. “Keluarga
macam apa yang suaranya bisa sekeras itu. Mereka makan apa
sebenarnya?”
“Makan nasi bodoh!” Athava menjitak kepala Benicno. Ia
lalu mendekat pada Helena kemudian dengan jahilnya
membenturkan kepala wanita itu dengan Pria botak di
sampingnya. “Aauuh, pasti sakit! Tapi itu tidak seberapa.”
Tambahnya berlari dari ruangan karena Keenan terus menerus
menghubunginya.
Benicno menghela napas lega karena keluarga dari
sahabatnya itu sudah pergi. Ia jadi bisa menenangkan
jantungnya yang sedari tadi berdetak kencang.
“Max jaga mereka jangan sampai kabur. Besok Rius
sudah kembali dari tugasnya.” Ucap Benicno.
“Ya pasti Tuan.” Sahut Max menundukkan kepalanya.
“Sudah, aku pergi dulu. Aku ingin melihat Ruby di
rumah sakit!” Balas Benicno seraya pergi meninggalkan
ruangan berbau lembab itu.
Nikenn25 | 259PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 33.
12 Hari Kemudian.
Keenan memohon pada sang Dokter untuk tetap
mempertahankan alat bantu pada Ruby. Ini pertama kalinya
seorang Keenan Ryford memohon pada seorang dokter demi
istri dan anak tercinta. Saat di gudang tua itu Keshila
mendiamkan Keenan, baru tadi Keshila berbicara kepadanya
itu pun hanya karena Dokter datang untuk melepaskan alat-
alat di tubuh Ruby.
“Saya mohon jangan dulu dilepas. Setidaknya sampai
p'ttraku datang.” Pinta Keenan pada dokter.
“Tuan ini sudah dua belas hari tapi belum ada tanda-
tanda dari Nona Ruby untuk sadar. Kami semua sudah angkat
tangan Tuan.” Dokter itu menatap Keenan. “Kami harus
melepasnya. Karena pasien sudah tidak mempunyai tanda-
tanda kehidup—”
“Sekali lagi kau berbicara saya akan memastikan
kedokteranmu dicabut.” Sela Rius yang sedari tadi berdiri di
ambang pintu. Melihat orangtuanya memohon pada dokter,
dan pastinya mendengar ucapan sang dokter yang ingin
melepaskan alat pada tubuh Ruby.
“Rius?” Gumam Keenan pelan.
Rius_ berjalan | menghampiri sang dokter lalu
mendorongnya agar menjauh dari brankar Ruby. Ia kemudian
memasangkan kembali selang pada hidung Ruby dan juga
memasang oksigen pada mulut Ruby. Setelahnya Rius
menunduk mencium kening Ruby, ada kesedihan di dalam
Protective's Pilot | 260matanya karena tahu kalau Ruby masih sama seperti beberapa
hari lalu.
“Aku kembali sayang, bangunlah pastikan pada dokter
kalau kau masih bertahan untukku.” Bisik Rius di telinga
Ruby. “Ayo bangun sayang. Aku sudah kembali untuk
menemanimu.”
Rius kembali mencium kening Ruby, setetes air jatuh
mengenai kening gadisnya. “AYO BANGUN SAYANG,
BANGUN RUBY BANGUN. BUKTIKAN PADA
MEREKA KALAU KAU MASIH BERTAHAN UNTUKKU.”
Tambahnya mengguncang tubuh Ruby. “Kalau kau tidak
bangun juga aku bersumpah, aku bersumpah akan
membencimu seumur hidupku. Aku bersumpah tidak akan
ada wanita lagi dalam hidupku jika kau berani-beraninya
pergi meninggalkanku.”
“Rius sudah!” Keenan meraih tangan Rius, namun
tangannya ditepis kasar oleh Rius.
“Sayang bangun ya, kalau kau bangun aku janji akan
mengajakmu mengelilingi dunia. Ke mana pun kau mau aku
akan membawamu. Tapi-” Jeda Rius mengusap kasar air
matanya. “Tapi sebelum itu kau harus bangun dulu.” Lanjut
Rius tersenyum lirih.
Rius menarik tangannya seraya menjauh dari brankar
Ruby. Ia melangkah mundur sampai punggungnya
membentur dinding, menyandarkan tubuhnya di sana namun
tidak melepaskan pandangannya dari Ruby.
Rius menghela napas kasar. “Aku harus pergi, nanti aku
akan kembali.” Ucap Rius dingin. “Jangan pernah menyentuh
gadisku.” Tambahnya memperingati.
“Kau mau ke mana Rius?” Tanya Keenan.
Nikenn25 | 261Rius tidak menjawab, ia terus melangkah membuka pintu
ruang ICU, meninggalkan rumah sakit dengan amarah yang
sudah sangat menggebu.
“Keenan kejar Rius, aku yakin dia akan menemui Helena
dan anaknya.” Ujar Keshila mendorong Keenan agar
mengejar putranya itu.
Keenan menganggukkan kepalanya. Mencium kening
Keshila dan setelahnya berlari mengejar Rius yang sudah
tidak terlihat lagi.
Dokter berniat melepaskan alat di tubuh Ruby, namun hal
itu terlihat oleh Keshila yang langsung berbicara lantang.
“Kau mau apa?” Tanya Keshila tajam.
“Nyonya kami—”
“Putraku sudah bilang jangan menyentuh gadisnya. Jadi
kau tidak perlu melakukan apapun.” Potong Keshila pada
Dokter. “Aku tahu kau sudah angkat tangan, tapi biarlah tetap
seperti ini sampai anakku kembali.”
“Baiklah!” Sang dokter pun pasrah, dan pada akhirnya
memilih pergi bersama suster. Mengurung niat untuk
mencabut alat bantu pada Ruby.
Keshila melangkah mendekat pada brankar Ruby. Berdiri
di sisi gadis itu, “Jangan khawatir nak. Rius akan membalas
kesakitanmu.” Gumam Keshila mengusap kening Ruby.
“Bahkan Rius akan membalasnya melebihi kesakitanmu, jadi
nanti kau tidak perlu lagi takut akan manusia iblis itu.”
Keshila menarik kursi dan menduduki bokongnya di sana.
Sambil menggenggam tangan Ruby, ia merapalkan doa untuk
keselamatan suami dan putranya. Begitupun untuk kesadaran
Ruby.
oe
Protective's Pilot | 262Rius turun dari mobil tanpa menutup pintunya sama
sekali. Dirinya sudah terlalu dikuasai oleh amarah yang
selama ini tertahan karena Helena dan Caramella belum
ditemukan. Tapi sekarang ia tidak perlu lagi menahannya.
Rius menendang pintu ruangan di mana Helena dan
Caramella disekap. Di dalam sana mereka semua terkejut
dengan pintu yang tiba-tiba terbuka lebar.
Rius melangkah mendekat pada Helena dan langsung
menamparnya tanpa mengatakan apapun lagi. Ia benci
kekerasan tapi dirinya takkan ragu untuk menyakiti jika orang
itu tidak berani-beraninya mengusik. Setelah puas menampar
Helena, Rius bergantian menampar Caramella. Tamparan
yang begitu kencang tanpa ragu sama sekali.
Setelah puas menampar Rius melepaskan jasnya dan
melemparnya sembarang. Ia menggulung lengan kemeja
hingga batas sikut, tatapan matanya begitu tajam menusuk
Helena dan Caramella.
Keenan hanya diam melihat tindakan Putranya. Ia takkan
menahan Rius sekalipun putranya akan membunuh, karena
bagaimanapun Keenan seorang pria sekaligus seorang ayah
yang bisa mengerti perasaan anak-anaknya.
“Tolong hentikan!” Teriak Helena saat Rius hendak
menamparnya lagi.
“Hentikan?” Ulang Rius tersenyum sinis. “Kau bilang
hentikan, Ha? Apa pada saat gadisku minta kau untuk
menghentikan sayatan di tangannya, kau langsung berhenti?
TIDAK, KAU TIDAK MENGHENTIKANNYA. KAU
MEMBIARKAN DIA KESAKITAN.” Tambahnya berteriak
menampar Helena kencang hingga merobek sudut bibir
wanita itu.
Nikenn25 | 263“Cukup jangan menampar—aakkhh.” Teriak Caramella
terhempas pada Helena ketika tangan besar Rius kembali
menamparnya.
“Dominick bawakan tembakanku.” Pinta Rius datar.
Matanya menatap Caramella membunuh.
Dominick menghampiri Rius lalu memberikan tembakan
yang diminta oleh Pria itu. Setelahnya Dominick kembali
mundur dan diam di tempatnya semula.
“Kau menembak gadisku kan waktu itu? Di mana?” Rius
bertanya sambil mengusap ujung tembakan. “Di sini? Atau di
sini?” Tambahnya menunjuk tangan dan dada atas Caramella.
Sebelum berangkat bertugas Rius kembali pulang ke Mansion,
dia ingin melihat bukti cctv yang sempat dimatikan. Tapi
untungnya tidak semua cctv mati, ada beberapa yang menyala
dan bagian menyala itu adalah cctv tersembunyi. Dari situ
Rius bisa melihat Helena juga Caramella. Bagaimana kedua
wanita itu melukai gadisnya tanpa rasa kasihan sedikitpun.
“Titu... A-aku-”
Rius menaikan sebelah alisnya seraya mengarahkan
tembakan pada lengan Caramella. Sedetik kemudian
terdengar suara tembakan dan juga jeritan kesakitan
Caramella.
Helena terisak memandang putri satu-satunya terisak
kesakitan. Ia histeris melihat darah mengalir dari tangan
Caramella.
“Apa sakit?” Tanya Rius mengusap darah Caramella lalu
menempelkannya pada pipi wanita itu.
“Sakit aku mohon hentikan!” Jawab Caramella terisak.
Protective's Pilot | 264“Apa pada saat gadisku menjerit kesakitan kau langsung
menghentikannya?” Tanya Rius berdiri dari hadapan
Caramella.
“Aku minta maaf, tolong jangan.” Isak Caramella
tersendu. Sesekali merintih kesakitan.
“Sayang sekali maafmu terlambat.” Kata Rius tersenyum
sinis. Lantas kembali menekan pelatuk tembakan membuat
Helena menjerit kencang. Padahal tembakan itu terarah pada
atas atap gedung. “Hei kenapa kau berteriak?” Rius tertawa
miring.
“Jangan sakiti putriku, tolong lepaskan kami.” Helena
memohon terisak.
“Dan membiarkanmu menyakiti gadisku lagi?" Rius
menyahut membentak. "Kau pikir aku sebodoh itu, Ha?”
“Maafkan kami.”
Rius tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Lalu tanpa diduga Rius mengeluarkan pisau dari saku
celananya, dan kemudian ia menusukkan pisau itu pada
tangan Helena yang terborgol.
“Aaarghhh!” Helena meringis kesakitan menatap
tangannya yang terbuka akibat sayatan pisau.
“Berapa kali kau menyayat tangan gadisku?” Rius
bertanya sambil terus memutar pisau di bagian luka Helena,
kemudian Rius menusukkan pisau itu di luka yang sama
sebanyak dua tusukan dengan yang tadi menjadi tiga tusukan.
Ta bahkan tidak perlu berbasa-basi. “Aku rasa itu cukup.”
Tambahnya merasa puas karena sudah membuat Helena
berteriak kesakitan.
“Apa lagi kira-kira luka pada tubuh gadisku?” Tanya
Rius kembali memainkan tembakan.
Nikenn25 | 265“Tidak jangan, aku mohon padamu. Tolong kasihani
kami.” Caramella menggeleng pelan saat Rius mengarahkan
tembakan tepat pada dadanya.
“Kau ingin aku mengasihani kalian. Tapi tidak ada
satupun dari kalian yang mengasihani gadisku saat berteriak
kesakitan.” Ucap Rius mengetatkan rahangnya ketika
mengingat tubuh Ruby yang terjatuh berlumuran darah.
“Maaf kami takkan mengulanginya lagi.” Sahut
Caramella terisak. Matanya menatap sedih ke arah Helena.
“Tolong bawa ibuku ke rumah sakit, dia sudah lemas.”
Tambahnya ketika Helena sudah tidak berdaya lagi.
“Apa saat gadisku lemas karena ulah kalian, kalian
langsung membawanya?” Rius kembali membalikkan ucapan
Caramella. “Tidak, jawabannya adalah tidak. Kau dan Ibumu
tidak membawanya ke rumah sakit, kalian membiarkan
gadisku kehilangan banyak darah.”
“Kenapa kau terus membahasnya?” Teriak Caramella
memberontak.
“JANGAN BERTERIAK SIALAN!” Bentak Rius
menampar Caramella kencang. “Aku benci kekerasan. Tapi
aku takkan ragu untuk menyakiti lawanku, termasuk
menyakiti dan mengenyahkan kalian dari muka bumi ini.”
“Kenapa kau selalu membela jalang itu Ha?”
Rius kembali melayangkan tangannya kali ini sangat
kencang sampai-sampai hidung Caramella mengeluarkan
cairan kental berwarna merah. Ia menarik kasar kedua pipi
Caramella. "Jalang yang kau maksud itu adalah gadisku.”
Geram Rius menekan kata Gadisku. “Dia bukan jalang seperti
yang kau katakan. Dia seorang gadis, dia cintaku.”
Protective's Pilot | 266“Aku tidak peduli dia mau gadismu atau jalangmu. Yang
aku tahu dia adalah gadis sialan yang sudah sepantasnya mati.”
“Katakan sekali lagi?” Pinta Rius menggeram.
“Aku tidak peduli dia mau gadismu atau jalangmu. Yang
aku tahu dia adalah gadis sialan yang sudah sepantasnya mati.”
Ulang Caramella menekan setiap kata.
Rius melempar kasar wajah Caramella membuat kepala
wanita itu terbentur besi yang menjadi sanggahan. “Bukan
gadisku yang pantas mati. Tapi kau, kau yang seharusnya
mati.” Kata Rius menatap Caramella dengan sangat tajam.
“Gadismu yang harusnya mati.” Balas Caramella
membalas tatapan Rius tidak kalah tajamnya.
Rius semakin menggeram, ia menginjak kaki Caramella
tepat tulang kering wanita itu. Membuat Caramella memekik
sakit. “Ayo bicara lagi, semakin kau bicara. Semakin aku
ingin melenyapkanmu.” Timpal Rius.
“Tolong jauhkan kakimu. Rasanya sangat sakit sekali.”
Ringis Caramella.
“Baiklah!” Rius mengangkat kakinya menuruti
permintaan Caramella. “Sepertinya kau sangat sudah tidak
sabar untuk mati ya?”
Caramella terbelalak, kepalanya menggeleng cepat.
“Tidak jangan, tolong lepaskan aku... Aku janji tidak akan
menyakiti Ruby lagi.”
“Sayang sekali kau sudah menyakitinya.” Rius tersenyum
miring, menempelkan tembakan di kening wanita itu. “Dalam
hitungan ketiga, peluru ini siap meledakkan kepalamu.”
“Jangan!” Isak Caramella menatap Rius memohon.
“Satu!”
“Tidak jangan aku mohon.”
Nikenn25 | 267“Dua!”
“Tidak-tidak jangan, aku menyesal sudah menyakiti
gadismu. Maafkan aku.”
“Tig” Rius berhenti menghitung, matanya mengerjap
pelan.
“Rius jangan!!”
Suara lemah itu berasal dari belakang Rius. Suara itu
yang selama beberapa minggu ini tidak terdengar lagi. Suara
yang begitu Rius rindukan.
Rius dengan perlahan menurunkan — tembakannya.
Membalikkan tubuhnya ke belakang, dan saat itu juga tubuh
Rius terasa lemas melihat gadisnya terduduk di kursi roda.
“Ru-Ruby?” Gumam Rius tidak percaya.
“Jangan sakiti mereka.” Lirih Ruby sambil mendorong
kursi rodanya mendekati Rius.
Rius berlutut di hadapan Ruby, menangkup wajah yang
masih tampak pucat pasi. “Ka-kau—” Rius tidak sanggup
berkata-kata lagi. “Ya Tuhan. Gadisku, sayangku, cintaku."
Tambahnya seraya memeluk Ruby erat. Sangat amat erat.
Ruby mengangguk membalas pelukan Rius tidak kalah
eratnya. "Ini aku sayang!"
“Cintaku, hidupku!” Rius melepaskan pelukannya.
Mengecup bibir Ruby berulang kali. “Ya Tuhan, terima kasih.”
Ruby terisak memanggut-manggutkan kepalanya pelan.
Wajahnya masih tampak pucat namun ia tidak pedulikan hal
itu.
“Rius jangan sakiti mereka, aku mohon bagaimanapun
mereka masih keluargaku.” Lirih Ruby menggenggam tangan
Rius.
Protective's Pilot | 268Rius melepaskan pelukannya. Menatap Ruby dalam
namun tak selang berapa lama tatapan Rius jatuh pada dada
Ruby, perlahan tapi pasti pakaian rumah sakit itu berubah
menjadi merah.
“Da-darah!” Rius beralih menatap Ruby. Matanya
terbelalak ketika melihat Ruby hampir tidak sadarkan diri.
“Tidak sayang, jangan lagi.” Tambahnya kemudian
mengangkat tubuh Ruby dari kursi roda dan _bergegas
membawanya keluar sambil berlari pelan.
Keshila dan Keenan berlari mengejar Rius. Mengabaikan
jeritan Helena dan Caramella dari dalam sana. Mereka berdua
begitu panik saat melihat Ruby tidak sadarkan diri lagi.
Terlebih Keshila, wanita itu sangat pucat karena
bagaimanapun Ruby ada di sini karena dia yang mengantar.
Tapi itu pun karena paksaan Ruby.
Ruby sadar dari kritisnya saat beberapa jam setelah Rius
pergi meninggalkan rumah sakit. Keshila tentunya senang
melihat Ruby sadar dari masa kritisnya, ia tidak lupa
berterima kasih pada sang Tuhan yang sudah mengabulkan
doanya.
Setelah Ruby dipindahkan dari ruang ICU ke ruang inap.
Gadis itu menanyakan keberadaan Rius, mau tidak mau
Keshila mengatakan yang sejujurnya dan disaat itulah Ruby
bersikeras ingin menyusul Rius. Memaksa Keshila untuk
mengantarkannya, awalnya Keshila menolak karenakan Ruby
baru saja sadar. Tapi karena gadis itu ingin pergi sendiri
akhirnya Keshila mengalah dan memilih mengantarkan Ruby
menemui Rius.
Nikenn25 | 269PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 34.
Rius tersenyum lega ketika dokter mengatakan kalau
kondisi Ruby sudah lebih baik, darah yang tadi keluar karena
gadis itu terlalu banyak gerak hingga sedikit mengusik bagian
luka di dada tapi itu tidak terlalu bahaya. Dokter juga
melarang Ruby untuk tidak bergerak banyak dulu. Sang
dokter juga bilang kalau pingsannya Ruby tidak akan lama
beberapa menit ke depan pasti akan segera sadar.
Setelah berbicara banyak dengan Dokter. Rius pamif
untuk masuk ke ruang inap untuk menemani gadisnya yang
masih belum sadar dari pingsannya. Jujur saja Rius merasa
khawatir akan keadaan Ruby, takut jika gadisnya itu kembali
tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama. Tapi karena
Dokter sudah menjamin akhirnya Rius bisa menyingkirkan
rasa khawatirnya.
Rius berdiri di pinggir brankar Ruby tangannya terulur
mengusap lembut kepala gadisnya. Tatapan mata Rius begitu
lembut penuh cinta memandang wajah Ruby yang tetap cantik
walaupun masih pucat pasi.
Rius membungkuk mencium kening Ruby cukup lama.
“Cepat sadar sayang, aku sangat merindukan tawamu.” Bisik
Rius begitu sudah menjauhkan bibirnya dari kening Ruby.
Seolah mendengar bisikan Rius, Ruby gadis itu
menggerakkan jari tangannya. Perlahan kelopak matanya pun
terbuka matanya dan mata Rius langsung bertemu. “Ri-rius?”
Gumam Ruby terdengar lemah.
Rius tersenyum mengecup kening Ruby berulang kali.
“Ya sayang, ini aku.” Bisik Rius seraya menggenggam tangan
Protective's Pilot | 270Ruby. “Sebentar jangan bergerak dulu. Aku akan panggil
dokter!” Tambahnya kemudian menekan tombol di sisi kiri
ranjang Ruby.
Tak selang berapa lama dokter dan satu suster masuk
mereka langsung memeriksa keadaan Ruby yang pada saat itu
baru saja sadar dari pingsannya.
“Bagaimana keadaannya?” Rius bertanya kepada sang
dokter.
“Keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi
seperti yang saya katakan sebelumnya, jangan sampai Nona
Ruby banyak bergerak. Saya takut lukanya kembali
mengeluarkan darah.” Ucap sang Dokter tersenyum pada Rius,
lalu kembali menatap Ruby. “Nona apa ada yang sakit?”
Tambahnya.
Ruby menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak ada,
dokter!”
“Baiklah. Jika merasakan sakit tolong beritahu kami ya,
biar kami bisa memeriksanya.”
“Ya, terima kasih!”
“Sama-sama kalau begitu kami permisi dulu.” Dokter
berucap menatap Ruby dan Rius bergantian lantas ia pun
pergi bersama suster.
Rius tersenyum mendekat pada Ruby, meraih tangan
gadisnya untuk digenggam. Baginya tidak ada kebahagiaan
yang lain selain melihat orang tercintanya sudah sadar dari
masa-masa mengerikan. Setelah kejadian dua minggu lalu
Rius bersumpah akan selalu mengajak kasihnya ke mana pun
dirinya akan pergi. Ia takkan meninggalkan Ruby sendirian
lagi, bahkan jika Rius harus pergi bertugas. Rius akan
meminta Ruby untuk tinggal bersama Keshila dan Keenan.
Nikenn2s | 271“Kenapa?” Tanya Ruby bingung ketika Rius hanya
memperhatikan dirinya.
“Tidak —kenapa-kenapa!”, = Rius_~ = menarik _kursi,
mendudukkan bokongnya di sana. “Aku hanya senang karena
akhirnya kondisimu sudah lebih baik.” Tambahnya.
“Kenapa tidak istirahat? Kau pasti pulang dari bertugas.
Ruby bertanya sambil memperhatikan pakaian pilot Rius.
“Aku tidak butuh istirahat. Aku hanya membutuhkan
dirimu!” Rius menyahut dengan nada yang begitu tulus.
“Rius istirahat aku tidak mau kau sakit hanya karena
mengurusiku.” Pinta Ruby melepaskan genggaman tangan
Rius. Ia menggeser tubuhnya lebih ke nakas lalu menepuk-
nepuk sampingnya. “Kemarilah kau harus istirahat.”
“Tidak akan muat sayang!” Ucap Rius tersenyum. “Kau
saja yang istirahat, aku bisa kapan saja.”
“Muat kok, Rius!” Ruby menatap Rius memohon. “Aku
mau istirahat tapi ditemani olehmu, aku juga ingin dipeluk
olehmu. Karena itu kemarilah!” Ruby kembali menepuk
sampingnya meminta Rius untuk berbaring di sana.
Rius tersenyum seraya naik ke atas brankar dan berbaring
di samping Ruby. Ia meletakkan tangannya untuk dijadikan
bantalan oleh kepala Ruby, memeluk gadisnya dengan sangat
erat namun tetap memberi jarak agar tidak terlalu menekan
bagian luka Ruby.
“Tstirahatlah aku sudah memelukmu!” Bisik Rius
mencium puncak kepala Ruby.
Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya.
Melingkarkan tangannya pada perut Rius. “Aku istirahat tapi
kau juga harus istirahat.” Ujar Ruby mengadahkan kepalanya.
Protective's Pilot | 272Rius mengangguk mengecup hidung Ruby. “Ya sayang!”
Kata Rius kemudian ikut memejamkan matanya ketika Ruby
sudah terpejam. Rasa lelah karena habis pulang menjalani
tugas membuat Rius cepat dalam hal tertidur. Namun, walau
begitu tidak mengurangi keeratan Rius saat memeluk Ruby.
Ruby membuka matanya. Dia tidak tidur tapi hanya
berpura-pura saja, hal itu Ruby lakukan agar Rius mau
beristirahat karena ia bisa melihat wajah lelah ketika Rius
menatapnya tadi. Dan benar bukan? Rius langsung tertidur
pulas diiringi dengkuran halus.
Ruby mengecup bibir Rius diam-diam, ia terkekeh pelan
begitu Rius terusik dari tidurnya. Perlahan Ruby
menyingkirkan tangan Rius dari pinggangnya dia ingin ke
kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu yang sudah menuhi
kantung kemihnya. Setelah berhasil Ruby pun segera
mengambil infusan dan langsung ke kamar mandi.
Cukup lama Ruby ada di kamar mandi, sekitar sepuluh
menit dirinya baru keluar. Lalu tiba-tiba saja pupil matanya
membesar tak kala melihat Benicno sedang memperhatikan
wajah Rius. Jika dilihat-lihat dari tempat Ruby berdiri,
Benicno seperti ingin mencium Rius.
BUGH!
“Argh! Sialan.” Umpat Benicno meringis kesakitan.
Ruby terkekeh melihat Rius yang menonjok wajah
Benicno. Ia tahu itu bukan disengaja melainkan sebuah
ketidak sengajaan yang dilakukan Rius secara refleks.
“Kau sedang apa bodoh?” Ketus Rius melotot tajam.
“Benicno dengar, aku masih waras dan aku masih menyukai
lawan jenisku.” Tambah Rius seraya turun dari brankar.
Nikenn25 | 273Benicno menatap Rius sinis. “Aku juga masih menyukai
Jawan jenisku sialan.” Benicno mengusap darah yang
mengalir dari hidungnya. “Aku hanya memperhatikanmu,
karena kau tidur sementara Ruby tidak ada!”
Rius berkacak pinggang, menatap Benicno semakin tajam.
“Jangan mencari alasan. Kekasihku jelas ada di belakangmu.”
“A-apa?” Benicno membalikkan tubuhnya dan benar di
depan pintu kamar mandi Ruby berdiri.
Ruby tersenyum melangkahkan kakinya mendekat pada
Rius. Dirinya sempat melambaikan tangan pada Benicno.
“Hai Benicno!” Sapa Ruby.
“Ruby kau pasti lihat kan kalau aku tadi hanya
memperhatikan wajah Rius? Aku tidak macam-macam kan?”
Tanya Benicno pada Ruby.
“Aku tidak tahu, pas aku keluar kau sudah ada di posisi
seperti itu!” Jawab Ruby seraya menaruh kembali infusannya.
“Terbukti kan Ben?” Sinis Rius. “Lebih kau mencari
kekasih saja. Aku yakin kau seperti ini karena sudah terlalu
lama menyendiri.” Rius lantas mendudukkan bokongnya di
sofa. Jujur saja Rius merasa kaget sekaligus kesal, bagaimana
tidak saat membuka mata justru wajah Benicno lah yang ia
lihat.
Benicno membelalakkan matanya menatap Rius sinis.
“Secara tidak langsung kau mengataiku gay?”
“Aku tidak mengatakan itu, kau sendiri yang
menyimpulkan.”
“Dengar Rius, aku bukan gay. Aku Pria normal.”
Benicno berucap membela dirinya. “Jika saja Ruby belom
menjadi kekasihmu, maka aku akan memastikannya kalau aku
sudah merebut dia.”
Protective's Pilot | 274“Kau berani merebut dia dariku?” Tanya Rius menatap
Benicno tajam.
Benicno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Heum... Ya, ya tidak beranilah bodoh!” Jawab Benicno
menyengir.
Ruby tertawa geli memandangi perdebatan antara kekasih
dan sahabat kekasihnya. Ia bahkan sampai menumpukan
kedua tangannya di dagu.
Rius dan Benicno menghentikan perdebatan mereka
ketika mendengar suara gelak tawa dari samping kanan
mereka. Secara bersamaan mereka menoleh dan melihat Ruby
yang sedang tertawa terbahak.
Ruby berhenti tertawa saat dirasanya ada yang
memperhatikan dirinya. Ia mengadah, cengengesan begitu
tahu kalau sedang diperhatikan oleh Rius dan Benicno.
“Kau sepertinya sangat bahagia, baby?” Tanya Rius
bersidekap dada.
“E-eh!" Ruby menyengir. “I-itu a-aku—”
“Kau tahu bahagia di atas penderitaan orang itu tidak
baik.” Kini Benicno yang bersuara.
Ruby mengerucutkan bibirnya, menatap Rius meminta
pertolongan. Namun sepertinya Rius juga enggan
menolongnya dari Benicno. “Rius?” Rengek Ruby
mengembungkan pipinya.
“Kau juga menertawakan aku, Baby.” Ucap Rius
memincingkan matanya.
Ruby menatap Rius dengan Puppy eyesnya, matanya
sudah berkaca-kaca hendak menangis.
Rius mengalihkan pandangannya ke arah lain tidak kuat
melihat Puppy eyes Ruby. Gadis itu selalu ada saja cara untuk
Nikenn25 | 275meluluhkannya dan karena itulah, Rius tidak pernah bisa
marah dengan gadis menggemaskannya itu.
“Jangan lemah bodoh!” Benicno berbisik pada Rius.
Rius beralih menatap Benicno. “Bagaimana mungkin aku
tidak lemah. Dia semenggemaskan itu!” Lirih Rius.
“Ya, tapi kau tidak boleh lemah. Tadi dia sudah
menertawakan kita.” Bisik Benicno bersikeras.
Rius mengabaikan Benicno dan memilih mendekati Ruby.
Memeluk gadisnya dan memberikan kecupan hangat di
kening gadis itu.
Ruby tersenyum senang seraya membalas pelukan Rius,
menjulurkan lidahnya pada Benicno.
Benicno menggerutu menganggap Rius lemah hanya
karena sebuah tatapan saja. Tapi di sisi lain Benicno juga
senang karena itu berarti sahabatnya itu benar-benar tulus
mencintai seorang wanita.
TOK! TOK!
Rius | melepaskan pelukannya akan tetapi tidak
menjauhkan tangannya dari pinggang Ruby, menatap ke arah
pintu yang terketuk. Keningnya mengernyit kebingungan.
Tak selang berapa lama pintu ruang inap Ruby terbuka.
Keenan dan salah satu koleganya masuk ke dalam, tentunya
ada Keshila dan seseorang.
“Hai Rius apa kabarmu?” Tanya seseorang itu tersenyum.
“Sepertinya kau salah orang Nona!” Jawab Benicno.
“Yang sakit itu namanya Ruby, bukan Rius.”
“Tidak! Aku memang menanyakan kabar Rius. Karena
kita sudah lama tidak bertemu setelah acara malam minggu
waktu itu.”
Protective's Pilot | 276Benicno bergedik menatap orang itu seolah sedang
menilai. Ya, karena begitulah Benicno. Dia akan menilai jika
baginya ada sesuatu yang tidak beres.
Keshila menggeleng-gelengkan kepalanya. Mendekat
pada Ruby. “Bagaimana kabarmu nak?” Tanya Keshila
mengusap kepala Ruby.
“Sudah lebih baik Tante!” Jawab Ruby tersenyum.
“Mommy Shila, saja.” Balas Keshila lantas menaruh
buah-buahan di atas nakas. “Jangan lupa dimakan ya!”
Ruby mengangguk kecil. “Terima kasih, Mommy Shila!”
Keshila tersenyum mengecup pipi Ruby. Dia seakan
memiliki anak perempuan jika dipanggil Mommy seperti itu
pada Lechia pun sama, dirinya dipanggil Mommy. Lengkap
sudah bahagianya Keshila.
Nikenn2s | 277PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 35.
Rius menyuapi Ruby apel yang tadi sudah dicuci bersih
dan tentunya sudah dipotong beberapa bagian oleh Keshila.
Sesekali Rius meledek gadisnya dengan memasukkan
potongan apel itu ke dalam mulutnya membuat Ruby
merengek karena merasa ditipu. Hal itu malah membuat Rius
tertawa merasa gemas pada gadisnya.
Mereka berdua seolah melupakan kehadiran Keenan,
Keshila, Benicno dan tentunya Berlian dan juga William!
Kolega Keenan yang ikut datang untuk menjenguk Ruby.
Berlian hanya diam menatap Rius dan Ruby. Sejak tadi
dirinya sudah menahan ketidak sukaanya pada Ruby. Apalagi
setelah melihat keromantisan Rius dan gadis itu. Ia benci
melihat keromantisan didepannya, sejak awal Berlian sudah
menyukai Rius hingga bertekad untuk mendapatkan anak dari
kolega Papanya William. Namun, sepertinya itu akan sangat
susah melihat Rius yang tampaknya sangat mencintai Ruby.
Tapi itu tidak membuat tekad Berlian hilang begitu saja.
Berlian beranjak dari duduknya. Menghampiri Rius dan
berdiri di samping Pria itu. “Hai Rius?” Sapa Berlian
tersenyum.
Rius mengabaikan sapaan Berlian, tetap fokus menyuapi
Ruby apel. Sampai pada akhirnya sebuah tangan menarik
Jengan kanannya hingga menjatuhkan apel yang hendak
masuk ke dalam mulut Ruby.
“Ups!” Berlian tersenyum sinis. “Maaf aku sengaja. Dan
Rius, aku tidak suka diabaikan.”
Protective's Pilot | 278Rius mengetat rahangnya, ia menghempaskan tangan
Berlian kasar membuat gadis itu mundur beberapa langkah.
“Kau pikir siapa dirimu?” Bentak Rius tangannya kirinya
menggenggam tangan Ruby.
Jujur saja Keenan dan Keshila cukup terkejut dengan
reaksi Rius. Namun mereka tetap diam sambil terus
mengawasi.
Di sampingnya William tampak tidak terima atas
perlakuan Rius pada putrinya. Ia hendak membalas Rius
namun diurungkan niatnya untuk melihat lebih lanjut.
“Kenapa kau kasar sekali?” Tanya Berlian meringis
akibat tepisan Rius. “Aku hanya ingin kau sadar bahwa tidak
sepantasnya kau diperlakukan seperti itu oleh kekasihmu.”
Rius tersenyum sinis. “Diperlakukan apa maksudmu, Ha?”
“Kau menyuapi dia. Hal itu hanya akan membuat dia
manja!” Berlian menyahut sambil menunjuk Ruby.
Rius menepis tangan Berlian yang menunjuk Ruby.
Tatapan matanya begitu tajam. “Kau pasang telinga baik-baik
dan dengarkan ini-’ Jeda Rius mempererat genggaman
tangannya pada Ruby. “Aku yang ingin menyuapinya.
Kekasihku tidak pernah meminta karena apa yang aku
Jakukan itu atas kemauanku sendiri. Kau bilang apa tadi? Hal
itu hanya akan membuat dia manja? Kau salah, dia memang
sudah manja dari dulu. Tapi itu tidak pernah masalah untukku,
aku suka dia apa adanya. Aku suka ketika dia manja
terhadapku. Jadi aku beritahu padamu jangan bersikap seolah
kau paling tahu dariku mengenai kekasihku. Karena hal itu
hanya akan memperlihatkan seberapa bodohnya dirimu.”
Sambung Rius membuat wajah Berlian pias.
Nikenn25 | 279“Wanita seperti kekasihmu paling-paling hanya ingin
menguasai harta saja.”
“Sudah aku bilang jangan berbicara seolah kau paling
tahu dariku, karena itu hanya akan memperlihatkan seberapa
bodohnya dirimu.” Rius tersenyum meremehkan. “Sayangnya
kekasihku bukan wanita pengincar harta. Kalaupun memang
dia seperti itu, sudah dari dulu dia meminta barang branded
kepadaku. Tapi selama ini dia tidak pernah meminta apapun
terhadapku.”
“Kau bangga padanya?” Berlian bersidekap dada
menatap Ruby menilai.
“Sangat, aku sangat bangga padanya.” Ucap Rius
menoleh pada Ruby memberikan kecupan tepat di bibir
gadisnya.
Berlian mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah
karena menahan amarah. “Apa yang kau lihat dari kekasihmu,
Ha?” Bentak Berlian menarik tangan Rius hingga genggaman
tangannya pada Ruby terlepas “Aku bahkan lebih cantik
darinya, aku lebih segala-galanya dari dia.” Tambahnya
terisak.
“Hatinya!” Rius berucap datar. “Ya kau benar, kau
memang lebih cantik dari kekasihku. Tapi bagiku cinta bukan
dilihat dari seberapa cantiknya dia, aku mencintai dia apa
adanya tulus dalam hatiku. Cintaku bukan karena dia cantik
melainkan karena hatinya yang tulus membalas cintaku.
Bagiku kecantikan yang dimiliki oleh Ruby hanya bonus yang
Tuhan berikan.”
Rius melepaskan tangan Berlian sedikit kasar. “Kau
memang segala-galanya. Tapi maaf wanita yang merasa lebih
cantik dan lebih segala-galanya tidak akan berperilaku
Protective's Pilot | 280semurahan ini terhadap seorang Pria yang jelas-jelas sudah
memiliki kekasih. Apalagi kekasihnya ada tepat di
hadapanmu.” Tambah Rius sangat tenang seolah tidak
memikirkan bagaimana nantinya perasaan Berlian.
Wajah Berlian begitu pias. Ia melayangkan tangannya ke
pipi Rius membuat orang yang ada di ruangan tersebut kaget.
“Kau adalah Pria pertama yang begitu bodoh karena menolak
wanita secantikku.” Teriak Berlian terisak.
Rius tersenyum menempelkan lidahnya pada pipi.
Tangannya menyentuh pipinya yang memerah, dia lalu
menoleh menatap Berlian. “Aku lebih baik jadi pria bodoh
dari pada pintar harus menerima wanita yang sama sekali
tidak bisa menjaga harga dirinya.” Ucap Rius tersenyum
meremehkan.
Ruby turun dari brankar berdiri di tengah-tengah antara
Berlian dan Rius. Gadis itu berdiri menghadap Berlian. “Aku
rasa kau sudah terlalu banyak berbicara. Terlebih tentang
diriku—” Jeda Ruby tersenyum. “Kita sesama wanita, aku
sedari tadi hanya diam bukan karena aku membenarkan
tuduhanmu. Tapi karena aku ingin melihat sampai mana kau
ingin menjelekkanku.” Sambung Ruby kemudian
membalikkan tubuhnya menghadap Rius. Ia _ berjinjit
mengelus, lalu mengecup pipi kekasihnya yang merah karena
tamparan Berlian. Setelahnya Ruby kembali menghadap
Berlian.
“Aku tidak menuduhmu, semua yang aku bicarakan pada
Rius itu kenyataan yang ada.”
“Bisa kau buktikan ucapanmu itu?” Ruby menatap
Berlian menantang. “Dari dulu kau memang tidak pernah
menyukaiku. Kau dan Kak Caramella dari dulu memang tidak
Nikenn25 | 281pernah suka dengan apa yang aku miliki. Kalian bahkan
menjebakku bersama pria-pria bejat kalian, aku bahkan tahu—”
“DIAM!” Sela Berlian berteriak.
“Kenapa Berlian?” Tanya Ruby tetap tersenyum. “Kau
takut orangtuamu tahu bagaimana kelakuanmu di luaran?”
“Ada apa ini?” William melangkah maju menatap Ruby
dan putrinya secara bergantian. “Kau mengenal anakku?”
Ruby mengangguk tanpa_ sedikitpun mengalihkan
pandangannya dari Berlian. “Aku mengenal baik anakmu.
Dan mengenal baik bagaimana buruknya anakmu.”
Berlian mengangkat tangannya hendak melayangkan
tamparan pada Ruby. Namun, Rius sudah lebih dulu menepis
tangan Berlian hingga memerah.
“Jangan pernah menyentuh gadisku.” Geram Rius
menggertak giginya.
“Maksudmu? Ada apa dan maksudnya apa?” William
melihat Ruby kebingungan.
“Aku masih menutupinya, Berlian. Sudah selama ini?
Dan orangtuamu tidak tahu sama sekali.” Ucap Ruby
menyeka air matanya.
“Aku akan membunuhmu jika kau berani membuka
mulut.” Ancam Berlian.
Ruby menganggukkan kepalanya. Kedua tangannya ke
belakang melingkar di pinggang Rius menahan Pria itu untuk
tetap di belakangnya.
“Katakan nak, Om akan melindungimu.” Kata William
kemudian menarik tangannya agar menjauh dari Ruby.
“Katakan sekarang apa yang kau ketahui.” Tambahnya.
“Dulu anakmu pernah membawaku ke Club bersama
Caramella. Pada saat itu usiaku masih sekitar Tujuh Belas,
Protective's Pilot | 282sebenarnya saat itu aku belum diizinkan untuk masuk ke
wilayah seperti itu. Tapi tidak tahu bagaimana bisa aku
diizinkan masuk. Aku sempat izin ingin pulang tapi Berlian
dan Caramella menahanku untuk tetap di sana. Sampai
beberapa pria datang dan duduk di tempat yang pada saat itu
dipesan oleh Berlian. Aku yang pada saat itu tidak mengerti
apapun hanya diam ketakutan. Lalu Berlian dan Caramella
pergi, ke suatu kamar di—”
“RUBY!” Teriak Berlian melempar vas bunga.
Untungnya hanya melintas di depan Ruby. “Aku bersumpah
akan membunuhmu.” Tambahnya.
“Teruskan nak!” Pinta William.
“Mereka pergi bersama Pria itu. Berlian ternyata sudah
memesan dua kamar untuknya dan untuk kak Caramella. Aku
tidak tahu mereka pergi untuk melakukan apa, yang pasti aku
ditinggal sendirian dan hanya ditemani oleh salah satu dari
teman Pria itu.” Ruby memejamkan matanya, tubuhnya mulai
bergetar. “Pria itu mencoba untuk melakukan sesuatu padaku.
Aku menolak, Pria itu sempat mengatakan kalau dia sudah
membeliku dari Berlian.” Tambahnya.
“Lalu apa lagi?”
“Pria itu juga sempat mengatakan kalau Berlian dan
Caramella sedang bermain dengan kedua temannya. Pria itu
sempat memaksa aku untuk ikutan bermain tapi aku menolak
dan akhirnya lari dari sana. Untungnya pada saat itu aku
berhasil melarikan diri, tapi tentunya Berlian dan kakak tiriku
tidak tinggal diam. Mereka menemuiku dan memarahiku,
mereka bilang karena aku melarikan diri mereka jadi harus
mengganti rugi uang. Setelah beberapa lama dari kejadian itu
aku melihat Berlian mengajak seorang gadis, aku sempat
Nikenn25 | 283mengikuti mereka dan ternyata mereka datang ke tempat yang
sama pada malam itu. Aku sempat bertanya pada satpam di
sana kalau ternyata Berlian sudah berlangganan. Berlian juga
tidak memakai namanya. Melainkan memakai nama yang
lain.” Ruby membuka matanya bersamaan dengan itu Berlian
histeris. “Maaf Berlian, orangtuamu harus tahu hal ini. Dan
lagi kau sendiri yang mencoba untuk menjelekkan aku di
depan kekasihku. Kau yang memancingku untuk mengatakan
ini, maaf aku tidak terima kau menuduhku apalagi kau tidak
mempunyai bukti.”
William bersimpuh di depan kaki Ruby. Pria itu tampak
seperti menangis dan menyesali perbuatan putri satu-satunya
itu. “Kau tidak membuat cerita palsu kan?” Tanya William
meyakinkan.
Ruby menggelengkan kepalanya. “Tidak! Aku tidak
membuat cerita. Apa yang aku ceritakan memang benar
terjadi.” Jawab Ruby.
William mengangguk. “Kalau begitu, bolehkah aku tahu
siapa namanya yang dipakai Berlian?” Tanya William.
“Thalita!” Jawab Ruby menatap Berlian.
“Ya Tuhan.” Lirih William semakin menundukkan
wajahnya. “Maafkan atas kelakuan anakku. Maafkan nak, kau
boleh memenjarakannya.”
Ruby tersenyum, ikut bersimpuh agar sejajar dengan
William. “Om tidak perlu meminta maaf padaku. Kejadian itu
sudah sangat lama dan aku sudah memaafkannya.” Ucap
Ruby.
William mengadah dan tersenyum kecil. “Terima kasih
nak, terima kasih.” Sahut William kemudian berdiri, menatap
putrinya dengan marah.
Protective's Pilot | 284“Daddy!” Lirih Berlian terisak.
“Sudah berapa lama Berlian? Apa semua yang kami
berikan kurang?” Tanya William.
“Jangan percaya, dia hanya ingin menjatuhkanku.” Jawab
Berlian tidak terima.
“Begitu? Dia hanya ingin menjatuhkanmu? Selama ini
setiap malam kau ke mana? Dan Thalita, itu seperti nama
yang Daddy temukan di kamarmu?” Tanya William.
“A-aku—” Berlian menunduk, ia diam tidak bisa
menjawab.
“Kau sangat menjijikkan Berlian, sebagai ayahmu aku
sangat malu.” Kata William lantas meninggalkan Ruang Inap
Ruby. Dia seakan tidak memiliki wajah untuk tetap di sana.
Selama ini memang anaknya itu tidak pernah ada di rumah
setiap malamnya. Thalita, William pernah menemukan
identitas nama itu di kamar putrinya.
Semua yang ada di ruangan terdiam kaget tidak percaya
jika wanita secantik Berlian bisa melakukan hal yang itu.
Padahal keluarga Berlian sangat disoroti oleh media. Ya,
karena nama keluarga Berlian memiliki reputasi yang sangat
besar.
Nikenn25 | 285PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 36.
“Ya Tuhan!” Ruby luruh ke lantai, menangis terisak
menyesali apa yang tadi ia ucapkan. Tidak seharusnya Ruby
membuka kesalahan orang lain apalagi di depan kedua
orangtua Rius. Karena itu sama saja Ruby menjelekkan
Berlian di mata mereka. Tapi itu semua Ruby lakukan karena
memang selama ini Ruby sudah menahannya memendam itu
semua sendirian. Dirinya bukan memikirkan Berlian,
melainkan orangtua dari wanita itu. Bagaimana malu dai
terhinanya saat tahu putri satu-satunya memiliki kehidupan
yang buruk. Kali ini Ruby salah, tidak seharusnya ia
membuka kesalahan Berlian. “Ya Tuhan, apa yang aku
lakukan?” Tambahnya terisak.
“Ruby?” Rius bersimpuh memeluk tubuh Ruby yang
terguncang.
“Aku melakukan kesalahan, Rius. Aku tidak seharusnya
membuka kesalahan Berlian.” Isak Ruby memeluk lututnya.
“Kau tidak salah sayang, mau serapat apapun kau
menutupi keburukan mereka lama kelamaan keburukannya
pasti akan terungkap.”
Ruby memejamkan matanya bayangan kejadian di
masalalu seolah memutar kembali dalam benaknya. Kejadian
buruk yang hampir menghancurkan masa depannya. Berlian
William, ia sangat ingat bagaimana dulunya wanita itu sangat
ingin menjadikan Ruby sumber uang untuk gaya hidup
Berlian dan Kakak tirinya Caramella. Menjadikan Ruby
budak mereka tanpa memikirkan bagaimana nasib
Protective's Pilot | 286kedepannya. Untunglah saat itu Ruby berhasil melarikan diri
dari dunia yang hampir menghancurkannya.
* Flashback On +
“Ruby, kemari kau.” Panggil Caramella berduduk santai
sambil menggunakan cat kuku.
Ruby yang pada saat itu baru saja pulang dari
sekolahnya langsung menghampiri Caramella. “Ada apa
Kak?” Tanya Ruby kebingungan.
“Nanti malam pakai ini.” Caramella melempar gaun
berwarna hitam.
“U-untuk a-apa?” Ruby menatap Gaun itu kebingungan.
“Tidak perlu banyak bicara, kau pakai saja. Aku ingin
mengajakmu ke pesta nanti malam.”
Mendengar pesta mata Ruby langsung berbinar. Tanpa
bertanya lagi Ruby menyetujui untuk ikut nanti malam.
Hingga malam pun datang, Ruby yang polos malam dibuat
menjadi Ruby yang begitu cantik.
Setelah mendandani Ruby, Caramella lantas mengajak
Ruby untuk masuk ke dalam mobil jemputan. Mereka akan
malam ini, sebenarnya Ruby kembali menolak untuk ikut akan
tetapi Caramella memaksanya untuk tetap ikut.
Begitu tiba di tempat tujuan Ruby ditarik paksa untuk
turun dari mobil. Caramella memekik senang ketika bertemu
dengan seorang wanita cantik, yang Ruby ketahui wanita itu
bernama Berlian Algoritma.
“Hai Ruby, kau sangat cantik malam ini.” Ujar Berlian
menatap Ruby puas.
“Kak, pestanya di mana?” Tanya Ruby mengabaikan
Berlian. “Aku mau pulang saja!”
Nikenn25 | 287Caramella melotot, menahan tangan Ruby. “‘Tenang dulu
dong. Pestanya ada di dalam!” Caramella tersenyum.
“Berlian ayo kita masuk!”
“Oke!” Berlian kemudian berjalan lebih dulu. Berbicara
pada satpam. Yang pasti Ruby tidak bisa mendengarnya,
sampai pada akhirnya ia bisa diizinkan untuk masuk ke dalam.
Kesan pertama Ruby saat masuk adalah, ia tidak
menyukai tempat ini. Terlebih banyak wanita berpakaian
seksi dan juga banyak orang-orang yang melakukan mesum.
Lagi, Ruby ingin pulang namun tubuhnya dipaksa untuk
duduk. Sampai pada akhirnya ada tiga orang Pria datang
menghampiri, kedua Pria itu mencium mesra Berlian dan
Caramella. Sementara yang satunya hanya diam
memperhatikan Ruby.
“Ruby kau diam di sini, jangan pergi ke mana pun. Dan
turunin saja apa yang teman kakak inginkan.” Bisik
Caramella. “Awas kalau kau berbuat kurang ajar!”
Tambahnya kemudian pergi bersama Berlian dan tentunya
dengan kedua pria itu.
Ruby ingin mengejar namun pergelangan tangannya
ditahan oleh Pria itu. Ia menepisnya. “Jangan kurang ajar!”
Pekik Ruby tidak suka.
“Hei tenanglah dear.” Bisik Pria itu tersenyum penuh
arti.
“Aku mau menyusul kakak, mereka mau ke mana?”
Gumam Ruby ketakutan.
“Kakakmu mau bermain, bagaimana kalau kita juga
bermain?” Tanya Pria itu membelai lengan Ruby.
“Jangan menyentuhku!” Teriak Ruby mendorong Pria itu.
Protective's Pilot | 288“Hei dasar tidak tahu diri, aku ini sudah membelimu dari
Caramella.” Bentak Pria itu menahan tangan Ruby. “Kau
harus bermain denganku.” Tambahnya.
Ruby menggeleng, memberontak sekuat tenaganya. Entah
ide dari mana Ruby menendang tepat bagian Pria itu. Setelah
tangannya terlepas Ruby berlari pergi meninggalkan tempat
itu.
Beberapa Minggu setelah kejadian itu Caramella dan
Berlian datang memarahi Ruby. Bahkan memaki gadis polos
yang tidak tahu apapun. Sejak itu mereka berdua tidak lagi
memaksa Ruby untuk ikut. Tapi kebetulan atau tidaknya Ruby
melihat Berlian memaksa seorang gadis, ia hanya berani
melihat dari kejauhan. Karena penasaran Ruby pun
mengikuti Berlian dan Caramella.
Siapa yang akan menduga jika Berlian dan Caramella
ternyata mengajak gadis itu ke tempat yang pada saat itu
mereka mengajak Ruby. Dari kejauhan Ruby memperhatikan
mereka, sampai pada akhirnya rasa penasaran itu memaksa
Ruby untuk bertanya.
Ruby meneguk salivanya, menatap satpam dengan was-
was. “Maaf apa boleh aku bertanya?” Tanya Ruby.
“Apa!” Jawab Satpam itu.
“Apa kau mengenal ketiga wanita yang baru saja masuk?”
Tanya Ruby.
“Oh, mereka langganan di sini. Sudah sana pergi!”
jawab Satpam itu mengusir Ruby.
“Eum, Maaf apa aku boleh bertanya lagi?” Tanya Ruby
pelan.
“Bertanya apa?” Jawab Satpam itu ketus.
Nikenn25 | 289“Kalau boleh tahu, nama mereka siapa?” Tanya Ruby
takut-takut.
“Untuk apa kau bertanya? Itu privasi pelanggan di sini.”
Jawab Satpam sinis.
“Tolong beritahu aku, aku tidak akan membocorkannya
pada siapapun. Dia adalah kakakku!” Mohon Ruby.
“Nama mereka Thalita! Silahkan pergi dari sini.”
Semenjak kejadian itu Ruby jadi lebih penurut pada
Caramella, mendengar setiap perintah yang diberikan
Caramella dan lebih menjadi gadis pendiam tanpa berani
melawan sedikitpun.
+ Flashback Off +
Ruby membuka matanya ketika merasakan tepukan di
pipinya. Ia menoleh menatap Rius dengan hidung yang
memerah.
“Jangan dipikirkan. Apa yang kau lakukan ini sudah
benar, tidak ada yang salah! Justru hal ini bisa menjadi
pelajaran untuk Berlian, agar kedepannya dia bisa lebih baik
lagi.” Lanjut Rius tersenyum seraya menyeka air mata Ruby
dengan jarinya.
“Tapi aku pasti melukai perasaannya Om William.”
“Sayang, Om William yang memintamu untuk tetap
menceritakan semuanya. Itu berarti Om William juga sudah
siap dengan resikonya.”
Ruby memeluk Rius dengan erat, menangis di dada Pria
itu. Masih dengan rasa bersalahnya apalagi tadi Ruby sempat
melihat raut kekecewaan di wajah William. Ia pasti sudah
sangat menyakiti perasaan William dengan kenyataan pahit
ini.
Protective's Pilot | 290“Ruby kau mengenal Berlian?” Tanya Keenan pelan-
pelan karena takut mengguncang gadis itu.
Ruby melepaskan pelukannya, menatap Keenan seraya
mengangguk. “Ya, aku mengenal Berlian. Dia adalah teman
Caramella.” Jawab Ruby serak.
“Berarti saat acara malam minggu itu kau melihat
Berlian?” Tanya Keenan kembali.
Ruby mengangguk sekali lagi. “Aku melihatnya, bahkan
ketika dia berbicara dengan Rius. Tapi aku hanya diam karena
aku berpura-pura tidak melihatnya.” Jawab Ruby jujur. Ya,
dia memang benar melihat Berlian pada malam minggu waktu
itu. Ia juga melihat ketika Berlian datang mendekati Rius, tapi
Ruby hanya mengabaikan dan menganggap itu hanya sebuah
kebetulan yang memang tidak disengaja.
Rius terduduk dengan tubuh lemas. Menatap Ruby dari
samping, mata dan hidung gadis itu memerah karena
menangis. Soal kejadian malam minggu itu bahkan Ruby
tidak menceritakan apapun padanya.
Rius, Lama Deh.
Ucapan itu, berarti saat Ruby merengek gadis itu melihat
keberadaan Berlian. Dan lagi tentang masalalu Ruby dan
Berlian ia sama sekali tidak tahu, saat itu Richter hanya
memberikan informasi mengenai Helena juga Caramella.
“Kenapa kau tidak cerita mengenai acara malam minggu
itu padaku?” Tanya Rius.
Ruby menoleh ke samping, menatap Rius dengan mata
sembabnya. “Untuk apa? Dia juga tidak melihatku.” Jawab
Ruby.
Nikenn25 | 291“Kau salah kalau kau berpikir dia tidak melihatmu.”
Balas Rius menggeram. “Dia melihatmu, Sayang. Buktinya
saat paginya dia ingin mencoba menabrakmu.” Tambahnya.
“Jadi saat ada mobil itu? Ternyata itu Berlian?” Tanya
Keshila terbelalak. “YA TUHAN, KENAPA KAU TIDAK
MENGATAKANNYA PADA MOMMY.” Lanjut Keshila
berteriak.
“Shila!” Keenan menatap istrinya tajam.
“Hehe maaf sayang kelepasan.” Keshila menyahut sambil
cengengesan.
“Jangan samakan rumah sakit dengan Mansion kita.”
Ujar Keenan.
“Tya maaf, aku kelepasan!” Sahut Keshila cemberut.
Keenan menggeleng-gelengkan kepalanya, bersidekap
dada menatap Keshila yang cemberut. Ja lalu beralih menatap
putranya. “Rius, kau yakin itu Berlian?” Tanya Keenan
memastikan.
Rius mengangguk yakin. “Ya, aku yakin karena aku
sudah mengeceknya melalui cctv. Dan itu memang benar
mobil Berlian.” Jawab Rius. Ia memang sudah memeriksanya
menggunakan MacBook dan menyamakan foto mobil Berlian
dengan mobil yang hendak menabrak Ruby, dan ternyata
mobil mereka sama.
“Lalu apa yang akan kau lakukan.” Tanya Keenan
memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Tadi
Berlian sempat mengancam akan membunuh Ruby?”
Tambahnya.
“William akan melindungi Ruby. Tapi tentunya aku
takkan tinggal diam, saat ini fokusku hanya menjaga Ruby.”
Protective's Pilot | 292“Daddy percayakan padamu. Tapi ingat kau juga harus
bisa menjaga dirimu.”
Rius mengangguk kecil. “Ya, Dad!”
“Ya sudah, Daddy dan Mommy harus pulang dulu.
Kalian jaga diri baik-baik dan terus berhati-hati.” Ujar
Keenan dan diangguki oleh Rius. Lantas Keenan dan Keshila
pun beranjak pergi, namun baru sampai di ambang pintu Rius
sudah memanggilnya lagi.
“Dad, kau tidak mau bawa orang itu?” Tanya Rius
menunjuk Benicno yang tertidur di sofa.
Keenan menaikan sebelah alisnya, ia terkekeh ketika
melihat Benicno. Pria itu gampang sekali tertidur dan tidak
pernah tahu tempat. “Biarkan saja dia tidur, nanti juga
bangun!” Jawab Keenan kemudian melanjutkan langkahnya
bersama Keshila.
Rius berdecak pelan, padahal sangat berharap kalau
Benicno juga ikutan pulang bersama Keenan. Tapi ya sudah!
Sepertinya pria itu lelah terlihat dari tidumya yang
mendengkur.
Nikenn25 | 293PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 37.
Malam ini Rius sedang membantu Ruby merapikan
pakaian gadis itu. Sesekali Rius berhenti dan hanya
memandangi Ruby dari tempatnya, ia melipat kedua
tangannya di depan dada masih sambil terus memperhatikan
Ruby.
“Kau yakin ingin pulang?” Tanya Rius. “Dokter belum
mengizinkanmu untuk pulang.” Tambahnya.
Ruby berbalik, beringsut mendekat pada Rius. “Tadi kat
kau sudah meminta izin pada dokter.”
“Tya aku tahu.” Rius mengulurkan — tangannya
membenarkan helaian rambut yang mengenai mata Ruby.
“Tapi kau baru saja sadar dari kritismu.”
“Tapi aku bosan di sini, aku juga tidak suka sama
makanannya.” Ujar Ruby cemberut. “Pokoknya aku mau
pulang, titik!”
“Tiga hari lagi bagaimana? Baru setelah itu kita pulang?”
Ruby menoleh, mengerucutkan bibirnya. “Tidak mau
Rius, aku mau malam ini juga titik.” Kata Ruby bersikeras.
“Pokoknya tidak ada tiga hari lagi. Aku mau malam ini juga!”
Tambahnya sebelum Rius sempat berucap.
“Baiklah, besok bagaimana?”
Ruby menghentakkan kakinya, menatap Rius dengan
mata yang berkaca-kaca. “Malam ini Rius. Bukan besok.”
Rius menghela napas kasar rasanya percuma saja tawar
menawar dengan Ruby. Dia hampir melupakan walau manja
tapi Ruby juga cukup keras kepala. “Oke, baiklah sayang.
Malam ini pulang.” Ucap Rius pasrah dan memilih mengikuti
Protective's Pilot | 294keinginan gadisnya, terlebih Rius tidak pernah bisa melihat
mata indah Ruby berkaca-kaca.
Ruby bersorak kegirangan berjingkrak layaknya anak
kecil. Lalu berlari memeluk Rius erat. “Terima kasih sayang,
aku mencintaimu.” Sahut Ruby mengecup pipi Rius.
Rius tersenyum membalas pelukan Ruby. Mengecup
bahu Ruby dengan lembut. “Sama-sama sayang. Aku lebih
mencintaimu.” Balas Rius mengurai pelukannya kemudian
mengecup bibir Ruby.
Ruby melepaskan pelukannya. Mengecup pipi Rius sekali
lagi sebelum pada akhirnya Ruby kembali memasukkan
pakaiannya ke dalam tas.
Rius memijat pangkal hidungnya, sekarang kepalanya
terasa ingin meledak. Bukan karena memikirkan masalah tapi
hanya memikirkan kondisi Ruby yang sebenarnya belum bisa
pulang. Namun, mau bagaimana lagi Rius tidak pernah bisa
menolak keinginan gadisnya itu. Membujuknya pun sudah
Rius lakukan tapi Ruby tetap bersikeras ingin pulang saat ini
juga.
“Sayang, satu hari lagi kita pulang bagaimana? Kau tadi
siang baru saja sadar.” Ucap Rius beringsut mendekat pada
Ruby, memeluk gadisnya dari belakang. “Satu hari lagi ya
sayang, setelah itu aku janji kita pulang.”
Ruby menggeleng memutar tubuhnya menghadap Rius
namun tidak melepaskan pelukan pria itu. “Kenapa kau sudah
bilang kalau aku bisa pulang malam ini?”
“Sayang aku hanya ingin dokter memeriksamu satu kali
lagi. Memastikan akan kondisimu, setelah benar-benar pasti
aku janji kita akan pulang.”
Nikenn25 | 295“Kau tidak percaya dengan kondisiku? Rius aku hanya
ingin pulang, tapi jika memang tidak dibolehkan. Ya sudah,
aku akan tetap di sini.” Kata Ruby melepaskan pelukan Rius,
melangkah ke brankar dan berbaring di sana.
“Bukan begitu maksudku. Oke baiklah, aku tidak mau
kita bertengkar. Ya sudah malam ini kita pulang!” Balas Rius.
“Tidak usah, aku mau di sini saja!” Timpal Ruby serak.
“Sayang, kau menangis?” Tanya Rius mendekat pada
Ruby. Membalikkan tubuh yang sedang _ berbaring
membelakanginya itu. “Hei, jangan menangis. Ya sudah
malam ini kita pulang.” Tambahnya seraya mengusap air
mata Ruby.
“Aku ingin pulang karena aku tidak suka bau rumah
sakit.”
“Ya sudah! Tunggu di sini aku akan menelfon Dominick
untuk menjemput kita.” Ucap Rius mengecup kening Ruby
yang panas. Ketika hendak melangkah tiba-tiba saja
tangannya dicekal oleh Ruby. “Ada apa, sayang?”
“Kau tidak marah padaku kan?” Ruby menatap Rius
dalam.
Rius menghela napas kasar. “Aku marah padamu—” Jeda
Rius mengusap kening Ruby. “Tapi semarah apapun aku pada
dirimu, tetap saja aku tidak akan pernah bisa marah seperti
mereka di luaran.” Sambung Rius mencium kening Ruby.
“Kenapa? Kau bisa memarahiku jika memang kau marah.”
Ruby mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap Rius
dengan binar ketulusan.
“Aku bisa saja memarahimu. Tapi aku tidak akan pernah
bisa dan tidak akan pernah suka jika harus melihat air mata
jatuh dari mata orang yang aku cintai.” Rius tersenyum
Protective's Pilot | 296membalas tatapan Ruby tulus. “Dan lagi ini hanya persoalan
kecil, kalau memang kau tidak suka di sini itu tidak masalah.”
“Aku ingin pulang karena aku tidak mau terus-terusan
merepotkanmu. Kau harus kembali ke mansion dan ke rumah
sakit setiap harinya. Belum lagi biaya rumah sakit pasti—”
“Aku tidak suka kau berbicara seperti itu.” Sela Rius
menatap Ruby tajam. “Tidak pernah sekalipun aku berpikir
kalau dirimu merepotkan diriku, tidak pernah aku memikirkan
soal biaya. Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Sayang kau
salah jika mempunyai pikiran seperti itu. Karena nyatanya
aku sama sekali tidak pernah merasa direpotkan.”
Ruby menunduk tidak berani menatap Rius. Dari cara
bicara Pria itu sangat jelas ada nada kemarahan.
Rius menghela napas kasar membawa kepala Ruby ke
dalam dekapannya. “Aku bicara seperti itu bukan karena aku
marah padamu. Tapi karena aku tidak suka dengan cara
berpikirmu.” Tambahnya.
“Maaf!” Ruby berucap lirih.
“Lebih baik kau ganti pakaian, kita akan pulang malam
ini. Aku akan keluar untuk menemui Dominick yang ada di
depan.” Ujar Rius melepas dekapannya, mencium kening
Ruby lalu beringsut pergi.
Ruby hanya diam memperhatikan punggung Rius yang
perlahan menghilang di balik pintu. Walau tidak
menunjukkannya secara langsung tapi Ruby tahu kalau
sebenarnya Rius marah kepadanya. Ia turun dari brankar dan
bergegas mengganti pakaian.
Selesai mengganti pakaian Ruby keluar. Mencari Rius
yang katanya menemui Dominick di luar. Namun, di luar
tidak ada Rius maupun Dominick.
Nikenn25 | 297Ruby memincingkan matanya ketika melihat sosok
Dominick bersama dokter memasuki sebuah ruangan. Entah
dorongan dari mana Ruby berlari untuk melihat ke sana.
“Maaf Tuan. Ibu Helena tidak bisa kami selamatkan.
Beliau sudah tiada sejak sembilan jam yang lalu.” Ujar Dokter.
Rius mengangguk menatap tubuh Helena dengan tatapan
datar. “Setelah ini periksalah anaknya.” Pinta Rius
membalikkan tubuhnya. Ia terdiam kaget ketika melihat sosok
Ruby berdiri di ambang pintu.
Ruby hanya diam dengan mulut yang terbungkam rapat.
Pandangannya terarah pada Helena, perlahan kakinya
melangkah gontai dan terhenti tepat di samping Rius. Ia
menoleh menatap Rius dengan mata yang berkaca-kaca. “Dia
bukan Ibuku kan, Rius?” Tanya Ruby serak.
Rius menoleh matanya bertemu dengan mata Ruby. “Dia,
Helena Neino.” Jawab Rius.
Ruby mengalihkan pandangannya kembali pada brankar
Helena. Tubuh wanita itu tertutup kain putih. “Kalau Ibu tiada
lalu bagaimana dengan Kak Caramella?” Lirih Ruby.
“Caramella masih ditangani oleh dokter.” Ujar Rius
meraih tangan Ruby.
Ruby menoleh menatap Rius dalam. “Rius aku ingin
bertemu kak Caramella.” Pinta Ruby.
Rius menggeleng. “Tidak, aku tidak mengizinkanmu
bertemu Caramella.” Tolak Rius tegas. “Lagipula bukannya
malam ini kau mau kita pulang?”
“Aku mohon Rius. Aku ingin bertemu dengan Kak
Caramella, aku ingin melihat kondisi dia.” Ruby menatap
Rius memohon. “Sebentar saja Rius, aku janji.” Tambahnya.
Protective's Pilot | 298Rius menghela napas kasar, menganggukkan kepalanya
seraya melirik Dominick. “Dominick, tolong antar Ruby ke
ruangan Caramella.” Kata Rius datar. Ia beralih menatap lurus
ke depan. “Pergilah, Dominick akan mengantarmu.”
“Kenapa Dominick?”
“Aku mengizinkanmu bertemu Caramella. Tapi aku tidak
akan ikut.”
“Kenapa?” Ruby menyahut dengan suara yang bergetar.
“Aku akan menunggumu di mobil.” Rius menoleh ke
arah Ruby sebentar, sebelum pada akhirnya beranjak pergi
dari sana.
Ruby menatap punggung Rius yang hilang di balik pintu.
Lalu beralih pada Dominick, Pria itu hanya diam tersenyum
kikuk pada Ruby. Setelahnya Dominick mengajak Ruby
untuk menemui Caramella.
Begitu sampai di ruangan Caramella. Ruby tidak
langsung masuk, dia melihat ke arah Dominick antara harus
masuk atau justru pergi. Ini pilihannya untuk menemui
Caramella tapi tidak tahu kenapa saat sampai di depan
ruangannya Ruby malah merasa gugup dan takut.
“Ayo Nona.” Ujar Dominick ketika sudah membukakan
pintu untuk Ruby masuk ke dalam.
“Dominick, a-aku—”
“Tidak apa-apa Nona, saya akan menemani anda ke
dalam.” Sela Dominick tersenyum.
Ruby menarik napas panjang dan mengembuskannya
perlahan. Saat merasa siap ia pun melangkah masuk dengan
Dominick yang ada di belakangnya.
“MAU APA KAU?” Teriak Caramella ketika melihat
Ruby. Tangannya meraih sesuatu dan melemparnya ke Ruby
Nikenn25 | 299namun Dominick dengan sigap melindunginya dengan
menghalangi kepala Ruby oleh tangannya.
Ruby menggigit bibir bawahnya. Ia melirik Dominick
yang mengangguk kecil. “Aku takut, Dominick.” Gumam
Ruby sangat pelan.
“Saya akan melindungi, Nona!” Dominick menoleh pada
Caramella. Wanita itu masih berbicara tentang ketidak
sukaanya terhadap kedatangan Ruby.
Ruby memanggut kecil kemudian kembali melangkahkan
kakinya pada Caramella. Tanpa sengaja matanya jatuh pada
sebelah tangan Caramella yang terborgol.
“Mau apa kau Ha? Mau membunuhku seperti kau
membunuh Ibu?” Geram Caramella. “Kau tidak seharusnya
hidup. Harusnya kau yang mati, bukan Ibuku.” Tambahnya
berteriak.
Ruby terisak. Tangannya meremas tangan Dominick
yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. “Kak Caramella?”
“Jangan panggil aku kakak, aku tidak sudi memiliki adik
sepertimu sekalipun kau adalah adik tiriku.” Caramella
menatap Ruby penuh kebencian. “Kekasihmu terlalu buta
karena sudah mencintai orang sepertimu. Dia membela orang
yang salah, seharusnya dia membiarkan dirimu mati.”
“Kau salah. Seharusnya Ruby yang berbicara seperti
kepadamu. Karena berkat Ruby aku tidak membuatmu sama
seperti ibumu. Seharusnya aku membiarkanmu mati dan tidak
menuruti keinginan dari gadisku.” Ucap Rius yang tiba-tiba
saja ada di belakang Ruby. Pria itu tidak pernah ke mobil, dia
hanya menghindar sebentar untuk mengurangi amarahnya.
“Seharusnya kau berterima kasih karena dia, kau masih
bernapas sampai saat ini.” Tambahnya.
Protective's Pilot | 300“Aku takkan sudi berterima kasih padanya. Dia
pembunuh ibuku.”
“Bukan dia yang membunuh ibumu, tapi aku.” Rius
beringsut mendekat, berdiri tepat di sebelah Ruby. “Itu adalah
balasan untuk Ibumu karena sudah__ berani-beraninya
menyakiti gadisku. Dan seharusnya kau mungkin saat ini
sudah terbujur kaku. Tapi karena permintaan gadisku, aku jadi
terpaksa membebaskanmu dari kematian.”
“Cih!” Caramella meludah menatap Ruby dengan tatapan
jijik. “Dia yang kau bilang Gadisku hanya mencari muka agar
bisa menguasai hartamu.”
Rius tersenyum melirik Ruby melalui ekor matanya.
“Begitulah jika kita mempunyai hati yang dipenuhi oleh
dendam dan iri hati. Membicarakan kejelekan orang lain
tanpa sadar kalau dia sedang membicarakan dirinya sendiri.”
Rius membalikkan tubuhnya seraya mencekal tangan Ruby.
“Kau bilang padaku hanya sebentar kan? Sudah saatnya
pulang. Kau harus istirahat.” Tambahnya.
Ruby melepaskan tangan Rius membuat Pria itu diam
karena terkejut dengan reaksi Ruby. Setelahnya ia berjalan
mendekat pada Caramella. Tangannya terulur mengusap
wajah kakak tirinya itu. “Aku sudah memaafkan kesalahanmu
dan kesalahan Ibu Helena, apa yang sudah kalian berdua
Jakukan terhadapku dulu atau sekarang pun aku sudah
memaafkannya. Tapi satu yang tidak bisa aku maafkan, aku
tidak bisa memaafkan jika Kakak menuduhku seolah aku
wanita gila akan harta. Kak Caramella salah, aku mencintai
Rius karena dia tulus mencintaiku. Dia melindungiku sampai
rela mengotori tangannya hanya untuk membalaskan
kesakitanku karena ulah kau dan Ibu.” Kata Ruby tanpa
Nikenn25 | 301mengalihkan tatapannya dari Caramella. “Andai kakak tahu
rasanya dicintai begitu besar oleh seorang Pria. Andai kakak
bisa merasakannya, cinta tulus dari hati tanpa ada maksud
yang lain. Dia begitu mencintaiku sepenuh hatinya, apapun
yang aku inginkan dia selalu menurutinya. Mungkin jika aku
meminta hartanya dia akan memberikannya padaku, tapi tidak.
Aku tidak butuh harta kekayaan yang kekasihku miliki—” Jeda
Ruby menahan isakannya.
Rius diam tanpa membalikkan tubuhnya. Mendengar
semua yang ingin Ruby curahkan pada Caramella.
“Bahkan ketika aku meminta dia untuk berhenti
menyakiti kalian. Dia tetap menuruti keinginanku, sekalipun
dia dalam amarah yang tinggi. Dan tadi, tadi dia tetap
menurutiku untuk pulang dan menemuimu.” Lanjut Ruby
menyeka air matanya. “Tidak apa jika memang kau tetap
membenciku. Padahal aku sendiri tidak tahu apa alasanmu
membenciku. Tapi tidak apa, aku tidak akan marah dan juga
aku sudah memaafkan semua kesalahanmu dan Ibu Helena.
Biarpun kau membenciku, aku akan tetap menganggapmu
sebagai kakakku walau kau tidak sudi mengakui adikmu.
Biarpun hanya tiri tapi aku menyayangimu. Kak Caramell
maafkan aku jika selama ini aku memiliki kesalahan padamu.”
Tambahnya kemudian berbalik memeluk Rius dari belakang.
Rius menyentuh tangan Ruby yang melingkar di perutnya.
Ta menarik Ruby dan membawanya ke dalam pelukan. “Kita
pulang ya?” Bisik Rius mengecup puncak kepala Ruby.
Ruby memanggutkan kepalanya, menangis tersendu di
dalam pelukan Rius.
Caramella menangis terisak memperhatikan Ruby yang
terisak. Ia Meraung seraya menarik rambutnya yang panjang.
Protective's Pilot | 302“Sialan kenapa kau tidak membenciku. Kenapa kau tetap
menganggapku, kenapa kau tidak membiarkan Kekasihmu
membunuhku saja.” Isak Caramella. “KENAPA RUBY?”
tambahnya berteriak.
Ruby melepaskan pelukan Rius kemudian menoleh pada
Caramella. “Karena di dunia ini aku hanya memiliki dirimu
dan Rius.”
“Aku jahat. Sudah seharusnya kau membenciku.”
Ruby menggeleng, kedua matanya sembab karena
menangis. “Ti-tidak bi-bisa.” Isak Ruby terbata.
“KENAPA?” Teriak Caramella.
“Karena aku menyayangimu sejahat apapun kau
terhadapku.” Pekik Ruby luruh ke lantai dengan tangan yang
berpegangan pada Rius.
Caramella meraung menggerak-gerakkan tangannya yang
terborgol. “Kau tidak seharusnya menyayangiku.” Lirih
Caramella tersendu. “Aku ini jahat Ruby, kau tidak pantas
menyayangi orang sejahat diriku.” Tambahnya.
Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menangis
terisak hingga tubuhnya terguncang hebat. “Kau tidak jahat
kak, kau hanya digelapkan oleh kebencian dalam hatimu.
Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya kenapa kau bisa
membenciku.”
Caramella terisak menatap Ruby dalam. Tatapannya
kosong memandang tubuh terguncang gadis itu. Sampai pada
akhirnya semua terjawab, rahasia yang selama ini tidak
pernah Ruby ketahui.
Nikenn25 | 303PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 38.
“Kau mau tahu kenapa aku membencimu?” Tanya
Caramella lirih. “Aku membencimu karena kau adalah adikku.
Selama ini aku membencimu karena Ayah dan Ibu hanya
menyayangimu. Sementara padaku? Mereka bahkan tidak
pernah menyayangiku sedikitpun.” Caramella terisak.
Ruby terdiam membalas tatapan Caramella dengan kedua
alis yang tertaut. “Ma-maksudmu a-apa?”
“Saat aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah!
Ayah dan Ibu sama sekali tidak mencariku, perhatian mereka
hanya pada anak balita saja tanpa mempedulikan adanya aku
di antara mereka.” Caramella tersenyum sinis. “Ibu Helena
menemuiku dan menjadikan aku sebagai putrinya. Namaku
diganti menjadi Caramella, sebelumnya namaku adalah
Afsyerin Kanaya. Tapi aku membenci nama itu dan aku pun
membenci dirimu.” Tambah Caramella diiringi tawa.
“Aku tidak mengerti!”
“ITU KARENA KAU BODOH!” Teriak Caramella
menggeram. “Aku membenci kehadiranmu. Karena hadirnya
dirimu perhatian Ayah dan Ibu hanya tertuju pada dirimu.”
“Ka-kau—” Jeda Ruby lemas. “Ka-kau Kanaya?”
Caramella tertawa. “Haha Kanaya? Dia sudah mati.
Tidak ada lagi Kanaya, dia sudah mati karena tidak pernah
dianggap kehadirannya.”
“Ya Tuhan.” Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tbu Helena menyukai Ayah. Kami bekerja sama untuk
menghancurkan Ayah dan Ibu, juga kau.” Caramella
memincing matanya tajam. “Setelah Ibu tiada, Ayah menikahi
Protective's Pilot | 304Ibu Helena. Bahkan Ayah sama sekali tidak menyadariku
sama sekali. Oh malangnya nasib Kanaya, haha!”
“Kenapa kau lakukan ini?” Tanya Ruby serak.
“KARENA AKU BENCI KEHADIRANMU, KAU
MEREBUT PERHATIAN AYAH DAN IBU. TIDAK
HANYA ITU KAU JUGA MEREBUT PRIA YANG AKU
CINTAI.” Jawab Caramella berteriak.
“Jadi benar kau Kanaya?” Ruby menatap Caramella
senang dan juga sedih.
“KANAYA SUDAH MATI!” Caramella terengah. “Dan
kalian yang sudah membuatnya mati.”
“Kau tidak tahu kalau Ayah dan Ibu sangat
menyayangimu. Mereka selalu mencari-cari keberadaanmu,
Kak Kanaya.”
“Haha kau kira aku bodoh? Aku bukan anak kecil. Jelas
aku lebih dulu lahir sebelum dirimu. Mereka tidak pernah
mencariku dan—” Jeda Caramella tertawa renyah. “Jangan
memanggilku, Kanaya lagi.” Sambungnya tajam.
Ruby berdiri dibantu oleh Rius. Langkahnya mendekat
pada Caramella. “Kau kakak kandungku? Tapi kenapa kau
bersikap seolah kita adalah saudara tiri?”
“Karena aku tidak mempunyai adik.”
“Tapi aku adikmu, kak!” Isak Ruby meraih tangan
Caramella. “Selama ini Ayah dan Ibu selalu mencari
keberadaanmu, kak Kanaya. Ibu selalu memeluk fotomu
karena terlalu merin—”
“DIAM!” Bentak Caramella melotot tajam. “Kau tidak
perlu menjelaskan apapun padaku. Karena aku adalah
Caramella Neino. Bukan Afsyerin Kanaya.” Tambahnya
Nikenn25 | 305menepis tangan Ruby, mendorong gadis itu bisa hingga
tersungkur ke lantai.
Rius menatap Caramella tajam, ia membantu Ruby untuk
berdiri dan menahan tubuh lemas gadisnya ke dada.
“Terserah, mau kau kak Caramella atau Kak Kanaya.
Yang pasti aku tetap menyayangimu. Selalu menyayangimu.”
Lirih Ruby seraya mengusap air matanya.
Caramella berdecih mengalihkan pandangannya ke arah
Jain. Air matanya kembali mengalir ketika mendengar ucapan
Ruby yang tulus. Selama ini Caramella selalu membenci
Ruby dan selalu berniat menghancurkan gadis itu. Namun,
semua ada alasannya dan alasannya adalah. Karena Afsheen
Ruby, adalah adik kandung dari Afsyerin Kanaya atau yang
saat ini lebih dikenal sebagai Caramella Neino.
Ya, tidak ada yang banyak tahu mengenai rahasia itu
karena selama ini Caramella menyimpannya secara rapat. Dan
rahasia ini pun hanya diketahui oleh Helena, karena wanita itu
sudah menjadikan seorang Afsyerin Kanaya sebagai anak
angkatnya. Dengan dibantu oleh Helena, Caramella
membalaskan rasa sakit hatinya karena tidak pernah
diperhatikan oleh kedua orangtua yang hanya memperhatikan
sosok Ruby kecil pada usia tiga tahun.
“Pergilah dari sini, aku tidak sudi melihatmu lagi.” Usir
Caramella.
“Tolong jangan memintaku untuk pergi. Kak, hanya
dirimu dan Rius yang kupunya saat ini.” Isak Ruby pilu.
“Selama bertahun-tahun kita terpisah. Aku tidak pernah
melihat sosokmu, tidak apa kalau kau memang tidak sudi
melihatku. Tapi Kak, bagaimanapun kau tetaplah kakak
kandungku.”
Protective's Pilot | 306“Aku bukan kakak kandungmu.”
“Terserah padamu mau menganggapnya seperti apa. Kau
tetaplah kakakku.”
Rius memincingkan matanya sambil memperhatikan
Caramella lekat. Ia tersenyum sinis sudah menduga hal ini
sebelumnya. Sebenarnya Rius sudah tahu kalau Ruby dan
Caramella memiliki hubungan darah. Dia mengetahui hal itu
sejak beberapa hari yang lalu, itu pun karena informasi yang
diberikan Richter karena memang Rius menaruh rasa curiga
pada Caramella. Dan sekarang semua sudah terjawab.
“Aku sudah menduga hal ini. Kau membenci Ruby
karena rasa iri hati.” Ujar Rius tersenyum miring.
“Ya. Aku iri padanya karena dia selalu mendapatkan
apapun yang dia inginkan. Sedangkan aku? Tidak pernah
sekalipun. Dia bahkan mengambil perhatian Ayah dan Ibu,
termasuk dirimu. Pria yang aku cintai.” Sahut Caramella
mengalihkan perhatian pada Rius.
“Dia sama sekali tidak mengambil perhatian dariku. Perlu
kau ingat dan sadari, kalau sebelumnya kau dan aku tidak
saling mengenal.” Balas Rius tegas.
“Sama saja. Dia memang selalu merebut apa yang aku
inginkan. Selalu dia biangnya dan aku benci kehadirannya.”
Timpal Caramella.
“Rasanya percuma saja berbicara dengan orang yang
hatinya dipenuhi rasa iri dan dendam hati.” Rius meraih
tangan Ruby. “Lebih baik kita pulang. Kau harus istirahat,
ingat janjimu yang hanya sebentar.”
“Tapi aku mau jaga Kakakku!” Ruby menahan tangan
Rius untuk pergi.
Nikenn25 | 307“Kau pikir kali ini aku akan menuruti keinginanmu?
Tidak. Jadi aku mau kita pulang saat ini juga, tanpa bantahan.”
Tegas Rius menatap Ruby tajam, ia menarik paksa tangan
Ruby untuk pergi dari ruang Caramella. Dia bahkan tidak
peduli akan rengekan dari Ruby.
Rius memaksa Ruby masuk ke dalam mobil. Meminta
Dominick untuk segera pergi dari rumah sakit. Dirinya masih
mencoba mengabaikan keinginan Ruby untuk tetap menemani
Caramella.
“Rius, aku mohon. Aku ingin menemani Kak Kanaya,
kali ini saja aku mohon Rius!” Isak Ruby menyeka air
matanya. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang. “Rius,
mengertilah aku ingin menemani Kak Kanaya. Aku—”
“Dominick berhenti.” Pinta Rius menyela, matanya
menatap keluar jendela. “Kau bilang mengertilah? Apa
selama ini aku kurang mengerti Ruby? Kau memintaku untuk
mengerti dan aku selalu mencoba untuk mengerti itu.
Sekarang aku tanya, pernahkah kau mengerti diriku?”
Tambahnya seraya menoleh pada Ruby.
Ruby tersendu tatapan mata Rius begitu tajam menusuk
relung hatinya. “Ri-Rius a-aku—”
“Turunlah.” Sela Rius mengalihkan pandangannya.
Rahang kokoh tegas itu mengeras hingga urat-urat di lehernya
bertonjolan. “Silahkan temui dia. Aku takkan melarangmu,
maaf jika selama ini aku kurang mengerti dirimu. Turunlah
‘Bye
“Rius itu... Aku tidak begitu maksudku, aku—”
“Turunlah dan temui dia.” Potong Rius masih enggan
menatap ke arah Ruby.
Protective's Pilot | 308Ruby turun dari mobil dengan dada yang terasa sesak. Ia
mengulum bibir bawahnya menahan isakan ketika melihat
mobil Rius melaju pergi. "Maaf Rius maaf, jangan
membenciku." Isaknya kemudian berlari masuk ke dalam
rumah sakit. Bukan maksud Ruby ingin menyakiti Rius, dia
sendiri bingung harus melakukan apa. Satu sisi Caramella
adalah kakaknya yang selama ini hilang, kakak yang Ruby
ingat ketika dulu selalu memarahinya saat tanpa sengaja Ruby
kecil memainkan Barbie milik Kanaya yang pada saat itu
usianya sudah lima tahun.
Ruby hanya tidak ingin mengabaikan keluarga satu-
satunya yang saat ia miliki itu. Ya, Ruby tahu ucapannya tadi
pasti sangat melukai Rius. Pria itu selalu menuruti
keinginannya dan selalu mengerti apa yang Ruby inginkan.
Tapi demi Tuhan, Ruby hanya ingin mempertahankan apa
yang sampai saat ini pasti dirinya miliki.
Napas Ruby terengah-engah, luka di dadanya terasa sakit
tapi Ruby mengabaikan itu. Ia membuka pintu ruangan
Caramella bersamaan dengan itu matanya melihat Suster yang
menutupi tubuh Caramella dengan kain putih.
“Kasihan ya. Ibunya sudah tiada dan tadi dia melakukan
bunuh diri.” Bisik Suster. “Malang sekali hidupnya.” Tambah
suster itu.
“TIDAK!” Teriak Ruby berlari ke arah brankar. “Tidak-
tidak, kau tidak boleh pergi Kak. Bangun aku datang lagi
untuk membawamu bersamaku. Ayo bangun!”
“Nona pasien sudah meninggal dunia.”
Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, terisak sambil
memeluk tubuh Caramella. “Kita baru saja bertemu lalu
bagaimana mungkin bisa kau pergi secepat ini
Nikenn25 | 309meninggalkanku?” Lirih Ruby tangannya membelai wajah
pucat Caramella. “Aku sudah memaafkanmu. Dan aku sudah
ikhlas, pergilah dengan tenang kak Kanaya. Kau pasti senang
bisa berkumpul dengan Ibu dan Ayah kan? Tunggu aku ya,
suatu hari nanti aku akan berkumpul dengan kalian.”
Tambahnya.
Protective's Pilot | 310PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 39.
Ruby berjalan dengan langkah gontai di bawah guyuran
hujan yang deras disertai gemuruh besar. Kepalanya
menunduk memperhatikan langkah kakinya, dia bahkan tidak
mempedulikan tubuhnya yang basah oleh hujan dan
membiarkan luka di dadanya ikut basah.
Di bawah guyuran hujan Ruby menangis meraung sambil
sesekali memukul dadanya yang sesak. Ia jatuh ke aspal
mengabaikan rasa perih pada lutut dan perasaannya saat ini.
Ruby memeluk lututnya semakin meraung terisak. Isakan
yang akan memilukan siapa saja bagi yang mendengarnya.
Sepucuk surat diberikan suster pada Ruby sebelum pergi
meninggalkan rumah sakit, surat yang ditulis oleh Caramella
sebelum kepergian wanita itu untuk selamanya.
Ruby, mungkin saat kau membaca ini aku sudah tiada
lagi.
Ruby, maafkan aku. Semua kesalahanku tidak seharusnya
aku melakukan hal buruk pada adik kandungku sendiri. Demi
Tuhan, aku menyesal mengingat betapa jahat dan buruknya
diriku terhadapmu.
Ruby, aku malu untuk meminta maaf kepadamu secara
langsung. Karena itu aku membuat sepucuk surat ini.
Ruby, terima kasih karena sudah memaafkan orang hina
ini. Dan terima kasih sudah mau menyayangiku. Kau adikku,
berbahagialah. Sekali lagi, maafkan aku yang hina dan kotor
ini.
_—Caramella_
Nikenn2s | 311Ya, itulah isi surat yang Caramella tuliskan sebelum
wanita itu memutuskan untuk mengakhiri hidup. Surat
permintaan maaf dari Caramella yang menyesali
perbuatannya. Padahal tanpa perlu meminta maaf pun, Ruby
sudah memaafkannya lebih dulu. Ia tidak pernah membenci
Caramella mau dia kakak kandung ataupun tiri pada saat itu.
Semua kesalahan yang dilakukan Caramella dan Helena
sudah Ruby maafkan dari dalam hatinya.
+ Flashback On +
Seorang anak kecil berdiri tidak jauh dari keberadaan
Ibunya. Anak kecil itu menangis ketika melihat Ibunya
menangis sambil memeluk sebuah bingkai foto. Ia lalu berlari
memeluk Ibunya. “Ibu tenapa angis?” Tanya anak itu.
“Ibu tidak apa-apa nak.” Jawab Ibu-ibu itu sambil
memeluk tubuh putri kecilnya.
“Tbu, itu foto ciapa?” Tanya anak kecil itu.
“Ini adalah kak Kanaya, dia adalah kakakmu.” Jawab
Ibu itu terisak.
“Kakak imana Bu?” Balas anak kecil itu dengan rasa
penasarannya. “Dia kakak Luby?”
Ibu itu mengangguk mencium kening putri kecilnya. “Ya,
dia adalah kakak Ruby.”
“Kakak yang waktu itu omelin, Luby gala-gala main
belbie?”
Sang Ibu mengangguk lirih. “Ya, itu kakak Ruby.”
“Kakak imana?”
“Kakak pergi sayang, Ayah sedang mencarinya. Kau
doakan kakak agar bisa cepat pulang ya.”
Protective's Pilot | 312Ruby mengangguk, tangan mungilnya memeluk tubuh
sang Ibu. Walau masih tidak mengerti tapi dia bisa
merasakan sesuatu yang dirasakan oleh Ibunya itu.
+ Flashback Off+
oe
Semenjak saat itu Ruby selalu berdoa untuk kepulangan
sang kakak. Tapi doanya tidak pernah terkabul karena sampai
sang Ibu tiada, kakaknya tidak pernah kembali pulang.
Sampai pada akhirnya sang Ayah berhenti mencari karena
frustasi mencari-cari keberadaan putri pertama mereka. Satu
tahun kepergian Ibunya Gladies, sang Ayah memutuskan
untuk menikah lagi dengan Helena yang pada saat itu
mempunyai anak satu. Tapi siapa sangka jika ternyata selama
ini anak Helena adalah Kanaya yang selama ini hilang. Semua
kenyataan itu baru diketahui olehnya tadi setelah pengakuan
dari Caramella. Dan bagaimana mungkin sebagai seorang
Ayah Afrenand tidak merasakan ikatan antara ayah dan anak
terhadap Caramella yang notabenenya adalah anak kandung
sendiri.
"Ibu aku menemukannya. Tapi aku tidak bisa bersamanya,
aku sendiri di sini. Kalian bertiga meninggalkan aku." Lirih
Ruby di bawah guyuran hujan. Ia mengadahkan kepalanya
ketika merasa air hujan tidak lagi membasahi tubuhnya, dia
terdiam menatap sosok pria didepannya.
“Bangun!” Pinta orang itu datar. Matanya lurus menatap
ke depan.
Ruby masih terdiam, matanya masih mengerjap tidak
percaya dengan apa yang ia lihat sekarang ini.
“Aku bilang bangun!” Bentak orang itu beralih menatap
Ruby. Ia melempar payung sembarang seraya menarik tangan
Nikenn25 | 313Ruby agar berdiri. Tubuh gadis itu terasa sangat dingin dan
menggigil.
“Ri-Rius—”
Rius mengepalkan tangannya, ingin marah namun selalu
tidak bisa. Tapi kali ini setelah melihat gadisnya itu menangis
di bawah hujan membuat Rius murka. Yang membuat Rius
Jebih murka adalah kondisi Ruby yang baru saja sadar dari
kritisnya beberapa jam lalu. Dan sekarang gadis itu menangis
di bawah guyuran hujan. Bahkan untuk pertama kalinya Rius
membentak Ruby. “Seharusnya aku tidak lagi mengerti
dirimu. Seharusnya aku tetap memaksamu pulang.
Seharusnya aku tidak membiarkanmu di sini. Seharusnya—”
Ucapan Rius terhenti ketika Ruby menubruk tubuhnya.
“Dia pergi Rius. Dia meninggalkanku sendiri di sini.”
Isak Ruby tersendu. “Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Semua pergi meninggalkanku, kenapa mereka jahat sekali?
Kenapa mereka tidak mau mengajakku?”
Rius memejamkan matanya saat merasakan guncangan
pada tubuh mungil gadisnya. Perlahan tangannya terangkat
membalas pelukan Ruby.
“Mereka meninggalkanku di sini sendiri. Ayah, Ibu dan
Kak Caramella. Bahkan Ibu Helena juga _ pergi
meninggalkanku. Apa aku begitu salah hadir di dunia ini?
Apa karena itu kak Caramella membenciku? Mungkin kak
Caramella benar, tidak seharusnya aku hadir di dunia ini jika
pada akhirnya aku harus hidup sendiri.” Tambahnya tersedu-
sedu.
Rius membuka matanya seraya mengurai pelukannya.
Menangkup wajah Ruby yang basah oleh tetesan air hujan.
“Lalu aku siapa di hidupmu?” Tanya Rius.
Protective's Pilot | 314“Kau pasti akan meninggalkanku kaya mereka kan? Rius,
aku hanya wanita manja yang selalu merengek jika
keinginannya tidak dikabulkan. Aku hanya wanita yang ingin
dimengerti tapi tidak bisa mengerti dirimu.” Isak Ruby pilu.
“Maafkan aku untuk itu. Maaf karena aku tidak bisa mengerti
dirimu. Kau boleh pergi Rius.”
“Dan meninggalkan orang yang aku cintai sendirian?”
Gumam Rius terdengar seperti bisikan. “Aku marah karena
kau tidak mengerti keinginanku. Setidaknya menurut lah
padaku sekali saja, dan lihat? Kau bahkan sekarang berdiri di
bawah hujan disaat kondisimu belum pulih total.”
“Rius—”
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku sudah
pernah bilang kan? Kalau kau tidak akan pernah bisa pergi
jika aku tidak mengizinkanmu. Lalu bagaimana mungkin aku
meninggalkan gadis yang tidak pernah aku inginkan
kepergiannya?” Potong Rius mengecup bibir Ruby yang
bergetar kedinginan. “Kau tidak sendirian sayang, ada aku.
Ada Mommy dan Daddy, ada Athava juga Lechia. Kami ada
untukmu, terutama aku. Di sini aku akan selalu menemanimu
tanpa niat untuk meninggalkan dirimu sendirian. Bahkan jika
saat ini Tuhan ingin mengambil salah satu dari kita, aku selalu
berharap Tuhan mengambil diriku sebelum dirimu.” Tambah
Rius seraya mendekap Ruby.
“Jangan. Tuhan tidak boleh mengambilmu, jika kau pergi
aku dengan siapa?” Isak Ruby mempererat pelukan Rius,
kedua matanya terpejam seraya menggeleng-geleng pelan.
“Aku tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana
hidupku jika kau pun pergi.”
Nikenn2s | 315“Aku di sini untukmu!” Bisik Rius kembali
menyampingkan rasa amarahnya karena rasanya sangat tidak
pas marah dalam keadaan Ruby yang sedang berduka.
“Dengarkan aku, jangan pernah merasa sendiri. Karena kau
mempunyaiku, Mommy dan Daddy. Orangtuaku adalah
orangtuamu jadi aku mohon jangan pernah sekalipun merasa
sendiri.”
Ruby mengangguk lirih semakin erat memeluk Rius.
Kepalanya mulai terasa pening sebelum pada akhirnya Ruby
merasakan tubuhnya melayang, ia membuka matanya dan
melihat Rius yang menatap tepat manik matanya.
“Maafkan aku, untuk keegoisanku. Rius.” Gumam Ruby
mengelus rahang Rius yang mengeras tegas. Dia
melingkarkan tangannya di leher Rius dan menenggelamkan
wajahnya di leher Pria itu sebelum pada akhirnya semua
terasa gelap.
Rius masih terus menatap Ruby sambil melangkah
menuju mobil yang tersembunyi. Mobil yang sejak tadi tidak
pernah meninggalkan Ruby sedetik pun. Begitu sampai Rius
langsung meminta Dominick untuk membawa mereka ke
rumah Keenan. Karena untuk kembali ke mansion Rius
merasa tidak yakin, bukan apa-apa. Rius hanya tidak yakin
jika Ruby tidak mengingat kejadian saat penembakan itu.
“Tuan kita mau langsung pulang?” Tanya Dominick
melirik melalui kaca tengah.
“Ya, Dominick kita langsung pulang saja.” Jawab Rius.
“Tuan maaf! Apa tidak sebaiknya kita periksa lagi
keadaan Nona Ruby?” Tanya Dominick kembali. “Eum,
maksud saya. Luka bekas penembakan itu, Tuan.”
Protective's Pilot | 316Rius beralih menatap Dominick, terdiam memikirkan
ucapan pria itu. Memang ada benarnya tapi ia tidak ingin
membuat Ruby sedih untuk tetap ada rumah sakit ini. Jadi
Rius memutuskan untuk tetap pulang dan akan memanggil
dokter ke rumah Keenan saja nanti malam. Ya, mungkin itu
lebih baik! Setidaknya Ruby tidak perlu sedih atas kepergian
Caramella malam ini.
“Kita pulang saja, Dominick! Aku bisa memanggil
Dokter untuk ke rumah Daddy nanti.”
Dominick menganggukkan kepalanya kecil dan mulai
melajukan mobilnya kembali. Ia tidak akan memaksa jika
Rius sudah mengambil keputusan. Mungkin Rius memiliki
alasan sampai memilih pulang sebelum memeriksa luka Ruby.
Tapi Dominick yakin keputusan yang Rius ambil pasti sudah
benar karena itu Rius berani membawa Ruby pulang.
Rius masih membiarkan Ruby untuk tetap berada di atas
tubuhnya. Mendekap tubuh sang gadis agar tidak lagi
menggigil. Sesekali Rius mencium puncak kepala Ruby.
Kenapa aku tidak bisa marah kepadamu? Padahal aku sangat
ingin memarahimu karena sudah membuatku khawatir,
karena sudah membantahku. Tapi entah kenapa aku selalu
tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu kepadamu.
Rasanya hatiku tersayat oleh pisau dan ditaburi oleh suatu
yang membuat hatiku sakit jika aku melakukan itu padamu.
Kau adalah kelemahanku Ruby, kau alasan kenapa sampai
saat ini aku selalu menyampingkan rasa amarahku dan kau
adalah alasan kenapa aku tidak bisa marah padamu. Kau
cintaku, hidupku. Batin Rius berbisik.
Selama di perjalanan Rius hanya diam sambil terus
mendekap erat tubuh Ruby yang dingin. Pakaian keduanya
Nikenn25 | 317sama-sama basah. AC mobil sudah dikurangi suhunya, itu
Rius lakukan agar Ruby tidak terlalu kedinginan. Mengingat
tadi sebenarnya Rius sangat marah terlebih akan ucapan Ruby
yang menganggap Rius kurang mengertikan gadis itu padahal
selama ini Rius sudah mencoba untuk mengerti.
Rius marah.
Tapi tidak bisa melakukan itu pada Ruby. Karena itulah
Rius masih ada di sini, menunggu gadisnya yang Rius yakini
akan pergi meninggalkan rumah sakit.
Dan memang benar keyakinan Rius itu, tapi sialnya Ruby
keluar menerobos hujan yang pada saat tadi tiba-tiba saja
Jangsung deras. Ia merasa semakin marah menganggap Ruby
sangat bodoh karena menerobos hujan tanpa memikirkan luka
di dada gadis itu.
Protective's Pilot | 318PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 40.
Rius terdiam menatap tubuh Ruby di hadapannya. Gadis
itu berdiri memandang keluar jendela. Ia tahu kepergian
Caramella masih meninggalkan luka mendalam terlebih
kenyataan yang Caramella buka sebelum wanita itu pergi
membuat Ruby semakin berat melepas kepergian dari wanita
itu. Tadi saat di pemakaman ketika Caramella hendak
dimasukkan ke dalam makam, Ruby gadis itu sempat pingsan
membuat Rius terpaksa harus membawanya ke mobil dai
menenangkannya di sana.
Rius beringsut mendekat pada Ruby, membawa kepala
gadis itu ke dalam dekapannya dan membiarkan Ruby
menangis sepuas mungkin. Ja memejamkan matanya ketika
mendengar isakan yang begitu menyakitkan hati Rius.
Sebagai kekasih Rius tidak pernah melihat Ruby serapuh ini.
“Menangislah sayang, aku di sini untukmu.” Bisik Rius
mempererat dekapannya. "Lepaskan semua kesedihanmu.
Tapi berjanjilah setelah ini kau tidak akan lagi bersedih."
Ruby hanya mengangguk masih dengan isakan yang
begitu pilu. Dia sadar siapa yang datang pasti akan pergi, tapi
kehilangan Caramella secepat ini tidak pernah Ruby
bayangkan. Ia sudah merelakan kepergian wanita itu namun
masih tersimpan rasa sedih di hatinya.
Ruby benar-benar melampiaskan kesedihannya di dada
Rius mengeluarkan semua rasa sesak. Setelah puas menangis
Ruby melepaskan dekapan Rius. Tersenyum tipis pada Pria
itu dengan pipi yang basah. “Terima kasih, aku sudah lebih
baik. Aku janji tidak akan bersedih lagi.”
Nikenn25 | 319Rius tersenyum mengusap pipi Ruby. “Sudah lega?”
Ruby mengangguk. “Sudah lega, sangat lega.”
“Kalau kau memang masih ingin menangis. Katakan
padaku, karena aku siap menjadi sandaran untukmu.”
“Mau peluk!” Ruby mengulurkan tangan, mengerjap-
ngerjapkan matanya polos.
“Oh Tuhan!” Rius mengalihkan pandangannya ke arah
lain. Ia tersenyum ketika Ruby menubruk tubuhnya.
“Rius aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Maaf untuk
semalam, aku tahu aku begitu egois karena tidak mengerti
dirimu. Aku janji tidak akan egois lagi dan akan mencoba
mengerti dirimu.” Bisik Ruby bergetar.
Rius tersenyum memeluk tubuh gadisnya dengan sangat
erat. “Hari ini aku ingin kita memulai semuanya dari awal.
Lupakan soal semalam—” Jeda Rius menumpukan dagunya di
bahu Ruby. “Kita masih sama-sama kurang mengerti. Tapi
hari ini aku ingin kita belajar untuk saling mengerti satu sama
lain.” Sambung Rius mencium lekuk leher Ruby.
Ruby mengangguk kecil, kedua matanya kembali terasa
panas saat mengingat betapa egoisnya Ruby terhadap Rius.
Padahal pria itu sudah begitu tulus mencintai Ruby tapi ia
masih saja egois ingin dimengerti tanpa mengerti apa yang
diinginkan oleh Rius. Pria itu juga selalu menuruti apa yang
diinginkan oleh Ruby, tapi ketika Rius menginginkan sesuatu
Ruby justru merengek dan memaksa Rius untuk terus
mengerti dirinya, mengingat itu Ruby kembali menangis.
“Kau menangis?” Rius mengurai pelukannya, menangkup
wajah Ruby yang memerah karena menangis. “Hei, kenapa
baby?”
Protective's Pilot | 320