0% found this document useful (0 votes)
192 views

Protective's Pilot by Nikenn25

Mereka terpisah di masa lalu, hingga beberapa tahun kemudian mereka kembali di pertemukan. “Akhirnya..” Jeda Rius tersenyum sumbringah, senyum yang selama ini hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku menemukanmu, cintaku.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak dari gadis itu.

Uploaded by

Octa Via Nicha
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
192 views

Protective's Pilot by Nikenn25

Mereka terpisah di masa lalu, hingga beberapa tahun kemudian mereka kembali di pertemukan. “Akhirnya..” Jeda Rius tersenyum sumbringah, senyum yang selama ini hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku menemukanmu, cintaku.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak dari gadis itu.

Uploaded by

Octa Via Nicha
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF or read online on Scribd
You are on page 1/ 422
PROTECTIVE'S PILOT | Bagian Ot. Madrid, Spanyol. Seorang Pria berpakaian pilot baru saja keluar dari bandara setelah melakukan penerbangan selama 2 bulan. Ia berjalan dengan pandangan tajam lurus ke depan. Dia adalah Athanarius Ryford. Rius sudah menyandang sebagai Pilot selama 4 tahun ini. Menjadi pilot adalah cita-cita Rius sejak kecil, berkat kerja keras dan usahanya selama ini akhirnya_ cita-cita itu menjadi kenyataan. Tentunya ada banyak rintangan yang harus dilalui untuk mencapai titik sekarang ini. Ada banyak yang harus Rius lalui untuk sampai di titik kesuksesannya sekarang. Apa yang ia rasakan sekarang sudah pasti ada ikut campur tangan orangtuanya yang membantu dan mendukung Rius untuk meraih cita-citanya sebagai Pilot. Menjadi Pilot tentunya bukan hal yang mudah, ada sebuah tanggung jawab besar jika ingin jadi seorang Pilot. Dan tentunya ada banyak yang harus dilalui, oleh karena itu Rius memiliki tanggung jawab besar dengan penumpang yang dibawanya. Rius meraih kunci mobilnya dan bergegas untuk kembali ke Mansion yang ia beli oleh hasil kerja kerasnya selama dua tahun ini. Dia membangun sebuah Mansion yang sangat mewah di kota Madrid, Spanyol. Rius menekan tombol alarm mobilnya, dia berjalan ke arah mobil yang berwarna merah. Setelahnya Rius masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan bandara. Dia harus sampai Mansion agar bisa istirahat Nikenn2s | 1sebentar sebelum kembali pergi untuk menghadiri acara yang dibuat oleh orangtuanya. Mobil Ranger Rover Sport milik Rius berhenti di depan Mansion mewah miliknya. Sebenarnya Mansion ini sengaja Rius bangun untuk kehidupannya di masa depan. Awalnya Sang Ibunda tidak mengizinkan dirinya untuk tinggal terpisah namun setelah meyakinkan akhirnya sang Ibunda dapat mengerti dan memberikan Rius izin untuk membangun Mansion sendiri. Rius menghentikan mobilnya dan turun, ia kemudian memberikan kunci ke salah satu Pria yang memang sudah ditugaskan oleh Rius untuk merapikan dan mengurusi mobil. Setelahnya Pria itu memasukkan mobil ke dalam garasi yang memang luas untuk beberapa mobil. Sementara Rius berjalan masuk ke dalam Mansion dengan jas yang menyelampir di tangan kirinya. Ia melangkahkan kakinya memasuki Mansion yang luas namun sepi. Ya, karena memang hanya dirinyalah yang ada di Mansion bersama para pelayan dan penjaga. Rius menekan tombol lift yang akan membawanya menuju lantai 2 di mana kamarnya terletak. Ia sengaja merancang Mansion sebaik dan senyaman mungkin. Dan mengganti tangga dengan Lift adalah hal pertama yang terlintas di benaknya. Mansion ini dirancang oleh Arsitek terpilih yang memang sudah ahli dalam merancang apapun. Semua Rius serahkan pada Arsitek hanya saja memakai Lift adalah ide yang muncul secara tiba-tiba di benak Rius sehingga dirinya meminta pada sang Arsitek untuk Mansionnya menggunakan Lift. Protective's Pilot | 2Rius masuk ke dalam kamarnya setelah mengunci pintu kamar. Ia melempar jasnya sembarang seraya membuka baju kemejanya dan menaruhnya di keranjang tempat pakaian kotor. Setelahnya Rius bergegas ke kasur untuk membaringkan tubuhnya yang bertelanjang dada. Rius menghela napas kasar merasa kesal karena lupa mengganti celana. Dia sudah berada di kasur sehingga memalaskan dirinya untuk kembali bangun. Akhirnya Rius membiarkan dirinya tetap memakai celana panjangnya namun dengan dada yang telanjang tanpa sehelai benang pun, bagi Rius itu sudah biasa. Karena memang ia mempunyai kebiasaan yang kalau tidur tanpa menggunakan pakaian atasan. Tak selang berapa lama Rius sudah berada di alam mimpinya. Ia terlelap dengan mudahnya. Ya, karena dari dulu sampai sekarang ini jika dirinya merasa lelah pulang dari sekolah atau dari manapun akan cepat untuk Rius tertidur. Pukul 17.30 sore, Rius terbangun dari tidurnya. Begitu terbangun Rius segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelah itu bersiap-siap menemui kedua orangtuanya. Setelah satu jam berada di kamar mandi akhirnya Rius keluar dengan pakaian yang sederhana namun tetap tidak mengurangi ketampanan yang dimiliki oleh seorang Athanarius Ryford. la hanya memakai sebuah kaos berwarna putih sebatas sikut tangan, dan celana berwarna hitam sebatas lutut kaki. Walau pakaian yang digunakannya adalah pakaian santai tapi tetap saja Rius terlihat sangat tampan. Rius meraih jaketnya yang berwarna hitam dan memakainya. Setelahnya ia menyambar dompet dan bergegas Nikenn25 | 3keluar kamar. Dia masuk ke dalam lift kemudian menekan nomer 1 menuju lantai bawah. TING! Pintu lift terbuka dan Rius langsung bergegas menemui Pria yang mengurusi mobil-mobilnya di garasi. “Dominick?” Pria yang bernama Dominick itu membalikan tubuhnya. Dia membungkukan tubuhnya hormat. “Ya, Tn. Ryford?” Sahut Dominick tersenyum. “Di mana kunci mobilku?” Tanya Rius. “Sebentar, Tuan.” Jawab Dominick masuk ke dalam pos penjagaan untuk mengambil kunci. Tak selang berapa lama Dominick kembali. “Tuan, kunci mobil yang lain sudah bersama Tuan kan?” Rius menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, ada apa memangnya?” Dominick menggelengkan kepalanya seraya memberikan kunci mobil pada Rius. “Tidak ada apa-apa, Tuan. Saya hanya takut saja, karena kunci mobil tidak ada di saya.” Ucap Dominick. Rius meraih kunci mobil itu. “Semua kunci mobil sudah bersamaku, Domi. Kau tenang saja. Kalaupun kunci ada pada dirimu, aku percaya karena kau sudah lama bekerja bersamaku.” Sahut Rius masuk ke dalam mobil. “Dom, aku akan pulang malam. Tolong bilang pada Pelayan untuk tidak membuat makanan untukku. Tapi buat saja untuk kalian ya.” “Baik, Tuan.” Dominick tersenyum ramah. Rius menganggukkan kepalanya seraya menutup pintu mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan garasi Mansion. Dominick, pria muda yang bekerja di Mansionnya Protective's Pilot | 4sebagai orang terpercaya Rius. Kenapa dirinya bisa percaya pada Dominick? Karena orangtua Dominick adalah ketua pelayanan di Mansion Rius sejak pertama kali Mansion itu jadi dan dapat ditinggali. Orangtua Dominick begitu mengenal dirinya dan begitupun dengan Rius yang mengenal baik orangtua Dominick. Bagaimana tidak orangtua Dominick yang selama ini membantu keluarganya dan menjaganya sejak kecil. Bahkan saat itu Dominick lebih dulu lahir ke dunia beberapa tahun sebelum Rius, bagi Rius Dominick sudah seperti kakaknya. Usia keduanya pun hanya berjarak beberapa tahun saja. Sementara itu Dominick masih tersenyum walau mobil merah milik Rius sudah tidak terlihat lagi. Dominick begitu menyayangi Rius seperti adiknya, ia merasa beruntung karena dapat mengenal keluarga Navvara yang sudah begitu baik kepadanya. Maka dari itu Dominick harus menjaga kepercayaan orang yang sudah baik kepada dirinya dan juga keluarganya. oe Akhirnya mobil Rius memasuki kawasan Mansion kedua orangtuanya, setelah menempuh lamanya perjalanan, karena Mansion orangtuanya yang cukup jauh. Rius menghentikan mobilnya dan segera turun dari mobil untuk segera menemui orangtuanya. Rasanya sudah lama sekali dirinya tidak menginjakkan kaki di Mansion ini, bukan karena Rius tidak ingin pulang namun karena memang kesibukan Rius sebagai Pilot. Rius mengerutkan dahinya bingung begitu melihat ada beberapa orang di halaman Mansion. Mereka juga terlihat Nikenn2s | 5sedang bersenang-senang, dan di antara beberapa orang itu terdapat kedua orangtuanya. Seorang Pria berbola mata biru menoleh dengan bibir yang mengembang tersenyum. Dia melangkahkan kakinya mendekati Rius. “Akhirnya kau datang juga.” Ucap Pria itu tersenyum. “Aku sudah katakan bukan? Kalau aku akan datang setelah mengistirahatkan tubuhku sebentar.” Sahut Rius. Pria itu menganggukkan kepalanya pelan. “Bagaimana penerbanganmu? Apa semua lancar?” Tanya Pria itu. “Tentu, semua lancar!” Jawab Rius. “Di mana Mommy?” “Dia ada di sana.” Pria itu menunjuk keberadaan istrinya yang tampak sedang berbincang. “Acara apa ini, Dad? Kenapa kau memintaku datang ke sini?” Tanya Rius menatap Pria didepannya. Pria itu tersenyum kecil. Ya, dia adalah orangtua Rius. Keenan Ryford, Seorang Billionaire yang memiliki reputasi besar. “Apa lagi memangnya?” Jawab Keenan terkekeh pelan. “Mommymu begitu antusias saat tahu kau akan pulang setelah berbulan-bulan melakukan penerbangan.” Tambahnya. “Oh ayolah.” Rius menatap Keenan tidak percaya. “Aku yakin ini bukan sebuah acara biasa yang menyambut kepulanganku, pasti ada acara lain bukan?” Keenan mengangkat bahunya tidak tahu. “Dude, ini adalah acara Mommymu. Aku sebagai orang yang mencintainya hanya menuruti saja.” Ujar Keenan. Rius yang mendengar perkataan Keenan hanya memutar bola mata malas. Tanpa sepatah katapun dirinya beranjak pergi meninggalkan Keenan dan segera menghampiri keberadaan Ibundanya, Keshila Ryford. Protective's Pilot | 6Rius memperhatikan punggung Keshila yang sama sekali belum menyadari kehadirannya. Ia melangkah maju seraya melingkarkan tangannya di perut Keshila. “Hi, Mommy. I'm coming?” Bisik Rius memeluk Keshila dari belakang. Keshila secara refleks membalikkan tubuhnya. Dia sendiri merasa kaget karena ada yang memeluknya. “Rius?” Bisik Keshila memeluk Rius erat. Jujur Keshila begitu merindukan putranya yang begitu sibuk bekerja. Tapi Keshila mengerti akan pekerjaan Rius sebagai Pilot. Semenjak Keshila mengizinkan Rius meraih cita-citanya semenjak itu juga Keshila harus rela apabila setiap keluarganya berkumpul hanya Rius lah yang tidak ada. Karena itu setiap mendapati kabar kalau Rius akan pulang setelah penerbangan Keshila akan membuat Acara kumpul- kumpul bersama keluarga dan anak-anaknya. Ngomong-ngomong Rius bukanlah anak pertama dari pasangan Keenan dan Keshila, karena mereka masih mempunyai satu anak laki-laki lagi yang usianya di atas Rius. Athava Ryford, adalah kakak laki-laki Rius. Ia seorang CEO di salah satu perusahaan miliknya. Sama seperti Keenan, Athava pun memiliki reputasi besar, bahkan reputasi yang dia miliki mampu mengalahkan reputasi besar sang Ayah. Rius mengurai pelukannya dari Athala. “Don't cry, Mommy.” Kata Rius mengecup kening Keshila. Keshila tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pelan. “Bagaimana penerbanganmu? Apa semua lancar?” Tanya Keshila. “Ya, semua lancar!” Rius menyahut dengan datarnya. “Mom, Rius sangat lapar. Rius belum sempat makan di rumah.” Tambahnya. Nikenn2s | 7“Ya, Tuhan. Kenapa kau tidak makan dulu?” Keshila menatap Rius khawatir. Ia menarik tangan Rius membawanya ke arah meja yang berisikan makanan. “Ayo, kau harus makan ya.” Rius menganggukkan kepalanya pelan, ia memang tidak bohong kalau sekarang ini perutnya terasa sangat lapar, karena memang sepulang dari Bandara Rius langsung tidur dan begitu bangun Rius segera datang untuk menemui kedua orangtuanya. Keshila menyajikan sepotong daging ke dalam piring Rius. Hari ini ia ingin memanjakan putranya karena esok belum tentu bisa karena Rius yang akan kembali disibukkan oleh pekerjaannya. Tidak hanya dengan Rius, dengan kakaknya Rius, Athava pun Keshila akan tetap memanjakan kedua putranya. “Thanks, Mom!” Keshila tersenyum kecil. “Kau makan yang banyak, Mommy harus menemui tamu dulu.” Ucap Keshila mengusap-usap bahu Rius. Rius memanggut-manggutkan kepalanya _sambil menyantap daging yang diberikan Keshila. Dia sendiri masih bingung dengan acara yang dibuat oleh orangtuanya. Rius tentu tahu persis acara yang sering dibuat oleh orangtuanya, acara makan malam dan berkumpul saja. Tapi kali ini sedikit berbeda, acara saat ini diramaikan oleh kolega dari sang Ayah. Saat sedang asik makan tiba-tiba saja seseorang datang memukul bahu Rius cukup kencang. Orang itu lantas mendudukkan bokongnya di kursi tepat samping Rius. Protective's Pilot | 8Sedangkan Rius hanya diam dengan tatapan mata yang menyorot tajam ke arah orang itu. Ia mendecih kesal saat tahu kalau ternyata Kakak laki-lakinya lah yang memukul bahunya. “Hei, kau pilot. Bagaimana?” Tanya Athava menopang dagunya sambil memperhatikan wajah adiknya. “Apa?” Tanya Rius kembali dengan kedua alis yang tertaut. “Pekerjaanmu bagaimana!” Jawab Athava gemas. Pasalnya ia memiliki adik berwajah tampan namun selalu saja mengesalkan. “Oo!” Gumam Rius kembali menyuapkan dagingnya ke dalam mulut. Athava menghela napas kasar, berbicara dengan Rius sama saja seperti bicara dengan angin. Ia berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Rius, itu lebih baik bukan? Dari pada tetap diam membuat emosinya terpancing. Rius diam menatap kepergian kakaknya, ia mengangkat bahunya masa bodo. Ada suatu kebiasaan dalam diri Rius, setiap kali sedang makan dirinya pasti akan diam jika ada seseorang yang berbicara padanya. Kalaupun merespon Rius hanya akan merespon satu sampai dua kata saja. Setelah merasa kenyang pada perutnya akhirnya Rius memilih untuk keluar dari Mansion. Setibanya di luar Rius menghempaskan bokongnya di kursi ia lalu mengambil sebuah rokok elektrik atau Vape dari dalam saku jaketnya, setelahnya Rius menyalakannya dan mulai menghisap rokok elektrik itu. Ia mengembuskan asap berwarna putih ke atas udara. Rius meraih handphonenya dari dalam saku celana, rasanya sangat bosan hanya diam menikmati acara yang Nikenn25 | 9menurut Rius sangat membosankan. Belum lagi Rius sudah terlalu sering datang ke acara yang dibuat oleh kedua orangtuanya. Rius menyudahi rokok elektriknya dan beranjak dari duduknya. Dia memandang kedua orangtuanya yang masih terlihat asik berbincang dengan kolega dari Keenan, maupun kolega dari Athava. “Tn. Rius?” Rius membalikan tubuhnya begitu mendengar ada yang memanggil namanya. “Ada apa?” Tanya Rius datar. “Tuan dan Nyonya meminta anda untuk—” “Berbincang?” Sela Rius cepat, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. “Di sini membosankan, aku akan menemui Benicno.” Tambahnya hendak pergi namun dihalang oleh Athava yang tiba-tiba saja datang. “Tolong, hargai usaha Mommy yang sudah menyiapkan ini semua.” Ujar Athava melirik keberadaan Keshila, lalu beralih menatap Rius. “Mommy sudah menyiapkan ini semua jauh-jauh hari.” “Athava, aku tidak pernah minta Mommy untuk selalu membuat acara seperti ini!” “Karena kau yang tidak pernah ada jika keluarga sedang berkumpul, karena itu Mommy membuat acara ini khusus untukmu.” Athava menghela napas kasar, mengatur rasa emosi yang kembali terpancing. “Aku sudah datang!” Rius menatap Athava datar. “Katakan pada Mommy, aku pulang.” Tambahnya kemudian melangkah pergi. Melihat itu Athava hanya bisa diam memandang punggung tegap Rius, tidak ada niat sedikitpun untuknya Protective's Pilot | 10menahan kepergian adiknya. Ia tahu betul bagaimana Rius, dia akan memberontak jika ada yang berani menahannya. Untuk saat ini Athava tidak peduli akan perginya Rius dari acara, yang sekarang Athava pedulikan bagaimana caranya agar Keshila tidak kecewa dengan perginya Rius dari acara. Nikenn25 | 11PROTECTIVE’S PILOT | Bagian 02. Rius menekan pedal gasnya membuat laju mobil semakin kencang. Untungnya hari sudah malam jadi tidak terlalu banyak mobil yang berlalu lalang. Ia membelokkan stir mobilnya ke sebuah Club tempat biasa seorang Athanarius Ryford berkumpul dengan teman-temannya. Begitu tiba di sana Rius langsung memakirkan mobilnya bersama mobil- mobil mewah lainnya. Setelah memakirkan mobilnya, Rius lalu turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam Club. Inilah kehidupan seorang Athanarius Ryford, kehidupan malam yang tidak banyak diketahui oleh orang banyak. Bahkan kedua orangtuanya pun tidak mengetahui apa yang Rius lakukan di luar Mansion. Begitu Rius keluar dari mobil, langsung ada banyak mata yang memandang kearahnya. Kedatangan Rius kali ini mengundang segelintir orang, tentu sudah pasti mereka mengenal betul siapa Athanarius Ryford. Keturunan dari sang Billionaire ternama di Madrid, Spanyol. Belum lagi profesi Rius sebagai Pilot tampan yang membuat mereka semakin mengenal siapa itu Athanarius Ryford. Malam ini Club begitu ramai karena akan ada lelangan para wanita dan gadis. Maka dari itu malam ini banyak sekali para Pria yang datang berbondong-bondong untuk membeli para wanita lelangan. Dan karena itu sebagian dari mereka yang datang tentunya pasti ada yang mengenal sosok Rius. Rius melangkahkan kakinya masuk ke dalam Club. Dia terus berjalan menuju tempat biasa mereka berkumpul, begitu Protective's Pilot | 12sampai di tempat Rius langsung menghempaskan bokongnya di samping temannya, Benicno Macbroom. “Hei beruntunglah kau, Rius. Karena lelangan belum dimulai.” Rius mengangkat bahunya acuh. “Diriku datang bukan untuk membeli jalang, tapi untuk bersenang-senang.” Kata Rius bersandar pada sofa. Benicno yang mendengar hanya terkekeh pelan. “Kau yakin, aku dengar akan ada gadis yang akan dilelang.” Ujar Benicno. Rius meraih gelas berisikan minuman dan meneguknya hingga habis. Melalui ekor matanya Rius melirik Benicno tajam. “Beli saja olehmu, Sialan.” Ketus Rius sinis. “Oh, ayolah. Untuk apa kau datang jika hanya untuk berminum saja? Sekali-kali nikmati wanita di sini!” Ucap Benicno menuangkan minuman ke dalam gelas. “Dengar, aku memang seorang Pria yang suka minum- minum seperti ini. Tapi itu lebih baik bukan? Dari pada menjadi seorang Pria brengsek yang meninggalkan wanita kencannya, setelah merasa puas.” Sahut Rius, mungkin itu hanya ucapan biasa namun mampu menyindir seorang Benicno Macbroom. “Sialan!” Cibir Benicno menoyor lengan kekar Rius. Apa yang diucapkan Rius memang menyindir, namun Benicno tentu tahu kalau itu hanya sebuah candaan saja. Rius mengedarkan pandangannya ke arah lain, matanya memperhatikan setiap orang yang meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik. Lalu tanpa disengaja tatapan Rius teralih pada seorang gadis yang diam di tengah-tengah keramaian dalam keadaan menangis, ada beberapa Pria yang Nikenn2s | 13datang menghampiri gadis itu, dari tempatnya duduk Rius tahu kalau orang itu sangat ketakutan. “Hei, Tn. Captain, apa yang kau lihat?” Tanya Benicno sambil menumpukan tangannya di bahu Rius. Ia merasa penasaran dengan apa yang dilihat oleh Rius. Karena sejak tadi yang Benicno lihat, Rius selalu memandang ke suatu titik. Lalu tiba-tiba saja Rius berdiri dari tempat duduknya, ia berjalan melewati orang-orang yang menghalangi jalannya. Tatapan matanya masih tertuju pada gadis itu. Gadis itu menangis terisak, tangannya menepis setiap kali para pria mencolek dagu ataupun pipinya. Ia ingin pergi dari tempat ini, tempat yang tidak pernah dia datangi sebelumnya. Begitu Rius datang para pria itu langsung pergi menjauhi gadis itu. Dia menunduk menatap gadis yang masih menangis dan belum menyadari kehadirannya. Rius meraih tangan gadis itu secara tiba-tiba. “Jangan!” Isak gadis itu mencoba melepaskan tangan kekar yang mencekal pergelangan tangannya. Rius meraih dagu gadis itu, dan mengangkat wajahnya agar ia dapat melihat dengan jelas wajah si gadis yang saat ini terisak. Tubuh Rius membeku kaku begitu matanya dan mata itu bertubrukan. Untuk beberapa saat Rius terdiam dengan rasa keterkejutannya. Mata itu. Ucap Rius dalam hati. Mata tajam Rius semakin dalam menatap bola cokelat mata gadis didepannya. “Hei, jalang kemari kau.” Teriakan seseorang membuat gadis itu terperanjat kaget. Protective's Pilot | 14“Lepaskan!” Ujar Gadis itu tersendu, dia melihat Rius lirih. "Aku mohon lepaskan." Tambahnya sesekali menoleh ke belakang. Rius tetap terdiam tidak bergeming, tatapannya masih terus memperhatikan mata itu. Mata sendu itu seperti mata seseorang di masalalu Rius, mata yang selalu Rius sukai. Namun, itu dulu sekarang Rius sangat membencinya. “Bitch!” Geram Rius menghempaskan kasar tangan gadis itu. Gadis itu meringis pelan, ia kembali menatap Rius. “A- apa?” Tanya gadis itu terbata. Rius membalikan tubuhnya dan langsung beranjak pergi dari hadapan gadis itu. Dia lalu kembali ketempatnya bersama Benicno, walau sudah tidak lagi ada di dekat gadis itu. Tapi tidak tahu kenapa rasanya Rius ingin kembali dan membawa pergi gadis itu. Namun, Rius benci jika harus melihat mata sendu itu. “Ada apa?” Tanya Benicno kebingungan, sedari tadi ia hanya memperhatikan Rius dari kejauhan. Melihat apa yang dilakukan temannya pada seseorang. Rius menggelengkan kepalanya, ia meraih gelas dan langsung meneguknya hingga abis. Melihat gadis itu membangkitkan rasa amarah yang selama ini Rius pendam dalam-dalam. Rius terdiam seolah tersadar dengan yang baru saja ia lakukan, datang menghampiri gadis itu dan menariknya. Mengingat itu membuat Rius mengumpati dirinya dan menganggap dirinya bodoh atas tindakannya barusan. oe Nikenn2s | 15Gadis itu berlari keluar dari dalam Club, menghindari beberapa orang bertubuh kekar yang mengejarnya. Ia lalu berhenti di dekat mobil dan bersembunyi di belakang mobil itu. Gadis itu membekap mulutnya menahan isakan agar tidak dapat didengar oleh mereka yang terus mengejar dirinya. Ia memejamkan matanya merasa sakit atas apa yang dilakukan oleh kakak tirinya, dia ditipu dan bodohnya mempercayai kakaknya begitu saja. Seharusnya ia merasa curiga akan kelakuan kakaknya yang secara tiba-tiba berubah baik padanya. Gadis berdarah blasteran itu bernama Afsheen Ruby. Kisah hidupnya begitu kelam, wajah ceria yang selama ini ditunjukkan oleh Ruby hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kerapuhan Ruby selama ini. Tersiksa dan teraniaya oleh keluarga tirinya. Selama tinggal bersama Ibu tiri dan kakak tirinya Ruby tidak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan baik. Mereka begitu jahat memperlakukan Ruby. Saat ini mengapa Ruby sampai ada di Club. Itu semua karena kelakuan dari kakak tiri Ruby. Yang dengan tega menjual Ruby untuk mendapatkan uang. Kejam, memang. Bahkan untuk melaporkan kekerasan yang dilakukan Ibu tiri dan Kakak tirinya pun Ruby tidak bisa, bukan karena tidak bisa. Tapi, setiap kali Ruby akan melaporkan Ibu dan kakak tirinya itu, mereka selalu mengancam akan menjual Ruby. Dan sekarang terjadi, Ruby dijual padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun. Ayah, Ibu. Ruby takut, Ruby tidak mau ada di sini. Ruby ingin ikut dengan kalian saja. batin Ruby menangis. Protective's Pilot | 16Ah ya, perlu diketahui kalau Ruby hanya hidup sendiri. Setelah Ibunya tiada, Ayah Ruby menikah lagi dengan ibunya yang sekarang ini. Dan perlu diketahui kalau dulunya hidup Ruby bergelimang harta. Namun, semua habis begitu saja dikarenakan keserakahan Ibu dan Kakak tirinya. Bahkan harta bagian Ruby telah habis oleh mereka. Sementara itu, Rius baru saja keluar dari dalam Club. Ia berjalan sempoyongan dikarenakan mabuk, tapi biarpun mabuk begitu. Rius masih bisa sadar walau tidak sepenuhnya. Saat hendak membuka pintu mobilnya tanpa sengaja Rius melihat ke arah Spion yang memperlihatkan seseorang. Rius menggeram marah, ia menutup pintu mobil dengan kasar lalu berjalan ke belakang mobilnya. “Hei siapa kau?” Tanya Rius dingin. Ruby membuka matanya seraya mendongakkan kepalanya, kembali. Matanya dan mata tajam itu bertemu. “A- aku m-maaf!” Gumam Ruby berdiri, ia mengusap sisa-sisa air mata di pipinya. “Bitch.” Geram Rius mengepalkan tangannya. “Untuk apa kau di belakang mobilku, Ha? Apa kau sengaja menungguku, agar kau bisa menggodaku dan bisa bermalam denganku? Iya kan?” Tambahnya. Ruby membelalakan kedua matanya, ia menggeleng- gelengkan kepalanya menampik perkataan Pria didepannya. “Tidak, aku hanya sedang duduk saja.” Rius mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras kuat saat sekelebat percakapan di masalalu kembali melintas di benaknya. Dengan kasar ia meraih dagu itu dan melumatnya kasar. Hei, sedang apa kau di sini. Nikenn25 | 17Apa? Kau sedang apa di sini, Ha? Tidak apa-apa, aku hanya duduk saja. Rius menyudahi lumatan di bibir Ruby, setetes darah mengalir dari sudut bibir Ruby, yang kini menangis. “Jangan menangis, sialan.” Geram Rius mencekik leher Ruby dan menyudutkannya ke mobil. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya lirih, ia merasa takut pada Rius. Apalagi saat secara tiba-tiba Rius melumat bibirnya, dan mencekik lehernya. Namun, ada setitik harapan kalau dengan cekikan di lehernya ini bisa mempertemukan Ruby dengan kedua orangtuanya. Maka Ruby siap dan rela. Ya, saat ini begitulah yang ada di pikiran Ruby. “Tolong, bunuh aku.” Isak Ruby menekan tangan Rius yang masih mencekik lehernya. “Bunuh aku, agar aku bisa bertemu dengan keluargaku.” Tambahnya. Perlahan tangan Rius mengendur dari leher Ruby, rahangnya pun sudah tidak sekeras tadi. “Kau pikir aku bodoh dengan membunuh jalang sepertimu, dan merusak reputasiku. Cih!” Cibir Rius melenggang pergi. Ruby terisak menatap punggung Rius yang menghancurkan harapannya untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Ia menangis meraung saat mobil Rius melesat pergi jauh. Untuk beberapa saat Ruby berhenti menangis, Ruby sadar kalau dirinya tidak bisa berlama-lama ada di sekitaran Club. Karena itu sangat berbahaya untuk Ruby, mereka yang mengejar dirinya bisa saja kembali dan menemukan Ruby saat ini. Dan kalau Ruby tertangkap maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk Ruby melarikan diri, Protective's Pilot | 18dan karena itu Ruby harus segera pergi menjauh dari kawasan Club. Sejujurnya Ruby merasa tidak asing dengan wajah pria itu. Dia seperti sudah mengenal sosok Rius sangat lama. Nikenn25 | 19PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 03. Ruby berlari sekencang mungkin sampai benar-benar jauh dari kawasan Club, sesekali Ruby menoleh ke belakang untuk melihat apa ada yang mengejarnya atau tidak, perlahan Ruby memelankan langkahnya saat dirasa kalau keadaan sudah lebih aman. Ia menghempaskan bokongnya di pinggiran jalan, untuk menghilangkan rasa lelah karena terus berlari. Ruby kembali menangis merasa bingung harus pulang k mana, karena tidak ada saudara satupun di Spanyol. Atau Ruby kembali saja ke rumah Ibu tirinya? Tapi itu tidak mungkin, jika Ruby kembali nanti bisa-bisa Ruby kembali dijual ke tempat tadi dan benar dijadikan jalang, lalu untuk apa ia kabur jika kembali ke Ibu tirinya dan berakhir menjadi wanita kotor? Ia menggelengkan kepalanya cepat, tidak, Ruby tidak ingin menjadi wanita kotor. Dia ingin menjaga aset tubuhnya sebaik mungkin, untuk suaminya kelak. Silau lampu dari arah berlawanan membuat Ruby refleks menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya gemetar takut jika itu adalah orang yang mengejarnya tadi, tidak tahu kenapa bukannya berlari Ruby justru melihat melalui celah jarinya. Ia dapat melihat mobil yang berhenti di dekatnya. Pintu mobil terbuka bersamaan dengan seorang wanita yang keluar dari dalam mobil, wanita itu begitu cantik bahkan sangat cantik. Tak selang berapa lama seorang Pria turun dan berdiri di dekat pintu, sementara wanita itu berjalan kearahnya. Protective's Pilot | 20“Hai, dari kejauhan aku melihatmu. Kenapa kau diam di sini..” Jeda wanita itu melihat sekeliling. “Padahal di sini sangat gelap, tidak ada satupun orang di sini. Selain dirimu?” Sambungnya. “Aku” “Sayang, ayo ini sudah malam.” Ucapan seorang yang berdiri di mobil membuat wanita itu dan Ruby menoleh secara bersamaan. “Sebentar sayang, kau masuk saja duluan.” Ujar Wanita itu tersenyum, ia lalu beralih menatap Ruby. “Perkenalkan, namaku Lechia. Boleh aku tahu namamu?” Tambah wanita bernama-Lechia itu. “Aku Ruby!” Lechia tersenyum seraya mendudukkan tubuhnya di pinggir jalan. “Kenapa kau di sini, di tempat gelap seperti ini?” “Aku sedang lari dari orang-orang jahat!” Lirih Ruby menundukkan wajahnya. “Maaf, tapi kenapa kau dikejar oleh mereka?” Tanya Lechia menyentuh bahu Ruby. Ruby mengadahkan kepalanya, melihat wajah Lechia yang begitu cantik. Walau keadaan gelap begini, tapi kecantikan Lechia tetap terpancar. Mendengar ucapan Lechia membuat Ruby bingung, apa ia harus bercerita pada wanita di hadapannya. Tapi tidak mungkin kan Ruby menceritakan apa yang baru saja ia alami pada seseorang yang baru dikenal. “Ruby?” Panggil Lechia memegang tangan Ruby. “Eum, ini sudah malam. Lebih baik sekarang kau kuantar pulang.” Ruby menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, aku tidak mau pulang.” Isak Ruby tersendu. Nikenn25 | 21Lechia mengernyitkan dahinya, merasa bingung karena tiba-tiba saja Ruby menangis tersendu. Ia menoleh ke arah mobil, melihat sang kekasih yang masih setia berdiri menunggunya. “Bagaimana kalau kau ikut ke rumahku?” Tawar Lechia pelan. Ruby terdiam dengan air mata yang terus berjatuhan, ia menatap dalam mata Lechia mencari kebohongan di sana. Namun, yang Ruby lihat hanya sebuah ketulusan. Ruby tidak tahu harus bagaimana, apa dirinya harus ikut dengan Lechia? Atau justru tidak. Tapi tidak ada pilihan lagi, ia sendiri tidak memiliki uang untuk mencari tempat tinggal. “Kebetulan aku tinggal di sebuah apartement, di sana aku tinggal sendiri.” Lanjut Lechia tersenyum. “Kalau kau mau ikut denganku, aku merasa senang. Karena aku tidak akan kesepian lagi. Kekasihku hanya akan datang ke tempatku jika dia sedang tidak sibuk bekerja.” Tambahnya. “Apa kau yakin?” Lechia menganggukkan kepalanya penuh keyakinan. “Ya, aku yakin.” Ruby tersenyum seraya mengusap wajahnya yang basah. “Aku ikut denganmu, paling tidak sampai aku mendapatkan pekerjaan.” Lechia tersenyum semringah, ia berdiri dengan tangan yang terulur pada Ruby. “Kau bisa tinggal dan bekerja di tempatku.” Lechia menyahut dengan senyum lebar. Ruby membalas uluran tangan Lechia dan berdiri, dia memanggu-manggutkan kepalanya. “Terima kasih, Lechia.” Sahut Ruby tersenyum. Protective's Pilot | 22Lechia tersenyum lebar, lalu ia pun bergegas menuju mobil dan segera pergi meninggalkan tempat gelap itu. Rasanya begitu menyenangkan karena akhirnya Lechia mendapatkan teman untuk menemaninya di Apartement. Bukan, bukan berarti Lechia tidak memiliki teman. Tapi karena kekasihnya itu yang tidak membolehkan Lechia untuk berteman dengan sembarang orang. Dan termasuk dengan Ruby, tapi nanti Lechia akan membujuknya dengan rayuan. Rius baru saja sampai di Mansion pukul 04 pagi dini hari, begitu keluar dari dalam mobil tubuh Rius langsung tersungkur ke aspal karena rasa pusing di kepalanya. Sebenarnya tadi di Club Rius tidak begitu banyak minum, ia hanya mabuk sedikit dan karena kesal pada gadis itu akhirnya Rius kembali mabuk dengan minuman yang tersimpan rapi di dalam mobilnya. Dominick yang kebetulan sedang memantau keadaan sekitar Mansion, dibuat terkejut dengan keadaan Rius yang tergeletak di aspal. Dengan cepat Dominick _ berlari menghampiri Rius. “Tn. Ryford?” Pekik Dominick membalikan tubuh Rius, ia menepuk-nepuk pipi Rius yang tidak sadarkan diri. “Tuan? Tuan, bangunlah.” Tambahnya. Dominick berteriak kencang membuat beberapa penjaga berlarian kearahnya, dan segera membantu Dominick untuk membawa tubuh Rius ke dalam kamar. Setelah sampai di kamar Dominick langsung membaringkan tubuh Rius, mungkin Dominick hanya seorang penjaga di Mansion ini. Tapi tentu Dominick mengerti dan paham dengan bau minum-minuman beralkohol. Dan hanya Nikenn25 | 23dengan melihat keadaan Rius saat ini, Dominick yakin kalau Rius sedang mabuk. Tidak hanya itu dari pernapasan Rius pun tercium aroma alkohol. Dominick terdiam memandang wajah Rius yang terlelap, melihat Rius membuat Dominick merasa sedih. Karena bagaimanapun Rius sudah seperti adik untuk Dominick. Pria yang terbaring di hadapannya saat ini sudah berubah 180 derajat, semenjak kepergian seseorang di masalalu. Sebagai orang paling lama dan mengenal baik Rius, tentunya Dominick tahu betul bagaimana Rius dulunya. Sangat murah senyum dan hangat, tidak seperti sekarang ini. Ia jarang sekali melihat senyum di wajah Rius. Seperti yang Dominick ketahui kalau Rius memang sudah berubah 180 derajat dari sosok Rius yang dulu. Rius yang sekarang ini, tidak pernah senyum dan tidak tersentuh. Siapapun yang ada di posisi Dominick sekarang ini, pasti akan merasakan hal yang sama, perubahan drastis seorang Athanarius Ryford. Tuan, kau seperti adikku. Aku berharap dia kembali untuk mengubahmu menjadi sosok Rius yang dulu. Sosok Rius yang penuh kelembutan dan kehangatan, juga sosok yang penuh senyuman. ucap Dominick dalam hati. Dominick melangkah keluar kamar, tidak ingin mengganggu Rius. Melihat keadaan Rius sungguh membuat Dominick tidak tega. Kepergian seseorang itu benar-benar terpengaruh pada kehidupan Rius sekarang ini. Karena itu, Dominick selalu berharap seseorang itu bisa kembali dan bisa mengembalikan kehidupan Rius yang dulu. Sebenarnya ada banyak wanita yang ingin mencoba mengambil hati seorang Athanarius Ryford, akan tetapi Protective's Pilot | 24banyak dari mereka yang menyerah karena sikap Rius yang begitu dingin dan tidak pernah bisa tersentuh oleh wanita manapun, Rius seolah memberi jarak dari para wanita yang mencoba mendekat. Nikenn2s | 25PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 04. Keesokan harinya pukul 10.45 pagi Rius terbangun dari tidurnya. Saat ia terbangun kepalanya terasa sangat pusing, sesekali Rius memegangi kepalanya sambil beranjak dari kasur untuk membersihkan tubuhnya. Setelah 1 jam merendam tubuhnya di bathtub akhirnya rasa pusing di kepala Rius sedikit menghilang, ia keluar dari dalam kamar mandi dengan jubah hitam yang dikenakan olehnya. Rius memakai celana panjang, setelahnya ia memakai kimeja dan mengancinginya satu persatu. Ia pikir dengan mabuk akan membuat dia melupakan kejadian semalam saat seorang gadis menangis di tengah keramaian orang, belum lagi saat di luar Club. Rius kembali dipertemukan dengan gadis itu, gadis yang memiliki mata dan tutur kata yang sama seperti seseorang di masalalunya. Mengingat itu, membuat sisi kemarahan Rius memuncak. Ia benci mengingat masalalunya itu. Rius menekan dinding yang terdapat sebuah tombol bulat berwarna merah. Tidak hanya di kamarnya hampir setiap kamar terdapat tombol bulat merah. Hingga tak selang berapa menit suara ketukan di pintu kamarnya terdengar. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. “Dominick, tolong hubungi Richter dan minta padanya untuk menemuiku di ruang kerja.” Dominick terdiam, mulutnya sedikit terbuka merasa kaget dengan ucapan Rius. Richter adalah seorang pencari Protective's Pilot | 26data terbaik selama ini, Richter juga seseorang yang paling dipercaya dalam keluarga Ryford. “Apa ada masalah, Tuan?” Tanya Dominick. “Aku butuh kepastian untuk hal ini, aku merasa tidak yakin. Tapi apa yang kulihat semalam—entahlah, Dom. Hatiku merasa ragu." Jawab Rius bersandar pada pintu. “Apa yang membuat anda ragu? Apa semua baik-baik saja?” Tanya Dominick menyentuh bahu Rius. Rius memanggutkan kepalanya pelan, ia memegang tangan Dominick di bahunya. Bercerita mengenai apa saja pada Dominick sudah bukan hal biasa bagi Rius, karena bagi Rius. Dominick adalah seorang kakak kedua untuknya, setelah kakak kandungnya Athava. “Saya akan menghubungi, Richter untuk datang menemui anda.” “Terima kasih, Dominick!” Rius menegakkan tubuhnya lalu menutup pintu kamar. Dan setelahnya Rius meraih MacBook yang terletak di atas nakas, membawanya ke sofa dan mulai mengotak-atikannya. Rius menghela napas kasar, tidak tahu kenapa perkataan dan wajah gadis itu selalu terlintas di benaknya. Ia tidak ingin mengingat tentang kejadian semalam saat dirinya mencium bibir gadis itu. Rius sendiri pada saat itu sedang dikuasai oleh amarah, hingga tanpa sadar mencium bibir gadis itu. Marah karena memang apa yang dikatakan gadis itu semalam, sangat persis dengan yang dikatakan seseorang di masalalunya. Seseorang yang hanya memiliki usia terpaut 4 tahun saja dengan Rius. Jujur saja di waktu-waktu tertentu kadang Rius merasa rindu akan rengekkan manja seseorang, rindu dengan suaranya. Rius dan seseorang itu memang tidak mempunyai Nikenn25 | 27hubungan apapun, tapi setelah sekian lama menjalin persahabatan rasa itu mulai tumbuh. Namun sayang pada saat itu Rius tidak sempat mengungkapkan perasaannya karena Rius yang pada saat itu terlanjur pergi, dan pada saat dirinya kembali, saat Rius ingin mengungkapkan isi hatinya. Tapi justru seseorang itu sudah pergi tidak tahu ke mana. Mencari pun rasanya percuma, karena seseorang itu pergi tanpa jejak. Rius menutup MacBooknya dengan kasar, ia benci jika harus mengingat itu. Tapi Rius juga tidak menampik kalau dirinya begitu merindukan segala tingkah seseorang itu. Rius, Rius. Aku mau ice cream. Rius, Rius. Belikan aku boneka panda itu ya. Aku sangat ingin itu. Terima kasih Rius, aku sayang Rius. Rius menepiskan barang-barang yang ada di atas meja. Tidak peduli jika MacBooknya ikut hancur bersama dengan barang-barang yang lain. Sudah cukup, sudah cukup Rius menahan segala_ kerinduannya terhadap orang yang dicintainya. Tidak lagi Rius tidak akan lagi diam bersama dengan kerinduan yang selama ini Rius tahan. Ia akan pergi dan mencari di mana pun keberadaan orang tercintanya. “Di mana kau, sudah bertahun-tahun. Kembalilah aku tidak akan membencimu. Maafkan aku, maaf karena pergi tanpa berpamitan kepadamu. Jangan menghukumku lagi, aku mohon. Kembalilah.” Lirih Rius dengan kedua mata yang berkaca-kaca. “Aku akan mencarimu, membawamu bersamaku. Dan saat aku menemukanmu, aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dariku.” Rius | memejamkan matanya mengingat semua kenangannya dulu bersama seseorang itu. Masih terekam jelas Protective's Pilot | 28dalam benaknya saat seseorang itu tertawa lepas di depan mata Rius, wajahnya yang sangat cantik dan mata yang selalu Rius sukai saat seseorang itu sedang merengek kepada Rius. oe Pagi-pagi sekali Ruby sudah terbangun, padahal semalam dia tidak bisa tidur sampai jam 04.05 pagi. Bukan karena Ruby tidak nyaman tidur di apartement Lechia, tapi karena bayangan Pria itu selalu melintas di benaknya. Ia meraba bibirnya masih terasa saat bibir itu melumat bibirnya kasar. Ruby menghela napas kasar seraya beranjak dari kamarnya, enggan memikirkan tentang kejadian semalam. Ia akan memulai hidup tanpa ada lagi kesakitan yang Ruby rasakan. Di apartement ini Ruby akan berusaha sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Lechia yang sudah begitu baik kepadanya. Ruby berjalan ke dapur dan melihat isi kulkas untuk mencari bahan makanan. Namun, hanya ada bahan udang dan telur, sudut bibir Ruby tertarik saat sebuah ide terlintas. Dia mengambil udang dan telur itu untuk dijadikan nasi goreng. “Pagi Ruby!” Sapa Lechia tersenyum. Ruby menolehkan kepalanya, dia tersenyum lebar. “Pagi Nona Lechia.” Sahut Ruby kikuk. “Maaf aku lancang mengambil makanan di kulkasmu.” Tambahnya. “Tidak apa-apa, em. Kau akan membuat sarapan apa?” “Nasi goreng udang, karena aku hanya menemukan udang dan telur di kulkas.” Lechia memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Bahan makanan di kulkas memang habis, aku belum sempat belanja. Mungkin nanti aku akan pergi untuk belanja di supermarket.” Nikenn25 | 29Ucap Lechia. “Hm, Ruby aku mandi dulu ya. Selamat masak, aku tidak sabar mencobanya.” Ruby terkekeh pelan. “Nona boleh mencobanya nanti, aku jamin. Nona akan menyukai masakanku.” “Wah, benarkah?” Lechia menatap Ruby berbinar. Ini kali pertamanya Lechia akan sarapan di apartement, biasanya Lechia akan keluar bersama Athava hanya untuk sarapan. “Kau tahu Ruby, aku selalu sarapan di luar karena aku yang tidak mengerti caranya bermasak. Bahan di kulkas pun hanya akan diolah menjadi masakan jika kekasihku sedang berkunjung ke sini.” “Nona akan mengerti jika nona Lechia ingin belajar dan mencoba untuk bermasak. Dulu aku pun begitu, aku tidak mengerti caranya bermasak. Tapi Ibu mengajarkanku caranya bermasak, hingga aku bisa.” “Kau beruntung Ruby, ibumu bisa mengajarimu bermasak. Sementara ibuku? Dia tidak pernah mau mengajariku, Ibuku hanya mementingkan kariernya.” Ujar Lechia berubah lirih. Ruby mematikan kompor dan berjalan menghampiri Lechia yang duduk. Tangannya terulur menggenggam tangan Lechia. “Di balik seorang Ibu yang lebih mementingkan karier. Ada suatu alasan mengapa sampai karier lebih penting untuknya.” Sahut Ruby tersenyum. “Nona boleh mandi, aku sudah selesai membuat nasi goreng. Nanti aku akan mengajari Nona caranya bermasak.” Mendengar itu kedua mata Lechia berbinar. “Kau serius akan mengajariku caranya bermasak?” Ruby mengangguk yakin. “Ya, aku serius. Aku akan mengajari Nona caranya bermasak.” Protective's Pilot | 30“Terima kasih Ruby, aku sangat senang.” Pekik Lechia antusias. “Aku akan mandi, dan setelah itu aku akan mencoba masakanmu. Nanti kita pergi belanja dan kau harus mengajariku, Ya?” “Ya sama-sama, Nona nanti kita belanja dan aku akan mengajari Nona bermasak.” “Jangan panggil aku Nona, aku tidak suka.” Protes Lechia memanyunkan bibirnya. “Kau harus memanggilku, Lechia.” Ruby tersenyum seraya memanggut-manggutkan kepalanya. “Ya, Lechia.” Lechia bersorak senang, dia beranjak dari duduknya dan segera ke kamarnya untuk mandi. Rasanya hari ini Lechia sangat berbahagia karena akan ada yang mengajarinya untuk bermasak. Selesai sarapan Ruby dan Lechia langsung pergi menuju pusat perbelanjaan. Mereka baru saja tiba di sana, saat ini Ruby dan Lechia berbelanja sesuai kebutuhan kulkas dan dapur. Biasanya Lechia hanya akan membeli isi kulkas jika sang kekasih meminta untuk membeli bahan yang akan dimasak. Tapi sekarang ini Lechia mengambil apa saja untuk menjadi bahan percobaannya saat belajar memasak nanti. “Lechia, kau yakin akan membeli sebanyak ini?” Tanya Ruby bingung, saat melihat Lechia mengambil apa saja. “Tentu saja, nanti kita akan menjadikan bahan ini sebagai percobaan. Kita akan coba membuat makanan kesukaan kekasihku.” Jawab Lechia tersenyum. Ruby tersenyum seraya mengambil alih belanjaan dari tangan Lechia dan mulai mengembalikannya di tempat semula. “Tidak perlu sebanyak ini, Lechia. Nanti yang ada Nikenn25 | 31hanya akan mubazir saja. Kita memang akan menjadikan bahan ini sebagai percobaan. Bahan sebanyak ini hanya akan terbuang, padahal di luaran sana masih ada banyak yang membutuhkannya untuk dijadikan makanan..” Jeda Ruby sebentar. Ia menoleh ke arah Lechia. “Jadi kita ambil sesuai yang kita butuhkan saja.” Sambungnya. “Kau tahu, Ruby. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu.” Lechia tersenyum lebar, memang benar bertemu dengan Ruby seperti menemukan sesuatu yang menyenangkan. Terlebih Ruby orang yang menyenangkan untuk dijadikan teman. Ruby tersenyum mendengar itu. “Apa makanan kesukaan kekasihmu?” Tanya Ruby. “Ayam bakar pedas dan salad sayur!” Jawab Lechia antusias. “Sebenarnya aku bisa jika membuat salad, tapi membuat ayam bakar pedas aku kurang bisa. Aku pernah mencobanya tapi rasanya sangat tidak enak.” Tambahnya lirih. “Tidak apa-apa, nanti kita belajar sama-sama!” Lechia menganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan memilih bahan untuk dimasak dan yang sebagian lagi untuk persediaan di kulkas, setelahnya mereka membayar dan kembali ke apartement. kebetulan pusat perbelanjaan itu berada di depan apartement Lechia jadi hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di apartement. Inilah yang Lechia tunggu sejak tadi, belajar memasak adalah keinginan Lechia sejak lama. Padahal bisa saja Lechia belajar khusus dengan para chef hebat, tapi tentu saja itu membutuhkan waktu lama. Belum lagi Lechia adalah orang yang mudah menyerah jadi ia tidak merasa yakin jika chef itu akan merasa cukup sabar menghadapi Lechia. Protective's Pilot | 32“Ruby, aku harus melakukan apa?” Tanya Lechia bingung. Ruby tersenyum menyerahkan satu ekor ayam pada Lechia. “Ini ayam kau bisa potong menjadi beberapa bagian, lalu kalau kau sudah memotongnya. Kau bisa mencucinya agar lebih bersih!” Jawab Ruby. “Ini bagaimana cara memotongnya?” Tanya Lechia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku tidak mengerti, kau beri contoh dulu saja.” Tambahnya. Ruby terkekeh pelan seraya menganggukkan kepalanya, dengan telaten Ruby memberikan contoh pada Lechia. Mengajarkannya cara memotong, mencuci dan memberikan bumbu pada ayam yang akan dimasak. Tidak hanya itu Ruby juga memberitahukan caranya agar bumbu dapat meresap ke dalam ayam. Lechia tersenyum melihat kesabaran Ruby yang mengajarinya dengan pelan hingga akhirnya Lechia dapat mengerti. Semua diajarkan dengan baik oleh Ruby, dari memotong ayam, memotong bawang yang benar. Dan masih banyak lagi yang Ruby ajarkan pada Lechia. Lechia memekik senang begitu ayam bakar pedas buatannya sudah matang, ia menyiapkannya di atas piring dan memberikannya pada Ruby. Ruby mencicipi hasil masakan Lechia. Sudut bibirnya tertarik. “Ini enak, sangat enak.” Ucap Ruby jujur. Lechia menatap Ruby tidak yakin. “Kau yakin?” Tanya Lechia. Ruby menganggukkan kepalanya penuh keyakinan. “Sangat yakin, kau coba saja.” Jawab Ruby menyuapi Lechia. “Bagaimana?” Tambahnya. Nikenn25 | 33Kedua mata Lechia berbinar saat merasakan_hasil masakannya. Ternyata Ruby tidak berbohong, masakannya kali ini memang enak. Merasa puas dengan hasilnya Lechia berhamburan memeluk Ruby erat. Hasil masakan yang enak karena bantuan Ruby yang begitu sabar mengajarinya. “Terima kasih, Ruby. Kau sudah mau mengajariku caranya bermasak dengan baik.” Lirih Lechia mengeratkan pelukannya. Ruby tersenyum membalas pelukan Lechia, dan setelahnya melepaskan pelukannya. “Jangan berterima kasih padaku, seharusnya aku yang berterima kasih karena kau sudah mau menampungku di apartementmu.” Ucap Ruby mengusap air mata Lechia. Dan terima kasih sudah menolongku dari penjahat yang mengejar. tambah Ruby dalam hati. “Eh, tapi kau masih harus belajar ya. Nanti kita coba membuat menu yang lainnya.” Lechia memanggut-manggutkan kepalanya. “Ya pastinya dong, aku pasti akan terus belajar. Dan juga aku akan membuat menu yang lain. Besok kita coba lagi ya?” “Tya, besok aku akan mengajarkanmu cara membuat menu yang lain.” Lechia tersenyum tiba-tiba saja ia teringat akan sosok kekasihnya. Ia akan menelfonnya dan meminta kekasihnya itu untuk datang ke apartement sekarang juga, Lechia ingin memamerkan masakannya. “Ruby sebentar ya, aku harus menelfon kekasihku dulu. Aku ingin dia ke sini dan mencoba masakanku.” Ujar Lechia sambil membuka celemek yang digunakannya. Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “Baiklah!” timpal Ruby tersenyum sambil memperhatikan wajah Lechia Protective's Pilot | 34yang tampak cerah. Melihat hal itu membuat Ruby merasa senang, karena setidaknya ia bisa membuat orang lain tersenyum. Nikenn2 | 35PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 05. Rius | menatap kepergian mobil Richter setelah pembicaraan private keduanya, dengan ini Rius berharap kalau Richter dapat menemukan orang yang selama ini Rius cari-cari. Rius percaya kelak dirinya dan seseorang itu akan bertemu, dan Rius menunggu hari di mana mereka bertemu nanti. Rius menghela napas kasar, rasa rindu terhadap orang itu sudah tidak bisa lagi Rius tahan. Sudah bertahun-tahufl kerinduan itu terselimuti kebencian, bukan karena Rius benar- bénar membenci orang itu. Tapi karena Rius benci akan kzebodohannya dulu saat pergi tanpa memberitahu lebih dulu orang itu, sehingga orang itu pun pergi tanpa meninggalkan jejak. Rius mendatarkan wajahnya saat kakak kandungnya, Athava. Berada di hadapannya sekarang ini. Rius sendiri tidak menyadari kehadiran Athava di mansionnya. “Sedang apa kau di sini?” Tanya Rius datar. “Kebodohan apa yang kau lakukan, Rius? Sejak kapan?” Tanya Athava kembali, mengabaikan pertanyaan Rius padanya. “Apa yang kau lakukan, sehingga mengecewakan Daddy dan Mommy?” Tambahnya. “Memangnya apa?” “Cih.” Decih Athava mengepalkan tangannya. “Jangan berlagak seperti orang bodoh, Daddy dan Mommy kecewa dengan kelakuanmu di luar.” Protective's Pilot | 36Rius menaikan sebelah alisnya bingung, tidak mengerti akan pembicaraan Athava. Sampai beberapa detik kemudian Rius mulai mengerti dengan yang dimaksud oleh Athava. “Oh!” Rius menyahut dengan tenang. “Aku seorang Pria, tentu dunia malam sudah biasa bagi Pria dewasa. Toh, aku hanya minum tidak melakukan hal di luar batas.” “Jadi itu sudah menjadi hal biasa untukmu? Sudah berapa lama, Rius?” “Yang pasti sudah lama!” Rius menatap Athava dengan sangat datar. Tidak ada tatapan kelembutan dimatanya. “Sudahlah, untuk apa kau permasalahkan? Aku yakin, kau pun melakukan hal yang sama denganku?” Athava tersenyum miring, kepalanya menggeleng-geleng pelan. "Aku tidak suka dunia malam. Kau dan aku tentunya berbeda, Rius! Kau suka menghamburkan uang, sementara aku? Aku tidak menyukai itu.” “Pergilah, jika kau tidak mempunyai urusan penting.” Rius membalikkan tubuhnya melangkah masuk ke dalam Mansion, tidak peduli jika Athava masih diam di luar. Athava menghela napas kasar, matanya masih terus menatap punggung tegap Rius. Ada alasan mengapa Athava sampai di Mansion Rius, tadi pagi Keenan menelfonnya dan mengatakan kalau ada salah satu rekan bisnis perusahaan yang melihat Rius datang ke club malam. Mendengar itu Keenan merasa marah karena memang yang Athava dan Keenan ketahui, Rius tidak pernah sekalipun suka dunia malam. Dan karena itu Keenan meminta Athava untuk berbicara pada Rius. Lihatlah, kepergianmu merubah — sikap _adikku. Kembalilah, dia membutuhkanmu. batin Athava lirih. Nikenn25 | 37Athava mengadahkan kepalanya ke atas, menahan butir kristal yang siap jatuh jika sekali mengedip. Ada rasa sesak di hatinya melihat perubahan Rius, dulu adiknya tidak pernah bersikap acuh seperti ini. Tapi semenjak gadis itu pergi, sikap Rius berubah hampir 180 derajat. Kehadiran seseorang di masalalu sangat terpengaruh dalam kehidupan Rius. Adiknya itu seperti kehilangan sebagian besar dari dirinya. Athava beranjak pergi dari Mansion Rius, setidaknya ia sudah berusaha untuk bicara dengan Rius. Mungkin nanti Athava akan kembali lagi untuk membicarakannya dengan adiknya itu, dan mungkin nanti saat pria itu sudah lebih tenang. Di dalam Mansion tepatnya di lantai tiga, Rius memperhatikan kepergian Athava dari Mansionnya. Ia tahu cepat atau lambat keluarganya pasti akan tahu tentang kehidupan malam Rius. Tapi Rius tidak peduli, dia sudah terlanjur menikmati kehidupan malamnya. Rius menghela napas kasar, membalikkan tubuhnya seraya menutup gorden jendela kamarnya. Tatapan matanya tertuju ke salah satu bingkai yang tertata rapi di atas nakas. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman begitu melihat isi bingkai itu. Aku akan menemukanmu, sayang. Ucap Rius dalam hati. Ya, dia bertekad akan mencari sampai menemukan seseorang itu. Rius melangkah ke arah nakas, mengambil bingkai itu dan mengusapnya lembut. Di bingkai itu terdapat foto seseorang yang sedang tertawa lepas, pada saat itu Rius mengambilnya secara diam-diam. Protective's Pilot | 38Rius kembali menaruh bingkai itu di atas nakas, menatanya serapi mungkin. Nanti jika ia dan gadis itu sudah bertemu, Rius akan memastikan banyak foto gadisnya terpajang di nakas. oe Ruby tersenyum senang saat melihat apartement milik Lechia sudah rapi dan bersih. Jam menunjukkan pukul 13.35 siang, rasanya tubuh Ruby sangat lelah karena hampir seharian membersihkan seisi apartement. Tapi, Ruby melakukannya dengan senang hati. Karena memang ini pekerjaan termudah yang diberikan oleh Lechia. Sekarang ini Ruby sedang berada sendiri di apartement Lechia, karena memang Lechia yang sedang berpamitan pergi tidak tahu ke mana. TOK! TOK! TOK! Ruby menoleh ke arah pintu. yang diketuk, ia mengemyitkan dahinya bingung. Dengan cepat Ruby membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang. Ruby terdiam begitu pintu sudah terbuka, pupil matanya membesar saat melihat Pria berpakaian rapi berdiri di depan pintu masuk apartement Lechia. Ruby meneguk salivanya saat menyadari kalau Pria yang berdiri didepannya sekarang ini sama dengan Pria yang bersama Lechia malam itu. “Lechia?” Panggil Pria itu melangkah masuk, melewati Ruby begitu saja. “Lechia, aku datang?” “Maaf, Lechia sedang keluar.” Ruby menyahut sambil menelan salivanya dengan susah payah. “Ke mana?” Nikenn25 | 39“Eh?” Ruby melotot, menatap Pria itu bingung. “Heum, aku tidak tahu. Lechia tidak mengatakan apapun. Dia hanya bilang akan keluar sebentar.” Pria itu. menganggukkan kepalanya, mendaratkan bokongnya di kursi panjang dekat dapur. “Aku akan menunggu, Lechia.” Ujar Pria itu. “Tya, silahkan.” Ruby menyahut dengan kikuk. “Eum, kau mau minum sesuatu? Biar aku buatkan?” “Ya, boleh!” Pria itu terdiam, menatap Ruby dengan sangat lekat. Bahkan kening Pria itu sampai mengkerut. Ruby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung karena hanya berduaan dengan kekasih Lechia. Bahkan Ruby sama sekali belum mengenal nama dari kekasih Lechia itu. Setelah selesai membuat orange jus Ruby membawanya dan kemudian memberikannya pada Pria itu. TOK!TOK!TOK! “Ruby?” Pintu apartement terbuka menampakkan Lechia yang tersenyum. “Oh, hai. Kau sudah datang? Bukannya kau bilang kau akan menemui Rius lebih dulu?” Tambahnya mencium sang kekasihnya. Ruby terdiam tubuhnya seakan membeku saat mendengar nama yang diucapkan oleh Lechia. Ia menatap Lechia dan kekasih dari Lechia secara bergantian. Apa mungkin? Pikir Ruby tak yakin. “Kau Ruby?” Tanya kekasih Lechia semakin lekat menatap Ruby. Dia berdiri dari duduknya mendekat pada Ruby. Ruby terdiam tubuhnya semakin membeku mendengar suara kekasih Lechia. “I-iya ke-kenapa?” Jawab Ruby terbata karena gugup. Protective's Pilot | 40“Boleh aku tahu, siapa nama panjangmu?” tanya Pria itu lagi. Ruby menggigit bibir bawahnya, matanya_beralih menatap Lechia sebentar dan kembali menatap kekasih Lechia. "Ah, Heum. Namaku Afsheen Ruby!" jawab Ruby tersenyum kikuk. Pria itu membelalakan kedua matanya, perlahan kekasih Lechia mendekat pada Ruby. Meraih tangan gadis itu. “Kau serius? Namamu benar-benar Afsheen Ruby?” Tanya Pria itu mencoba meyakinkan dirinya. “J-iya be-benar!” Jawab Ruby terbata. “Sayang, ada apa? Kenapa kau sampai_ segitunya menanyakan nama, Ruby?” Lechia menyentuh lengan kekasihnya. “Tidak sayang, tidak ada apa-apa.” Pria itu tersenyum seraya mengecup kening Lechia. “Aku harus pergi, nanti aku akan ke sini lagi.” Tambahnya melepaskan tangan Lechia dan melenggang pergi sambil tergesa-gesa. “Athava, you seriously? Kau baru saja datang dan kita baru saja bertemu.” Pekik Lechia menghela napas kasar. Ya, Athava adalah kekasih Lechia. Kedua mata Lechia beralih menatap Ruby lirih. “Ruby, dia pergi. Aku gagal memberikan hasil masakanku.” Ruby tersenyum kecil. “t's okay, di lain waktu kau bisa membuatnya lagi.” Lechia memanggut-manggutkan kepalanya lirih, seraya menarik paksa sudut bibirnya agar tersenyum. Semangat ingin memberikan hasil masakan pada sang kekasih gagal, karena Athava yang pergi. Sebenarnya Lechia merasa bingung dengan sikap Athava barusan, apalagi dengan kelakuan Nikenn25 | 41Athava pada Ruby yang tiba-tiba saja seolah Athava mengenal Ruby lama. Lechia memilih untuk ke kamar menenangkan rasa sedihnya di sana, dia tidak mau Ruby tahu kalau sebenarnya Lechia sedikit kecewa karena Athava pergi begitu saja. Padahal baru saja Lechia merasa senang dan antusias namun itu semua sirna begitu saja. Protective's Pilot | 42PROTECTIVE'S PILOT | Bagian O6. Athava baru saja menemui orang terpercaya atau seseorang informan yang selalu membantunya setiap kali Athava membutuhkan data seseorang. Ia menghela napas lega karena orang itu akan memberikan data yang Athava inginkan besok hari. Data itu yang bisa memastikan kebenarannya. Dan Athava berharap hasilnya sama dengan apa yang ia temukan. TOK! TOK! TOK! “Masuk!” Pintu ruangan Athava terbuka, Keenan. Pria itu masuk dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Walau sudah tidak muda lagi namun Keenan masih terlihat muda dan berwibawa. “Hi, Dad.” Athava menegakkan tubuhnya seraya tersenyum. Keenan menarik kursi dan duduk di kursi berseberangan dengan Athava. “Bagaimana, kau sudah menemui adikmu, Rius?” Tanya Keenan. Athava mengangguk kecil. “Ya, aku sudah menemuinya.” Jawab Athava memainkan bolpen, mengetuk-ngetuknya di atas meja. “Lalu apa yang adikmu katakan?” Keenan kembali bertanya sambil memperhatikan putranya. “Rius bilang, dia sudah dewasa. Dunia malam seperti itu sudah biasa untuk Pria dewasa sepertinya.” Athava menyahut menyampaikan apa yang Rius katakan. Keenan menghela napas kasar, sudah menduga akan jawaban Rius. Sebenarnya Keenan tidak _ pernah mempermasalah pergaulan anak-anaknya. Hanya saja jika Nikenn2s | 43tentang dunia malam seperti itu Keenan sama sekali tidak menyukainya, ia tahu betul bagaimana dunia malam. Minuman, alkohol dan obat-obatan terlarang. Dan Keenan tidak ingin putranya menyentuh barang haram seperti itu. “Dad, jangan khawatir. Athava, yakin Rius sudah cukup dewasa untuk memilih pergaulan. Kita percayakan saja padanya. Rius tidak mungkin melakukan hal yang memalukan keluarga.” Tambah Athava meyakinkan Keenan, dia tahu Keenan saat ini sekarang gusar mengenai kehidupan malam Rius. Karena itu ia meyakinkan Keenan agar tidak terlalu gusar. Keenan menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar. “Athava, bukan masalah memalukan keluarga. Daddy tidak permasalahkan itu, Daddy juga tidak pernah mempermasalahkan pergaulan adikmu. Daddy hanya khawatir, karena Daddy tahu betul dunia malam itu seperti apa. Minuman beralkohol, obat-obatan, narkoba dan wanita malam.” “Ya, Athava tahu. Sangat tahu kalau Daddy khawatir, tapi Dad. Rius benar, dia sudah besar dan dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk!” Ujar Athava tersenyum. “Daddy hanya tidak ingin, anak-anak Daddy salah memilih jalan kehidupannya.” Timpal Keenan lirih. “Dad, jangan khawatir. Athava dan Rius akan memilih jalan kehidupan yang benar. Kita akan berusaha membanggakan Daddy dan Mommy, karena itu dukung kita. Doakan kita, Dad.” Keenan tersenyum kecil. “Daddy selalu mendukung anak-anak Daddy, dan Daddy juga selalu mendoakan yang Protective's Pilot | 44terbaik untuk kalian. Bagi Daddy dan Mommy, kalian berdua sudah sangat membanggakan.” Athava tersenyum, tiba-tiba saja Athava teringat sesuatu. “Ah, aku sampai lupa. Dad, sepertinya aku menemukan dia.” Ucap Athava antusias. Keenan menaikan sebelah alisnya bingung. “Dia? Siapa dia yang kau maksud?” Tanya Keenan dengan dahi yang mengkerut. “Seseorang yang selama ini menghilang, seseorang yang membuat Rius berubah dingin seperti sekarang.” Jawab Athava menegakkan tubuhnya. “Aku yakin, nanti saat aku membawa orang itu ke hadapan Rius. Rius, pasti akan senang. Dan akan kembali seperti dulu.” Tambahnya. “Kau yakin telah menemukan dia, dan apa mungkin kau yakin kalau itu memang benar orang yang kita cari?” Athava menganggukkan kepalanya cepat. "Ya, aku yakin. Walau tidak sepenuhnya. Aku sedang mencari tahu tentang dia, besok aku sudah menerima data diri dari dia." “Daddy berharap dia benar-benar ditemukan, dan Daddy juga berharap jika kehadiran dia bisa merubah Rius dari dunia malamnya.” Keenan tersenyum penuh berharap. “Semoga saja, Dad!” Keenan berdiri dari duduknya, sambil melepaskan kancing jasnya. “Ya sudah, kalau begitu Daddy pergi dulu. Masih ada banyak pekerjaan di kantor.” Athava mengangguk pelan, ia ikut berdiri dari duduknya, mengantarkan Keenan hingga pintu ruangannya. Dan setelah Keenan masuk ke dalam lift Athava kembali ke kursinya. Berkutik dengan pekerjaan yang menumpuk. Baru akan menyalakan laptopnya Athava kembali teringat dengan Nikenn2s | 45kekasihnya, Lechia. Tadi wanita itu bertanya padanya namun dengan bodohnya Athava mengabaikan Lechia. Dan yang lebih bodohnya lagi Athava datang ke Apartement Lechia untuk mencoba makanan yang dibuat oleh kekasihnya itu. Uh, Lechia Maafkan aku sayang. batin Athava. oe Rius meraih kunci mobilnya yang ada di atas nakas, matanya menatap pantulan dirinya dari cermin. Setelahnya ia berbalik menyambar jaketnya, menyelampirkan jaket itu di Jengan kirinya seraya berjalan menuju lantai bawah. Begitu keluar dari lift Rius dikejutkan oleh sosok Keenan yang berdiri tegap. Ia menaikan sebelah alisnya bingung, karena tumben sekali Keenan datang ke Mansionnya. “Mau ke mana kau, Rius?” Tanya Keenan menatap putranya dari atas hingga bawah. Sangat berbeda dengan penampilan Rius sebelumnya. Apa yang dilihat saat ini oleh Keenan sangat membuatnya tidak percaya. Bagaimana tidak sekarang didepannya berdiri sosok putranya yang mengenakan pakaian seperti preman. Celana jeans robek dan kaos hitam yang dibalut jaket hitam. “Daddy ke sini? Sejak kapan?” Tanya Rius kembali, mengabaikan pertanyaan Keenan padanya. “Jangan mengalihkan pertanyaan Daddy, Athanarius.” Jawab Keenan tegas dengan sengaja menekan nama putranya. Dan jika Keenan sudah menyebut nama putranya itu artinya Keenan sedang menahan amarahnya. Rius menghela napas kasar, berjalan melewati Keenan. “Rius mau keluar malam ini.” Timpal Rius menghempaskan bokongnya di sofa. “Mabuk-mabukan lagi, heh?” Protective's Pilot | 46“Dadd—” “Daddy dan Mommy mengizinkan kau untuk tinggal sendiri bukan berarti kau bebas melakukan apapun, kau ingat apa yang kau katakan dulu sebelum pindah ke Mansion ini?” Sela Keenan bersidekap dada. “Hm!” Gumam Rius memijat pangkal hidungnya. “Rius, ingat. Tapi Dad—” “Athava sudah menemukan dia, Rius. Bagaimana kalau dia tahu kebiasaanmu yang suka minum? Apa kau pikir dia mau berdekatan lagi denganmu?” Rius mengadahkan kepalanya, menatap Keenan dengan dahi yang mengkerut. Ia berdiri dari duduknya. “Athava, menemukan dia?” Tanya Rius. “Ya, kakakmu tadi memberitahukan Daddy!” Jawab Keenan seraya duduk di sofa. "Besok, data diri seseorang akan sampai di tangan kakakmu.”" Tambahnya. “Tapi kenapa, Athava tidak memberitahuku. Dad?” Rius menyahut dengan nada yang sedikit meninggi. “Dia baru tahu hari ini, kau jangan menyalahkan kakakmu. Kalau memang kau ingin tahu temui Athava besok.” Ucap Keenan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Malam ini jangan pergi ke mana pun. Tapi ya sudahlah, silahkan saja jika kau memang ingin pergi malam ini. Tapi Rius, kau jangan salahkan Daddy ataupun Athava jika Dia tidak ingin bertemu denganmu.” Tambahnya. “Tapi Dad—” “Daddy, pulang!” Keenan beranjak pergi mengabaikan Rius yang hendak berbicara. Setidaknya malam ini Keenan mempunyai alasan agar Rius tidak keluar. Nikenn25 | 47Sementara Rius terdiam, tubuhnya terhempaskan kasar, mengacak rambutnya frustasi. Ada rasa senang jika memang benar Athava menemukan seseorang yang selama ini menghilang. Tapi Rius juga takut kalau seseorang itu justru menghindar dari Rius karena dulu pergi tanpa memberitahunya. Atau yang paling parah seseorang itu membenci Rius karena dunia malamnya. Ouh, shit! umpat Rius dalam hati. Rius mengambil handphonenya yang bergetar dari dalam saku celena, sebuah panggilan dari Richter tertera dari layar handphonenya. Dengan cepat Rius menggeser tombol hijau. “Hallo, Rius. Aku sudah menemukan seseorang yang kau cari. Kebetulan aku bertemu dengan informan dari Athava, ternyata Informan dari Athava sama sepertiku mencari nama dan orang yang sama.” Ujar Richter dari telfon. “Benarkah? Kau sudah menemukannya, di mana dia sekarang? Cepat beritahu aku.” Tanya Rius tidak sabaran. Ia menyimak dengan baik alamat yang diberikan oleh Richter. Setelahnya panggilan terputus sepihak, Rius berlari dengan cepat. Malam ini juga ia akan menemui seseorang itu. Rius masuk ke dalam mobil, menyalakannya dengan tangan yang gemetar. Begitu mesin mobil menyala Rius Jangsung menjalankannya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dominick yang melihat itu hanya diam dengan mulut yang terkatup rapat. Ada rasa khawatir saat melihat cara Rius mengendarai mobil. Hingga berapa menit mobil Rius sudah menghilang dari pandangan mata Dominick. Protective's Pilot | 48PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 07. Saat ini Rius sedang berada dalam perjalanan menuju ke salah satu apartement, setelah mendapati kabar dari Richter kalau sebenarnya gadis itu masih hidup dan sekarang ada di salah satu apartement di Madrid, Spanyol. Rius segera mendatangi tempat itu. Richter juga sudah mengirimkan Rius alamat dari apartement itu. Sebenarnya Rius tahu di mana apartement itu tapi apa mungkin jika selama ini gadis itu adalah seseorang yang selama ini ada, bahkan selalu bertem dengan Rius jika kakaknya Athava sedang mengajak si wanita? Tidak, itu tidak mungkin. Rius tahu betul sosok gadis kecil di masalalunya. Manja dan selalu mengembungkan pipinya jika merasa kesal. Sedangkan wanita Athava? Wanita itu cantik dan dewasa. Berbeda sekali dengan gadis kecilnya, tapi ada kemungkinan jika gadis kecilnya kini berubah dewasa? Ya, itu mungkin saja kan? Tapi tidak, Rius tidak ingin menebak-nebak dulu. Ja takut salah menebak. Karena itu saat ini Rius sedang di perjalanan menuju apartement itu untuk memastikan sepasti mungkin. Mobil yang dikendarai Rius berhenti di lobby sebuah apartement. Ia memarkirkan mobilnya di antara mobil-mobil yang lain, Rius tidak membutuhkan parkiran khusus. Yang Rius butuhkan saat ini adalah memastikan dan bertemu seseorang. Di depan pintu lobby terdapat Richter yang menunggu. Pria berpakaian rapi itu berjalan ke arah mobil Rius. Ada beberapa mata yang memandang bingung kearahnya, Nikenn25 | 49mungkin karena cara berpakaian Richter yang sangat rapi dengan setelan serba hitam. TOK! TOK! TOK! Richter mengetuk kaca jendela mobil Rius. Kepalanya tertutupi oleh topi. “Rius, gadis itu ada bersama kekasih kakakmu.” Ujar Richter begitu kaca jendela mobil terbuka. “Kau sudah memastikannya?” Tanya Rius membuka kaca mata hitam miliknya. Richter mengangguk mantap. “Ya, aku sudah memastikan keberadaannya. Dia memang ada bersama kekasih kakakmu sejak kemarin malam..” Jeda Richter sebentar. "Rius, sebenarnya ada lagi yang ingin kuberitahukan padamu tapi aku rasa nanti saja." Sambungnya. “Apa?” “Ada sesuatu!” Richter melihat-lihat kesekelilingnya sebentar. “Lagi pula aku tidak mungkin menceritakannya di sini, kau temui saja dulu dia. Nanti besok aku akan datang ke Mansionmu.” Rius memanggutkan kepalanya pelan. “Ya, baiklah!” “Aku pergi dulu.” Richter menyahut lantas beranjak pergi dari parkiran. Seperginya Richter dari parkiran, Rius keluar dari mobilnya. Ia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Jantungnya berdetak kencang mengingat kalau Rius akan kembali bertemu dengan gadis kecilnya. Tanpa menunggu lama lagi, Rius melangkah menuju apartement. TING! Lift berhenti di lantai tiga, tidak salah lagi ini memang apartement milik kakaknya Athava yang saat ini ditempati oleh kekasih dari kakak Rius itu. Dengan perasaan senang, Protective's Pilot | SOsedih, takut dan khawatir akhirnya Rius memberanikan diri untuk beranjak dari lift. Tangannya terulur mengetuk pintu apartement. TOK! TOK! TOK! “Aduh!” Terdengar suara gaduh dari dalam membuat dahi Rius mengkerut bingung. “Sebentar, sebentar!” CEKLEK! Pintu terbuka memperlihatkan sesosok gadis bertubuh mungil yang memakai kaos kebesaran. Gadis itu masih belum menyadari kehadiran Rius, dikarenakan gadis itu masih sibuk dengan sandal jepit yang dibawa oleh gadis itu. “Cari siap..” Ucapan gadis itu terhenti, pupil matanya membesar melihat Rius didepannya. Pupil mata gadis itu bergerak memutar seolah sedang berpikir sampai pada akhirnya. Gadis itu memekik. “Aku ingat! Kau Pria yang di club itu kan? Heum, kau pria yang mencekikku? Dan ya, kau juga yang menciumku sembarangan.” Tambahnya. Rius menaikan sebelahnya, tentu saja dia ingat dengan gadis di hadapannya. Gadis yang mengingatkan Rius dengan gadis kecilnya. Sampai-sampai Rius mencium bibir mungil itu dalam keadaan emosi. “Ada apa kau kemari? Oh, atau kau mau mencekikku lagi? Kau berubah pikiran, ya?” Ruby menunjuk Rius dengan mata yang membulat sempurna. “Ruby, siapa yang datang?” Teriakan Lechia dari dalam membuat aliran darah Rius membeku seketika. Bukan, bukan Karena suara Lechia. Melainkan karena nama yang disebut oleh Lechia. “Aku tidak kenal, Lechia!” Sahut Ruby. Nikenn25 | 51Rius menatap Ruby lekat tepat pada manik bola mata gadis mungil didepannya. Rasa tidak percaya karena akhirnya bisa kembali menemukan gadis kecilnya membuat napas Rius sesak. “Kenapa menatapku begitu?” Ruby melotot pada Rius. Bukan karena tidak suka, tapi karena tatapan Rius membuat Ruby salah tingkah. “By?” Gumam Rius terdengar seperti bisikan kecil. Ruby terdiam menatap Rius dengan kedua alis yang tertaut. Darahnya berdesir saat mendengar panggilan itu. “By?” Rius kembali bergumam, kali ini kedua matanya berkaca-kaca. “Ka-kau.... Ba-bagaimana ka-kau ta-tahu p-panggilan i- itu.” Lirih Ruby terbata. Rius menarik tangan Ruby, membawanya ke dalam pelukannya. Memeluk tubuh mungil Ruby dengan sangat erat. Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Rius selain isakan kecil yang lolos. Air yang ada di pelupuk matanya pun sudah jatuh menetes. “By?” “Ka-kau si-siapa.” Rius melepaskan pelukannya seraya menangkup pipi Ruby. Mata keduanya saling bertemu, menatap dalam satu sama lain. Hingga pada akhirnya Rius memagut bibir mungil Ruby. Melumatnya kasar melampiaskan rasa amarah, emosi dan rindu yang melebur menjadi satu. “Akhirnya..” Jeda Rius setelah menjauhkan bibirnya dari bibir Ruby. Ia tersenyum semringah, senyum yang selama ini hilang bersamaan dengan kebahagiaannya. “Akhirnya aku menemukanmu.” Tambahnya memeluk tubuh mungil yang Protective's Pilot | 52selama ini membuat Rius menggila karena kehilangan jejak dari gadis itu. “Ka-kau si-siapa se-sebenarnya?” Tanya Ruby terbata. Ia masih belum bisa berpikir jernih, pria didepannya datang secara tiba-tiba menciumnya, lalu mengingatkan Ruby akan panggilan nama dari seseorang. “Aku, Pria masalalumu yang selalu kau _bilang menyebalkan. Karena aku suka sekali mengacak rambutmu.” Jawab Rius masih dengan menangkup kedua pipi Ruby. “Kau selalu marah padaku, karena bagimu aku Pria yang selalu membuatmu merasa kesal.” Tambahnya. Ruby terdiam dengan mata yang terpejam. Ingatannya memutar kenangan di masalalu. Terbesit bayangan saat dirinya bersama seorang Pria. Pria menyebalkan karena selalu membuat rambutnya berantakan. Namun, pria itu juga yang selalu menuruti permintaan Ruby. Mengingat hal itu, mata Ruby langsung terbuka. “Rius!” Gumam Ruby bergetar. “Heum.” Rius tertawa kembali memeluk Ruby dengan sangat erat. Ia mengayunkan tubuh mungil Ruby pelan. “Ka-kau be-benar Ri-rius?” Rius terkekeh, sedikit melonggarkan pelukannya agar bisa melihat wajah Ruby. Ia menarik gemas hidung Ruby. “Menurutmu, siapa yang selalu memanggilmu dengan sebutan ‘By'?” tanya Rius mengecup bibir Ruby. “Hanya, Rius!” Jawab Ruby bergumam. Rius tersenyum semakin mempererat pelukannya. Senyum yang beberapa tahun ini menghilang dan kini sudah kembali bersamaan dengan si penakluk hati. Nikenn25 | 53“Kau ke mana saja, Rius? Kenapa kau meninggalkanku.” Tambah Ruby terisak. “Aku pergi untuk meraih cita-citaku, aku tidak pernah meninggalkanmu. Tidak pernah.” Rius menyahut lirih, matanya terpejam dengan denyut di hatinya. “Aku hanya pergi sebentar, aku kembali lagi. Tapi saat aku kembali untuk menemuimu, kau sudah pergi.” “Jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku lagi. Aku takut, Rius.” Aku takut, Rius. Rius membuka matanya mendengar kata yang terlontar dari mulut Ruby. Lama tidak bertemu sepertinya banyak yang tidak Rius ketahui. “Tidak, aku tidak akan pergi lagi. Aku juga tidak akan meninggalkanmu. Aku di sini, untukmu!” Bisik Rius menumpukan dagunya di kepala Ruby yang lebih pendek darinya. Ya, karena tinggi Ruby hanya sebatas dada bidangnya saja. Benar-benar mungil bukan? “Kau tidak akan membunuhku kan?” Tanya Ruby mengurai pelukan Rius. Kepalanya mengadah melihat Rius yang lebih tinggi darinya. Rius mencebikkan bibirnya. Timbul rasa bersalah karena malam itu hampir saja mencekik Ruby. “Maafkan aku, By. Maaf malam itu aku sedang dilanda emosi!” Ruby tersenyum kecil, mengusap lembut pipi Rius. “Tidak apa-apa, pada saat itu kita tidak saling tahu satu sama Jain kan? Kalau kau tahu aku Ruby, kau pun pasti tidak akan melakukannya.” Rius tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Ia menyatukan keningnya dengan kening Ruby. Saling Protective's Pilot | 54memejamkan mata kembali menikmati kerinduan yang terbayarkan oleh pertemuan keduanya. Tanpa mereka berdua sadari kalau sejak tadi Lechia melihat keduanya. Ia ikut menangis karena terharu melihat adik dari kekasihnya dan sahabatnya Ruby. “Ya, mereka sudah saling bertemu. Aku sampai ikut menangis.” Lechia terkekeh berbicara dengan telfon yang tersambung pada Athava. Tadi sebelum Rius datang, Athava sudah lebih dulu menelfonnya. Menceritakan tentang hubungan Ruby yang merubah kehidupan Rius. Sekarang Lechia bisa melihat seberapa terpengaruhnya hidup Ruby di dalam kehidupan Rius. Maka dari itu saat pintu apartementnya diketuk, Lechia sudah tahu kalau itu adalah Rius. Hingga akhirnya Lechia meminta Ruby yang membukanya agar mereka berdua bisa bertemu. “Dan maaf sayang, aku tidak bisa lagi melihat mereka. Karena kau pasti tahu apa yang dilakukan sepasang kekasih yang sedang saling jatuh cinta ketika bertemu, setelah bertahun-tahun tidak ketemu?” Lechia tersenyum, ia sekarang ini sudah ada di kamarnya. Lechia cukup sadar diri tidak ingin melihatnya lagi karena tidak ingin mengganggu pertemuan Rius dan Ruby. Nikenn25 | 55PROTECTIVE’S PILOT | Bagian 08. Saat ini Rius dan Ruby sedang berada di ruang tamu apartement Lechia. Mereka sudah tidak ingin lagi menangis, terlebih Ruby. Mata gadis itu sudah sangat sembab sampai akhirnya Rius meminta Ruby untuk berhenti terisak, selain tidak tega Rius juga merasa sakit melihat Ruby yang menangis. Ruby bersandar di dada bidang Rius dengan nyamannya, sambil memainkan jari-jari panjang tangan pria itu. Rius tersenyum bahagia, sesekali mencium kepala Ruby yang bersandar di dadanya. Tidak tahu kenapa dari dulu Ruby sangat suka memainkan jari-jari tangannya. Ia sendiri tidak keberatan, dan justru menyukai kebiasaan Ruby. “By, hari ini kau ikut bersamaku. Kau juga akan tinggal bersamaku nanti.” Ujar Rius membuat Ruby berhenti memainkan jarinya. “Rius, kalau aku ikut denganmu. Bagaimana dengan Lechia?” Ruby mengadahkan kepalanya, menatap Rius. Rius tersenyum menahan leher Ruby yang sedang mengadah. “Lechia, tidak akan apa-apa. Aku tidak mau ambil resiko lagi.” “Tapi Rius—” “Tidak apa-apa, Ruby. Kau ikut saja dengan Rius. Nanti aku bisa datang menemuimu, atau kalau mau kau yang bisa ke sini.” Ucap Lechia yang tiba-tiba saja keluar dari kamarnya. “Kau dengar sendiri kan, By?” Sahut Rius mengusap rambut belakang Ruby. “Kau bisa main ke sini kalau kau merindukan, Lechia.” Tambahnya. Protective's Pilot | 56Ruby menganggukkan kepalanya, ia berdiri dari duduknya seraya memeluk Lechia erat. “Terima kasih, Lechia. Kau sudah sangat baik padaku!” Kata Ruby tulus. “Sama-sama, Ruby. Aku juga berterima kasih padamu. Karenamu aku bisa membuat makanan kesukaan, Athava.” Kekeh Lechia melerai pelukan Ruby. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, — setelah berpamitan pada Lechia. Lantas Ruby dan Rius meninggalkan apartement, diantarkan oleh Lechia hingga ke parkiran. Lechia melambaikan tangannya seiring perginya mobil Rius dari parkiran. Ia menghela napas kasar, hari ini dan esok Lechia akan kembali hidup sendiri. Tapi tidak apa karena Lechia masih bisa menemui Ruby jika memang dirinya ingin bertemu dengan gadis menyenangkan itu. Baru saja Lechia akan kembali ke apartementnya, tapi sebuah mobil yang dikenal olehnya berhenti tepat di depan Lechia. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman saat menyadari kalau itu adalah mobil kekasihnya, Athava. “Hi Babe?” Athava merentangkan tangannya menunggu sambutan kekasih tercintanya. Lechia tertawa seraya berhamburan ke dalam pelukan Athava “Kau terlambat datang, mereka baru saja pergi.” “Hei, aku datang ke sini bukan untuk mereka. Tapi untuk menemui kekasihku yang cantik.” Athava menoel ujung hidung Lechia. “Aku kira kau ingin bertemu dengan adik iparmu!” “Aku bisa bertemu dengannya nanti malam, sekarang ini aku ingin bersama kekasihku dulu.” Nikenn25 | 57Lechia tertawa seraya mencubit pinggang Athava pelan. “Dasar, ayo ke apartement.” Ajak Lechia lantas segera kembali ke apartementnya bersama Athava. Athava tersenyum mengangkat tubuh Lechia membuat wanita itu memekik kaget. “Ayo, sayang!” Bisik Athava mengecup bibir Lechia. “Athava, turunkan aku. Malu dilihat oleh orang.” Lechia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Athava, kedua pipinya merona merah. “Biarkan saja, kenapa harus peduli.” Athava mendatarkan wajahnya. “Ayo, buka passwordmu!” Tambahnya. Lechia memanggut-manggutkan kepalanya, seraya menekan nomer password apartementnya. “Udah, turunkan aku.” Pinta Lechia. “Big No! Athava melangkah masuk tanpa menurunkan Lechia. Kakinya mendorong pintu agar tertutup, setelahnya ia membanting tubuh Lechia ke sofa. “ATHAVA!” Pekik Lechia melempar bantal sofa pada kekasihnya itu, yang justru berlari ke kamar mandi. Begitu melemparnya pada sofa. “Tubuhku, sakit!” Terdengar tawa Athava dari kamar mandi, tawa yang begitu lepas. Membuat kesal Lechia adalah hal yang menyenangkan untuk Athava. Sementara itu di sofa Lechia masih merasa kesal pada Athava, Pria itu selalu saja melakukan hal yang menyebalkan. Dari pertama bertemu, Athava memang orangnya sudah menyebalkan. Tapi tidak tahu apa yang membuat Lechia sampai pada akhirnya mencintai Athava. Namun, walau menyebalkan Lechia tetap mencintai Athava. Protective's Pilot | 58“Chia, hari ini aku menginap di sini. Sudah malam juga aku sedang malas menyetir!” Ujar Athava begitu sudah keluar dari kamar mandi. “Kenapa izin padaku, biasanya juga tidur di sini kalau kau mau?” Tanya Lechia bingung. “Aku sedang tidak izin, aku hanya mengatakannya saja padamu!” Jawab Athava membalikkan tubuhnya. “Tidurlah, ini sudah malam. Aku seperti biasa akan tidur di—” “Jangan!” sela_ Lechia cepat. “Kamarmu masih berantakan, kemarin kamar itu aku pinjam untuk Ruby!” Tambahnya. “Oh, ya sudah. Kita tidur bersama!” Athava menyahut dengan alis yang naik turun. “Dasar!” Lechia tertawa pelan, lantas mereka ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Athava tersenyum menarik tubuh Lechia ke dalam dekapannya. Mencium kening wanita itu sebentar. “Night, My Mine!” Lechia mengecup pipi Athava sekilas, setelahnya menenggelamkan wajahnya di dalam dekapan Athava. “Night too, Athava.” se Sepanjang perjalanan Rius tidak henti-hentinya menciumi punggung tangan Ruby yang selalu ia genggam. Hatinya begitu bahagia kembali bertemu dengan gadis kecil masa lalunya, gadis yang selalu merengek jika Rius tidak membelikan ice cream padanya. Gadis yang selalu manja, dan gadis yang selalu memberikan puppyeyesnya jika Rius sedang marah sampai akhirnya luluh karena puppyeyes dari gadis kecilnya. Nikenn25 | 59Akhirnya mobil Rius berhenti di depan Mansionnya. Dengan terpaksa Rius harus melepaskan genggaman tangannya. Ia terkekeh pelan melihat Ruby tidur dengan kepala yang menyandar di lengan Rius. Walau sedang tertidur, tapi Ruby masih terlihat cantik. Bahkan bertambah cantik karena wajah Ruby yang menenangkan. Dengan perlahan dan hati-hati Rius membenarkan posisi kepala Ruby, menyandarkannya di kursi. Setelah itu Rius turun dari mobil, sedikit berlari memutari mobilnya lalu membuka pintu) yang satunya. Tubuh Rius sedikit membungkuk, menyelipkan tangannya di lekuk kaki Ruby, sementara tangan yang satunya berapa di tengkuk leher Ruby. Menggendongnya ala bridal style. “Tuan?” Rius menolehkan, seraya tersenyum pada Dominick. “Dominick!” Gumam Rius. Dominick mengerjapkan matanya saat melihat Rius yang tersenyum, kedua matanya beralih menatap seseorang yang ada di dalam gendongan Rius. “Tuan, dia siapa?” Tanya Dominick bingung. "Dominick, dia. Gadisku!” Jawab Rius dengan suara bahagianya. “Gadis yang selama ini menghilang, aku berhasil menemukannya!” Tambahnya. Dominick membelalakkan kedua matanya, mendengar perkataan Rius. “D-dia—” “Ya, Dominick, Ya! Dia gadisku.” Rius menyahut dengan antusias. “Aku akan menceritakannya nanti padamu, tolong. Tutupkan pintu mobil, aku akan membawanya ke kamar!” Protective's Pilot | 60“Ya, tuan!” Dominick tersenyum senang, menutup pintu mobil dan berlari mengejar Rius dari belakang. Hatinya menghangat karena Rius kembali menemukan gadis masalalunya. Itu berarti Rius akan kembali seperti dulu, hangat dan mudah tersenyum. Dominick masuk ke dalam lift bersama dengan Rius. Menekan angka tiga menuju lantai atas di mana kamar Rius berada. Di lantai tiga memang dikhususkan untuk kamar, tempat Rius mengegym dan ruang kerja Rius. Sementara di lantai dua terdapat ruangan untuk keluarga dan lantai satu terdapat dapur kitchen, kamar mandi dan beberapa kamar untuk pelayan dan para penjaga di Mansion. Banyak dari tamu Rius ataupun kolega Keenan yang datang, mengira kalau Mansion Rius tidak memiliki lantai ke atas. Nyatanya mansion ini terbilang cukup besar dan luas. Dalam Mansionnya pun cukup elegan nan mewah. TING! Pintu lift terbuka Dominick lebih dulu keluar untuk membukakan pintu kamar Rius, agar memudahkan Pria itu karena menggendong Ruby. Rius tersenyum pada Dominick, melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia membaringkan tubuh Ruby di atas kasur, menyelimutinya hingga batas dada wanita itu. Rius membungkuk mencium kening Ruby dengan lembut, tangannya mengusap wajah tenang Ruby. “Goodnight, My Love.” Bisik Rius pelan. Setelahnya Rius membalikkan tubuhnya menatap Dominick yang masih berdiri di ambang pintu. Kakinya melangkah menghampiri Dominick. Nikenn25 | 61“Tuan, anda berhasil menemukannya.” Ujar Dominick terharu. “Ya Dominick. Aku menemukannya dan aku bahagia, Dominick. Hidupku terasa kembali, rasanya aku tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan ini dengan kata-kata apapun.” Rius tersenyum menatap ke arah kasur. “Dia terlalu berharga untukku, dari dulu. Dari pertemuan kita berdua, keributan kecil sampai pada akhirnya aku mulai merasa nyaman. Kehadiran Ruby seperti obat penenang untukku, dia selalu datang disaat aku merasa marah. Ruby selalu menenangkanku dengan tatapan matanya. Dan saat dia pergi menghilang aku merasa ada separuh hidupku yang hilang.” Tambahnya. “Tuan, apa anda mencintainya?” Rius mengangguk penuh keyakinan. “Ya, aku mencintainya. Sangat mencintainya. Tapi aku belum bisa mengungkapan cintaku padanya. Mungkin nanti aku akan mengungkapan cintaku pada Ruby. Aku membutuhkan waktu yang tepat untuk itu.” “Tn. Rius, jujur saja saat kepergian Nona Ruby, Tuan berubah seratus delapan puluh derajat. Tuan seperti tidak saya dan keluarga Tuan kenali. Tapi untungnya sekarang ini Nona Ruby sudah kembali. Dan saya, saya bisa melihat Tn. Rius, kembali seperti dulu!” Rius tersenyum kecil. “Dulu aku merasa bersalah karena kepergian Ruby. Dulu saat aku pergi untuk meraih cita-citaku, aku pergi tanpa mengatakan apapun pada Ruby. Aku berpikir kalau dia marah padaku, hingga akhirnya Ruby pergi tanpa memberitahuku. Atau ibarat kata membalas perbuatanku..” Jeda Rius sebentar. “Dominick, kau tahu? Dulu aku sempat membenci Ruby karena pergi meninggalkanku. Tapi aku Protective's Pilot | 62sadar aku pun sama sepertinya yang pergi tanpa mengatakan apapun, tapi semakin lama. Aku merindukan kehadirannya. Rindu rengekannya, manjanya dan mata yang selalu berbinar saat aku memberikannya sesuatu yang dia sukai.” Sambung Rius tersenyum. “Dan sekarang, dia telah kembali. Tuan!” Rius mengangguk, kedua matanya berkaca-kaca. “Ya, dia telah kembali. Dan aku akan terus menjaganya, aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi. Aku sangat bahagia, Dominick.” “Saya bisa melihat kebahagiaan itu di mata. Tuan.” Ucap Dominick tersenyum. Rius tersenyum tatapannya tidak teralihkan sedikitpun, selama bercerita Rius selalu menatap Ruby yang terbaring tidur. Hatinya memuncah karena bahagia yang tidak bisa jelaskan oleh kata-kata apapun. “Tstirahatlah, Tuan. Sudah malam!” Tambah Dominick diangguki oleh Rius. Lalu kemudian Dominick pun beranjak pergi membiarkan Rius untuk beristirahat di kamarnya karena memang hari sudah malam. Nikenn25 | 63PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 09. Keesokan harinya Ruby baru saja bangun dari tidurnya jam 08.45 pagi. Tidur yang nyenyak karena Ruby sampai bangun terlambat. Kedua mata Ruby bergerak memperhatikan sekeliling kamar, cukup luas untuk ukuran kamar tidur. Ia bangun dari tidurnya menjadi duduk, bersandar pada kepala kasur. Tiba-tiba saja pipi Ruby bersemu merah saat mengingat perjalanan semalam, di mana Rius yang selalu menggenggam tangannya sambil terus diciumi sampai Ruby’ tertidur. Saat Ruby hendak beranjak, tanpa sengaja matanya melihat sebuah bingkai di atas nakas. Diambilnya bingkai itu, Ruby tersenyum malu begitu lihat ternyata di bingkai itu terdapat foto masa kecilnya. “Kapan Rius mengambil foto ini.” Gumam Ruby bingung. “Aku mengambilnya saat kau sedang bahagia karena mendapatkan boneka panda dan ice cream dariku.” Suara bariton itu terdengar sangat tegas dan berat. Ruby menoleh menatap Rius yang berdiri tidak jauh dari tempat tidur. “Benarkah?” Tanya Ruby. “Aku selalu mengingatnya, By.” Jawab Rius mendekati Ruby. Ia meraih dagu Ruby dan menyatukan bibir mereka, sebentar. “Morning, By!” Tambahnya. “Ini sudah siang, Rius. Aku kesiangan.” Ruby mengerucutkan bibirnya. “Tidak By, ini belum siang.” Tangan Rius terulur membelai lembut pipi Ruby. “Lebih baik kau mandi, setelah itu sarapan.” Protective's Pilot | 64Ruby menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari tempat tidur. “Rius, jangan di sana. Aku mau rapikan dulu tempat tidurnya!” Ujar Ruby. “Tidak usah, nanti ada maid yang akan membersihkan kamar.” Sahut Rius. “Cepat mandi. Setelah itu turun ke bawa kita sarapan.” Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, lantas pergi ke kamar mandi dengan perasaan yang sedikit kesal. Sudah menjadi kebiasaan Ruby sejak kecil setiap bangun dari tidurnya, pasti ia akan merapikan tempat tidur. Tapi kali ini Rius justru melarangnya. Rius menghela napas kasar, kedua tangannya terkepal kuat hingga urat-uratnya menonjol. Kemarin ia dan Richter sudah bertemu, pria itu juga sudah menceritakan semua tentang Ruby pada Rius. Yang membuat Rius naik pitam karena menahan amarah. Ruby tinggal dengan ibu dan kakak tirinya, ayah Ruby menikah setelah kepergian istrinya. Mereka lalu memutuskan untuk pindah rumah, Awalnya hubungan mereka baik-baik saja, Rius. Sampai pada akhirnya Ayah Ruby pergi, setelah kepergian Ayah Ruby. Ibu dan saudara tiri Ruby berubah kasar. Mereka sering menyakiti Ruby dan yang paling fatal terakhir mereka menjual Ruby di Club milik Miller. Wajah Rius memerah karena menahan amarah yang menguasai dirinya. Rius harus bisa menahannya agar Ruby tidak perlu merasa takut. Karena ia tahu gadisnya sangat takut akan bentakan. Rius tidak pernah bisa membayangkan bagaimana takutnya Ruby saat ibu dan saudara tirinya membentak Ruby, meneriaki gadisnya. Dulu saat Rius Nikenn2 | 65membentak Ruby gadisnya itu langsung bergetar dan menangis. Rius bukan type orang yang suka kekerasan, tapi Rius juga bisa kasar jika ada orang lain melukai keluarga dan seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya. Ia benci kekerasan, tapi walau benci kekerasan Rius tidak akan tinggal diam dengan apa yang dilakukan oleh Ibu dan saudara tiri Ruby. Tak selang berapa lama Ruby keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang terbalut jubah mandi. “Rius, aku lupa kalau aku tidak ada pakaian.” Ucap Ruby memanyunkan bibirnya. Rius tersenyum seraya beranjak dari tempat tidur, berjalan ke arah lemari pakaian dan mengambil salah satu kaosnya. “Pakai saja dulu kaosku, nanti kita keluar beli.” Sahut Rius memberikannya pada Ruby. Ruby mengangguk, lantas mengambil kaos Rius dan kembali ke kamar mandi untuk memakai kaos yang diberikan oleh Rius. Setelah memakainya Ruby kembali keluar, ia mengerucutkan bibirnya ke depan. “Rius, lihat pakaianmu terlalu besar!” Oceh Ruby sambil memperlihatkannya pada Rius. Rius menahan tawanya. Namun, karena tidak kuasa menahan tawa akhirnya tawa Rius pecah. Ia tertawa terbahak- bahak begitu melihat tubuh Ruby yang tenggelam karena kaos kebesaran Rius. “Aaaa, Rius jangan tertawa.” Tambah Ruby menghempaskan bokongnya kasar di pinggir kasur. “Hahahaha, Sorry babe!” Rius semakin terbahak-bahak. Protective's Pilot | 66Ruby mengerucutkan bibirnya sebal, wajahnya memerah menahan malu. Ini pertama kalinya Ruby memakai kaos kebesaran ditubuhnya yang mungil. “Jangan begitu nanti aku bisa menciummu!” Tambahnya menoel dagu Ruby. Ruby terkekeh menepis tangan Rius pelan. “Jangan menggodaku, Rius.” “Tidak sayang, aku sedang tidak menggodamu!” Rius mengacak rambut Ruby gemas. Tidak tahu kenapa dimatanya Ruby selalu terlihat menggemaskan. “Sudahlah, ayo kita sarapan saja.” Ruby berdiri dari duduknya, mengulurkan tangannya pada Rius. “Baiklah-baiklah, ayo Baby Little.” Rius mencium pipi Ruby dengan gemas. Ruby menghela napas pasrah, baru semalam bertemu kembali tapi Rius sudah membuatnya kesal. Ia pikir setelah sekian lama tidak bertemu sikap jahil Rius yang suka menggodanya sudah hilang, tapi ternyata Rius masih saja suka jahil dan menggodanya. Rius terus menggenggam tangan Ruby dari pertama kali masuk ke dalam lift, menggoda Ruby yang kesal karena ia terus mengacak puncuk kepala gadis itu. Saat ini Rius lebih terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sebuah mainan yang paling disuka. “Rius, rambutku nanti berantakan!” Ruby merengek seraya memegang lengan Rius. Rius tersenyum, menjulurkan lidahnya dan melangkah duluan begitu pintu lift terbuka karena sudah berada di bawah. Nikenn25 | 67Ruby mengerucutkan bibirnya, berjalan keluar lift sambil terus bergerutu karena sebal. “Aku mau bersama Lechia saja, di sini kau selalu membuatku kesal.” Tambahnya. Rius menghentikan langkahnya seraya membalikkan tubuhnya, ia menarik pinggang Ruby agar tubuh keduanya saling berdekatan. “Kau sudah ada di sini, itu berarti tidak akan pernah bisa pergi. Sekalipun kau berlari, aku akan kembali menangkapmu,” ucap Rius meraih dagu Ruby dan menempelkan bibirnya dengan bibir Ruby. “Jangan pernah berucap kau akan pergi dariku, karena kau tentu tahu. Apa yang sudah aku dapatkan tidak akan pernah aku lepaskan.” Tambah Rius setelah menjauhkan bibirnya dengan bibir Ruby. Ruby mengangguk paham. Ya, ia memang sudah sangat tahu sifat dan sikap Rius. Pria itu memang tidak akan pernah melepaskan apapun yang sudah dimiliki oleh Pria itu. Tapi di sini Rius tidak menjadikan dirinya sebagai milik dari Pria itu. “Jangan memikirkan apapun, apa yang aku katakan itu benar.” “Rius?” Gumam Ruby menatap Rius dalam. “Heum, apa sayang?” Rius mengecup bibir Ruby sekilas. “Kapan kita sarapan, aku sudah lapar!” Ruby menyahut dengan polosnya. Rius yang mendengar tutur gadis di dekapannya hanya tertawa pelan, menggigit ujung hidung Ruby dengan gemas. “SAKITTT!!!” Pekik Ruby memukul dada bidang Rius pelan. Rius tertawa kencang, menjauhkan tubuhnya dari Ruby. Lalu beralih menatap hidung gadis itu yang memerah karena gigitannya. “Ya sudah, ayo kita sarapan.” Rius mengulurkan tangannya namun ditepis oleh Ruby. Protective's Pilot | 68“Jangan menyentuhku, aku masih kesal padamu!” Ruby menyahut dengan ketus. Rius mengulum senyumnya. “Kau tahu, By. Kalau di lemari es ada banyak Ice Cream yang aku beli untukmu.” Ucap Rius melangkah secara perlahan. “Tapi, kalau kau memang kesal padaku. Ya sudah, tidak apa-apa.” Tambahnya. Rius terus melangkah, tangannya berada di dalam saku celananya. Ia hanya perlu berhitung sampai tiga maka gadis di belakangnya akan memanggil namanya. Satu.. Du.. “Heum, Rius?” Panggil Ruby menggigit bibirnya bawahnya. Rius tersenyum penuh kemenangan, dugaannya benar gadis itu masih sangat menyukai Ice Cream. “Hm, apa?” Sahut Rius tanpa menoleh. “A-aku.. Heum, a-aku tidak kesal padamu. A-aku hanya berbohong saja!” Ucap Ruby terbata. “Oh, begitu?” Rius membalikkan tubuhnya, menatap Ruby dengan wajah datar. “J-iya.” Rius tersenyum seraya merentangkan tangannya. “Kemarilah, My baby little.” Kata Rius memanggutkan kepalanya tipis. Ruby tersenyum malu, lalu berlari menubruk tubuh Rius. Tertawa di dalam dekapan Pria itu. Ia memejamkan matanya menghirup wangi maskulin yang selalu membuat Ruby merasa tenang dan nyaman. Nikenn25 | 69PROTECTIVE'S PILOT | Bagian 10. Sekarang ini Rius dan Ruby sedang berada di mall untuk membeli pakaian Ruby. Mereka berjalan dengan tangan saling menggenggam erat. Rius mengecup punggung tangan Ruby, ia melepaskan genggaman tangannya dan beralih merangkul bahu Ruby. Mereka kemudian masuk ke dalam sebuah toko pakaian untuk memilih pakaian di sana. “Pilihlah pakaian yang kau suka, ambil sebanyak mungkin yang kau butuhkan.” Ucap Rius melepaskan rangkulannya. “Tapi-” “By, tidak apa. Ambillah pakaian yang kau sukai.” Sela Rius tersenyum hangat. Ruby tersenyum seraya memanggut-manggutkan kepalanya pelan. Ia lalu berjalan memilih pakaian yang pas untuknya. Pipinya bersemu merah saat dirasa ada banyak mata melihat kearahnya. Rius mengepalkan tangannya kuat-kuat, kedua matanya memincing menatap tajam para Pria yang memperhatikan Ruby. Rius menyesal karena membiarkan Ruby memakai kaos kebesarannya yang hanya terbalut jaket besar. Harusnya tadi Rius membeli dulu pakaian untuk Ruby sebelum pergi ke mall. Rius yang berdiri hanya memperhatikan Ruby dari jarak yang cukup jauh. Berjaga-jaga takut jika ada seseorang yang kurang ajar pada gadis itu. Protective's Pilot | 70Rius tersenyum seraya mengangguk tipis saat Ruby menoleh kearahnya. Ia tahu gadis itu mencari keberadaannya. Rius pun menghampiri Ruby. Rius mengernyitkan dahinya bingung, begitu menyadari Ruby perlahan mendekat kearahnya. Langkah gadis itu juga terlihat tergesa-gesa. “Rius, ayo kita pulang saja. Aku risih!” Bisik Ruby pada Rius. “Pulang?” Ulang Rius menaikan sebelah alisnya. Ruby mengangguk pelan. “Ya, ayo pulang.” “Tapi kau belum mendapatkan pakaian.” Ujar Rius mengulurkan tangannya mengusap pipi Ruby lembut. "Ada aku di sini, aku akan menjagamu." Tambahnya. “Tapi Rius—” “Ayo aku akan bantu cari!” Rius menyela, mengaitkan tangannya dengan tangan Ruby. Ruby menghela napas pasrah, ekor matanya melirik ke salah satu Pria yang selalu menatapnya seolah ingin memangsa tubuh Ruby. Dan Ruby cukup risih akan tatapan Pria itu. “Rius, aku tidak mau. Ayo pulang saja!” Ucap Ruby sambil menahan tangan Rius. “Ada apa memangnya? Kau tidak suka tempat ini?” Tanya Rius menatap Ruby. “Kalau memang kau tidak suka kita bisa cari ke tempat lain. Bagaimana?” Tambahnya. “Bukan Rius, aku suka tempat ini.” Ruby menggigit bibir bawahnya. “Aku takut, orang itu dari tadi menatapku terus.” Ruby berbisik. Kedua matanya menatap ke arah Pria itu dengan takut. Nikenn25 | 71Rius menaikan sebelah alisnya, matanya mengikuti arahan mata Ruby. Tidak jauh dari posisi Rius dan Ruby, seorang Pria berdiri sambil terus menatap ke arah Ruby. Bibir Pria itu tersungging kecil. Dan Rius bisa melihat itu. Ruby merapatkan tubuhnya pada Rius, saat melihat Pria itu berjalan mendekat kearahnya. Ia meremas kemeja yang digunakan oleh Rius dengan kencang. Rius menoleh ke belakang melihat Ruby yang bersembunyi. Rius tahu kalau gadis itu merasa ketakutan, terlihat dari cara Ruby meremas kemejanya dan tubuh mungil Ruby yang bergetar. “Hei, boleh aku berkenalan dengan adikmu?” Ajak Pria itu begitu sudah di hadapan Rius. “Adik?” Ulang Rius dengan alis terangkat sebelah. “Siapa adik yang anda maksud?” Pria itu tersenyum miring. “Wanita yang bersembunyi di belakangmu, dia begitu cantik dan.. Seksi!” Rius mengetatkan rahangnya, amarahnya memuncak. Namun, Rius harus menahannya. Karena bagaimanapun ada banyak orang yang melihat. “Minggirlah.” Ucap Rius datar dan dingin. “Oh, ayolah. Aku ingin berkenalan dulu dengan wanita di belakangmu.” Sahut Pria itu menatap Ruby. “Minggir!” Pinta Rius sekali lagi. “Kalau kau mau pergi, silahkan saja. Bisa lewat pinggir sana. Aku ingin berkenalan dengan wanita cantik itu.” Tolak si Pria kesal, dia enggan beranjak sedikitpun dari hadapan Rius. “Saya tidak mengizinkannya.” Kata Rius datar. “Porque él es mio.” Tambah Rius penuh penekanan. Protective's Pilot | 72“Apa dia istrimu?” “Minggir dari hadapan saya, sekarang juga.” Tekan Rius mengepalkan tangannya. “Aku akan minggir, asal. Dia mau memberitahukan namanya lebih—” BUGH! Ucapan Pria itu terhenti begitu pukulan Rius mengenai tepat rahangnya. Pria itu meringis menahan sakit. Ruby membekap mulutnya agar tidak berteriak karena terkejut. Tubuhnya semakin bergetar menahan takut sekaligus isakannya. Rius meraih kemeja Pria itu, menatapnya penuh amarah. “Jika tidak paham akan bahasa manusia maka belajarlah lagi.” Geram Rius menghempaskan kemeja Pria itu hingga tersungkur. Ia lantas menarik tangan Ruby dan membawanya pergi, mengabaikan banyak mata yang melihat kejadian barusan. “Ri-rius?” Panggil Ruby bergetar. “Kita pulang, biar mnanti Dominick saja yang membelikanmu pakaian!” Sahut Rius tanpa menoleh. Ruby mengangguk kecil walau Rius pasti tidak akan melihatnya. Ia tersenyum tipis, Rius kembali melindunginya seperti dulu. Tiba-tiba saja terlintas bayangan masa lalu saat di mana seorang Rius memarahi anak laki-laki karena mengganggu Ruby saat sedang bermain. Rius kecil yang dengan beraninya mendorong anak laki- laki itu hingga menangis. Mengabaikan ocehan sang Ibu anak itu yang tidak terima anaknya didorong hingga menangis. Dari kecil Rius selalu menjaga Ruby dari orang-orang berniat jahat. Bagi Ruby, Rius seorang pahlawan karena Nikenn25 | 73selalu ada saat Ruby dalam bahaya. Di manapun Ruby di sana pasti ada Rius. Ruby menghela napas kasar, menundukkan kepalanya. Menatap tangan Rius yang menarik pergelangan tangannya. Jujur saja, Ruby mencintai Rius. Bukan karena Pria itu selalu menuruti keinginan Ruby, dan bukan juga karena Rius yang selalu menjaga Ruby. Tapi karena memang Ruby mencintai Rius tanpa alasan apapun. Dari mereka masih sekolah, Ruby sudah merasakan perasaan itu untuk Rius. Hanya saja Ruby tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Rius, karena takut jika Pria itu menjauhinya. Bahkan perasaan untuk Rius masih ada sampai saat ini. Ruby tidak tahu harus mengungkapkannya atau justru tetap memendam perasaan itu. Karena jujur saja sampai saat ini Ruby tidak pernah tahu perasaan Rius kepadanya. Ruby mengadahkan kepalanya, menatap Rius yang tiba- tiba saja berhenti melangkah. "Ada apa?" tanya Ruby bingung. Rius melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Ruby. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.” Jawab Rius seraya menangkup wajah Ruby. “Kenapa kau diam saja, apa yang kau pikirkan. Heum?” Tambahnya. “Tidak ada.” Ruby menyahut pelan, tatapannya beralih ke arah lain. Tidak berani menatap Rius. Rius menghela napas kasar. “Kau tidak pandai berbohong padaku, By. Katakan apa yang kau pikirkan?” “Aku tidak bohong, Rius!” Rius memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Baiklah, kalau begitu-” Jeda Rius sebentar. “Tatap aku, dan katakan kau tidak berbohong padaku.” Sambungnya. Protective's Pilot | 74Ruby menunduk seraya menggeleng pelan. Ia tidak bisa menatap Rius saat ini. Pria itu nanti bisa tahu kalau saat ini mata Ruby memerah menahan tangis. “By, katakan padaku. Ada apa?” Tanya Rius dengan lembut. Ruby mendongakkan kepalanya, mengadah menatap Rius. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Ayo pulang!" Ajak Ruby berjalan mendahului Rius. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaan dari Rius. Rius menghela napas kasar, memandang punggung mungil Ruby yang semakin jauh. Ia tahu ada sesuatu yang dipikirkan oleh Ruby. Gadis itu tidak akan pernah bisa berbohong padanya. Rius sangat tahu saat Ruby berkata jujur dan saat Ruby tidak jujur. Dan sekarang gadis itu sedang berbohong padanya. Sampai di parkiran Rius tidak langsung menjalankan mobil, dia terdiam untuk beberapa saat berharap Ruby mau bicarakan padanya tentang apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Namun, sudah hampir dua puluh menit Ruby sama sekali tidak membuka mulutnya. “Oke baiklah, aku tidak akan menjalankan mobil ini sebelum kau mengatakan tentang isi pikiranmu.” Ucap Rius jengah. “Jadi By, bisa kau katakan sesuatu padaku?” “Tidak ada Rius, tidak ada yang ingin aku katakan!” Ruby menyahut sambil terus menatap keluar jendela. Ia tidak ingin melihat Rius bukan karena apa-apa, melainkan karena Ruby masih merasa takut melihat Rius semarah tadi. “Kau yakin? Aku tahu kau menutupi sesuatu padaku.” Kata Rius masih tidak mau menyerah. Nikenn25 | 75“Ya aku yakin, aku tidak menutupi apapun Rius.” Ruby menoleh tersenyum pada Rius. “Ayo kita pulang, sekarang. Aku lelah!” “Kau tahu aku tidak akan menyerah begitu saja. Jadi sebelum aku memaksamu untuk mengatakannya lebih baik sekarang kau katakan sendiri padaku.” “Rius—” “Katakan sekarang, Ruby!” Potong Rius bersikeras. Ia ingin gadis itu berkata jujur tentang isi pikirannya. Karena Rius sangat yakin ada yang sedang disembunyikan oleh Ruby. “Aku hanya takut kepadamu, aku takut saat melihat kau marah seperti itu-’ Jeda Ruby seraya meneguk salivanya dengan susah payah. “A-aku... Ka-kau ta-tampak menyeramkan.” Sambung Ruby menundukkan kepalanya. Rius melebarkan pupil matanya mendengar penuturan Ruby barusan. Demi Tuhan, apa itu? Gadis itu diam hanya karena takut akan kemarahan Rius. Padahal tadi di toko pakaian Rius marah pada Pria yang mencoba membuat Ruby risih. Bukan marah pada gadis itu. “Oh Tuhan, kau takut padaku?” Tanya Rius menaikan dagu Ruby agar menatapnya. Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “I-iyah!” Jawab Ruby gugup. “By. Dengar aku marah bukan kepadamu. Tapi pada Pria yang sudah membuatmu risih.” Balas Rius sambil meraih tangan Ruby. “Aku sama sekali tidak ada maksud untuk membuatmu takut. Aku minta maaf, jika kemarahanku tadi itu membuatmu takut. Maafkan aku.” Ruby mengerjap-ngerjapkannya matanya, tidak percaya jika Rius akan meminta maaf. “Aku tahu kau marah bukan Protective's Pilot | 76kepadaku, tapi kemarahanmu itu tadi benar-benar membuatku takut. Dan sekaligus membuatku senang, karena disitulah aku merasa kau melindungiku.” Ruby tersenyum. “Jangan minta maaf, kau tidak salah.” Rius tersenyum mencium punggung tangan Ruby, lantas mulai menyalahkan mesin mobilnya untuk segera pergi dari sana. Sambil menyetir tangan Rius yang satunya menggenggam bahkan mengusap punggung tangan Ruby. Nikenn25 | 77PROTECTIVE’S PILOT || Bagian fi. Saat ini Ruby sedang berada di tepi kolam renang Mansion Rius, dengan kaki yang dimasukkan ke dalam air. Beberapa menit yang lalu ia dan Rius sampai di Mansion. Ruby yang melihat kolam renang memutuskan untuk ke sana, sementara Rius memutuskan untuk naik ke lantai atas. Ruby terdiam menganyun-anyunkan kakinya di dalam air. Pandangannya kosong menatap pantulan dirinya di kolam. Sesekali menarik napas panjang dan mengembuskannyé perlahan. “By?” Ruby mengadah, menolehkan kepalanya ke belakang. Ia tersenyum kecil. “Iya, ada apa?” Tanya Ruby mengernyitkan dahinya saat melihat pakaian Rius. “Kau mau ke mana?” Tambahnya seraya beranjak dari kolam lalu menghampiri Rius. “Aku harus pergi.” Rius tersenyum lebar, menyelipkan helaian rambut Ruby ke belakang telinga gadis itu. “Selama aku pergi, kau harus tetap diam di sini. Jangan pergi ke mana pun tanpa seizinku.” “Pergi? Ke mana?” Tanya Ruby melirik koper kecil milik Rius. “Apa kau akan pergi lama?” “Satu Minggu—” Jeda Rius sebentar. “Dan selama itu kau tidak boleh pergi ke mana-mana. Kau harus tetap di sini, kau tidak boleh pergi tanpa seizinku.” “Pergi ke mana, kenapa lama?” Rius tersenyum, menarik pipi Ruby gemas. “Belum saatnya kau tahu, nanti. Aku pasti akan memberitahumu!” Protective's Pilot | 78“Sakit.” Ruby mengusap-usap pipinya yang dicubit oleh Rius. “Kau tidak bisa pergi tanpa seizinku, jadi kau tidak bisa pergi jika tidak aku izinkan. Kau hanya boleh pergi jika aku mengizinkanmu. Kau mengerti?” Tanya Rius menatap lekat manik mata gadis di hadapannya. Ada rasa enggan meninggalkan, apalagi jadwal penerbangan Rius kadang tidak menentu. Ruby menggeleng polos, ia menyengir lebar memperlihatkan gigi kecil putihnya. Rius menghela napas kasar. “Sudahlah, pesanku hanya satu. Kau tidak boleh pergi ke mana-mana. Cukup diam di sini, kalau kau ingin pergi keluar kabari aku.” Terang Rius menarik Ruby ke dalam dekapannya. “Aku akan memberitahumu, aku mengizinkanmu atau tidaknya.” Tambahnya. Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya _pelan, walau sebenarnya ia tidak mengerti mengapa harus meminta izin lebih dulu pada Rius jika ingin keluar. “Good girl!” Rius melepaskan dekapannya, menarik dagu Ruby. Menempelkan bibirnya dengan bibir gadis itu, melumatnya dengan lembut. “Pakaianmu akan datang nanti, kau bisa memilihnya sesuai keinginanmu. Jangan pilih pakaian seksi, mengerti?” Tambahnya begitu menyudahi lumatannya. “Tya, aku mengerti!” Rius tersenyum mengecup kening Ruby sebentar. “Aku berangkat, baik-baik di sini.” Ruby kembali mengangguk meng-iyakan permintaan Rius. Dari dulu sampai saat ini Ruby selalu menuruti Nikenn25 | 79permintaan Rius tanpa membantahnya sedikitpun. Entahlah, ia sendiri tidak pernah bisa membantah. Dulu Ruby pernah membantah Rius, sampai-sampai Pria itu marah dan mendiamkan Ruby hingga berminggu-minggu. Dan semenjak itu Ruby menjadi gadis yang selalu menurut akan setiap perintah Rius. Ruby masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai atas. Ia sudah tidak ada keinginan untuk kembali ke kolam renang. Setibanya di lantai atas Ruby langsung masuk ke dalam kamar Rius. Pria itu tidak membolehkan Ruby untuk tidur di kamar lain, alasannya karena di Mansion ini kamar terisi semua. Ruby sendiri tidak tahu benar atau tidaknya perkataan Rius. Dari lantai atas Ruby bisa melihat Rius di bawah. Pria itu sedang mengobrol dengan seseorang yang diketahui oleh Ruby bernama Dominick. Sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang penting, terlihat dari cara Rius berbicara pada Dominick yang hanya mengangguk- anggukkan kepalanya. Ruby tersenyum melambaikan tangannya begitu Rius menatap ke atas sambil membalas lambaian tangannya. Perlahan senyum Ruby menghilang seiring perginya mobil Rius. Ruby membalikkan tubuhnya, berjalan ke arah kasur hendak membaringkan tubuhnya. Namun, ada sesuatu di atas nakas yang membuat Ruby penasaran. Diambilnya benda pipih itu dengan sebuah kertas di bawahnya. Handphone ini untukmu, kau bisa mengabariku lewat ini. Di dalamnya sudah terdapat nomer telfonku. Protective's Pilot | 80Ruby mengulum senyumnya begitu melihat wallpaper dari handphone yang diberikan Rius. Di mana foto Pria itu sedang duduk memakai baju hitam bercorak putih. Terlihat tampan memang. TOK! TOK! Ruby menoleh menatap pintu yang diketuk dari luar. Lantas Ruby pun beranjak untuk membukakan pintu. Setelahnya pintu terbuka, Ruby sedikit terkejut saat melihat Dominick bersama beberapa orang di belakangnya. “Hai, Nona. Boleh saya masuk?” Tanya Dominick tersenyum. Ruby mengangguk, dan mempersilahkan Dominick juga kedua orang yang ada di belakang Dominick untuk masuk ke dalam. “Hola, perkenalkan nama saya Dimitri, dan itu teman saya namanya Monica.” Terang Pria itu menunjuk wanita di sampingnya. “Kami dari salah satu toko pakaian kami diminta oleh, Tn. Ryford, untuk datang membawakan banyak pakaian agar Nona bisa memilihnya.” Tambah Dimitri tersenyum. “Mari Nona, saya bantu memilih.” Ujar Monica pada Ruby. “Heum, kalau begitu. Saya dan, Tn. Dimitri, akan menunggu di bawah saja.” Ucap Dominick diangguki oleh Dimitri. “Oh, oke. Kalau begitu.” Sahut Monica tersenyum. Dominick dan Dimitri lantas beranjak _ pergi. Meninggalkan Monica dan Ruby, memberikan kenyamanan untuk kedua wanita itu dalam memilih pakaian. Ruby mengangguk kecil, ia tidak tahu jika Rius akan membawa si pemilik tokonya langsung. Lagipula jika Ruby Nikenn25 | 81diperbolehkan terus memakai kaos Rius, maka Ruby tidak akan masalah. Dari pada harus merepotkan orang lain. Setelah berjam-jam memilih akhirnya Ruby memilih beberapa pakaian dari sekian banyaknya pakaian yang dibawa oleh Dimitri dan Monica. Untungnya saat memilih Monica begitu baik membantu Ruby yang kebingungan karena banyaknya pakaian. “Monica, terima kasih. Sudah membantuku.” Ujar Ruby tersenyum ramah. “Sama-sama, Nona Ruby.” Sahut Monica tersenyum. “Kalau begitu, saya ke bawah dulu.” Tambahnya diangguki oleh Ruby. Ia kemudian beranjak pergi dari kamar. Ruby menutup pintu kamar setelah Monica masuk ke dalam lift. Ia melangkah ke arah kasur menghempaskan bokongnya di pinggir tempat tidur. Matanya melirik ke arah handphone yang tergeletak di atas makas, Ruby membaringkan tubuhnya, tanpa berniat menyentuh handphone sama sekali. Ruby mengembungkan pipinya, kedua matanya menatap langit-langit kamar. Baru beberapa jam Rius pergi, tapi rasanya sudah sangat membosankan karena tidak ada teman mengobrol. Lalu tiba-tiba saja Ruby teringat akan sosok Lechia. Wanita itu pasti bisa menemaninya mengobrol, tapi Ruby tidak bisa pergi sebelum Rius mengizinkannya. Ruby meraih handphonenya, mencari nama_ Rius. Setelahnya menemukannya ia pun mulai mengetik sesuatu. To Rius : Rius, aku bosan. Tidak ada yang menemaniku mengobrol. Apa aku boleh menemui Lechia? Protective's Pilot | 82Ruby tersenyum semringah saat berhasil mengirimkan pesan pada Rius. Tinggal menunggu balasan Pria itu dan Ruby siap pergi. Tiga menit kemudian, handphone Ruby berbunyi pertanda sebuah notifikasi masuk. Dengan cepat Ruby membukanya, namun perlahan senyum semringah Ruby memudar. From Rius : Tidak. Ruby mengerucutkan bibirnya begitu mendapati balasan Rius. Tanpa ingin membalasnya Ruby mematikan handphonenya dan kembali menaruh benda pipih itu di atas nakas. Ruby beranjak dari tempat tidur, melangkah ke arah jendela kamar. Memandang senja di sore hari yang begitu cantik. Rius lihat senjanya cantik ya? Tidak, senjanya jelek. Kenapa jelek? Padahal kan bagus, senja sangat indah. Rius. Karena yang paling cantik itu kamu, Senja memang indah, tapi kamu jauh lebih indah. Ruby tersenyum ketika percakapan masalalu terngiang di dalam ingatan Ruby. Percakapan singkat antara dirinya dan Rius, saat menyaksikan Senja bersama dulu. “Rius apa aku masih tetap menjadi yang terindah?” Gumam Ruby, tentunya tidak akan bisa didengar oleh Rius. Nikenn25 | 83PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 12. Sudah seminggu lamanya Ruby terdiam diri di dalam kamar. Sesekali dirinya keluar untuk sekedar berbincang dengan Dominick dan pelayan yang lain. Adanya mereka mampu mengurangi rasa bosan Ruby. Seperti sekarang ini Ruby sedang membantu seorang wanita yang akan menyiram bunga di halaman belakang Mansion Rius. Ia memaksa wanita itu agar dibolehkan membantunya. “Jangan nona, ini bukan tugas anda. Biar saya saja.” Ucap wanita itu menahan selang air agar tetap padanya. “Tapi aku ingin membantumu.” Sahut Ruby lirih. “Aku hanya ingin membantumu saja, aku bosan.” Tambahnya terisak. “Nona jangan menangis.” Wanita itu menatap Ruby sendu. “Baiklah, nona boleh membantu saya.” Tambah wanita itu seraya memberikan selang pada Ruby. Ia terperangah begitu melihat Ruby meloncat kegirangan. Ruby menyirami bunga dengan air selang yang diberikan wanita itu. Tidak ada cara lain selain menangis agar bisa membantu pekerjaan mereka. Ini kedua kalinya Ruby berpura-pura menangis, karena hanya dengan begitu mereka mau membagi pekerjaan dengan Ruby. Setelah selesai menyirami bunga Ruby langsung berpamitan untuk kembali ke kamar. Ia ingin mengecek handphonenya, siapa tahu Rius memberi kabarkan? Setibanya di kamar Ruby meraih handphonenya. Tidak ada pesan ataupun telfon dari Rius, itu berarti hari ini Rius Protective's Pilot | 84kembali tidak memberinya kabar. Sudah dari kemarin tidak ada kabar apapun dari Pria itu membuat Ruby merasa khawatir. Ruby melempar handphonenya ke atas tempat tidur. Apa pantas dirinya mengharapkan seseorang yang hatinya tidak tahu untuk siapa? Salahkah jika Ruby berharap pada Rius. Dari kecil hingga sekarang ini Ruby selalu berharap Rius akan menyampaikan perasaan Pria itu padanya. Tapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda Rius akan menyampaikannya pada Ruby. Ruby merangkak naik ke atas tempat tidur, membaringkan tubuhnya di sana. Ia melirik handphonenya sekali lagi berharap akan ada telfon dari Rius. Namun semua hanya harapan karena tidak ada telfon sama sekali. Enggan berharap, Ruby memilih untuk memejamkan matanya saja. Hingga tidak membutuhkan waktu lama untuk Ruby hanyut dalam tidurnya. “By?” Bisik seseorang menciumi wajah Ruby yang tertidur. Ia tersenyum geli saat melihat Ruby yang hanya terusik. Ruby membalikkan tubuhnya merasa terusik oleh ciuman di pada wajah. Perlahan kedua matanya terbuka, mengerjap- ngerjapkan agar tidak mengabur. Setelah terlihat jelas Ruby kembali membalikkan tubuhnya, kedua pupil matanya terbelalak, refleks. Ruby meloncat memeluk tubuh yang selama ini pergi. Rius tertawa kencang, dengan sigap menangkap tubuh Ruby. Memeluk gadis mungilnya dengan sangat erat. Lima hari pergi meninggalkan Ruby rasanya sudah seperti berbulan-bulan, ia begitu merindukan gadis mungilnya ini. Nikenn25 | 85Ruby menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Rius. Mengendus parfum yang dikenakan pria itu. “Kau sudah pulang?” Bisik Ruby. Rius terkekeh pelan, melerai pelukannya agar bisa melihat wajah Ruby. “Kalau aku belum pulang, tentunya aku tidak akan ada di sini.” Sahut Rius tersenyum. “Sebentar, aku ada sesuatu untukmu,” tambahnya beranjak dari tempat tidur. Mengambil sebuah bingkisan dari sofa. Ruby merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena terlalu senang melihat Rius. “Itu apa?” Tanya Ruby bingung. “Untukmu!” Jawab Rius seraya memberikannya pada Ruby. “Pakai itu, nanti malam kau harus ikut denganku.” “Ke mana?” Ruby membuka bingkisan yang diberikan oleh Rius. Sebuah gaun berwarna putih, lengkap dengan anting, kalung dan heels. “Bertemu orangtuaku.” Kedua pupil mata Ruby membesar ia menatap Rius lekat. “Kau berbohong ya?” Tanya Ruby tidak percaya. “Untuk apa aku berbohong, heum?” Jawab Rius menarik hidung Ruby gemas. “Bersiaplah, aku akan menunggu di bawah.” Tambahnya kemudian beranjak pergi. “Kau tidak bersiap?” Pekik Ruby bangun dari tempat tidur. Rius membalikkan tubuhnya, menatap Ruby dengan senyum yang tidak pernah hilang dari wajah tampannya. “Aku sudah siap sejak tadi.” Ujar Rius tersenyum lantas melangkahkan kakinya meninggalkan kamar dan Ruby yang terperangah. Protective's Pilot | 86Ruby mengembungkan pipinya. Ini tidak adil, pria itu sudah rapi sementara dirinya masih belum siap sama sekali. Lagi pula kenapa Rius tidak membangunkannya jika memang Rius sudah pulang sejak tadi? Bukan saatnya Ruby, pikir Ruby menoyor kepalanya sendiri. Ruby melangkah ke arah kamar mandi untuk bersiap. Dia pasti membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan dirinya sendiri. Apalagi Rius mengajaknya secara mendadak, jadi kalau Ruby lama itu salah Pria itu kan? Setelah selesai mandi dan berpakaian saatnya Ruby memoleskan sedikit bedak. Begitu selesai memberikan bedak dan lipstik di bibirnya, giliran rambut yang Ruby curly karena Ruby akan menggerai rambutnya saja. “Sudah selesai?” Ruby menoleh ke belakang, matanya melotot sinis. “Rius, kau mengejutkanku.” Ucap Ruby mengembuskan napas pelan. Rius terkekeh pelan. “Maaf.” Gumam Rius mendekati Ruby. “Apa gaunnya pas denganmu?” Ruby tersenyum seraya mengangguk kecil. “Ya, gaunnya pas!” “Jadi? Apa kau sudah siap? Aku sudah cukup lama menunggu di bawah.” Sindir Rius secara halus. “Jangan salahkan aku, Rius. Kau yang mengajakku secara tiba-tiba. Aku kan jadi lama.” Protes Ruby tidak terima. “Heum, baiklah!” Rius mengulurkan tangannya. “Ayo kita berangkat.” Tambahnya. Ruby tersipu malu, membalas uluran tangan Rius. “Ayo!” Rius tersenyum geli, mengecup punggung tangan Ruby. Dan kemudian merekapun berjalan beriringan keluar dari Nikenn25 | 87kamar. Kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. oe Mobil Rius baru saja berhenti di depan Mansion milik kedua orangtuanya. Ia menoleh menatap gadis cantik di sampingnya. “Rius, aku gugup.” Gumam Ruby terdengar seperti bisikkan. Rius tersenyum menatap Ruby dalam, tangannya terulur mengusap lembut pipi Ruby. “Jt's okay babe, ada aku.” Ucap Rius seraya turun dari mobilnya. Ruby menggigit bibir bawahnya, tangannya terasa dingin. Ini pertama kalinya untuk Ruby kembali bertemu dengan orangtua Rius. Setelah bertahun-tahun berpisah, dan lagi keadaan saat ini berbeda. Dulu Ruby masih sangat kecil berbeda dengan sekarang ini, ia sudah besar. Bisa saja kedua orangtua Rius sudah lupa padanya. Ruby menatap Rius yang ternyata sudah membukakan pintu untuknya. Tangannya terulur membalas uluran tangan Rius. Rius menggandeng tangan Ruby, memberikan usapan kecil agar gadis mungilnya tidak merasa gugup lagi. Ruby menoleh menatap pria yang menggandeng tangannya. Keningnya mengkerut kebingungan melihat ada banyak bunga yang tertabur di rerumputan. Belum lagi ada mawar di sekelilingnya. “Rius, ini apa?” Tanya Ruby bingung. “Kau akan tahu nanti.” Jawab Rius lembut. “Kau tunggu di sini, jangan ke mana-mana.” Tambahnya seraya beranjak pergi. Protective's Pilot | 88Ruby memanggil nama Rius namun terlambat karena pria itu sudah lebih dulu pergi. Sekarang hanya Ruby sendiri berada di tengah-tengah taman yang gelap dan hanya dihiasi oleh lampu tumblr. Ruby menoleh ke arah ke belakang, Sepi? Rius mengajaknya ke rumah orangtua Rius. Tapi tidak ada siapapun di rumah ini. Hanya ada dirinya sendiri dalam kebingungan. “Rius?” Panggil Ruby serak. Kedua matanya bergerak mencari-cari keberadaan Rius. Namun, tidak menemukannya. Tidak tahu ke mana Rius pergi. “By?” Ruby menoleh mencari-cari arah suara yang memanggil namanya. “Rius?” Sahut Ruby bergetar. “Jangan takut babe, aku ada di sini.” Balas Rius tersenyum. “Di mana?” Tanya Ruby semakin kebingungan. Ja tidak melihat keberadaan Rius. “Diam di sana, jangan bergerak. Dan dengarkan apa yang ingin aku katakan.” Kata Rius masih menyembunyikan keberadaannya. Ruby menganggukkan kepalanya pelan. Dia diam menuruti perkataan Rius. Walau sebenarnya Ruby benar- benar masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. “By?” Panggil Rius lembut. “J-iya?” Sahut Ruby meremas jari-jari tangannya. “By, dari kecil kita sudah bersama. Sering bermain bersama, sekolah di tempat yang sama. Sampai akhirnya kita dipisah oleh jarak—” Jeda Rius sebentar. Ia menarik napas panjang, menatap Ruby dari monitor yang menyala. Lalu Rius Nikenn25 | 89kembali berbicara. “Setelah kepergianmu, kehidupanku berubah. Aku seperti hidup tapi mati, kepergianmu berpengaruh dalam hidupku. Dari kecil kita sudah sama- sama, karena itu saat kau pergi hidupku serasa ada yang hilang. Jiwaku pergi bersamamu.” Sambung Rius. Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya_ kecil. Masih mendengar apa yang ingin dikatakan oleh Rius. “Aku mengira kepergianmu karena marah padaku yang pada saat itu pergi tanpa mengatakan apapun padamu. Selama kau pergi, aku selalu’ merasa bersalah. Aku kehilangan sosok dirimu, aku selalu suka saat kau merengek manja padaku. Saat kau pergi, aku kehilangan sosok itu. Aku membencimu karena pergi meninggalkanku, tapi aku tidak bisa menampiknya. Kalau sebenarnya aku tidak bisa membencimu.” Rius mengembuskan napas pelan. “Ada sesuatu. yang belum kau ketahui, aku tidak sempat mengatakannya padamu karena waktu itu kita berpisah.. Tapi sekarang kita sudah bertemu lagi, jiwaku seakan kembali.” Ruby menggigit bibir bawahnya, kakinya bergerak gelisah. Ia penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Rius. “Ruby?” “T-iya, Rius!” Ruby menyahut dengan suara yang bergetar. “Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tidak mau lagi mengulur waktu—” Jeda Rius sebentar, terdengar helaan napas panjang. “Huh, Sorry i'm nervous. Ruby? Will you be mine?" Sambung Rius tegas. Ruby meneguk salivanya dengan susah payah. Air yang menggenang di pelupuk mata Ruby akhirnya menetes Protective's Pilot | 90berjatuhan, bersamaan dengan munculnya Rius. Pria itu tersenyum lebar, melangkah mendekat. “Ri-Rius?” Rius tersenyum mengusap air yang mengalir dari mata Ruby. “Please, don't cry.” “Ka-kau—” “Maaf aku tahu ini terlalu cepat. Tapi aku tidak mau mengulangnya lagi. Dulu aku hampir kehilanganmu, aku tidak sempat mengatakannya padamu. Karena itu, sekarang aku mengatakan apa yang selama ini aku pendam.” Sela Rius sambil terus mengusap air mata Ruby. “Aku mencintaimu, selama ini aku diam karena aku belum berani mengatakan perasaanku padamu. Lalu pada saat aku ingin mengatakan semuanya ternyata kau pergi.” Tambahnya. “Dasar-” Jeda Ruby tersendu. “Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kau tahu, selama ini aku juga memendamnya. Aku juga mencintaimu.” Sambung Ruby seraya memeluk Rius. Rius tertawa membalas pelukan Ruby tak kalah eratnya. Ia menciumi pucuk kepala Ruby. Hatinya bahagia saat tahu kalau gadis kecil manjanya selama ini juga mencintai dirinya. “Akhirnya adikku sudah tidak sendiri lagi.” Sindir Athava berdiri sambil merangkul pundak Lechia. “Lihat babe, dia banyak menolak perempuan karena sangat mencintai teman kecilnya.” Tambahnya. “Athava, jangan menggoda mereka. Itu namanya cinta Rius tulus, cinta mereka itu sejati.” Rius | melepaskan pelukan Ruby, kedua matanya memincing menatap tajam Athava. “Lechia hati-hati bersama Nikenn25 | 91kakakku. Di kantornya ada banyak wanita cantik.” Ketus Rius menatap Athava sinis. “Jangan memanipulasi kekasihku, sialan.” Athava menoyor kepala adiknya kesal. Ia menatap Ruby yang masih ada di dalam pelukan adiknya. “Kau harus hati-hati, di pesawat ada banyak pramugari cantik. Salah satu dari mereka ada yang menyukai Rius.” Ruby menaikan sebelah alisnya bingung. “Pesawat?” Ulang Ruby polos. “Kau belum tahu?” Ruby menggeleng kecil. “Belum, ada apa memangnya?” “Kekasihmu itu, seorang pilot. Dulu dia pergi karena harus mendaftar sekolah pilot karena itu Rius meninggalkanmu tanpa bicara apa-apa.” Ruby menoleh, mengadahkan kepalanya menatap Rius. “Kau seorang pilot?” Tanya Ruby. Rius menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia mengangguk kecil seraya menunduk menatap Ruby. “Ya, aku pilot.” Jawab Rius mengecup bibir Ruby yang terbuka kecil. “Karena itu kau pergi lama?” Tanya Ruby kembali. Lagi, Rius mengangguk. “Ya, aku harus pergi lama karena itu sudah menjadi tugasku.” Jawab Rius. “Kau harus siap LDR jika bersama Rius. Aku sarankan cari Pria lain saja.” Celetuk Athava kemudian beranjak pergi dengan tawa yang menggelegar begitu tahu tatapan adiknya yang seakan ingin membunuh. Ruby tersenyum, menarik wajah Rius dan mengecup pipi Pria itu. “Tidak apa-apa. Aku siap jika harus Long Distance Relationship bersamamu.” Ucap Ruby lalu _ berlari Protective's Pilot | 92meninggalkan Rius. Pipinya pasti memerah karena mencium pipi Rius. Rius tersenyum memegang pipinya yang baru saja dicium oleh Ruby. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya kecil melihat kelucuan gadisnya. Gadisnya? Tidak salah bukan? Karena sekarang ini Ruby sudah menjadi kekasihnya. Nikenn25 | 93PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 13. Keenan berdiri cukup jauh dari putra keduanya. Tangannya berada di dalam saku celana, matanya menatap Rius penuh haru. Kini Rius bisa tertawa seperti dulu, dan itu disebabkan oleh kehadiran gadis masalalu putranya. Ia sangat mengenal Ruby, gadis itu baik dan ceria. Jadi tidak salah jika keceriaan gadis itu membawa dampak baik pada Rius. “Apa yang kau lihat?” Tanya seseorang menyentuh bahu Keenan. Keenan menoleh, tersenyum lebar seraya memegang tangan istrinya. Keshila, “Aku sedang merekam tawa anakku. Rasanya aku sangat bahagia mendengarnya.” Jawab Keenan. “Kenapa?” Tanya Keshila lagi. “Aku ingin terus mendengar tawanya, setelah bertahun- tahun Rius menjadi orang yang tidak kita kenal.” Jawab Keenan beralih menatap Rius. “Aku seperti melihat anakku lagi, dan aku bahagia mendengar tawanya yang begitu bahagia.” Tambahnya. “Kau menangis, Keenan?” Keenan tersenyum, mengusap air matanya yang menetes. “Aku tidak menangis, Keshila. Ini hanya air mata kebahagiaan.” “Kau bahagia?” Keenan mengangguk cepat. “Ya, aku bahagia. Melihat anak-anakku bahagia!” “Tapi anak-anak tidak akan bahagia jika melihatmu menangis seperti ini. Sekalipun tangismu adalah tangisan kebahagiaan.” Ujar Keshila mengusap air mata Keenan. Protective's Pilot | 94Keenan tersenyum, meraih tangan Keshila dan mengecupnya. Keshila benar kedua anaknya tidak akan bahagia jika melihat dirinya menangis. Meskipun Keenan menangis karena rasa harunya bisa mendengar tawa putra keduanya. Keshila tersenyum memeluk tubuh suaminya. Kedua matanya menatap ke arah Rius dan Ruby, mereka tampak sedang bergurau. Jujur saja Keshila pun merasa terharu saat mendengar Rius tertawa. Tapi ia menahannya karena tidak ingin kedua anaknya melihatnya menangis. Keenan dan Keshila masih terus memperhatikan Putra mereka yang tampak sangat bahagia itu. Siapapun orangtua apabila melihat anaknya sebahagia itu pasti akan ikut merasakan bahagia. Dan itulah yang sekarang ini sedang dirasakan oleh Keshila dan juga Keenan. Di tempat lain Ruby terlihat menahan tawanya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Rius terus saja menggodanya. Ruby tertawa terbahak tidak bisa lagi menahan tawanya. Pria itu benar-benar menggodanya dengan berbagai cara. “Rius, jangan menggodaku terus.” Rengek Ruby memukul lengan Rius pelan. “Aduh!” Ringis Rius memegang tangannya. “Aauuh, tanganku sakit.” Tambahnya. “Aku memukulmu pelan, bagaimana mungkin bisa sakit?” Ruby menyentuh tangan Rius dengan khawatir. “Aauuh, aku sakit kalau kau pergi meninggalkanku.” Gombal Rius menoel dagu Ruby. Nikenn25 | 95“Rius!!!!” Pekik Ruby mengembungkan pipinya kesal, memukul Rius dengan kencang kali ini. Biar saja, biar sekalian sakit. Rius tertawa kencang seraya berlari dari kejaran Ruby. Ia menjulurkan lidahnya pada gadis itu sambil terus berlari menghindari Ruby yang mengejar. Ruby berkacak pinggang, bibirnya mengerucut ke depan. Napasnya terengah-engah mengejar Rius yang larinya begitu cepat. “Rius, aku menyerah. Aku lelah.” Keluh Ruby menghempaskan bokongnya di kursi kosong. Rius menghentikan langkahnya, seraya _ berbalik mendekati kekasihnya. Tangannya terulur mengacak poni Ruby. “Aku akan ambil—” “Kena kau.” Pekik Ruby memegang tangan Rius. Rius terkekeh pelan. “Hei, kau curang. Babe!” Protes Rius menarik hidung Ruby. “Biarkan saja, yang penting aku sudah menangkapmu!” Ujar Ruby menjulurkan lidahnya. Rius menggeleng-gelengkan kepalanya, tangan kanannya berkacak ke pinggang. “Baiklah, kau sudah menangkapku. Lalu kau mau apa, Heum?” Tanya Rius. “Heum, Mau—” jeda Ruby tersenyum smirk. Lalu tanpa diduga oleh Rius, Ruby mencubit perutnya cukup kencang. "Mencubitmu.” Sambung Ruby kemudian _ berlari meninggalkan Rius dengan gelak tawa yang lepas. Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Demi Tuhan, aku sangat ingin mengurungnya hanya untukku.” Gumam Rius menggigit bibir bawahnya. Protective's Pilot | 96Ruby berhenti berlari, kepalanya menoleh ke belakang mencari sosok Rius yang ternyata tidak ada. Di mana dia? pikir Ruby kebingungan. “Mencari siapa, babe?” Bisik Rius di telinga Ruby. Ruby menoleh, kedua matanya mengerjap berulang kali. “Ka-kau ke-kenapa a-ada di-di sini?” Tanya Ruby terbata. “Tentu saja ada!” Jawab Rius menyeringai kecil. Ruby meneguk salivanya dengan susah payah. Ia berbalik siap untuk berlari, namun terlambat karena pergerakannya kalah cepat dengan Rius. Tubuhnya lebih dulu ditarik oleh Rius. “Kau tidak bisa lari, sayang.” Rius memeluk tubuh Ruby dari belakang. “Rius!” Rengek Ruby mengerucutkan bibirnya. Rius tersenyum mencium bahu Ruby yang terbuka. “Aku sangat mencintaimu, jangan pernah pergi lagi dariku.” Bisik Rius mempererat pelukannya. “Aku tidak bisa jika harus kehilanganmu untuk yang kedua kalinya.” Tambah Rius seraya menumpukan dagunya di bahu Ruby. “Aku lebih mencintaimu.” Ruby melepaskan tangan Rius yang melingkar di perutnya. Ia berbalik menghadap Rius, kedua tangannya menangkup wajah Pria itu. Dan kepalanya mengadah menatap Rius yang lebih tinggi darinya. “Aku tidak akan pernah pergi lagi. Aku hanya akan pergi jika kau yang memintanya.” “Aku tidak akan pernah memintamu untuk pergi. Aku hanya akan minta satu padamu.” “Apa?” Nikenn25 | 97“Tetaplah bersamaku, di sampingku jangan pernah pergi.” Rius melepaskan tangan Ruby dari wajahnya. Dan menarik tubuh mungil Ruby ke dalam pelukannya. Ruby memejamkan matanya seraya mengangguk, meng- iyakan perkataan Rius. Ia akan terus bersama dan ada di samping Rius. Rius menempelkan pipinya di kepala Ruby. Menciumnya sambil mengusap lembut rambut gadisnya. “Kenapa diam, saja?” Tanya Rius merenggangkan pelukannya, menatap Ruby. “Aku harus menjawab apa?” Jawab Ruby membuka matanya. “Tanpa perlu menjawab pun, aku memang akan selalu ada bersamamu, dan juga akan selalu di sampingmu. Aku tidak akan pernah pergi selagi kamu tidak memintaku untuk pergi.” “Tidak-tidak, aku tidak akan pernah memintamu pergi. Tidak akan.” Ruby tersenyum, mengusap lembut wajah Rius. Ia terkekeh pelan merasakan geli di tangannya karena bersentuhan dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitaran rahang Rius. Rius tersenyum sambil terus menatap Ruby dalam. Rasanya benar-benar membahagiakan, kebahagiaan yang tidak akan pernah bisa dijelaskan oleh kata-kata. Bahagia karena akhirnya Rius bisa menjadikan gadis kecil masalalunya sebagai pujaan hati. Tanpa mereka berdua sadari kalau sejak tadi Keenan masih memperhatikan Rius dan Ruby yang berlarian seperti anak kecil. Ia tahu penyebab Ruby mengejar Rius, itu pasti disebabkan oleh putranya yang lebih dulu menjahili Ruby. Protective's Pilot | 98Mereka terus berlarian sampai pada akhirnya Keenan melihat Ruby yang kewalahan. Mereka seolah lupa akan keadaan sekitar, atau biasa anak muda sekarang katakan. Serasa dunia milik berdua. Ia terkekeh pelan, Rius sangat berbeda dengan Athava. Kalau Athava lebih romantis saat berdua, berbeda dengan Rius yang lebih menunjukkan keromantisannya. Rius seperti tidak peduli dengan sekitarnya. Keenan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia terkekeh melihat kelakuan Rius yang sedari tadi memeluk Ruby, seperti seorang anak yang takut ditinggalkan oleh ibunya. Keenan berbalik memutuskan untuk tidak lagi memperhatikan Rius dan Ruby. Melihat mereka mengingatkan Keenan akan sosok istrinya yang tidak tahu ada di mana. Ia akan mencarinya, melihat Rius dan Ruby membuat Keenan ingin seperti anak muda lagi. Bermesraan dengan istrinya, Keshila. Keenan tersenyum begitu melihat istrinya yang sedang berbincang dengan Lechia. Kekasih dari putra pertamanya. Ia menempelkan jari di bibir memberi kode pada Lechia untuk diam. “Aku mencarimu, sayang. Ternyata kau di sini.” Ucap Keenan memeluk Keshila dari belakang. Membuat istrinya itu terkejut. Keshila melotot, memukul lengan kekar suaminya pelan. "Kau mengejutkanku, Keenan." Sahut Keshila menatap Lechia tidak enak. “Oh, aku mengejutkanmu ya? Maaf sayang.” Balas Keenan mengecup pipi Keshila, tidak peduli jika didepannya ada Lechia yang melihat. Nikenn25 | 99“Keenan, malu ada Lechia!” Timpal Keshila merenggut kesal. “Kenapa harus malu?” Tanya Keenan melepaskan pelukannya. “Kau tidak lihat kelakuan anakmu? Dia juga bermesraan dengan kekasihnya. Kenapa aku tidak boleh bermesraan dengan istriku sendiri?” Tambahnya. Keshila memutar bola mata malas. “Anakmu itu masih muda, sedangkan kau? Kau sudah tidak lagi muda Keenan Ryford.” “Tapi aku masih kuat dan perkasa, sayang!” “Keenan!!” Keshila melotot tajam, suaminya itu terlalu blak-blakan jika berbicara. Tidak berpikir jika ada kekasih anaknya di depan mereka berdua. “Tya, sayangku.” “Ada apa denganmu, heh?” Keshila menatap suaminya yang berdiri tepat di sampingnya. “Sudah aku katakan, aku ingin bermesraan denganmu. Kau pikir aku mau kalah dengan anakku?” “Demi Tuhan, Keenan Ryford. Anakmu itu masih muda. Apa kata teman rekan bisnismu jika melihat kita bermesraan? Kita sudah tidak muda lagi, Keenan. Kita bukan Rius dan Ruby, ataupun Athava dan Lechia. Mereka kalau bermesraan itu wajar karena mereka masih muda. Sedangkan kita?” “Tidak apa, Tante. Aku melihat usia Om dan Tante belum terlalu tua. Jadi tidak ada masalah jika Om Keenan ingin bermesraan dengan Tante.” Ujar Lechia tersenyum. “Dengar apa kata kekasih anakmu, Keshila. Tidak apa dan tidak masalah.” Timpal Keenan menaik-turunkan sebelah alisnya. Protective's Pilot | 100Keshila menghela napas pasrah saat Keenan menariknya dan mengajaknya untuk berdansa. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Keenan hingga ingin bermesraan dengan dirinya. Alunan musik mulai terdengar begitu Keenan minta sang pemain musik untuk dinyalakan sebuah lagu. Ia juga mempersilahkan para tamu dan teman koleganya untuk berdansa dengan pasangan masing-masing. Perlahan satu persatu, tamu dan teman kolega Keenan mulai maju dan mengajak pasangannya berdansa. Mereka tertawa bahagia menikmati acara yang dibuat atas keinginan Rius. Acara yang dibuat untuk menyatakan perasaan Rius terhadap Ruby, sekaligus acara menyambut kepulangan Rius sehabis penerbangannya. Seperti acara-acara sebelumnya yang dibuat oleh Keshila, tapi acara kali ini dibuat dengan special. Malam ini acara begitu meriah, ada banyak kebahagiaan. Mereka para tamu undangan sangat menikmati acara yang dibuat oleh Rius dan juga Keshila. Malam itu menjadi saksi kebahagiaan keluarga Ryford’s, tawa dan rasa haru menghiasi acara pada malam itu. Mereka menciptakan banyak tawa, terlebih Rius yang malam ini banyak sekali tertawa bersama Ruby. Nikenn2s | 101PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 14. Rius baru saja membaringkan tubuh Ruby di atas tempat tidur. Mereka baru sampai di Mansion pukul 01.45 malam dini hari. Saat sampai Ruby dalam keadaan tertidur, mungkin gadisnya itu terlalu kelelahan karena menikmati acara. Rius melepaskan heels milik Ruby, ditaruhnya di bawah. Setelahnya ia menyelimuti tubuh Ruby hingga batas leher. Ia tersenyum seraya menunduk mencium kening Ruby cukup lama. “Good night, my baby little.’ Gumam Rius begita melepaskan ciumannya. Ia beranjak dari tempat tidur, membuka kancing kemejanya dan menggantinya dengan kaos berlengan pendek. Tidak lupa mengganti celananya dengan yang selutut. Rius menatap Ruby, gadisnya itu masih memakai gaun. Dirinya tidak mungkin menggantikan Ruby pakaian kan? Rius beralih melihat jam di dinding, sudah jam 2 malam dini hari. Ia lalu kembali menatap Ruby. Untuk beberapa detik Rius terdiam, sampai pada akhirnya Rius memilih mengambil bantal untuknya tidur di sofa. Untuk malam ini Rius akan tidur di sofa. Hanya untuk malam ini saja, karena besok Rius akan kembali tidur di kingsize yang sama dengan Ruby. Rius tidak langsung tidur, dia masih betah memandang Ruby dari sofa. Tidurnya begitu pulas, bahkan tidak terusik sama sekali. Rius, Riru hilang. Aku tidak tahu dia pergi ke mana. Protective's Pilot | 102Rius | menyandarkan tubuhnya, tapi tetap tidak mengalihkan perhatiannya dari Ruby. Riru, tidak tahu kenapa nama itu terlintas dalam benak Rius. Riru, adalah nama anjing yang Rius berikan untuk Ruby dulu. Sayangnya anjing itu hilang tidak tahu pergi atau justru diambil orang. Tapi pada saat itu, Ruby sangat terpukul atas hilangnya Riru. Rius tersenyum semringah, saat terlintas ide untuk membelikan Ruby seorang anak anjing. Jika dulu Rius membelikan anak anjing Pomeranian, maka sekarang Rius akan membelikan seekor anak anjing poodle. Ia tidak sabar menunggu hari esok untuk mendengar tawa bahagia Ruby. Rius membaringkan tubuhnya, ia harus tidur sekarang agar besok dia bisa bangun sebelum Ruby lebih dulu bangun. Keesokan harinya Rius sudah lebih dulu terbangun. Matanya melihat ke arah tempat tidur di mana Ruby masih terlelap pulas. Ia beranjak dari sofa bergegas mandi untuk pergi ke suatu tempat. Satu jam berlalu Rius baru saja selesai mandi dan berpakaian. Ia berjalan ke arah tempat tidur lalu mencium kening Ruby lembut. “Morning babe, I love you so much.” Bisik Rius mengusap lembut pipi Ruby. Setelah puas mencium kening dan menatap wajah Ruby. Akhirnya Rius beranjak, menyambar kunci mobilnya yang terletak di atas nakas dan bergegas pergi. Pukul 7.34 pagi Ruby bangun dari tidurnya. Bola matanya bergerak melihat ke setiap penjuru kamar namun tidak menemukan Rius. Perlahan Ruby beranjak dari kasur, keluar kamar mencari Rius. Nikenn25 | 103Setibanya di lantai bawah Ruby masih belum menemukan Rius. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan meja di ruang tamu. “Maaf, apa aku boleh bertanya?” Tanya Ruby kikuk, pasalnya ia tidak tahu nama dari pelayan itu. “Ya, tentu Nona!” Jawab Pelayan tersenyum. “Apa kau melihat Rius? Aku sejak tadi tidak melihatnya.” Balas Ruby. Pelayan itu menggeleng. “Maaf nona saya tidak tahu di mana. Tn. Rius, coba nona tanyakan pada Pak Dominick.” Timpal pelayan itu. “Oh begitu, Heum—” Jeda Ruby memanggut-manggutkan kepalanya. “Ya sudah, terima kasih.” Sambungnya seraya melangkah pergi. Ruby menghela napas kasar, mansion Rius begitu besar. Ja tidak mungkin mencari pria itu di setiap ruangan kan? Atau mungkin Rius sudah berangkat bekerja? Tapi apa itu mungkin. Bukankah Rius baru saja pulang kemarin. Dominick? Di mana pria itu, Ruby sendiri tidak tahu. Ruby belum tahu banyak tempat-tempat di mansion ini. Karena itu dirinya masih suka kebingungan. Ruby menyerah tidak lagi mencari Rius, dan tidak menemui Dominick. Ia berbalik ke lift untuk kembali ke lantai atas untuk mandi, dia juga masih memakai gaun yang semalam. Mungkin Rius sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu, atau bisa juga sedang melakukan lari pagi. Ruby membuka lemari pakaian Rius, mengambil baju yang akan dikenakannya hari ini. Setelahnya ia ke kamar mandi untuk mandi. Protective's Pilot | 104Tak selang berapa lama Ruby baru saja membuka pintu kamar mandi dan sudah dikejutkan oleh seekor anak anjing poodle berwarna cokelat. Ia berjongkok mengambil anak anjing itu, dan kembali berdiri. Ruby mengernyitkan keningnya saat melihat secarik kertas yang melingkar di leher anjing tersebut. Dibukanya kertas itu, sudut bibir Ruby tertarik membentuk sebuah senyuman begitu membaca isi surat yang isinya. A small surprise, for my little love. Ya, itulah isi dari surat yang melingkar di kalung anak anjing poodle itu. “Kau suka?” Suara bariton itu terdengar dari depan, suaranya sangat tegas dan berat. Ruby mendongak, seraya mengangguk antusias. Ia berlari menubruk tubuh tegap Rius. “Terima kasih, aku sangat suka.” Gumam Ruby mencium gemas kepala anak anjing poodle itu. Rius tertawa mencium rambut Ruby yang basah. “Anything for you, apapun itu asal kau bahagia.” Kata Rius lembut. Ruby tersenyum, mengadahkan kepalanya dan berjinjit mengecup bibir Rius sekilas. Kecupan sekilas itu sebagai bentuk hadiah Ruby untuk Rius karena sudah memberikannya seekor anak anjing. “Aku akan memberi nama Riru.” Ucap Ruby sambil mengusap leher anak anjing. “Yeay Riru is back.” Rius tersenyum sudah tahu kalau Ruby akan memberikan nama anjing itu Riru. Ada kebahagiaan di hati Rius melihat Ruby yang senang seperti itu. “Jadi kau pagi-pagi sudah tidak ada karena pergi?” Tambahnya menatap Rius. Nikenn2s | 105“Ya, aku sengaja keluar pagi-pagi agar saat kau bangun. Aku sudah sampai di rumah.” Rius memainkan rambut Ruby yang basah. “Kau habis keramas?” “Ya, aku keramas tadi.” Ruby tersenyum. “Aku mencarimu sampai bertanya pada pelayan di bawah, dia bilang dia tidak melihatmu.” “Tidak ada yang tahu, sayang. Kalau kau mau bertanya, tanyakan pada Dominick. Dia pasti tahu.” Ruby mengangguk kecil. “Tadi pelayan di bawah juga bilangnya seperti itu, katanya tanyakan saja pada Pak Dominick.” Rius tersenyum, mengacak rambut Ruby gemas. “Lain kali tanyakan pada Dominick.” Ruby mengangguk polos. Ia beranjak menurunkan Riru ke bawah. Membiarkan Riru berlarian di sekitar kamar. Ruby tertawa saat Riru menubruk kaki Rius, lalu Riru terdiam di pojok dekat dengan nakas. Ruby berjalan mengambil Riru yang hanya sebesar genggaman tangan. “Rius, lihat Riru hanya segenggaman tanganku. Dia masih sangat kecil.” Kata Ruby menggesekkan hidungnya dengan hidung Riru. “Aku sengaja membeli yang kecil, karena dulu Riru yang aku belikan sama kecilnya dengan yang ini!” Timpal Rius mendekati Ruby. “Rius, dulu Riru kita yang hilang itu lebih besar dari ini.” Ruby menoleh menatap Rius. “Tapi, aku suka. Karena dia mungil.” Tambahnya menyengir. Rius terkekeh. “Sama mungilnya denganmu?” Ruby mengerucutkan bibirnya, kedua pipi Ruby mengembung. “Apa aku sekecil itu?” Protective's Pilot | 106Rius tertawa seraya mengangkat tubuh Ruby. Dan membawanya ke sofa, mendaratkan bokongnya dengan Ruby yang duduk di atas pangkuan Rius. “Ya, kau sekecil itu di mataku.” Ucap Rius sambil menyisirkan rambut Ruby dengan jari-jari tangan Rius. “Tapi aku tidak peduli sekecil apapun dirimu, aku akan tetap mencintaimu. Karena—” Rius menghentikan ucapannya dengan sengaja. “Karena apa?” “Karena apa adanya dirimu.” Sambung Rius tersenyum hangat. Ruby tersenyum lebar, memeluk leher Rius dan kembali mengecup bibir Pria itu. Ruby melepaskan Riru di sofa sebelah dirinya, dan kemudian ia bersandar pada dada bidang Rius. Rius berdiri mengangkat tubuh Ruby dan melemparnya ke atas tempat tidur. Ia meraih bantal dan melemparnya pada wajah Ruby. “Rius.” Pekik Ruby meraih bantal dan membalas Rius tidak kalah kencangnya. Dan bisa dibayangkan bagaimana kelanjutannya. Mereka saling memukul menggunakan bantal. Sampai-sampai bantal yang dipakai untuk memukul robek hingga isinya berhamburan keluar. Rius tertawa mendorong Ruby yang hendak beranjak dari tempat tidur. Mereka berguling dan tertawa bersama-sama. Tawa yang begitu kencang, seakan menunjukkan kalau mereka berdua sekarang ini benar-benar bahagia. Bahkan tidak ada kebahagiaan yang lain selain bersama dengan orang yang sangat dicintai. Nikenn25 | 107PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 15. TOK! TOK! “Tn. Rius?” Panggil Dominick dari luar, mengetuk pintu kamar Rius yang tidak kunjung dibuka. TOK! TOK! “Ya, sebentar.” Pekik Rius dari dalam kamarnya. Tak selang berapa lama pintu kamar terbuka, kepala Rius menyembul keluar. “Dominick? Ada apa?” Dominick tersenyum kikuk, menggaruk tengkuknya yan® tidak gatal. “Tuan, maaf kalau saya mengganggu. Tapi di luar ada yang mencari Nona Ruby.” Rius membuka pintu lebar-lebar. Menatap Dominick dengan bingung. “Mencari Ruby? Siapa?” Dominick menggelengkan kepalanya. “Maaf Tuan, saya kurang tahu.” “Tunggu Dominick.” Rius bersidekap dada, tubuhnya bersandar pada daun pintu yang tertutup. “Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke dalam? Bukankah aku sudah meminta padamu dan penjaga untuk tidak membiarkan orang asing masuk?” “Ya, Tuan!” Dominick mengangguk. “Tapi orang itu memaksa masuk, kami sudah melarangnya.” “Ya, sudah. Aku akan ke bawah.” Ujar Rius masuk ke dalam kamar. Mengambil kunci pintu dan menguncinya dari luar. Setelahnya ia dan Dominick sama-sama turun ke bawah. Setibanya di lantai bawah Rius melihat para penjaganya sedang menghadang seseorang untuk masuk ke dalam. Protective's Pilot | 108Terlihat kalau orang itu sangat memaksa untuk masuk ke dalam Mansion. “Hei, biarkan saya masuk ke dalam.” Pekik orang itu memukul brutal penjaga Rius. “Maaf Nona anda tidak bisa masuk ke dalam.” Jelas si Penjaga terdengar kesal. “Ini sudah peraturan dari Tn. Ryford.” “MINGGIR!” Teriak orang itu semakin memukuli si penjaga. Tidak peduli jika si penjaga itu mengaduh kesakitan. “Hentikan!” Orang itu berhenti memukul, menoleh menatap Rius dengan mata yang berbinar. Seketika orang itu bersikap lembut. “Ada apa ini?” Rius bersidekap dada, menatap orang itu dengan datar. Orang itu berjalan menghampiri Rius. Ia tersenyum lebar. “Hai.” Sapa orang itu. “Perkenalkan namaku, Caramella Neino.” Tambahnya seraya mengulurkan tangan. Rius terdiam, sebelah alisnya terangkat. Kedua matanya menatap tangan orang yang bernama Caramella. “Ada apa anda membuat keributan di rumah saya?” Tanya Rius mengabaikan Caramella. “Oh, Heum—" Jeda Caramella berdehem pelan, menarik tangannya yang tidak dibalas Rius. “Aku adalah kakak Ruby. Aku mencari keberadaan adikku, seorang wanita bilang kalau kau membawa adikku.” Sambungnya. Rius semakin kebingungan, seorang wanita? pikir Rius heran. Siapa yang dimaksud oleh wanita didepannya ini. “Wanita siapa yang anda maksud?” Tanya Rius datar, tidak ada ekspresi apapun. Nikenn25 | 109“Heum, kalau tidak salah namanya adalah Lechia.” Jawab Caramella menatap Rius memuja. Rius menganggukkan kepalanya pelan. Caramella bilang dia adalah kakak Ruby? Itu berarti wanita di hadapannya kini adalah kakak tiri Ruby yang Richter ceritakan. Kakak tiri yang dengan tega menjual Ruby di Club malam. Rahangnya mengeras, merasa marah karena Lechia dengan gampangnya memberi alamat rumahnya pada seseorang. Lechia Fadlan. batin Rius menggeram. “Apa adikku ada di sini?” Tambah Caramella. “Dia tidak ada di sini.” Rius melangkah mundur. “Segera pergi dari sini.” “Kenapa kau mengusirku? Kalau adikku tidak di sini, lalu dia di mana?” “Saya tidak tahu!” Rius membalikkan tubuhnya. Menatap Dominick dan para penjaga dengan tajam. “Usir dia, dan jangan biarkan dia datang ke sini lagi. Kalau dia bersikeras untuk masuk. Seret saja.” Tambahnya lalu beranjak pergi. Caramella membelalakkan kedua matanya, melihat Rius yang beranjak masuk ke dalam saat hendak menyusul Rius. Ia justru kembali dihadang oleh para penjaga yang tadi dipukul olehnya. “Maaf, anda dilarang masuk!” Ujar si penjaga melotot tajam. "Segera pergi sendiri, sebelum kami berbuat kasar." Tambahnya. “Max, tolong urus dia Tuan sudah berpesan agar dia tidak masuk ke dalam.” Ucap Dominick. “Ya, kami akan menyeretnya saja.” Sahut Max, si penjaga. Ia lalu menyeret paksa Caramella untuk pergi dari Protective's Pilot | 110Mansion. Tidak peduli seberapa keras wanita itu memberontak. Rius menghempaskan bokongnya di sofa, memijat kepalanya yang mendadak pusing. Lechia? Satu nama yang membuat amarah Rius memuncak. Bagaimana mungkin wanita itu memberitahu keberadaan Ruby pada orang lain. “Tuan?” Panggil Dominick menundukkan wajahnya. Rius menghela napas kasar, menatap Dominick datar. “Apa dia sudah pergi?” Tanya Rius. Dominick mendongak, menganggukkan kepalanya. “Sudah Tuan, tadi Max mengusir paksa orang itu.” Jawab Dominick. “Tuan, maafkan kami.” “Sudah tidak apa—” Jeda Rius berdiri dari duduknya. “Dominick, tolong rahasiakan ini dari Ruby. Jangan sampai dia tahu kalau ada seseorang yang datang mencari dia.” Sambung Rius. “Karena aku tidak mau sampai Ruby tahu, dan justru malah membuat dia takut. Aku tidak mau kehilangan dia lagi.” Dominick mengangguk paham, kedua matanya menatap wajah Rius yang tampak tenang tapi tersirat ketakutan dari mata tajamnya. “Ya, Tuan. Saya akan memastikan semuanya aman. Saya juga akan memberitahukan ini pada Max.” “Terima kasih.” Rius beranjak pergi, masuk ke dalam lift naik ke lantai atas. Ia sudah terlalu lama meninggalkan Ruby di kamar dalam keadaan terkunci. Setibanya di lantai atas Rius memandang pintu yang masih terkunci dari luar. Rius dia sengaja menguncinya agar Ruby tidak keluar dan melihat kedatangan Caramella. Perlahan Rius melangkah, membuka kunci pintu kamarnya. Nikenn2s | 111Begitu pintu terbuka Rius langsung mendapati Ruby yang menangis di pinggir kasur. Ruby mendongakkan kepalanya, mengadah menatap Rius. Masih sambil menangis Ruby mengomel. “Kenapa kau mengunciku dari luar?” Tanya Ruby tersendu. Rius tersenyum geli, menutup pintu dan mendekati Ruby. “Aku menguncimu agar nanti Riru tidak kabur lagi.” Jawab Rius berjongkok di hadapan Ruby. Tangan Rius terulur mengusap air mata Ruby. “Jangan menangis, sayang.” Ruby menepis kasar tangan Rius, berdiri dari duduknya. Dan beranjak ke sofa. “Kau pikir aku anak kecil yang bisa kau bohongi?” Ruby menyahut dengan suara seraknya. “Riru bukan manusia, dia tidak akan bisa membuka pintu. Dia hanya akan kabur kalau pintunya terbuka, kalau pintu tertutup mana mungkin Riru bisa kabur. Lagipula Riru hanya seekor anak anjing, dia tidak mungkin lari apalagi pintu tertutup.” Rius terdiam seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Oke baiklah, sepertinya Rius salah berbicara. Apa yang diucapkan Ruby memang ada benarnya, mana mungkin seekor anak anjing bisa lari disaat pintu tertutup? Sial. umpat Rius dalam hati, gara-gara kedatangan kakak tiri Ruby, ia jadi tidak bisa berpikir. “Kau pasti sedang mencari alasan untuk berbohong padaku kan?” Tambah Ruby menuduh. Rius melotot, menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, itu tidak benar.” “Kenapa melotot padaku.” Ruby semakin terisak sambil terus memeluk Riru. Rius menghela napas kasar. “Aku tidak melotot padamu!” Ujar Rius berdiri, berjalan menghampiri Ruby. “Jangan Protective's Pilot | 112menangis, baiklah. Maafkan aku," tambahnya seraya mengulurkan tangan. “Tidak mau.” Rius mengusap wajahnya kasar, hari ini Ruby terlihat lebih sensitif. Rius sendiri tidak tahu jika mengunci Ruby dari luar akan membuat gadisnya itu marah seperti sekarang ini. Padahal maksud Rius hanya tidak ingin Ruby melihat Caramella. “Rius?” Panggil Ruby pelan. “Tya, apa sayang?” Sahut Rius tersenyum kecil. “Pegang Riru, aku lelah.” Balas Ruby mengulurkan Riru pada Rius. Rius mengangguk, mengambil Riru dari Ruby. Lalu menaruh anak anjing mungil itu di bawah, belum berapa detik pekikan Ruby mengejutkan Rius. “Rius.” Pekik Ruby kencang. “Tya, Ap—” “Aku memintamu pegang Riru, bukan menaruhnya di bawah.” Sela Ruby kembali menangis. Rius mengacak rambutnya frustasi, namun dengan sabar Rius kembali mengambil Riru dan menggendongnya. “Untung aku mencintaimu, sayang.” Gumam Rius masih bisa didengar oleh Ruby. “Jadi kalau kau tidak mencintaiku, kau tidak mau begitu?” Tanya Ruby kembali terisak. “Bu-bukan be-begit—” Ruby mengambil Riru dari Rius dengan kasar, begitu Riru sudah ada di dalam gendongannya. Kemudian Ruby membawa Riru keluar dari kamar, mengabaikan Rius yang mencoba menahannya. Nikenn2s | 113“Hei, sayang?” Panggil Rius berkacak pinggang. Ia tidak salah, hari ini Ruby benar-benar sensitif. Bahkan sangat sensitif seperti orang hamil saja, apa mungkin Ruby hamil? Tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Lalu ada apa dengan sikap Ruby hari ini. Rius mendatarkan bokongnya ke sofa dengan kasar, mengacak rambutnya frustasi. Merasa bingung dengan sikap Ruby hari ini, padahal dari selesai bercanda Ruby masih baik- baik saja. Apa mungkin saat Rius mengunci Ruby dari luar, gadisnya itu terjatuh dan terbentur hingga menyebabkan Ruby berubah sensitif? Tapi apa itu mungkin. Tak selang berapa lama pintu kamar kembali terbuka, Ruby berjalan dengan Riru yang berlari masuk lebih dulu. Rius mengikuti gerak-gerik Ruby, gadisnya itu berjalan mendekat ke arah Rius. Dan tanpa disangka-sangka Ruby duduk di pangkuan Rius. “Kenapa menatapku begitu?” Tanya Ruby bingung. “Tidak.” Jawab Rius mencium pipi Ruby. “Kau sudah tidak marah padaku?” Tambahnya. Ruby menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak marah.” “Lalu kenapa kau menangis tadi? Kau juga menepis tanganku saat menyentuh tanganmu?” “Hari ini moodku tidak baik—” Jeda Ruby melingkarkan tangannya di leher Rius, wajahnya berada di ceruk leher Pria itu. “Mungkin karena hari ini pertamaku menstruasi.” Sambung Ruby menyengir polos. Rius membelalakkan kedua matanya, jadi sejak tadi Ruby berubah sensitif karena sedang menstruasi? Sialan, umpat Rius. Ternyata menghadapi wanita menstruasi seperti sedang Protective's Pilot | 114menghadapi seekor singa. Padahal tadi ia sempat panik karena Ruby yang tiba-tiba saja menangis dan marah-marah, Rius berpikir mungkin karena tadi dirinya mengunci pintu dari luar. Tapi setelah mendengar penjelasan Ruby, Rius jadi sedikit lebih tenang. Nikenn2s | 115PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 16. Rius baru saja selesai mempacking pakaiannya. Hari ini Rius harus terbang menggantikan temannya yang berhalangan masuk karena sakit. Ya, beginilah seorang pilot harus siap kapanpun dibutuhkan. “Hari ini aku harus berangkat—” Jeda Rius menoleh, menatap Ruby. “Selama aku pergi, kau jangan ke mana-mana.” Sambungnya. Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. “Berapa lama?” “Entah, mungkin selama dua belas hari.” Ruby mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. “Berarti selama dua belas hari aku harus di rumah, dengan rasa bosan?” “Sayang—" “Rius, setidaknya izinkan aku pergi bersama Lechia.” Potong Ruby lebih dulu. “Hanya bersama Lechia, aku janji tidak akan ke mana-mana.” Rius mendatarkan wajahnya, saat Ruby menyebut nama Lechia. Wanita itu, Rius belum sempat menemuinya untuk berbicara perihal kedatangan Caramella ke mansion Rius. “Rius? Boleh tidak?” Tambah Ruby menggoyang- goyangkan lengan Rius. “Tidak, kau tidak boleh ke mana-mana. Apalagi bersama Lechia.” Ucap Rius tegas. “Tidak boleh bersama Lechia? Kenapa memangnya?” Rius menatap Ruby lekat, bingung harus menjelaskannya seperti apa. Tentunya memberitahu Ruby soal kedatangan Caramella tidak akan benar. Yang ada Ruby akan merasa takut. Protective's Pilot | 116“Ini perintahku, sayang.” Kata Rius sambil memakai arloji di tangannya. “Kau ini kenapa, Lechia kan orang baik. Dia juga kan yang menolongku?” Rius menghela napas kasar, menarik Ruby ke dalam pelukannya. Mencium puncuk kepala Ruby lembut. “Ya, aku tahu dia orang baik. Tapi sayang, kita tidak pernah tahu orang itu benar-benar baik atau hanya berpura-pura baik saja. Kita tidak pernah tahu kan bagaimana seseorang? Berhati-hati terhadap orang itu perlu.” Jelas Rius. “Tapi kan—” “Tidak sayang.” Sela Rius seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak ada tapi-tapian, ini sudah perintah dariku untukmu.” Ruby mengembungkan pipinya, mengadahkan kepalanya menatap Rius dengan wajah polos. “Tapi aku yakin, Lechia orang baik.” “Ya, Lechia memang baik.” Rius beralih menangkup wajah Ruby, mencium kedua mata indah itu. “Tapi aku tidak mau kau menemui dia disaat aku tidak sampingmu.” “Kau seperti sedang menutupi sesuatu dariku, kau sendiri tahu. Kita bisa bertemu karena Lechia.” Rius menghela napas kasar, menjauhkan tangannya dari Ruby. “Ya sudah, terserah dirimu saja. Aku berangkat.” Kata Rius mengecup bibir Ruby sekilas, kemudian mengambil kopernya dan pergi meninggalkan Ruby. Mungkin dengan cara ini Ruby akan mengerti apa maksud Rius. “Rius?” Pekik Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. Ia bergetar menatap sendu pintu yang tertutup kencang. Ya, karena Rius pergi sambil membanting pintu. Apa yang salah? Nikenn2s | 117Ruby hanya ingin bertemu dengan Lechia. Dan lagi kenapa dengan Rius, dia sangat aneh hari ini. Pria itu seakan-akan sedang menutupi sesuatu dan juga Rius bersikap seperti tidak menyukai Lechia. Ruby lunglai ke lantai, mengambil Riru yang kebetulan lewat. Mendekapnya dengan sangat erat bersamaan dengan air yang menetes dari kedua matanya. Sementara di lantai bawah Rius terdiam diri, berhadapan dengan Dominick dan juga Max. Selain mereka bertiga ada beberapa penjaga di belakang Dominick. “Tolong perhatikan sekitar Mansion, aku harus pergi selama dua belas hari—’ Jeda Rius menghela napas pelan. “Kejadian tadi jangan sampai terulang. Tidak boleh ada yang datang apalagi sampai menyelinap masuk. Aku tidak mau ambil resiko.” Sambung Rius. “Ya, Tuan. Kami akan berjaga lebih lagi.” “Aku baru saja bertemu dengannya, dan aku tidak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya. Dan karena itu, aku minta pada kalian untuk lebih ketat lagi.” Rius menatap Max dan Dominick bergantian. “Pastikan Ruby selalu ada di dalam Mansion. Jangan sampai dia keluar apalagi sampai menemui Lechia.” Dominick dan Max mengangguk paham. “Ya, kami akan memperhatikan setiap gerak-gerik Nona Ruby.” Ujar Dominick tersenyum. “Tuan bertugaslah dengan tenang. Kami akan berjaga-jaga di sini, kami akan pastikan semuanya aman sampai nanti Tuan kembali.” “Dominick, aku sangat percaya padamu—” Jeda Rius beralih menatap Max. “Dan Max, aku benar-benar percaya Protective's Pilot | 118padamu dan anak buahmu dalam berjaga. Pastikan tidak ada yang lengah saat menjalankan tugas.” Sambung Rius. “Ya baik, Tuan!” Ujar Dominick dan Max bersamaan. “Hubungi diriku jika ada sesuatu.” Kata Rius sebelum pada akhirnya masuk ke dalam mobil dan melenggang pergi. Ia percayakan semuanya pada Dominick dan Max, Rius yakin mereka bisa menjalankan tugas yang diminta oleh Rius. Tanpa diketahui oleh Rius, Dominick dan Max. Kalau sejak tadi Ruby mendengarkan pembicaraan ketiga Pria itu. Sungguh Ruby tidak mengerti dengan yang dibicarakan oleh mereka. Dan lagi kenapa Rius harus melarangnya menemui Lechia? Padahal Lechia adalah orang baik, dia juga yang sudah menolong Ruby dari para penjahat. Ruby berbalik melangkah pergi sebelum Dominick melihat keberadaannya. Selama di lift Ruby hanya diam memikirkan maksud Rius. Ia tahu pasti ada yang disembunyikan oleh Pria itu, sampai-sampai Ruby tidak boleh tahu. Dan urusannya dengan Lechia? Sebenarnya ada apa? pikir Ruby bingung. Ruby yakin, seyakin-yakinnya kalau ada sesuatu yang tidak Ruby tahu. Tiba-tiba saja Ruby teringat saat Rius menguncinya dari luar. Pasti di balik itu ada kejadian yang tidak Ruby ketahui? Ya, benar. Pasti ada kejadian yang sama sekali tidak boleh Ruby ketahui. “Riru, kira-kira apa yang Rius dan Dominick maksud ya?” Gumam Ruby berbicara pada Riru yang hanya menjilati wajah Ruby. Ruby merogoh handphonenya dari dalam saku celana pendek yang ia kenakan. Pupil mata Ruby membesar saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Rius. Nikenn2s | 119Rius : Jangan mencoba mencari tahu apa yang kau dengar, sayang. Tak selang berapa lama handphone Ruby kembali berbunyi. Dan lagi kembali pesan itu dari Rius. Rius : Aku melihatmu ada di balik pintu. Ruby semakin terbelalak, jadi Rius melihat dirinya yang bersembunyi di balik pintu? Padahal pintu itu bukan terbuat dari kaca. Dan lagi bukankah tadi Rius sudah pergi? oxy Di dalam mobil Rius terkekeh pelan begitu melihat reaksi polos yang ditunjukkan Ruby. Ia tahu ekspresi itu ditunjukkan saat Ruby selesai membaca pesan yang dikirim olehnya. Andai saja Rius ada di rumah sudah pasti Rius akan meng- unyel habis wajah menggemaskan Ruby. Tadi sebelum berangkat Rius memang sempat melihat Ruby, gadis itu berdiri di balik pintu. Rius tahu kalau Ruby pasti akan mendengar semuanya, karena itu Rius tidak menyebut nama Caramella dan hanya menyebut nama Lechia. Ttupun terlanjur karena Ruby yang pastinya sudah mendengar apa yang Rius bicarakan. Rius tersenyum geli mengingat kepolosan Ruby tadi. Gadisnya itu tidak sadar jikalau di sampingnya terdapat sebuah jendela kaca besar hingga orang yang berada di luar bisa melihat pantulan siapapun dari dalam. Dan dari situ Rius melihat Ruby yang sedang mendengarkan pembicaraannya bersama Dominick dan juga Max. Rius bersandar pada kursi mobil sambil terus memperhatikan gerak-gerik Ruby melalui Cctv yang tersambung pada handphone dan Tv mobil, sehingga Protective's Pilot | 120mempermudah Rius mengawasi Ruby dari kejauhan. Sebenarnya Rius sudah lama memang Cctv. Rius terkekeh pelan begitu melihat Ruby duduk di pinggir kasur ditemani Riru. Ada baiknya juga membeli anak anjing, secara tidak langsung Riru bisa menemani Ruby disaat-saat dirinya ada pekerjaan seperti ini. “Tuan, sudah sampai di bandara.” Rius menatap ke depan seraya menganggukkan kepalanya. “Ya, terima kasih.” Ucap Rius mematikan handphonenya dan segera turun dari mobil. “Ah ya, Piter. Tolong nanti beritahu Dominick untuk terus mengawasi Ruby. Jangan sampai gadis itu keluar dari Mansion, terkecuali masih ada di sekitaran Mansion. Dan juga suruh Dominick untuk terus melapor padaku apapun yang terjadi di Mansion.” Tambah Rius pada sang Supir. “Baik Tuan, nanti akan saya sampaikan pada Dominick!” Rius tersenyum kecil. “Baiklah, terima kasih Piter!” “Sama-sama Tuan, sudah menjadi tugas saya.” Piter tersenyum pada Rius, ia menunduk ketika Rius berpamitan padanya. Piter kembali ke mobil dari dalam dia masih terus memperhatikan punggung Rius, benar-benar perubahan yang cepat. Dan cintalah yang sudah merubah pria itu menjadi lebih baik. Tidak seperti sebelum kedatangan Ruby. Nikenn2s | 121PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 17. Keesokan harinya Ruby sudah bersiap untuk pergi bersama anjing kesayangannya Riru. Sekarang baru jam 05.45 pagi, kebetulan Ruby akan keluar untuk melakukan lari pagi bersama Riru. Olah raga yang sudah jarang sekali Ruby lakukan. Ya, karena larangan dari Ibu dan Kakak tirinya. Setibanya di bawah Ruby dijegat oleh Max dan beberapa orang di belakang Pria itu. “Kenapa?” Tanya Ruby kebingungan. “Maaf, Nona dilarang keluar meninggalkan Mansion.” Jawab Max. “Aku hanya ingin lari pagi bersama Riru.” Balas Ruby sambil menunjukkan Riru pada Max. “Aku akan pulang lagi nanti.” “Maaf Nona, tetap tidak bisa keluar.” “Kenapa? Tadi Rius sudah mengizinkanku, tadi aku sudah mengirimkan pesan padanya. Dia juga sudah membalasnya, katanya silahkan saja, asal tidak jauh.” Ruby menyahut sambil menggigit bibir bawahnya. “Kalau begitu bisa tunjukkan pesan balasan dari, Tn. Rius?” Ruby meneguk salivanya dengan susah payah, lidahnya terasa kelu untuk menjawab. Menunjukkan? Bagaimana mungkin. Ruby hanya berbohong agar bisa keluar. Rius mana mungkin mengizinkannya keluar, kemarin saja Pria itu malah meminta Dominick dan Max untuk semakin mengetatkan penjagaan. Protective's Pilot | 122Max bersorak dalam hati ketika melihat wajah pucat Ruby. Gadis didepannya ini tidak bisa menunjukkan balasan dari Rius. Itu berarti gadis didepannya kini sedang berbohong agar bisa keluar, untungnya Max tidak semudah itu dibohongi. “Nona bisa menunjukkannya?” Tambah Max mengulurkan tangannya. “Bisa perlihatkan balasan dari, Tn. Rius?" “Max?” Panggil Dominick menghampiri Max dan Ruby. Ta menatap keduanya secara bergantian. “Ada apa, Max?” “Dominick, Nona Ruby ingin keluar. Nona bilang sudah izin pada Tn. Rius, saya sudah meminta bukti pesan dari, Tn. Rius, tapi Nona tidak bisa menunjukkannya.” Dominick mengangguk paham, kemudian menjatuhkan tatapannya pada Ruby. “Maaf Nona, silahkan kembali ke kamar.” Ruby mengerucutkan bibirnya, dengan kesal Ruby beranjak dari sana dan kembali ke kamarnya. Ia kesal padahal masih sangat pagi tapi para pekerja Rius sudah pada bangun. “Dominick, untung saya datang. Atau tidak kita akan kebablasan.” Ujar Max menghela napas lega. Dominick terkekeh pelan, tadi sebelum dirinya datang wajah Max begitu tegang. Tapi tak lama wajah Max berubah tenang. “Tenanglah, sejak tadi saya memantau Nona melalui Cctv di ruangan.” Sahut Dominick menepuk-nepuk pundak Max, setelahnya ia beranjak pergi. Max tersenyum lebar seraya mengangguk. Sungguh perasaannya sangat lega karena datang di waktu yang tepat. Kalau saja sampai telat maka Max akan terkena omelan dari Rius karena lalai dalam bertugas. Nikenn25 | 123Max berbalik pergi untuk kembali ke tempatnya. Ia akan berjaga di sana dan sebagian teman-temannya akan berjaga di sekitaran Mansion. Max juga akan meminta temannya berjaga di sekitaran pagar. Max harus sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas jika tidak mau membuat masalah. Rius sudah sangat baik dengan membantu keluarga kecilnya. Karena itu ia tidak ingin mengecewakan Rius. Sementara Max berjaga-jaga di luar, berbeda dengan Dominick yang terus memantau Ruby dari Cctv. Gadis itu sedang duduk di lantai bersama dengan Riru yang berlarian. Untuk sesaat Dominick mematikan layar Cctvnya, Ruby aman. Karena wanita itu sedang terdiam di kamar, sebenarnya Dominick merasa kasihan tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi perintah dari Rius untuk Dominick terus mengawasi gadis itu. Ia pun beranjak dari sana untuk menemui koki agar segera membuatkan sarapan untuk Ruby, mumpung Ruby sedang diam di dalam kamar. Di tempat lain seseorang berjalan ke sana dan ke sini, dengan seorang wanita yang duduk di kursi. Ia menatap orang itu jengah karena selalu berjalan ke sana dan ke sini. “Bu, bisa diam tidak? Aku pusing melihatmu sedari tadi hanya berjalan mondar-mandir seperti itu.” Ujar wanita itu kesal. “Diamlah, Caramella. Ibu sedang memikirkan cara untuk membawa kembali Ruby pada kita—” Jeda Orang itu, pada wanita yang ternyata adalah Caramella. “Kalau Ruby ketemu kita tidak perlu mengganti uang kerugian dari Club itu.” Sambung Ibu dari Caramella. Protective's Pilot | 124“Aku sudah mendatangi alamat yang diberikan oleh wanita bernama Lechia, begitu aku sudah sampai di sana. Si pemilik rumah bilang kalau di sana tidak ada Ruby.” Caramella menyahut sambil meniup-niupkan kukunya. “Kau tahu Bu, kalau pemilik rumah yang aku datangi itu sangat tampan.” “Caramella, ini bukan saatnya memikirkan Pria.” Caramella menghela napas kasar, menatap Ibunya kesal. “Tbu, dia itu Pria kaya. Kalau aku menikah dengannya pasti kau juga kan yang enak?” “Tapi yang perlu kita pikirkan sekarang itu Ruby! Geram Ibu Caramella. “Sudahlah, Bu jangan pikirkan anak sialan itu. Biarkan saja, mungkin dia sekarang sudah jadi gembel atau mungkin saja dia sudah tiada menyusul kedua orangtuanya.” Ucap Caramella. “Aku akan mendekati Pria itu agar kita bisa mengganti uang kerugian Club itu. Dan begitu aku berhasil kita akan kuasai hartanya.” Tambahnya. “Halah, sok-sok'an kau ingin mendekati Pria itu. Namanya saja kau tidak tahu.” Sindir Ibu Caramella seraya beranjak pergi. Caramella memutar bola mata malas. “Tenang saja, cepat atau lambat aku pasti tahu namanya.” Pekik Caramella seraya bergerutu kesal, andai kemarin ia tidak diseret paksa oleh penjaga dari rumah itu. Sudah dipastikan kalau Caramella akan mengetahui nama dari si Pria tampan itu. Tak berapa lama Ibu Caramella kembali keluar dengan pakaian yang sudah sangat rapi. “Caramell, ayo temui Ibu dengan calon suamimu.” Ajak Ibu Caramella. “Haduh Ibu, tadi saja kau—” Nikenn2s | 125“Sudah-sudah, ayo cepat. Ibu penasaran dengan calon suamimu.” Sela Ibu Caramella seraya menarik tangan Caramella. “Belum calon suami Ibu, baru mau.” Ralat Caramella sambil mengambil tasnya dari kamar. Setelahnya ia dan sang Tbu pergi menuju rumah yang kemarin didatangi olehnya. Caramella sendiri tidak sabar untuk kembali bertemu dengan Pria itu. Begitu sampai di tempat tujuan, Caramella dan Ibunya turun dari taksi. Tbu Caramella terperangah melihat Rumah di depan matanya, bahkan sesekali Ibu dari Caramella ini mengusap- usap matanya seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat. “Caramell, Ya Tuhan. Ini bukan rumah, melainkan istana.” Ucap Ibu Caramella penuh kekaguman. “Sudah aku katakan kalau Pria yang aku temui ini sangat kaya raya.” Sahut Caramella sambil mengajak Ibunya untuk mengikuti langkah dirinya. Namun baru akan membuka pagar ia dan Ibunya sudah dihadang oleh pria-pria bertubuh besar. “Permisi, tolong bukakan pintu ini.” Caramella memberi perintah pada Pria-pria yang ada di balik pagar. “Maaf anda dilarang masuk!” Ucap salah satu Pria dari empat orang. “Hei, kamu jangan kurang ajar ya. Dia ini calon istri dari pemilik rumah ini.” Sahut Ibu Caramella tidak terima. Pria itu tertawa kencang, seolah menertawakan hal yang lucu. Ya, memang lucu dengan apa yang diucapkan wanita tua didepannya. “Maaf tolong kalau berbicara jangan terlalu tinggi, apalagi bermimpi.” Balas Pria itu begitu sudah tidak tertawa. Protective's Pilot | 126“Dasar Pria botak tidak tahu diri.” Teriak Ibu Caramella. “Kita tidak bermimpi, lihat saja. Kalau anak saya sudah menjadi nyonya di sini, saya pastikan kau ditendang secara tidak hormat dari sini.” “Hans? Ada apa ini?” Tanya Max tiba-tiba saja datang. Pria botak bernama Hans itu menoleh, menatap Max sambil tertawa. “Max, kau tahu ada dua orang yang bermimpi menjadi nyonya di rumah ini.” Jawab Hans terpingkal-pingkal. Max menaikan sebelah alisnya, menatap Caramella dan ibunya datar. Ia tentu masih ingat dengan wanita bernama Caramella itu, wanita yang datang mencari Ruby. “Hei botak, kenapa kau banyak bicara? Bukakan kita pintu, kita ingin masuk bertemu dengan calon suami putriku.” Kembali Ibu Caramella berbicara dengan nada kesal. “Maaf mungkin kalian berdua salah alamat, pemilik rumah ini memang sudah mempunyai calon istri tapi—” “Yash! Kau benar sekali dan ini calonnya.” Sela Ibu Caramella sambil merangkul pundak putrinya. “Maaf, tapi bukan wanita di samping anda.” Ujar Max datar. “Calon istri pemilik rumah ini, ada di dalam.” Ibunya Caramella dan Caramella membelalakkan kedua matanya begitu mendengar ucapan Max. “Apa? Apa yang kau katakan, Ha?” Pekik Caramella mengepalkan tangannya. Max mengangkat bahunya masa bodo, membalikkan tubuhnya pergi dari sana. Tugasnya sekarang adalah memberitahukan Dominick tentang kedatangan Caramella untuk yang kedua kalinya, dan yang terpenting adalah memastikan kalau Ruby tetap ada di dalam kamarnya. Nikenn2s | 127“Sudahlah, kalian pergi saja. Lebih baik kalian tidur dan bermimpi untuk menjadi nyonya di rumah ini.” Celetuk Hans tertawa mengejek. Beberapa teman Hans pun_ ikut menertawakan. Caramella menggeram marah, ada rasa tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Hans. Tidak pernah ada satupun seorang Pria yang berani mengejek bahkan menghinanya. Awas saja, kalau aku menjadi istri dari pemilik rumah ini aku pastikan mereka-mereka hidup sengsara. batin Caramella menggeram. Sungguh dia tidak terima diperlakukan seperti ini, apalagi diperlakukan oleh penjaga. “Sombong sekali mereka, rasanya Ibu ingin sekali membenturkan kepala botak itu ke dinding. Berani-beraninya mereka berbuat kurang ajar!” Oceh Ibu Caramella terengah. “Lihat saja aku akan pengapalan wajah-wajah mereka, begitu saatnya aku akan membalasnya.” Tambah Ibu Caramella. “Mereka baru saja mengusir kita Ibu!” “Ya, mereka hanya penjaga tapi sangat tidak tahu diri. Aku bersumpah akan membalasnya nanti jika kita sudah sah menjadi nyonya di sini.” Caramella menatap Ibunya. “Bu, apa mungkin istri yang dimaksud penjaga tadi adalah Ruby?” Gumam Caramella. “Cih!” Decih Ibu Caramella. “Dia mana pantas menjadi nyonya di sini. Dia kan hanya jalang yang kebetulan melarikan diri. Paling-paling dia hanya menjadi pelayan di sana.” “Tapi kalau ternyata Ruby di sini adalah nyonya bagaimana? Ibu aku tidak akan terima itu, awas saja!” Protective's Pilot | 128“Sudah Ibu bilang, kita harus menyeret wanita itu dan mengembalikannya ke Club agar kau pun bebas mendekati Pria yang kau sukai itu.” Caramella memanggut-manggutkan kepalanya. “Oke baiklah! Lalu aku harus melakukan apa untuk menyeret wanita itu?” “Nanti akan Ibu pikirkan, sekarang kita pulang dulu!” Ibu Caramella menghentikan taksi kemudian masuk diikuti oleh putrinya Caramella. Dia akan menyusun cara agar bisa masuk ke dalam dan membawa Ruby untuk dikembalikan. Setelahnya mendekatkan sang putri pada si pemilik Rumah mewah itu. Nikenn25 | 129PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 18. 12 Hari Kemudian. Rius baru saja tiba di Madrid, Spanyol setelah melakukan penerbangan selama 12 hari. Sambil menyeret kopernya Rius meninggalkan bandara. Sebelum berangkat ke Spanyol, Rius sempat menelfon supirnya meminta pada sang Supir untuk menaruh mobil di bandara. Jadi begitu Rius sampai di Spanyol supirnya tidak perlu repot-repot datang. Rius memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil, setelahnya ia masuk ke dalam dan segera pergi meninggalkan bandara. Rasanya Rius sangat merindukan Ruby, selama 12 hari ini Rius harus menahan rasa rindunya terhadap gadis mungil yang selalu membuat Rius tersenyum. Setibanya di rumah Rius langsung turun dari mobil, sebelum masuk ke dalam Rius menyempatkan diri untuk menemui Max. “Max?” Panggil Rius sambil memberikan kunci pada Dominick yang kebetulan sedang bersama Max. “Tuan?” Sahut Max tersenyum kecil. “Bagaimana? Apa semua aman?” Tanya Rius sambil menggulung lengan kemejanya sampai batas sikut. “Aman Tuan.” Jawab Max. “Tapi seperti yang saya informasikan kalau wanita itu sempat datang ke sini, hanya itu setelahnya dia tidak datang lagi.” Tambahnya. “Dominick?” Rius beralih menatap Dominick. “Aman Tuan, Nona tidak keluar dari Mansion sama sekali. Nona hanya keluar ke gazebo taman bersama Riru!” Protective's Pilot | 130Rius memanggut-manggutkan kepalanya — seraya tersenyum kecil. "Ya sudah," kata Rius lantas meninggalkan Max dan Dominick. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Ruby, apalagi dengan rengekan manja yang beberapa hari ini tidak Rius dengar. Setibanya di atas Rius langsung mempercepat langkahnya, ia membuka pintu dan melihat Ruby yang tampaknya baru selesai mandi. Terlihat dari rambut gadisnya itu yang basah. Rius menutup pintu dengan sangat pelan. Ia berjalan sambil mengendap-endap layaknya maling. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil, semakin lama Rius semakin tersenyum lebar begitu tahu kalau Ruby sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Rius melingkarkan tangannya di perut Ruby, menghirup wangi vanilla dari tubuh Ruby. Ia mencium lembut leher gadisnya. “Rius?” Pekik Ruby kencang seraya membalikkan tubuhnya. Kedua mata Ruby membesar, sedetik kemudian ia bersorak memeluk Rius. Rius tertawa mengangkat tubuh Ruby ke dalam gendongannya, kaki Ruby melingkar ke pinggang Rius secara tefleks. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pria itu. “I miss you, baby.” Bisik Rius menciumi kepala Ruby. “I miss you more!” Ruby menangkup wajah Rius lalu mencium hidung mancung Pria itu. Rius berjalan ke arah sofa sambil terus memeluk Ruby. Mendaratkan bokongnya di sana, dengan senyum yang tidak pernah hilang dari wajah tampannya. Rius sangat lega karena sampai saat ini semua masih aman-aman saja. Gadisnya juga masih terlihat seperti Nikenn2s | 131biasanya, tapi walau begitu Rius juga tidak bisa diam anteng saja. Caramella, wanita itu pasti akan datang lagi. Apalagi Caramella mempunyai rasa padanya, seperti yang dikatakan oleh Max tempo lalu. Rius terdiam menyandarkan tubuhnya pada sofa. Masalah ini perlu diselesaikan secepat mungkin, atau kalau tidak maka akan beresiko untuk Ruby. Pasti ada maksud tersendiri Caramella mencari Ruby, kemungkinan untuk dijual lagi ke Club yang berbeda. Tidak, Rius tidak akan membiarkan siapapun menyentuh gadisnya. “Rius?” Bisik Ruby dengan belaian lembut di rahang Rius. Rius tersenyum lebar, mengecup gemas hidung Ruby. “Kenapa sayang?” Tanya Rius. “Kau tidak mendengarkan aku ya?” Tanya Ruby balik, bibirnya mengerucut ke depan. “Maaf.” Jawab Rius pelan. Tangannya terulur mengusap lembut pipi Ruby. “Bisa ulangi lagi?” tambahnya. “Rius, aku mimpi bertemu dengan kakak tiriku.” Ruby menatap Rius dalam. “Mimpi itu terasa nyata, kita berpisah—” “Sstt!” Sela Rius membungkam mulut Ruby dengan bibirnya. “Itu hanya mimpi, dan mimpi adalah bunga tidur. Sampai kapanpun kita tidak akan berpisah, tidak akan pernah.” Tambah Rius begitu sudah menjauhkan bibirnya dari mulut Ruby. Ia membalas tatapan Ruby. Di iris mata gadisnya terlihat dengan jelas ada ketakutan di sana. “Tapi, Rius—” “Sayang, percaya padaku. Kau akan selalu aman bersamaku. Kalaupun kakak tirimu datang, aku tidak akan membiarkan dia membawamu! Tidak akan pernah aku Protective's Pilot | 132biarkan dia menyentuhmu, apalagi sampai melukaimu.” Kembali Rius menyela Ruby. Ruby tersenyum mengecup rahang kokoh Rius sekilas. “Terima kasih, aku mencintaimu.” Ucap Ruby menyengir lebar. Rius terkekeh seraya menarik gemas hidung Ruby. “Aku lebih mencintaimu.” Sahut Rius tersenyum. “Rius, Rius?” Panggil Ruby menusuk-nusukkan jarinya di dada Rius. “Aku ingin potong rambut ya?” Dahi Rius mengkerut, alisnya terangkat sebelah. “Potong rambut? Kenapa memangnya?” “Aku ingin rambut pendek!” “Kau yakin?” Tanya Rius. “Bukankah kau sangat menyukai rambut panjangmu ini?” Ruby mengangguk antusias. “Ya, aku yakin—” Jeda Ruby memanyunkan bibirnya. “Aku memang sayang dengan rambutku, tapi aku ingin memotongnya.” Sambung Ruby. Rius tersenyum mengunyel-unyelkan pipi Ruby yang semakin membesar. “Baiklah, tidak apa. Kalau kau memang ingin rambut pendek, bagiku tidak masalah.” “Antar aku ke salon ya?” Rius menggelengkan kepalanya, sambil memainkan rambut panjang Ruby yang sebentar lagi akan pendek. “Tidak perlu ke salon, nanti aku akan memanggil orang salonnya saja agar datang.” “Yah!” Ruby cemberut. “Kenapa kita tidak ke salon saja?” “Kalau ke salon aku tidak bisa bermesraan denganmu. Tapi kalau di sini, di rumahku. Aku bisa sambil mendudukkanmu di pangkuanku.” Jelas Rius tersenyum manis. Nikenn25 | 133Dan karena di luar berbahaya untukmu. lanjut Rius dalam hati. Ruby tertawa, kedua tangannya menangkup wajah Rius. Sedetik kemudian tawa Ruby menghilang, mata Ruby memincing. “Rius, bukankah kau marah padaku? Saat kau ingin pergi untuk menjalankan tugasmu?” Tanya Ruby. “Ya, aku memang ingin marah padamu. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk marah padamu sedikitpun.” Jawab Rius. “Kenapa?” Tanya Ruby lagi. “Karena aku terlalu mencintaimu!” Jawab Rius sambil mengendus leher Ruby, sebentar. “Kau kan baru sampai di rumah, lebih baik kau istirahat. Kau pasti lelah kan?” Tanya Ruby hendak beranjak dari pangkuan Rius, namun Rius menahan pinggangnya. “Rius, kau harus istirahat.” Tambahnya merengek. “Aku tidak pernah lelah, Rasanya lelahku hilang saat melihatmu.” “Jangan—” “Aku tidak berbohong, aku tidak membutuhkan istirahat. Karena tempatku istirahat ada bersamamu!” sela Rius jujur. Ia memang sempat merasa lelah tadi, tapi saat melihat Ruby rasa Jelah itu hilang. Ruby tersenyum sambil menggesekkan telapak tangannya dengan bulu-bulu halus di sekitar leher dan rahang Rius. “Aduh, hahahaha geli.” Tawa Ruby seraya memeluk Rius, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pria itu. Rius tertawa mengacak-acak rambut Ruby gemas. Ia mengencangkan pelukannya, mencium rambut Ruby yang harum Vanilla. Protective's Pilot | 134Ruby tertawa terbahak begitu merasakan rasa geli di lehernya akibat gesekan dari bulu-bulu yang ada di wajah Rius. Kepalanya mengadah menatap langit kamar, sementara tangannya melingkar di leher Rius. Rius menyandarkan tubuh Ruby ke sofa, dengan tangan menjadi bantalan. Ia tersenyum menatap manik mata Ruby dalam, sebelum pada akhirnya bibir mereka berdua saling menempel. Perlahan Rius mulai melumat bibir Ruby lembut, semula memang lembut. Namun lama kelamaan berubah menjadi kasar. Rius sedikit menggeser tubuhnya hingga bokong Ruby berada di sofa. Ia mengangkat kaki Ruby menaikannya ke atas paha Rius, dengan bibir yang masih saling melumat satu sama lain. Lidah keduanya saling bertaut dan saling bertukar salivanya. Ruby dengan refleks melingkarkan tangannya di leher Rius. Matanya terpejam menikmati setiap hisapan, lumatan kasar di bibirnya. Rius menyudahi lumatannya begitu merasakan napas Ruby yang terengah-engah, ia menjauhkan bibirnya dari Ruby. Sebentar, dan kembali Rius mengecup bibir Ruby yang membengkak. “Te Amo, baby.” Bisik Rius menangkup wajah Ruby seraya menyatukan keningnya dengan kening gadisnya. “Yo también te amo.” Balas Ruby masih dengan mata yang terpejam. Ruby membuka matanya yang langsung bertubrukan dengan mata tajam Rius. Rius tersenyum geli, jarinya terulur menoel-noel pipi Ruby yang memerah seperti tomat. Nikenn2s | 135“Ini milikku.” Ucap Rius menggigit pipi Ruby gemas. Tidak peduli jika Ruby memekik kesakitan. Rius dia hanya tertawa di sela-sela gigitannya. “Sakit, Rius!!!!” Pekik Ruby memukul-mukuli dada Rius kencang. Bukannya kesakitan Rius malah semakin tertawa. Rius melepaskan gigitannya menatap pipi Ruby yang tampak jelas ada bekas gigi Rius. “Ini jelly, bukan pipi.” Ledek Rius sambil menciumi pipi Ruby yang memerah akibat gigitannya. “Rius!!” Rengek Ruby terkekeh pelan. “Hahaha, Rius. Sudah-sudah geli hahaha.” Tambahnya tertawa terbahak. Rius menghentikan ciumannya pada pipi Ruby. Ia mendadak terdiam, bayangan akan ketakutan di wajah Ruby membuat Rius khawatir. Dirinya kKhawatir kalau Ruby ketakutan saat tahu kalau Caramella sedang mencari keberadaan gadisnya itu. Tangan Rius terulur membelai lembut rambut Ruby. Masih terdiam sambil memikirkan cara agar Caramella berhenti mencari Ruby. Uang? Pikiran itu tiba-tiba saja melintas di dalam pikiran Rius. Ya, mungkin dengan uang Caramella akan berhenti mencari keberadaan Ruby. Tapi dengan memberikan uang itu tidak menjamin hidup Ruby akan tenang. Bisa saja di lain waktu atau lain hari Caramella kembali mencari Ruby. Oh tidak-tidak, Rius tidak akan mungkin sebodoh itu. Saat ini menjaga Ruby agar tetap ada di dalam Mansion itu hal yang utama. Bukan maksud ingin mengekang tapi itu adalah cara agar Ruby selalu aman. Protective's Pilot | 136PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 19. Rius benar-benar pada ucapannya. Dia membuktikan ucapannya dengan memangil orang salon ke Mansion. Dan membiarkan Ruby ada di pangkuan pria itu sambil orang salon memotong rambut Ruby. Awalnya Ruby menolak karena pasti akan sangat memalukan. Dipotong rambutnya tapi ada di pangkvan seorang Pria. Apa yang akan dikatakan orang salon nanti? Tapi pada akhirnya mau tidak mau Ruby menuruti keinginaiy Rius. Pasrah duduk di pangkuan Pria itu. Perdebatan kecil sempat terjadi, hanya berbeda pendapat antara Rius dan Ruby. Rius ingin rambut Ruby tidak dipotong terlalu pendek, sedangkan Ruby ingin rambutnya dipotong sependek mungkin. “Aku ingin pendek, Rius. Namanya juga dipotong pendek! Mana ada pendek tapi tetap tidak berkurang.” Protes Ruby di pangkuan Rius. “Tidak!” Bantah Rius tetap bersikeras. “Aku sudah membolehkanmu untuk memotong rambut panjangmu. Ikuti saranku, atau kau tidak memotong rambut sama sekali.” “Oke, baiklah!” Pasrah Ruby pada akhirnya menuruti keinginan Rius. “Mbak, potong saja sesuai keinginan dia. Atau potong saja semuanya.” “Ruby!” Geram Rius menatap Ruby tajam. “Hehe, maaf. Aku hanya bercanda!” Ucap Ruby mencium kening Rius. Ia menyengir lebar saat Rius masih Nikenn2s | 137saja menatapnya tajam. “Aaaa, jangan melihatku begitu. Aku hanya bercanda saja.” Tambahnya merengek. “Dipotong pendek tapi jangan terlalu pendek!” Pinta Rius datar tanpa melihat si mbak salon. Mbak-mbak salon itu hanya terkekeh seraya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia pun mulai memotong rambut Ruby sesuai keinginan Rius. Ruby mengusap lembut wajah Rius, kedua mata Pria itu terpejam ada guratan kecil di kening Rius. Seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu. Sejak Rius kembali ke Mansion, Ruby memang merasa ada yang berbeda dengan Rius. Kekasihnya itu lebih banyak diam. “Rius?” Panggil Ruby pelan. “Em, apa?” Gumam Rius masih terpejam. “Mau cerita padaku tidak?” Tanya Ruby membuat mata Rius yang semula terpejam langsung terbuka. “Cerita apa?” Tanya Rius menaikan sebelah alisnya bingung. “Aku tidak tahu, tapi aku merasa kau seperti sedang memikirkan sesuatu? Ada apa, cerita padaku.” Kata Ruby sambil menoel-noel hidung Rius. Rius tersenyum menahan tangan Ruby di hidungnya, lalu membawa tangan Ruby tepat di depan bibir. Diciumnya tangan gadisnya itu dengan lembut. “Aku tidak memikirkan apapun, dan tidak ada apa-apa. Tidak ada yang ingin aku ceritakan juga, aku hanya terlalu bahagia bisa bersamamu.” Balas Rius tersenyum tipis. “Jangan berbohong padaku, aku tahu disaat kau berkata bohong dan disaat kau berkata jujur.” Ruby menyahut dengan suara yang sangat lembut. Protective's Pilot | 138Rius tersenyum namun tidak menjawab ucapan Ruby. Ia hanya mencium pipi Ruby gemas. Setelah cukup lama akhirnya Ruby selesai dengan rambutnya. Dia begitu senang melihat hasil rambutnya yang sudah tidak panjang lagi, sementara si mbak Salon sudah pergi begitu sudah dibayar oleh Rius. Wanita itu diantar oleh Dominick yang dipanggil oleh Rius. Ruby meloncat dari pangkuan Rius, melangkah ke arah cermin besar lalu melihat pantulan dirinya di sana. Ia tersenyum merasa puas dengan hasil rambut barunya. Ruby terdiam berjalan mendekat ke arah jendela saat samar-samar melihat keributan di luar. Begitu hendak menyibak gorden, Rius, pria itu tiba-tiba saja menarik tubuh Ruby dan memutarnya menjadi membelakangi jendela. “Kau sangat cantik, aku suka dengan rambut barumu.” Ucap Rius memanggut bibir atas Ruby sebentar. “Rius, itu di luar ada apa.” Sahut Ruby mencoba membalikkan tubuhnya agar bisa melihat keluar. Namun, Rius selalu menghalanginya dengan menahan tubuhnya biar tetap menghadap Rius. “Rius, aku mau lihat.” Tambahnya. “Di luar tidak ada apa-apa, itu Max dan teman-temannya. Mereka kalau bercanda memang suka ramai seperti itu.” Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. “Tidak Rius, itu ada dua wanita di luar. Aku seperti tidak asing dengan wajah mereka.” “Mungkin itu hanya pelayan saja, sudahlah!” “Tap” “Sayang!” Sela Rius kembali memagut bibir Ruby. “Rius tapi itu—” Nikenn25 | 139“Aku ingin tidur.” Potong Rius cepat begitu sudah tidak lagi memagut bibir Ruby. Ia Membawa tubuh gadisnya ke tempat tidur. “Sayang, kau masih ingat tidak sama kenangan kita dulu? Saat aku lelah dan kau menyandarkan tubuhmu di kursi? Lalu aku tidur di atas pahamu sambil kau mengusap kepalaku?” Ruby terdiam, sedetik kemudian ia mengangguk. “Ya, aku sangat ingat!” “Aku ingin mengulangnya lagi!” Ruby tersenyum lebar, merangkak naik ke atas tempat tidur lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala kasur. Kakinya berselonjor, “Rius ayo kemari.” Ucap Ruby tersenyum seraya menepuk-nepuk pahanya. Rius mengedipkan matanya, kemudian membaringkan kepalanya di paha Ruby yang dijadikan bantalan. Tangannya meraih tangan kiri Ruby untuk digenggam. “Jangan pergi ke mana-mana temani aku tidur.” Sahut Rius. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya pelan. “Aku tidak akan ke mana-mana, aku akan di sini sampai kau bangun.” Balas Ruby. Rius tersenyum lalu memejamkan kedua matanya saat merasakan usapan lembut di kepalanya. Dalam hati Rius merasa lega karena Ruby tidak berhasil melihat keluar, atau kalau tidak bisa-bisa Ruby melihat kedatangan Caramella untuk yang ketiga kalinya. Rius sangat berterima kasih pada Dominick karena sudah memberitahunya melalui pesan singkat kalau Caramella dan Ibunya datang lagi membuat keributan. Mungkin kalau sampai tidak diberitahu, entahlah. Rius tidak bisa membayangkan bagaimana takutnya Ruby. Protective's Pilot | 140Ruby tersenyum masih sambil mengusap-usap kepala Rius. Lama kelamaan rasa kantuk mulai mendatangi Ruby, ia memejamkan matanya tidur. Tidak mengubah posisinya yang tetap duduk. Rius membuka matanya saat tidak lagi merasakan usapan di kepalanya. Ia tersenyum menatap wajah Ruby yang begitu tenang ketika tidur. Sebenarnya Rius tidak benar-benar tidur, dirinya hanya mengalihkan Ruby dari keributan di luar. Apalagi tadi Ruby bersikeras ingin melihat keluar. Rius bangun dari tidurnya, beranjak dari tempat tidur. Kemudian membenarkan posisi Ruby, ia membaringkan tubuh Ruby dan menyelimutinya hingga dada. Rius membungkuk mencium kening, mata, hidung dan yang terakhir bibir Ruby. Ia menegakkan tubuhnya dan langsung berjalan keluar dari kamar. oe “Kalian ini tidak ada lelahnya ya. Sudah diusir tapi tetap saja tidak tahu diri, datang lagi-datang lagi. Tidak malukah kalian?” Omel Dominick kesal. Terlebih sejak tadi Caramella dan Ibunya terus memaksa masuk. “Untuk apa malu. Toh, ini rumah calon suami anak saya!” Ujar Helena dengan tidak tahu malunya. “Cih!” Decih Dominick. “Kalian ini jangan terlalu bermimpi. Tuan saya mana mau punya istri yang tidak tahu diri seperti anak Ibu. Apalagi diri Ibu sendiri, kalau Tuan saya menikah dengan anak Ibu bisa-bisa malu.” Helena menggeram, menatap Dominick tidak suka. “Heh dengar ya! Kau ini hanya maid di sini. Dasar tidak sopan.” “Yang tidak sopan itu anda. Sudah diusir berkali-kali masih saja tetap datang ke sini.” Sindir Hans muak. Nikenn2s | 141“Sudah usir saja secara paksa. Mereka berdua sangat mengganggu Tuan.” Pinta Dominick lalu meninggalkan Helena juga Caramella. Kedua wanita itu kembali diusir paksa, sempat memberontak tapi Hans dan penjaga lain berhasil mengusir Ibu dan anak itu. Dominick menghela napas kasar merasa bosan selalu menghadapi Ibu dan anak yang tidak tahu diri itu. Hanya bisa datang lalu membuat keributan di mansion, dan ada hal yang membuat Dominick merasa jijik. Ya itu ketika Helena dengan bangganya menganggap Rius sebagai calon suami dari anaknya. Oh ya Tuhan, Dominick berharap hanya ada satu orang seperti Helena di dunia ini. Dominick menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka, dia tersenyum ramah ketika melihat sosok Rius. “Tuan!” Gumam Dominick. “Dominick, bagaimana?” Tanya Rius mendaratkan bokongnya di samping Max. Tatapan matanya lurus pada Dominick. “Mereka sudah pergi Tuan.” Jawab Dominick. “Wanita itu datang lagi Tuan, dan akan tetap datang lagi. Karena dia bersikeras ingin menemui Tuan. Seperti yang kemarin saya katakan kalau Caramella menyukai anda, Tuan.” Kata Max menatap manik mata Rius. “Ya, Max benar. Wanita itu datang bersama Ibunya. Sekarang tujuan dia adalah menemui anda, Tn. Rius, mereka seolah lupa mengenai Nona Ruby.” Timpal Dominick duduk di depan Rius dan Max. “Dia ingin menemui anda, karena rasa sukanya pada Tuan.” Max kembali berucap. Protective's Pilot | 142“Tadi hampir saja Ruby tahu soal Caramella, untung kau memberitahukanku. Dominick.” Ucap Rius menyandarkan tubuhnya. “Jadi Nona Ruby, belum tahu soal ini Tuan?” Tanya Dominick. Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, Ruby sama sekali tidak mengetahuinya. Lagipula aku memang sengaja tidak memberitahu dia soal kedatangan Caramella—” Jeda Rius kembali menegakkan tubuhnya. Kedua tangannya menumpu pada paha kiri dan kanan Rius. "~“Sebenarnya aku ingin memberitahu Ruby. Tapi aku tidak yakin, aku takut kesehatannya menurun. Dan lagi aku tidak akan tega melihat wajah ketakutan Ruby.” Sambung Rius seraya memijat pangkal hidungnya. “Lalu bagaimana Tuan? Apa yang akan Tuan lakukan selanjutnya?” Tanya Dominick. “Mungkin yang selanjutnya, aku akan tetap pada aturanku, kalian harus tetap berjaga-jaga. Jangan sampai Caramella memaksa masuk ke dalam.” Jawab Rius menatap Dominick dan Max secara bergantian. “Soal itu kami mengerti Tuan.” Kata Max. “Tapi Tuan, tidak selamanya Tuan menutupi soal ini kan? Cepat atau lambat Nona Ruby harus mengetahuinya.” “Ya, Max. Cepat atau lambat Ruby memang harus mengetahuinya. Tapi aku sedang memikirkan cara untuk memberitahu Ruby tanpa harus membuatnya takut.” Rius menyahut sambil mengusap wajahnya kasar. “Kami paham Tuan.” Rius berdiri dari duduknya, lalu tanpa sepatah katapun ia beranjak pergi. Dirinya tidak bisa berlama-lama Nikenn2s | 143,meninggalkan Ruby di kamar, ya karena walau hanya sebentar tapi Rius sudah sangat merindukan gadis kecilnya itu. Sambil berjalan Rius memikirkan ucapan Max. Pria itu benar, cepat atau lambat memang Ruby harus mengetahui soal ini. Tapi entahlah! Rius tidak tahu harus memulainya dari mana. Selain itu Rius juga tidak mau Ruby merasa down karena hal ini. Protective's Pilot | 144PROTECTIVE'S FILOT || Bagian 20. “Gagal lagi gagal lagi, memang sialan mereka itu. Berani-beraninya mereka menghalangi calon istri dari bos mereka.” Geram Ibu Caramella, wanita paruh baya tersebut bernama Helena. “Lalu bagaimana Ibu, kita tidak akan bisa masuk ke sana.” Kata Caramella. Helena terdiam menatap putri bungsunya itu dalam. Ia tersenyum seraya menaik-turunkan alisnya. “Tenang sdjay Caramell. Ibu sudah ada rencana agar kita bisa masuk ke dalam rumah itu.” Ujar Helena kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Caramella. Caramella tersenyum antusias, kepalanya mengangguk- angguk mengerti dengan maksud dan rencana sang Ibu, Helena. “Boleh juga ide, Ibu.” Sahut Caramella. “Tentu saja, jadi. Besok kita mulai rencana dari ide Ibu itu, bagaimana?” Tanya Helena. Caramella menganggukkan kepalanya setuju. “Ya, aku setuju. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk melihat dan mengetahui nama Pria tampan itu.” Jawab Caramella terdengar antusias. “Ah, pokoknya aku tidak sabar.” Tambahnya. Helena tersenyum penuh arti, ia menunggu hari esok. Hari di mana bisa memasuki rumah istana yang super ketat itu. Helena sangat yakin dengan idenya ini kalau semua rencananya akan berhasil. Begitu Caramella berhasil masuk, para penjaga itu akan segera diusir oleh calon suami dari Nikenn25 | 145putrinya. Tunggu saja botak, kau akan segera didepak. batin Helena tertawa. Keesokan harinya pagi-pagi sekali Helena dan Caramella sudah ada di jalan menuju rumah Rius. Mereka bersiap untuk menjalankan rencana yang sudah disusun sejak semalam. Begitu sampai di depan rumah Rius. Caramella dan Helena turun dari taksi. Dan disaat itulah Helena meminta putrinya untuk bersembunyi sementara dirinya mengalihkan perhatian dari para penjaga yang berjaga-jaga di sana. “Hei, botak. Kemari kau!” Pekik Helena melotot tajam. Pria botak itu adalah Hans, dia memutar mata jengah karena kembali melihat Helena. Ia berjalan ke arah pagar dan berdiri tidak jauh dari sana. Tanpa membuka pagar, “Ada apa kau wanita bermimpi? Untuk apa kau datang lagi, Ha?” Tanya Hans bersidekap dada. “Tolong bukakan pintunya, aku tidak akan memaksa masuk lagi.” Jawab Helena. “Tolong bantu aku, tak!” Tambahnya. Hans melotot tidak terima dipanggil 'Tak', ya dia memang botak. Tapi masih terdapat rambut-rambut tipis di kepalanya. Jadi kepalanya tidak begitu botak. “Jangan kau kira aku bodoh ya.” Hans memincingkan kedua matanya. “Kau pasti mempunyai rencana kan?” “Jangan menuduhku ya.” Helena tergagap, pasalnya Hans berbicara dengan sangat tepat. “Sudahlah, lebih baik kau pergi saja. Jangan pernah bermimpi untuk masuk ke dalam. Kami di sini memang penjaga tapi kami tidak sebodoh itu-” Jeda Hans sebentar. "Anakmu bersembunyi dan kau mencoba_ untuk mengelabuhiku kan?” Sambung Hans tajam. Protective's Pilot | 146Helena terlihat sangat pucat, ia meneguk salivanya dengan susah payah. Saat hendak berbalik, tiba-tiba saja Helena berteriak kencang. “RUBY?” Teriak Helena melambaikan tangannya. Hans melotot membalikkan tubuhnya ke belakang. Kedua matanya terbelalak saat melihat Ruby sedang berjongkok bersama seekor anjing. Hans dengan cepat menekan tombol otomatis dekat pagar, sehingga pagar berubah jadi tertutup rapat. Tidak ada celah untuk Helena lihat ke dalam. “Tbu, ada apa?” Tanya Caramella keluar dari tempat sembunyinya. “Di dalam ada gadis sialan itu, dia ada di dalam. Caramell.” Jawab Helena heboh. “Sialan, rupanya dia sudah menjadi jalang di rumah ini.” Caramella ternganga melihat ke pagar namun semua hanya hitam tidak terlihat. “Ibu pasti salah lihat, lagi ini kenapa pagarnya?” Bingung Caramella meraba pagar. “Kenapa jadi gelap begini, Bu?” “Tbu tidak salah lihat, dia memang ada di dalam.” “Tap” “Sudahlah, ayo kita pulang. Kepala Ibu tiba-tiba saja pusing. Besok kita pikirkan lagi rencana yang lain.” Sela Helena menarik tangan Caramella untuk pergi meninggalkan depan Mansion Rius. Sementara Caramella hanya pasrah saat tangannya ditarik paksa oleh Sang Ibu. Ia hanya pasrah karena gagal untuk bertemu dengan pria tampan yang disukai olehnya, Rius. Nikenn2s | 147Sesampainya di rumah Helena mengamuk melempar semua barang-barangnya. Wajah Helena terlihat sangat memerah menahan amarah. “Tbu, apa yang kau lakukan?” Pekik Caramella melotot. “Gadis sialan itu ada di sana, dia merebut calon suamimu.” Geram Helena mengepalkan tangannya. “Tbu dia tidak mungkin merebut calon suamiku. Lagipula aku yakin dia hanya wanita jalang." Timpal Caramella. “Dasar bodoh!” Teriak Helena terengah. “Dia lari dari Club, mana mungkin dia menjadi jalang. Ha? Di mana otakmu.” “Tbu!” Caramella berteriak tidak terima. “Kau ingat? Waktu kita datang ke sana ada salah satu penjaga yang mengatakan kalau si pemilik rumah sudah mempunyai calon istri? Dan calonnya ada di dalam?” Caramella terdiam menatap Helena dengan kedua alis yang menyatu. Sedetik kemudian ia mengangguk. “Ya, aku ingat.” “Dan gadis sialan itu adalah calon istri dari pria yang kau sukai.” “Tidak-tidak, itu tidak mungkin Ibu.” Ucap Caramella berteriak tidak terima. “Gadis sialan itu tidak boleh menjadi nyonya di sana.” “Ruby sialan, dia enak-enak di rumah mewah itu. Sementara kita di sini harus ketar-ketir mencari uang untuk membayar ganti rugi karena dia kabur.” “Kita harus membawa dia Ibu, agar aku leluasa mendekati Pria yang aku sukai itu.” Protective's Pilot | 148“Kau diam saja, Ibu sudah ada rencana. Kita tidak perlu membawa dia.” Helena berucap dengan kedua mata yang berkilat marah. “Rencana apa, Ibu?” “Sudah Ibu katakan, kau diam saja. Biar Ibu yang memikirkan rencana. Kita harus menyusunnya agar rencana kali ini berhasil.” “Terserah Ibu.” Caramella beranjak meraih tasnya dan pergi meninggalkan Helena. Helena berkacak pinggang menatap punggung putrinya kesal. Ia menghempaskan bokongnya di kursi dengan kekesalan dalam hatinya, kesal melihat sang putri yang pergi. Dan kesal karena melihat Ruby. “Ruby sialan.” Geram Helena mengepalkan tangannya. Helena menggeram, menggertakkan giginya menahan amarah yang sudah sangat memuncak. Melihat Ruby membawanya ke dalam kekesalan yang teramat. Entahlah, ia begitu membenci Ruby karena Ibunya yang sudah merebut pria pujaan hatinya. Dulu seharusnya Ayah Ruby menikah dengannya tetapi karena kedatangan Ibu dari Ruby. Ayah dari gadis itu malah menikahi Gladies, Ibunda Ruby yang sudah tiada. Saat Gladies tiada, Helena kembali mendekati Ayahnya Ruby. Sampai akhirnya mereka menikah, dan disaat itulah Helena mulai membalaskan dendamnya terhadap Gladies pada Ruby. Ia sering kali menyiksa Ruby, dan yang terakhir menjual gadis itu ke Club malam dengan bayaran yang cukup besar. Kebencian Helena bertambah saat pemilik Club meminta ganti rugi karena Ruby yang melarikan diri. Tapi tadi saat Nikenn2s | 149melihat Ruby ada di dalam rumah besar itu, Helena. Dia justru sangat membenci Ruby. Kebencian yang berubah menjadi dendam. Ternyata tidak hanya dirimu saja yang perebut kekasih orang. Tapi anak pun sama saja, batin Helena menggeram. Dirinya benar-benar marah apalagi ketika melihat Ruby ada di dalam Mansion itu, darah Helena mendidih membuat kepalanya pening. Protective's Pilot | 150PROTECTIVE’S FILOT || Bagian 21. Ruby berlari mencari-cari keberadaan Riru yang tidak ada di gazebo taman belakang Mansion. Padahal tadi Ruby hanya meninggalkannya sebentar untuk mengambil minum. Tapi pada saat kembali justru Ruby tidak melihat Riru. “Riru?” Panggil Ruby sambil terus mencari Riru. Jantungnya berdegup kencang takut kalau Rirunya kembali menghilang seperti dulu. Ruby menggigit bibir bawahnya, kedua matanya) memanas menahan kristal bening yang siap menetes. Sudah ‘mencari ke mana-mana tapi tetap saja Riru tidak ditemukan. Ta takut Rius marah karena Riru adalah pemberian dari Rius. Bibir Ruby merekah begitu melihat keberadaan Riru di dekat pintu masuk Mansion. Ia berlari mendekat ke arah Riru, lalu berjongkok meraih Riru dan membawanya ke dalam gendongan. Ruby mengusap-usap lembut kepala Riru, sesekali menciumnya gemas. “Riru jangan pergi lagi ya.” Oceh Ruby pada Riru. Ruby memeluk Riru, hatinya sangat lega karena Riru tidak hilang. Ia tidak akan pernah bisa membayangkan kalau Riru hilang untuk yang kedua kalinya. Saat sedang asik memeluk Riru, tiba-tiba saja ada yang berteriak memanggil namanya. “RUBY!!!” Teriakan seseorang mengalihkan perhatian Ruby dari Riru, kedua mata Ruby terbelalak. Mendadak tubuhnya bergetar hebat saat melihat orang yang meneriaki namanya. Nikenn25 | 152“Tou?” Gumam Ruby jatuh ke aspal. Rasanya kaki Ruby tidak memiliki tulang. Tubuhnya lemas tidak memiliki kekuatan untuk berdiri, bahkan Riru yang semula ada di gendongan Ruby terlepas dan berlari tidak tahu ke mana. Ruby berdiri dengan kaki yang bergetar. Ia berbalik melangkahkan kakinya masuk ke dalam Mansion. Ruby terisak, tubuhnya bergetar hebat karena isakan. Rius yang baru saja keluar lift terdiam, napasnya terengah saat mendapati kabar dari Hans kalau Ibu dari Caramella memanggil Ruby. Dan parahnya Ruby melihatnya. “Baby?” Gumam Rius menatap Ruby yang terisak, tubuh gadisnya itu bergetar. Terlihat dari bibirnya yang gemetaran. “Tbu—datang.” Ruby tersendu napasnya memburu tidak beraturan. “Sssttt-” Rius menarik Ruby ke dalam dekapan. Kedua mata Rius terpejam saat merasakan tubuh Ruby yang lemas, hatinya berdenyut sakit melihat ketakutan di mata indah Ruby. Ruby mendorong tubuh Rius, berjalan mundur beberapa langkah. Ia menatap mata Rius dalam. “Dia datang, dia mau menjualku.” Isak Ruby. Rius membuka matanya, menggelengkan kepalanya seraya meraih tangan Ruby, menahannya agar gadisnya itu tidak terus mundur. Ia mendekap Ruby sangat erat, “Dia tidak akan datang. Dia juga tidak akan menjualmu, ada aku di sini. Aku yang akan menjual dia.” Bisik Rius mencoba menenangkan Ruby. “Dia jahat.” Lirih Ruby seraya meremas kaos Rius. “Dia pasti mau menjemputku, menyiksaku lalu menjualku ke tempat itu.” Tambahnya. Protective's Pilot | 152“Dia tidak akan menjemputmu, dia juga tidak akan berani menyiksamu apalagi sampai menjualmu.." Jeda Rius mencium kepala Ruby dengan denyutan di hatinya. "Kalau dia berani menyakitimu, aku akan membunuhnya.” “Aku takut. Jangan tinggalkan aku Rius.” Lirih Ruby mengurai dekapan Rius. Rius menggelengkan kepalanya, ia tersenyum sambil menangkup wajah Ruby. “Aku di sini, bersamamu. Aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu.” Kata Rius tersenyum mencium kedua mata Ruby. “Jangan takut, aku di sini. Peluk aku jika kau merasa takut.” Tambahnya. Ruby mengangguk lirih, kembali memeluk Rius dengan erat. Kedua matanya terpejam rapat, tubuhnya masih bergetar walau tidak sehebat tadi. Ada dipelukan Rius membuat ketakutan Ruby sedikit berkurang. Rius menggertakkan giginya, tangannya mengepalkan kuat hingga urat-urat terlihat bertonjolan, mata tajam Rius memerah menahan amarah yang memuncak. Seharusnya sejak kemarin saja Rius mengambil tindakan agar kedua wanita itu berhenti datang ke Mansionnya. Tapi dengan bodohnya Rius menunda-nunda itu. Rius mengangkat tubuh Ruby membawanya masuk ke dalam lift. Ia menciumi bahu Ruby yang terbuka, sesekali mengecup kepala Ruby. Begitu tiba di lantai atas Rius segera membawa Ruby ke kamar. Membaringkannya di tempat tidur. “Jangan pergi.” Lirih Ruby menggenggam tangan Rius. “Aku di sini, aku tidak akan pergi.” Ujar Rius mendudukkan bokongnya di pinggir kasur. Nikenn2s | 153Ruby membawa tangan Rius ke atas _perutnya, meremasnya dengan kencang, perlahan mata Ruby terpejam seiring napasnya yang mulai teratur. Rius mengusap-usap lembut pipi Ruby. Tatapannya begitu hangat memandang Ruby yang sudah tertidur. Inilah yang Rius takutkan, wajah takut Ruby saat mengetahui kedatangan Caramella. Ia yakin kalau Ruby memiliki trauma atas kejadian yang selama ini gadisnya alami. Akan tetapi Rius belum tahu pastinya, karena Rius sendiri belum membawa Ruby ke rumah sakit. Tapi siapapun yang mengalami hal sama seperti Ruby pasti akan merasa takut. Apalagi orang itu pernah menyakitinya secara fisik. Rius memajukan tubuhnya, mencium kening Ruby cukup Jama. Setelahnya ia kembali menegakkan tubuhnya dan dengan pelan melepaskan genggaman tangan Ruby. Rius meraih handphonenya dari atas nakas, mengetikkan sesuatu untuk dikirimkan pada Dominick. Hari ini mungkin Rius akan mengajak Ruby keluar, tidak lebih tepatnya mengajak Ruby ke rumah kedua orangnya. Di sana ia yakin kalau Ruby akan lebih merasa baik. Setelah mengirimkan pesan pada Dominick, Rius dia mengemasi pakaian milik Ruby ke dalam koper mini. Ia hanya perlu membawa pakaian Ruby tanpa perlu membawa pakaiannya. Karena di sana masih tersimpan pakaian Rius. TOK! TOK! Rius menoleh ke arah pintu, sambil membawa koper ia membuka pintu. “Dominick?” Gumam Rius pelan. “Tuan!” Sahut Dominick tersenyum. “Tolong bawakan koper ke bawah, masukan ke dalam bagasi mobil.” Rius menyerahkan kopernya pada Dominick. Protective's Pilot | 154“Dan tolong minta Max untuk mengantarku ke rumah Daddy.” Tambahnya. Dominick mengangguk mengerti. “Baik Tuan, saya akan bilang pada Max.” “Terima kasih, Dominick.” Rius berbalik ke dalam. Berjalan mendekat ke arah tempat tidur, menyelipkan tangan kirinya di lekuk leher Ruby. Sementara tangan kanannya berada disela-sela kaki Ruby. Menggendong ala bridal style. Ruby terusik pelan dari tidurnya tapi tidak membangunnya sama sekali, tangan melingkarkan pada leher Rius. Sedangkan wajahnya tenggelam di ceruk leher kekasihnya, Rius. Setibanya di garasi Rius langsung membaringkan tubuh Ruby di kursi mobil. Setelahnya ia masuk ke dalam, walau berada di dalam mobil tetapi tangan Rius masih terus menggenggam tangan Ruby. “Tuan, kita ke rumah. Tn. Keenan?” Tanya Max. “Ya, kita ke rumah Daddy. Untuk sementara aku akan membawa Ruby ke sana.” Jawab Rius sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil. “Baik Tuan.” Max kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Sesekali melirik Rius melalui Spion. Walau hanya sebuah lirikan tapi Max dapat melihat wajah kekhawatiran pada Rius. Ja juga melihat kalau pandangan Rius begitu tulus menatap Ruby yang tidur di kursi sebelah. Dulu sebelum kedatangan Ruby, Rius begitu dingin dan tidak tersentuh. Bahkan pria itu bisa dibilang pendiam. Ya, karena awalnya Max mengira begitu. Tapi setelah Ruby datang, ternyata tentang Rius tidak sepenuhnya benar. Dugaan Max mengenai Rius pendiam salah, kenyataanya Pria itu Nikenn2s | 155begitu banyak berbicara walau tidak seperti pada umumnya. Rius hanya akan berbicara jika memang ada yang perlu dibicarakan. Tapi Max sering kali mendengar Rius begitu cerewet terhadap Ruby. Cerewet dalam artian perhatian. Rius juga tidak sedingin yang Max kira. Pria itu hanya dingin kepada para pelayan wanita, dan kepada orang yang menurut Rius tidak begitu dikenal. Tatapan Rius juga terbilang tajam saat berbicara pada pelayan wanita di Mansion, tapi sikap dingin itu seolah hilang jika Rius sedang bersama Ruby. Tatapan yang semula tajam pun selalu hangat saat Rius menatap Ruby. Pria itu berbeda saat bersama sedang bersama wanita yang Rius cintai. Bukan bermaksud kurang sopan, tapi Max sering kali melihat tatapan Rius pada Ruby. Seperti saat ini, pandangan Rius pada Ruby begitu tulus dan hangat. Tidak ada wajah dingin, tidak ada sikap acuh. Yang ada hanya ketulusan dan kelembutan. Max bisa menyimpulkan kalau Rius tipikal orang yang sangat menghargai pasangannya. Ya, karena Rius begitu menghindari yang namanya wanita. Mobil berhenti di depan Mansion milik Keenan. Max turun membukakan Rius pintu, setelahnya mengambil koper dari garasi. Rius menciumi seluruh wajah Ruby, membangunkan gadisnya dengan pelan. Ia terkekeh saat Ruby hanya menguletkan tubuhnya sebentar. “Baby, bangun sayang.” Bisik Rius sambil mengusap- usap pipi Ruby dengan lembut. “Aku mengantuk, Rius!” Rengek Ruby. Protective's Pilot | 156“Bangun dulu, nanti lanjutkan tidurnya di kamar.” Rius tersenyum masih terus melakukan hal yang sama. Ruby mengangguk pelan, seraya membuka matanya. Ia mengerjap-ngerjapkannya sebentar agar tidak mengabur. “Di mobil?” Tanya Ruby menegakkan tubuhnya. “Rius, kita di mana?” Tambahnya terlihat kebingungan. Rius terkekeh, mengacak rambut Ruby gemas. “Di rumah orangtuaku.” “Di rumah orangtuamu?” Ulang Ruby masih belum bisa memahami. “Kenapa kita bisa ada di sini? Bukannya kita ada di rumah?” “Ya, tentu saja bisa.” Rius tersenyum, mengecup bibir Ruby sekilas. “Ayo turun, sayang.” “Nanti dulu.” Ruby menahan lengan Rius yang hendak turun. “A-aku ma-malu.” “Malu kenapa, Heum?” Tanya Rius menarik Ruby ke atas pangkuannya. “Jangan pernah merasa malu, karena kedua orangtuaku sangat menyukaimu, dia memang orangtuaku. Tapi mereka juga adalah orangtuamu, mulai saat ini.” Ruby menatap Rius dalam, kedua matanya memanas menahan butiran bening yang sudah mengembang di pelupuk matanya. Ia lalu memeluk Rius dengan erat, kedua matanya terpejam. Namun, tak selang berapa lama mata Ruby kembali terbuka saat mengingat Riru. “Rius?” Panggil Ruby melepaskan pelukannya. “Heum!” Sahut Rius bergumam. “Riru tadi kelepas olehku. Padahal aku sudah menemukannya. Tapi karena Ib—” Ucapan Ruby terhenti saat bibir Rius menempel di bibirnya. Nikenn25 | 157“Riru tidak akan pergi jauh, dia pasti ada di sekitar Mansion. Kau tenang saja, Riru aman.” Rius menyahut begitu sudah menjauhkan bibirnya dari Ruby. Tangannya terulur menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga Ruby. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya, lalu mereka berdua pun turun dari mobil. Berjalan bergandengan tangan sambil memasuki Mansion Keenan, mereka akan ada di sini untuk beberapa hari ke depan. Paling tidak sampai semua aman. Protective's Pilot | 158PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 22. Sekarang ini Rius sedang berada di ruang kerja milik Keenan. Tadi sepulang Keenan dari kantor ia langsung meminta Keenan untuk menemuinya nanti setelah Pria itu istirahat dari lelahnya. Tapi ternyata tidak, Keenan justru langsung memanggil Rius ke ruang kerjanya. “Ada apa, Rius?” Tanya Keenan menyandarkan tubuhnya pada sofa. “Dad.” Gumam Rius mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Keenan. “Seharusnya Daddy istirahat, Rius bisa ‘membicarakan ini nanti.” “Tidak Rius.” Keenan menegakkan tubuhnya, memegang bahu Rius. “Daddy memang lelah tapi tidak apa-apa, lelah Daddy terbayar dengan kedatanganmu.” Rius tersenyum seraya meraih tangan Keenan. “Dad?” Gumam Rius berdehem pelan. “Heum, ya?” “Entahlah, ini keputusan yang benar atau tidak. Tapi beberapa hari lalu aku sudah memikirkannya secara matang.” “Ada apa Rius? Sepertinya ini pembicaraan yang serius?” Keenan menatap Rius lekat. “Ya, ini memang hal yang serius. Dad.” Rius menghela napas kasar. “Aku ingin berhenti menjadi pilot.” Lanjut Rius. “Apa?” Keenan mengernyitkan dahinya bingung. Ucapan Rius begitu mengejutkannya. “Kenapa memangnya? Dan kenapa tiba-tiba?” “Tni tidak tiba-tiba Dad, aku sudah memikirkan ini semua secara matang. Aku ingin berhenti jadi pilot.” Nikenn25 | 159“Tya, tapi kenapa. Rius? Bukankah ini cita-citamu. Kau meraih semua ini butuh berjuangan. Bagaimana mungkin—” “Bagaimana jadinya jika Daddy berada di posisiku, orang yang Daddy cintai dalam bahaya. Dad, aku tidak ingin ambil resiko. Pekerjaanku sangat menyita waktu, bahkan kepulanganku saja tidak memungkinkan.” Sela Rius mengetatkan rahangnya. “Aku akan mulai membangun perusahaan, setidaknya aku masih mempunyai waktu. Kepulanganku pun jelas.” “Daddy tidak paham ini, Rius.” “Ruby, dia dalam bahaya. Kau tahu aku pernah kehilangannya Dad, dan aku tidak mau itu terulang lagi.” “Bahaya?” Ulang Keenan mengernyitkan dahinya. “Bahaya bagaimana maksudmu?” Rius mengangguk. “Ibu dan kakak tiri Ruby mulai mengincarnya lagi. Mereka ingin menyakiti Ruby, Dad. Aku tidak bisa melihatnya terus ketakutan.” Ujar Rius serak. “Bagaimana bisa? Coba jelaskan, Daddy benar-benar tidak paham.” Sahut Keenan. Rius menatap Keenan lekat, secara detail Rius menceritakan semua informasi yang diberikan oleh Richter. Di setiap ucapan yang keluar dari mulut Rius, terselip nada kemarahan. Bahkan rahangnya mengeras hingga urat-urat di lehernya bertonjolan. Tidak hanya itu Rius juga menceritakan kedatangan Caramella dengan ibunya ke Mansionnya. “Dan karena itu aku ingin berhenti menjadi pilot.” Jelas Rius begitu selesai menjelaskan. Protective's Pilot | 160“Tapi menjadi pilot adalah cita-citamu. Kau sudah siap melepas semuanya setelah empat tahun menjadi pilot?” Tanya Keenan. “Tya, aku yakin. Aku sudah memikirkan semuanya, Dad.” Jawab Rius seraya berdiri dari duduknya. “Istirahatlah Dad, terima kasih.” Tambahnya beranjak pergi. Keenan terdiam, menghela napas kasar. Ia tidak pernah menduga hal ini, apalagi setelah mendengar penjelasan Rius yang membuat Keenan terkejut. Tapi yang lebih mengejutkannya lagi adalah keputusan Rius untuk berhenti menjadi pilot. Padahal Keenan sangat tahu, kalau pilot adalah cita-cita Rius sejak kecil. Tapi Keenan tidak akan menahan apa yang sudah menjadi keputusan putranya. Bagi Keenan apapun keputusannya nanti asalkan tidak membuat putranya menyesal di kemudian hari. Dari dulu Keenan selalu membebaskan kedua putranya untuk memilih sesuai bidang mereka masing- masing. Apapun keputusan yang diambil kedua putranya Keenan pasti mendukung. Seperti sekarang ini, walau ada berat di hatinya. Tapi Keenan enggan memaksa Rius, karena bagaimanapun itu sudah menjadi keputusan putra keduanya. Keenan tidak akan melarang apalagi menahan. Sudah cukup beberapa tahun ini Keenan kehilangan sosok putranya. Tapi tidak kali ini, biarlah Rius kehilangan pekerjaannya. Asal tidak Keenan yang kehilangan sosok Rius yang selalu tampak ceria semenjak kehadiran Ruby. Rius baru saja akan naik ke atas, namun tanpa disengaja pandangannya melihat keberadaan Ruby di kolam berenang. Nikenn2s | 161Alis Rius terangkat sebelah, melirik arloji yang melingkar di tangannya pukul 9 malam. Perlahan Rius melangkah menghampiri Ruby. Ia tersenyum melingkarkan tangannya di perut Ruby. “Sedang apa di sini, malam-malam begini. Heum?” Bisik Rius seraya menumpukan dagunya di bahu Ruby. Ruby tersenyum memukul lengan Rius pelan. “Kau mengejutkanku, Rius!” Kata Ruby pelan. Rius terkekeh. “Kenapa di sini?” Tanya Rius mencium bahu Ruby. “Hanya ingin saja!” Jawab Ruby menundukkan wajahnya. Rius terdiam seraya membalikkan tubuh Ruby agar menghadap kearahnya. Diraihnya dagu Ruby dan mengadahkannya agar menatap Rius. “Ada apa, sayang?” Tanya Rius lembut, menatap kedua mata bola Ruby. “Aku tahu kau mencintaiku, aku tahu kau khawatir padaku. Tapi Rius, kau tidak perlu mengorbankan cita-citamu. Aku tidak mau kalau sampai kau mengorbankan semua yang sudah kau raih.” Isak Ruby sambil memegang kedua tangan Rius yang menangkup wajahnya. “Aku tidak mau kalau kembalinya aku hanya menghancurkan mimpimu, aku—” “Apa yang kau bicarakan, Heum?” Sela Rius menarik Ruby ke dalam pelukannya. “Jangan pernah berhenti menjadi pilot, itu cita-citamu. Kau sudah meraihnya jangan kau lepaskan hanya untuk menjagaku.” Rius tersenyum mengurai pelukannya, menatap Ruby yang masih terisak. “Kau tahu apa yang sangat berarti dalam hidupku?” Tanya Rius seraya mengusap wajah Ruby. Ruby menggeleng pelan. Protective's Pilot | 162“Kau—” Rius tersenyum kembali membawa Ruby ke dalam pelukannya. “—Kaulah yang sangat berarti dalam hidupku. Menjagamu adalah prioritasku. Tidak apa jika aku harus melepaskan cita-cita yang sudah aku raih, tidak apa jika aku harus kehilangan cita-citaku. Asal aku tidak pernah kehilanganmu. Kau segalanya untukku, kau hidupku. Kehilangan cita-citaku tidak akan semenyakitkan saat aku kehilanganmu.” Tambahnya. “Seberarti apapun aku dalam hidupmu, tapi aku hanya orang baru yang kembali datang ke kehidupanmu. Kau sudah menjalani pekerjaanmu sangat lama, tentunya melepaskan apa yang sudah kau raih itu pasti sangat berat. Apalagi ini adalah cita-citamu sejak dulu, jangan melepasnya hanya untukku. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan apa-apa.” “Tya, kau tidak akan apa-apa. Tapi tentunya selama aku jauh darimu itu pasti akan membuatku selalu merasa khawatir.” “Rius?” Gumam Ruby serak. “Heum, iya!” Sahut Rius mencium pucuk kepala Ruby. “Berjanjilah kepadaku kalau kau tidak akan pernah melepaskan profesimu sebagai Pilot.” Balas Ruby melepaskan pelukan Rius. “Berjanjilah untukku.” Tambahnya. “Sayang—” “Berjanjilah, Rius!” Sela Ruby merengek. Rius menggelengkan kepalanya pelan. “Ini sudah menjadi keputusanku, By. Aku akan berhenti menjadi Pilot. Dan aku akan membangun sebuah perusahaan, dengan begitu waktu kita lebih banyak. Dan aku pun bisa menjagamu tanpa perlu lagi merasa khawatir.” Ucap Rius. Nikenn25 | 163“Apa yang kau khawatirkan?” Tanya Ruby memundurkan langkahnya memberi jarak pada Rius. “Aku tidak akan kenapa-napa Rius, kalau yang kau khawatirkan adalah Ibu dan kakak tiriku! Kau tidak perlu merasa khawatir. Lagi pula ada Max dan Dominick kan? Mereka bisa menjagaku karena kau yang memberi mereka perintah. Mereka juga akan menjagaku dengan baik.” “By” “Rius, aku mohon. Kau ingat saja perjuanganmu untuk mencapai keberhasilan seperti sekarang. Itu pasti tidak mudahkan? Kau pasti sangat memperjuangkan profesimu.” Sela Ruby seraya meraih tangan Rius. “Kalau kau mencintaiku, kau pasti mau berjanji padaku. Iya kan, Rius?” Tambahnya. “Kita bahas ini besok ya!” Rius tersenyum kecil. Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap tepat manik mata Rius. Tadi saat Ruby akan ke kamar tanpa sengaja ia mendengar percakapan antara Rius dan Keenan. Mendengar dengan sangat jelas semua yang diucapkan oleh Rius. Termasuk keinginan Rius untuk berhenti menjadi pilot, tidak Ruby tidak akan pernah membiarkan Rius berhenti dari cita-citanya pria itu harus tetap pada profesinya sebagai pilot. Ta tidak ingin Rius mengorbankan cita-citanya hanya untuk dirinya. “Kau mencintaiku kan, Rius?” Tanya Ruby serak. “Kenapa bertanya seperti itu, heum?!” Jawab Rius sambil mengusap air yang menetes dari mata Ruby. “Jawab aku, kau mencintaiku kan. Rius?” Tanya Ruby lagi. Protective's Pilot | 164“Tanpa kau bertanya pun aku memang mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu.” Jawab Rius tersenyum menatap Ruby penuh cinta. “Kalau kau mencintaiku, kau pasti mau menuruti keinginanku kan?” Ruby menyahut dengan mata dan hidung yang memerah. “Apapun keinginanmu aku pasti akan menurutinya. Tapi sayang, berhenti dari pilot saat ini adalah keinginanku. Itu sudah menjadi keputusanku dan aku sudah memikirkan semua konsekuensinya.” Ruby menepis tangan Rius dari pipinya, membalikkan tubuhnya seraya berbalik meninggalkan Rius di kolam renang. Sambil menaiki anak tangga Ruby terisak, ia menyalahkan kedatangannya jika Rius sampai benar-benar berhenti dari pilot. Rius menghela napas kasar, matanya masih menatap punggung Ruby yang perlahan menghilang dari pandangannya. Setelah cukup lama terdiam akhirnya Rius melangkahkan kakinya menyusul Ruby ke kamar. Setibanya di atas Rius membuka pintu kamar. Kedua matanya memincing saat melihat Ruby sedang membereskan pakaian dan memasukannya ke dalam koper. Ia masuk ke dalam, menutup pintu dan tidak lupa menguncinya. “Ruby, hei?” Rius menarik Ruby dan membalikkannya agar menghadap kearahnya. “Apa yang kau lakukan?” Tambahnya. “Aku mau pulang.” Ruby menepis tangan Rius dari bahunya. “Pulang?” Ulang Rius menaikan sebelah alisnya. “Tapi ini sudah malam, sayang.” Tambah Rius kemudian menarik Nikenn2s | 165,koper dari tangan Ruby, melemparnya ke sembarang arah. Sebisa mungkin Rius menahan agar tidak membentak ataupun menaikan suaranya pada Ruby. Ruby mengabaikan Rius, mengambil koper dan memeriksanya. Koper mini itu terlihat rusak padahal Rius melemparnya pelan mungkin karena berbenturan dengan dinding kamar. “Rius, kopernya rusak.” Rengek Ruby menatap ke arah Rius sendu. Rius berjalan ke arah Ruby menarik tangan gadisnya itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia membawa Ruby ke tempat tidur, menidurkannya dan setelahnya Rius pergi. Tidak lupa menguncinya dari luar mengabaikan pekikan Ruby di dalam kamar. Rius menghela napas kasar, kepalanya berdenyut sakit. Ruby memang manja, tapi dia juga keras kepala. Gadisnya itu tidak akan diam sebelum keinginannya terturuti. Bukan maksud Rius mengabaikan keinginan Ruby tapi berhenti menjadi pilot sudah menjadi keputusan Rius. Rius kembali membuka kunci pintu, masuk ke dalam dan melihat Ruby yang sedang duduk di lantai. Lagi, Rius menarik tangan Ruby mendudukkannya di bibir kasur. Sementara Rius berjongkok di hadapan Ruby sambil menggenggam tangan gadisnya. “Rius?” Lirih Ruby menunduk menatap Rius. “Tidur sayang, sudah malam.” Rius tersenyum mengecup punggung tangan Ruby. “Aku tidak bisa tidur sebelum kau mau berjanji pad—” “Tidak untuk malam ini, kita bisa bicarakan lagi besok.” Sela Rius berdiri lalu membaringkan Ruby ke tempat tidur. Protective's Pilot | 166Menyelimutinya dan yang terakhir mencium kening Ruby cukup lama. Ruby mengerucutkan bibirnya, ia membalikkan tubuhnya membelakangi Rius. “Goodnight baby!” Rius tersenyum kecil, mengusap lembut kepala Ruby. Tak lupa mematikan lampu. Rius membuka laci nakas, mengambil rokok elektrik miliknya. Dan setelahnya Rius ke balkon untuk menghisap rokok elektrik. Ia butuh keheningan untuk memikirkan kembali semua keputusannya. Sambil terduduk Rius diam termenung ditemani embusan angin malam, ia menyalahkan rokok elektriknya lalu menghisap dan mengembuskan asapnya ke udara. Semua sudah sangat Rius pikirkan baik-baik, keputusan yang akan Rius ambil juga sudah menjadi keputusan matang. Tapi sekarang semua membuat Rius harus kembali berpikir lagi, terlebih Ruby sangat tidak setuju jika Rius berhenti dari profesinya sebagai pilot. Nikenn25 | 167PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 23. Keesokan harinya setelah selesai sarapan pagi bersama dengan Keenan dan Keshila, Rius dia mengajak Ruby ke taman belakang Mansion untuk membicarakan keputusannya setelah hampir menjelang pagi Rius memikirkan secara matang tentang keputusannya untuk berhenti dari pilot. Ia sudah memikirkan ini berulang kali bahkan bisa dikatakan sudah sangat amat matang. Rius menatap punggung Ruby yang sudah lebih duld duduk di kursi taman. Keputusan ini berat untuk Rius, pasalnya sebelum kembali ke Spanyol Rius sempat memikirkannya dan itu pun secara matang. Tapi keputusan semalam memang sudah benar-benar menjadi keputusan mutlak dari Rius. Rius melangkahkan kakinya menyusul Ruby. Ia hanya diam menatap Ruby yang mendiamkannya sejak bangun tidur dan itu membuat Rius kehilangan sebagian dari dirinya. Rius menghela napas kasar, berdiri di hadapan Ruby lalu berlutut. Kepala Rius menunduk, tak lama. Karena Rius kembali mengadah, kedua mata tajam Rius dan bola mata cokelat milik Ruby saling bertemu. Ia meraih tangan Ruby dan menggenggamnya erat. “Soal semalam aku ingin menjelaskannya padamu.” Ucap Rius pelan. “Aku hanya ingin kau berjanji, apa itu sulit untukmu?” Tanya Ruby. “Apa?” Rius menatap Ruby semakin dalam. “Kau ingin aku berjanji untuk apa?” Protective's Pilot | 168“Aku hanya ingin kau berjanji untukku, aku ingin kau berjanji untuk tidak berhenti menjadi pilot. Hanya itu Rius, tidak yang lain.” “Aku sudah pernah katakan bukan? Anything for you. Apapun untukmu, dan karena itu aku ingin menjelaskan semuanya. Apapun keputusan yang sudah aku ambil itulah pilihanku.” “Tapi Rius—” “Kau tidak tahu bagaimana aku saat kita berpisah, hidupku tidak menentu By. Tanpamu hidupku terasa mati, mengertilah. Ini ketakutanku, aku hanya takut sayang.” Sela Rius mengusap air yang mengalir dari mata Ruby. “Aku bisa saja percaya pada Max dan Dominick. Tapi aku tidak yakin kau tidak akan merasa takut jika suatu hari nanti mereka datang. Ya, kau benar Max dan Dominick bisa menjagamu selagi aku tidak ada. Tapi siapa yang akan menenangkanmu disaat kau merasa takut?” “Aku tidak takut, a-aku ke-kemarin ha-hany—” “Aku bisa melihat ketakutanmu. Dan aku, aku tidak bisa melihat kau ketakutan seperti itu.” Potong Rius sesekali mencium punggung tangan Ruby. “Rius, itu wajar kan? Aku dan Ibu baru bertemu lagi. Dan aku terkejut saat itu. Aku tidak takut, percayalah Rius.” Ruby menatap Rius dalam, air matanya terus berjatuhan hingga mengenai punggung tangan Rius. “Jadi ketakutan sampai gemetar itu wajar? Heum?!” “Wa-wajar!” Rius berdiri namun tidak melepaskan genggaman tangannya. "Besok kita kembali ke Mansion. Tapi untuk Nikenn25 | 169beberapa hari ke depan aku harus mulai meeting dengan Benicno untuk menginfestasikan—" “Rius.” Isak Ruby melepaskan genggaman tangan Rius. “Kau bilang apapun untukku, tapi kenapa kau tidak mau berjanji padaku.” Rius menahan tawanya seraya menyeka air mata Ruby dengan ibu jarinya. Sepertinya Ruby tidak begitu fokus mendengar ucapannya. “Hei, kenapa menangis?” Tanya Rius. “Aku tidak mengatakan aku tidak mau berjanji. Semalam aku sudah memikirkannya dan aku juga sudah mengambil keputusan kalau aku tidak akan pernah berhenti dari pekerjaanku.” Tambahnya. Ruby terdiam berhenti terisak, pupil matanya membesar. “Kau tidak berbohong kan?” “Tidak, aku sudah bilang Anything for you. Aku tidak akan pernah bisa membuat sedih orang yang paling sangat aku cintai.” Rius tersenyum lebar. “La-lalu tadi?” “Benicno, dia temanku. Semalam aku menelfonnya, dan ya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.” “A-apa?” “Urusan pria sayang.” Rius menarik Ruby ke dalam dekapannya. “Jangan marah lagi ya? Jangan mendiamkan aku lagi, kau tahu? Rasanya seperti ada yang hilang dariku.” “Kau menyebalkan.” Ruby membalas dekapan Rius. Sejujurnya ia juga tidak bisa mendiamkan Rius lama-lama. “Urusan pria? Tapi kau bukan berencana untuk berhenti dari pekerjaanmu secara diam-diam kan?” Protective's Pilot | 170Rius terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku lebih baik tidak berhenti dari pekerjaanku, dari pada aku harus berhenti tapi kehilangan kecerewatanmu.” “Aaaa!” Ruby mengurai dekapan Rius, mengadah menatap Pria yang mendekapnya. “Berarti selama ini aku cerewet?” Rius terdiam, mengerutkan keningnya seperti orang yang sedang berpikir. "Heum, sedikit!" ucapnya terkekeh pelan. “Ish!” Cibir Ruby kembali mempererat dekapan Rius. Rius tersenyum seraya menghela napas lega, karena pada akhirnya Ruby bisa kembali tertawa. Ya, inilah hasil keputusan Rius setelah memikirkan keputusannya hampir menjelang pagi. Keputusan untuk tidak berhenti menjadi pilot, ia sangat beruntung bisa memiliki Ruby saat ini, karena bagaimanapun keputusan yang Rius ambil ini semua karena Ruby. Gadisnya itu meminta Rius untuk mengingat perjuangannya mencapai kesuksesan seperti sekarang. Belum lagi Rius juga mengingat perjuangan Keenan yang mati- matian mewujudkan cita-cita Rius menjadi nyata. Dan karena itu, Rius berubah keputusannya. Mungkin setelah ini Rius harus lebih memikirkan keamanan untuk Ruby. Karena bagaimanapun selagi kedua orang jahat itu masih berkeliaran Rius takkan pernah tenang. Rius menumpukan dagunya pada bahu Ruby, sesekali mengecupnya dengan lembut. Kedua mata Rius terpejam menikmati harum Vanilla yang berasal dari tubuh Ruby. “Besok kita kembali ke mansion ya, seharusnya sekarang tapi Daddy meminta kita untuk tidak pulang dulu.” Ucap Rius seraya membuka matanya, ia melepaskan dekapannya pada Ruby. Nikenn2s | 171“Kenapa?” Sahut Ruby kebingungan. “Sekarang malam minggu, biasanya Daddy membuat acara barbeque.” Balas Rius sambil merapikan rambut Ruby yang sedikit berantakan karena terkena angin. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya sambil bergumam pelan meng-iyakan. “Rius, itu anjing siapa?” Pekik Ruby menunjuk seekor anjing berwarna hitam dan putih. “Jtu punyaku.” Rius menyahut dengan rasa gemas pada kekasihnya itu. Bagaimana tidak, gadisnya memekik sambil melebarkan kedua pupil matanya. Ruby mengerjapkan matanya, menoleh ke arah Rius. Ia menyengir lebar. “Hehe, tolong ambilkan. Aku takut.” Rius terkekeh mengacak rambut Ruby pelan. Lalu ia pun berjalan mengambil anjing miliknya yang kebetulan sedang dilepas di sekitar taman saja. “Kau mau menggendongnya?” Tanya Rius begitu sudah membawa anjing miliknya pada Ruby. “Tidak mau, aku takut. Anjingmu mirip serigala.” Jawab Ruby cengengesan. Rius terkekeh. "Dia tidak akan memakanmu, sayang!" timpal Rius kembali menurunkan anjingnya. “Aaaal!!! Pekik Ruby naik ke atas kursi. “Rius, dia menggonggong.” Tambahnya lalu meloncat punggung Rius. Rius tertawa menahan bokong Ruby dan menaikannya. “Dasar modus, bilang saja ingin aku gendong.” Ruby tertawa terbahak, mengalungkan tangannya di leher Rius. Lalu dengan jahil Ruby mengunyel-unyel wajah Rius. Protective's Pilot | 172Sedangkan Rius yang dijahili oleh Ruby hanya mendengus kesal karena selain mengunyel wajahnya, Ruby juga membuat tataan rambutnya menjadi rusak. Ruby turun dari gendongan Rius, berlari menjauhi Pria itu sesekali menoleh ke belakang sambil menjulurkan lidahnya meledek. Ini kali pertamanya Ruby melihat wajah kesal Rius, karena biasanya selalu Ruby yang dibuat kesal. Rius menatap Ruby yang berlari, ia menggigit bibirnya merasa gemas pada tingkah laku kekasihnya. Bukan apa-apa melihat Ruby yang berlari seperti itu malah seperti melihat seorang anak kecil yang kabur dari kejaran orangtuanya. Rius melangkahkan kakinya menyusul Ruby ke dalam Mansion. Setibanya di dalam Rius langsung mendapati Ruby yang sedang membantu Keshila di dapur, kedua wanita itu tampak sedang mengobrol bahkan sesekali terdengar tawa renyah Ruby. Melihat penampakkan itu membuat hati Rius menghangat. Enggan mengganggu Rius lebih memilih untuk ke kamarnya di lantai atas. Sesampainya di atas Rius berjalan ke arah nakas membuka laci lalu mengambil rokok elektriknya. Setelahnya Rius ke balkon melihat ke arah taman sambil memperhatikan orang-orang yang sedang sibuk menyiapkan panggangan untuk barbeque nanti malam. Rius menghisap rokoknya lalu mengembuskan asapnya ke udara. Ia tersenyum saat tiba-tiba saja melihat Ruby yang datang bersama Keshila. Rius menegakkan tubuhnya, tanpa menunggu lama lagi Rius berlari melempar rokoknya sembarang dan kemudian beranjak dari kamar menuju lantai bawah. Kedua tangan Rius terkepal, rahangnya mengeras menandakan kalau saat ini Nikenn2s | 173dirinya sedang menahan amarah. Bagaimana tidak tadi saat sedang asik memperhatikan Ruby, tiba-tiba saja Lechia datang dan menyenggol Ruby hingga jatuh. Bukan ketidak sengajaan, melainkan kesengajaan yang dilakukan oleh Lechia. Dan Rius melihat itu dengan jelas. Rius melihat Keshila membawa Ruby ke sofa dan mendudukkannya di sana. Yang semakin membuat Rius marah adalah luka di kening gadisnya. Itu berarti kening Ruby sempat terbentur sesuatu. “Sebentar, Tante ambil obat dulu.” Ujar Keshila berlari untuk mengambil obat. Rius menghampiri Ruby, mendudukkan tubuhnya tepat di sebelah gadisnya. “Coba aku lihat.” Ucap Rius mengadahkan kepala Ruby, menatap marah luka di kening gadisnya. “Rius—” “Kita ke rumah sakit ya?” Sela Rius mengusap lembut pipi Ruby. “Tidak perlu, aku tidak apa-apa!” Ruby tersenyum, meraih tangan Rius dari pipinya. “Lukamu dalam, terbentur apa tadi?” “Pinggir panggangan!” Rius menggertakkan giginya menahan amarah yang memuncak, kedua mata Rius mengkilat saat melihat Lechia berjalan mendekat pada Ruby. “Ruby, maaf aku-” “Jangan mendekat pada Ruby.” Sela Rius melotot tajam pada Lechia. “Aku peringatkan padamu untuk menjauhi Ruby mulai sekarang.” Tambahnya. “Rius kenapa?” Ruby menatap Rius kebingungan. Protective's Pilot | 174“Kau tanya kenapa? Dia sudah mendorongmu dengan sengaja.” Rius menggeram karena hampir saja berteriak. “Lechia tidak sengaja, dia tadi—” Rius mengusap wajahnya kasar, menatap Ruby dengan kesal sekaligus marah. “Aku di atas, dan aku melihat dengan jelas kalau dia~”’ Jeda Rius menunjuk Lechia. “Dia mendorongmu dengan sengaja.” Sambungnya. “Rius dengar kekasihku tidak sengaja mendorong Ruby.” Ucap Athava yang tiba-tiba saja datang. Ia tersenyum menatap Ruby. “Ruby, kau baik-baik saja? Apa perlu kita ke dokter?” Ruby menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, kak Athava.” “Tidak sengaja?” Ulang Rius tersenyum sinis. “Ya, ya. Tidak sengaja.” Tambahnya seraya menarik tangan Ruby dan membawanya ke lantai atas. Mengabaikan ocehan Keshila yang mengomel karena Rius telah membawa Ruby pergi. Ruby menghela napas pasrah saat tangannya ditarik oleh Rius. Ia tersenyum kecil menyentuh tangan Rius yang menarik tangannya, mengusap tangan Pria itu dengan sangat lembut. “Rius, pelan-pelan.” Rajuk Ruby. “Duduk di sana, aku ambil obat dulu!” Rius beranjak melangkah ke arah lemari lalu mengambil kotak kecil berwarna putih. “Kau tidak seharusnya marah pada Lechia, dia tadi tidak sengaja. Lagipula tadi dia~” Ucapan Ruby terhenti ketika mendapati tatapan tajam dari Rius. “Maaf, iya aku diam. Tapi jangan menatapku begitu.” Tambahnya. Nikenn25 | 175Rius menghela napas kasar. Melembutkan tatapannya dan mulai mengobati luka Ruby, sebelum itu Rius sempat membersihkan darah yang sudah terlanjur kering. Dengan penuh kelembutan Rius mengobati luka di kening Ruby. “Auuh, perih!” Ruby meringis menahan tangan Rius. “Pelan-pelan, Rius.” “Ttu aku sudah pelan sayang.” Rius mengecup kening bagian luka. “Cepat sembuh, My love.” Tambahnya tersenyum. “Lukanya akan sembuh, kalau kau tersenyum—” Jeda Ruby tersenyum seraya menarik kedua sudut bibir Rius dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. “Yap, seperti itu.” Tambahnya. Rius tersenyum menaruh kotak putih di atas nakas, dan duduk di sebelah Ruby. Lalu tanpa diduga oleh Rius, Ruby dia berdiri dan berpindah duduk di pangkuannya. Ruby menyandarkan kepalanya di dada bidang Rius, sambil bermanja Ruby memainkan jari-jarinya di dada Rius membentuk hati yang absurd. “Sedang apa?” Rius mengecup kening Ruby lama. “Menggambar hatiku di dadamu, agar kau selalu mencintaiku.” Ruby mengadahkan kepalanya seraya menyengir polos. Rius tertawa renyah bukan karena jawaban Ruby tapi karena cengiran polosnya yang membuat Rius tertawa. Saking gemasnya Rius sampai mencapit hidung Ruby hingga merah. Lagi, Rius tertawa kali ini begitu lepas saat Ruby menggosok hidungnya yang merah dengan bibir yang maju beberapa centi ke depan. Protective's Pilot | 176Mereka lalu tertawa lepas, sangat lepas sampai-sampai sudut mata mereka mengeluarkan air. Hanya dengan hal yang sederhana mereka bisa sebahagia ini. Memang benar, bahagia itu tidak harus yang gimana-gimana cukup seperti ini tapi bisa membuat mereka tertawa lepas. Nikenn25 | 177PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 24: Malam harinya mansion Keenan sudah mulai ramai oleh teman-teman Athava dan kolega dari Keenan sendiri. Tidak begitu banyak hanya ada beberapa yang diundang olehnya hanya untuk sekedar bersenang-senang. Tidak hanya teman Athava dan Keenan, teman Rius pun ikut hadir. Ya, siapa lagi kalau bukan Benicno. Karena hanya Benicno yang dekat dengan keluarga Rius. Benicno berjalan sambil membawa piring kecil yang! berisikan cake, ini yang disukai oleh Benicno saat hadir ke acara di rumah Keenan selain untuk happy-happy di sini juga bisa makan sepuasnya dengan gratis. Apalagi Benicno sangat suka makan gratisan. Sambil berjalan Benicno mencari keberadaan Rius. Sejak pertama datang ia belum sama sekali melihat keberadaan Pria itu, tadi Benicno sempat bertanya pada Athava dan dijawab kalau Rius masih ada di kamarnya. Semenjak di Club itu Benicno dan Rius belum pernah bertemu lagi. Ya, karena keduanya mempunyai kesibukan masing-masing. Ngomong- ngomong Benicno datang ke sini atas undangan Keenan sendiri. Sedangkan Rius, dia hanya menelfon untuk urusan bisnis saja semalam itu pun menelfon di tengah malam. Memang terkadang Pria itu kalau menelfon di waktu yang tidak tepat. Benicno menaruh piring kecil yang sedari tadi ia bawa- bawa di meja, setelahnya Benicno berinisiatif untuk menyusul Rius ke atas. Bisa jadi Pria itu masih tidur atau justru hanya mengurung diri. Protective's Pilot | 178Benicno membuka pintu kamar Rius, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wanita cantik sedang berdiri sambil mengerjap-ngerjapkannya matanya. “AAAA! KAU SIAPA?” Teriak Ruby melototkan matanya. “Aku?” Ulang Benicno menunjuk dirinya _ sendiri. “Seharusnya aku yang bertanya, kau siapa? Kenapa ada di kamar Rius?” “By, kenapa berte-” Ucapan Rius terhenti saat melihat Benicno, tatapan kekhawatiran yang semula terlihat berubah menjadi tatapan datar. “Sedang apa kau di sini?” Lanjut Rius tajam. “Seharusnya aku yang bertanya bodoh, dia siapa? Kenapa kalian ada di satu kamar? Jangan-jangan—” “APA?” Sela Rius menyentak, kedua matanya menajam. Tanpa disadari oleh Rius kalau Ruby yang awalnya terkejut akan kedatangan Benicno, malah semakin dibuat terkejut lagi oleh sentakan Rius. “Rius!!!” Rengek Ruby menghentakkan kakinya karena terkejut. Rius menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Maaf sayang.” Ujar Rius mendekat pada Ruby, mencium kening gadisnya sekilas. “WHAT THE HELL?” Teriak Benicno kebingungan. “Ada apa ini? Sayang? Apa aku salah dengar?” Tambahnya. “Berisik!” Ketus Rius sinis. “Sialan!” Cibir Benicno seraya menutup pintu kamar Rius. Ia melangkah masuk dan duduk di sofa. “Jadi pak Pilot, bisa jelaskan padaku? Tentang wanita cantik di kamarmu? Panggilan sayang dan—” Jeda Benicno menatap Rius dan Nikenn2s | 179Ruby bergantian. “Ada hubungan apa kalian berdua?” Sambungnya. Rius menatap Benicno tajam, secara tidak langsung sahabatnya yang kini duduk santai di sofa memuji kecantikan kekasihnya, Ruby. Memuji secara terang-terangan didepannya. Apa-apaan itu tadi heh? Dia memuji kekasihku, sialan. Umpat Rius dalam hati. “Dan apa yang kalian abis lakukan?” Tambah Benicno menatap Rius mengintimidasi. “Apa?” Ruby melotot pada Benicno. Sejujurnya ia merasa gugup ditatap secara intens seperti itu oleh Benicno. “Apapun yang aku dan dia lakukan itu bukan urusanmu, Mr. Mcbroom.” Sinis Rius tajam. “Tentu saja urusanku, ini adalah hal yang membuatku terkejut. Seorang Athanarius Ryford, membawa seorang wanita ke kamar.” Benicno menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Padahal setiap kali aku menawarimu seorang wanita kau selalu bilang Sialan, aku memang suka minum. Tapi aku tidak sebrengsek dirimu yang meniduri banyak wanita. Lalu meninggalkannya setelah puas.” Tambah Benicno sambil menaik-turunkan kedua alisnya. “Lalu apa yang salah?” “Tentu saja salah, kau selalu menolak wanita yang aku tawarkan. Tapi ternyata di belakangku kau suka wanita muda.” “Dia kekasihku, kita tidak melakukan apa-apa.” Ucap Rius tegas. Melalui ekor matanya ia menatap Ruby, ucapan Benicno tadi bisa saja menjadi masalah untuk hubungannya. Apalagi jika Ruby sampai salah memahami ucapan Benicno. “Apa?” Pekik Benicno berdiri dari duduknya. “Kekasih? You seriously?” Protective's Pilot | 180“Heum!” “Sejak kapan? Kapan kalian dekat? Dan kapan kalian bertemu?” “Sudah lama!” “Sialan, jelaskan padaku, pak Pilot.” Geram Benicno penasaran. “Kenapa kau sangat ingin tahu, Heh?” Tanya Rius berkacak pinggang. Menatap Benicno dengan malas. “Tya, kenapa memangnya?” Tanya Benicno balik. Rius berbalik menarik tangan Ruby dan mengajaknya untuk turun ke bawah, meninggalkan Benicno tanpa sepatah katapun. Ia enggan menjawab pertanyaan dari Benicno, karena sekalinya bertanya maka Benicno akan terus bertanya ini dan itu. Sedangkan Benicno yang ditinggalkan sendiri hanya mendengus kesal. Menggerutu karena rasa penasarannya belum terjawab oleh Rius, dan itu membuat Benicno merasa gatal ingin menggaruk wajah tampan Rius. Pria itu sekalinya bertemu malah membuatnya kesal dan sialnya membuat Benicno penasaran akan hubungan Rius dan wanita yang belum diketahui sama sekali namanya. “Rius sialan!” Gerutu Benicno kemudian menyusul Rius ke bawah. Di tempat lain Rius membawa Ruby keluar belakang mansion. Membawanya ke salah satu tempat yang biasa Rius tempati jika ingin sendiri. Tempat ini hanya Rius yang sering datangi, selain menenangkan tempat ini juga sepi. Tempat yang disukai Rius ini bisa dikatakan rumah kecil yang dibuat oleh dirinya dan Athava saat masih sekolah pelajar dulu. “Kenapa ke sini?” Tanya Ruby kebingungan. Nikenn2s | 181“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, karena itu aku mengajakmu ke sini.” Jawab Rius meraih tangan Ruby yang satunya. “Mau bicara apa?” Ruby menatap Rius dengan kening yang mengkerut bingung. “Soal yang tadi itu tidak benar. Ya, aku akui aku memang suka minum-minum, tapi itu dulu sebelum aku bertemu lagi denganmu. Dan soal wanita, ya Benicno memang pernah menawariku seorang wanita untuk aku tiduri tapi aku menolak. Mungkin aku orang yang suka minum tapi sumpah aku tidak pernah meniduri siapapun. Aku—” Ucapan Rius terhenti saat Ruby melepaskan tangannya dari genggaman Rius. Jantung Rius berdetak tidak karuan, ia takut. Takut jika Ruby marah dan akhirnya meninggalkan Rius. Ruby tersenyum menangkup wajah Rius lalu berjinjit. Mengulum bibir bawah kekasihnya dengan lembut. “Aku percaya sayang, ucapan kau dan temanmu tadi sudah cukup jelas untukku. Kau menolaknya, lalu apa yang salah?” Tanya Ruby ketika sudah menjauhkan bibirnya dari bibir Rius. Namun, kedua tangan Ruby masih setia berada di leher Rius. Mengusapnya dengan lembut seolah tahu dengan apa yang dipikirkan oleh Rius. “Aku takut kau salah paham.” Jawab Rius menunduk. “Rius, lihat aku. Tatap mataku.” Pinta Ruby terdengar sangat tulus. Rius mendongak, mengikuti ucapan Ruby untuk melihat dan menatap manik mata gadisnya. “Apa aku terlihat marah? Apa aku terlihat salah paham?” Ruby tersenyum. “Kalau aku marah, kalau aku salah paham. Pasti saat ini aku sudah pergi dari hadapanmu, tapi lihat? Aku Protective's Pilot | 182masih bersamamu, aku tidak pergi karena aku percaya. Aku paham, sangat paham. Jadi aku mohon jangan takut kalau aku akan salah paham.” Tambahnya. Rius mengangguk kecil, ia tersenyum seraya mengecup bibir Ruby. Tangan Rius berada di belakang tengkuk leher Ruby menahan tubuh gadisnya agar lebih dekat. "Terima kasih, aku mencintaimu." Bisik Rius kembali mengecup bibir Ruby. “Aku lebih mencintaimu.” Balas Ruby kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rius. “Ayo kita keluar, acara pasti sudah dimulai.” Ajak Rius mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari Ruby. Ruby memanggut-manggutkan kepalanya antusias. Mereka pun keluar dari tempat itu dengan senyum yang terbit dari bibir keduanya. Tanpa mereka berdua sadari kalau sebenarnya ada yang bersembunyi. Menguping pembicaraan Rius dan Ruby, kedua tangan orang itu tampak mengepal. Tatapan matanya pun begitu tidak suka pada Ruby. Aku akan menyingkirkanmu, sesegera mungkin. Batin orang itu terlihat marah. oe Rius mengambilkan makanan dan minuman untuk Ruby. Ta melarang gadisnya untuk ke taman di mana acara diadakan. Hal itu Rius lakukan karena tidak ingin ada pria lagi yang mencoba untuk curi-curi pandang pada Ruby. Apalagi ada beberapa kolega dari Keenan yang mengajak putra dan putri mereka. Saat sedang mengambil berbagai makanan Rius dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita, ia terdiam melirik tangannya yang disentuh oleh wanita itu. Nikenn25 | 183“Hai Rius, perkenalkan namaku—” “Menyingkirlah!” Sela Rius sinis. “Kenapa? Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Selama ini aku hanya mengenal dirimu dari cerita Mr. Keenan, saja.” Ucap Wanita itu tersenyum. “Oh ya, namaku adalah Berlian. Kau tahu? Kedua orangtua kita saling bekerja sama. Mungkin, Heum. Ya kita bisa berteman? Atau bisa lebih dari itu? Bagaimana?” Tambahnya. “Sudah?” Rius menatap datar wanita bernama Berlian itu. Berlian menganggukkan kepalanya seraya tersenyum dengan sangat manis. “Baiklah, silahkan singkirkan tanganmu dari tanganku.” Sambung Rius sangat ketus. Mata Rius mengkilat menahan amarah, lalu tanpa diduga Rius menghempaskan tangan Berlian secara kasar. Setelahnya Rius beranjak pergi meninggalkan Berlian dengan wajah terkejutnya. Rius menghela napas kasar, tatapan matanya berubah lembut saat melihat Ruby yang sedang duduk di tempat yang Rius perintahkan. “Rius?” Pekik Ruby menyengir. “Lama deh!” Tambahnya cemberut. Rius terkekeh. Mengacak puncak kepala Ruby, “Maaf ya! Tadi aku mengobrol dulu sebentar.” “Oooh!” Ruby membulatkan mulutnya menjadi huruf 'O'" sambil mengangguk-angguk kecil. “Makanlah.” Rius mengulurkan makanan yang diambil olehnya pada Ruby. “Hanya satu?” Tanya Ruby menatap Rius bingung. Protective's Pilot | 184“Tya, ayo makanlah. Setelah itu kita istirahat!” Jawab Rius menarik kursi ke hadapan Ruby. Lalu ia pun duduk di kursi itu. “Untukmu mana?” Tanya Ruby kembali. “Kenapa hanya untukku saja?” “Aku tidak lapar, sayang.” Ruby mengerucutkan bibirnya ke depan. “Ya sudah, aku juga tidak lapar!” “Sayang—” “Aku tidak mau masa aku makan kau hanya di—pppfftt” Ruby melototkan matanya saat tiba-tiba saja Rius menyuapkan daging ke dalam mulutnya. Rius mengambil alih piring dari pangkuan Ruby. “Aku tidak lapar, melihatmu makan saja sudah membuat aku kenyang.” Kata Rius kembali menyuapkan makanan pada Ruby. “Anak pintar, kalau tidak begini kau pasti akan terus bicara. Uh, pacarku yang cerewet.” Tambahnya menjulurkan lidahnya. Ruby mengembungkan pipinya, melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Rius dengan kesal, “Gantian sekarang giliranmu.” “Tidak.” Rius menarik piring yang hendak diambil Ruby. “Aku tidak lapar.” “DUNIA MILIK BERDUA, OH YEAH!” Teriak Benicno tiba-tiba saja menarik kursi dan duduk di dekat Rius. “Kau belum menjelaskan semuanya padaku, sekarang kau tidak bisa pergi ke mana pun.” “Kenapa kau selalu mengganggu, heh?” Rius menyahut dengan kesal. Nikenn2s | 185“Kau sudah membuatku penasaran, setelah dari Club kita belum bertemu lagi. Dan sekarang pas kita bertemu aku malah mendapati dirimu yang satu kamar dengan wanita cantik.” “Wanita yang kau bilang cantik itu adalah Kekasihku, mau mati muda kau heh?” Ujar Rius menekan kata kekasih. “Aku hanya bilang cantik saja, memang salah?” Tanya Benicno kesal. “Tentu saja salah, kau mengatakan dia cantik di depanku. Kekasihnya!” Jawab Rius tegas. “Oh oke, Sorry kalau begitu.” Balas Benicno menyengir. “Tapi, mau bagaimana lagi? Kekasihmu memang cantik.” Tambahnya menatap Ruby. “Ada dua pilihan Mr. Mcbroom, mata yang aku tusuk dengan garpu? Atau pisau ini yang menusuk perutmu?” Rius memainkan garpu dan pisau menunjukkannya pada Benicno. “Rius, aku bercanda sialan!” Benicno menelan salivanya dengan susah payah. “Rius jangan begitu, lagi pula memang kenyataan kan kalau kau memiliki kekasih cantik sepertiku?” Tanya Ruby menaik-turunkan alisnya. “Dan lagi, sahabatmu adalah Pria pertama yang mengatakan kalau aku cantik.” “Jadi Rius tidak pernah bilang kau cantik.” Benicno menatap Ruby dengan binar dimatanya. Rius mendecih melempar piring ke atas meja. Lalu tanpa sepatah katapun dirinya beranjak pergi meninggalkan Ruby dan Benicno. Moodnya dibuat hancur malam ini, apalagi melihat kesenangan pada Ruby atas pujian Benicno. Ya, memang Rius tidak pernah memuji Ruby akan tetapi bukan berarti Rius tidak mengakui kecantikan Ruby. Hatinya panas melihat binar mata Ruby, cemburu? Ya mungkin memang Protective's Pilot | 186benar ia cemburu. Tapi itu tidak ada masalahnya bukan? Toh, Rius cemburu pada kekasihnya sendiri. Ruby mengerucutkan bibirnya, menatap punggung Rius yang pergi. Ia berdiri berlari menyusul Rius yang sepertinya sangat marah. Padahal kan tadi Ruby hanya bercanda saja. Dan tidak bermaksud untuk membuat Pria itu marah. Lagi Benicno tadi hanya menguji Ruby saja, tidak melakukan hal yang berlebihan. Sebagai wanita dipuji seperti itu membuat Ruby senang-senang saja. Ia juga tidak bermaksud mempermasalahkan Rius yang tidak pernah memujinya cantik. Nikenn2 | 187PROTECTIVE'S PILOT {| Bagian 25. Keesokan harinya Ruby baru saja keluar dari kamar mandi. Dia sudah selesai mandi dan sudah berpakaian rapi siap untuk meninggalkan Mansion Keenan. Seperti yang Rius katakan kalau hari ini mereka akan kembali ke Mansion Rius. Ruby terdiam berdiri di ambang pintu kamar mandi sambil menatap Rius yang ternyata sudah bangun dari tidurnya. Saat ini pria itu sedang terdiam duduk di kasur, rambut Rius tampak berantakan. Namun tetap terlihat tampan! Rius diam menutup hidungnya dengan tangan kanannyz. Memperhatikan Ruby yang hanya diam saja. Semalam ia tidur duluan karena kesal di hatinya, padahal niat Rius semalam hanya untuk berpura-pura tidur saja. Tapi tidak tahu kenapa ia malah tidur beneran. “Su-sudah ba-bangun?” Tanya Ruby kikuk. “Heum!” Gumam Rius pelan. Ruby bungkam. Menatap Rius dengan mata yang berkaca-kaca, “Rius soal semalam... Itu aku hanya bercanda saja. Aku tidak bermaksud membuatmu marah.” Ucap Ruby menunduk menatap jari-jari kakinya. Rius beranjak dari kasur. Berjalan menghampiri Ruby Jalu membawa tubuh mungil gadisnya ke dalam pelukannya. “Aku tidak marah, aku hanya... Heum, cemburu!” Sahut Rius pelan. “Kau cemburu?” Tanya Ruby serak karena menahan tangis. Protective's Pilot | 188“Tentu saja aku cemburu, memangnya pria mana yang tidak cemburu saat kekasihnya dipuji oleh pria lain.” Jawab Rius semakin erat memeluk Ruby. “Tapi kan dia sahabatmu!” Balas Ruby mengadahkan kepalanya, menatap Rius. “Tya, dia memang sahabatku. Tapi bagaimanapun dia itu seorang Pria.” Timpal Rius. “Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi. Aku sedang tidak ingin membahasnya!” “Baiklah, kau mau memaafkanku kan?” Rius mengemyit, menunduk menatap Ruby yang mengadah. “Aku tidak marah. Tidak akan pernah bisa marah padamu.” “Bohong!” Ruby mengembungkan pipinya. “Buktinya semalam kau mendiamkan aku, kau juga meninggalkan aku di bawah.” “Jadi sayang sekarang kau tahu bukan? Didiamkan oleh orang yang sangat kita cintai itu sangatlah tidak enak? Begitupun aku, itulah yang aku rasakan saat kau mendiamkan aku.” Rius tersenyum mencubit pipi Ruby yang mengembung. “Tni bukan balasan untukmu. Tapi apa yang aku lakukan semalam memang murni karena aku cemburu, aku juga tidak mendiamkanmu. Sebenarnya aku hanya ingin lihat kau akan membujukku atau tidak, tapi ternyata aku malah ketiduran.” Tambahnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Dasar-” Ruby memukul dada telanjang Rius pelan. “Pantas saja semalam aku bicara padamu tapi kau hanya diam. Aku takut kau marah.” Rius terkekeh menahan tangan Ruby yang terus memukuli dadanya. “Maaf, maafkan aku.” Kata Rius mengecup punggung tangan Ruby. Nikenn25 | 189“Kau tidur? Tapi bisa memelukku ya?” Tanya Ruby menyindir. “Ttu sudah menjadi kebiasaanku sejak _bertemu denganmu." Jawab Rius melepaskan pelukannya, lalu mencium bibir Ruby sekilas. “Aku mandi dulu, nanti kita langsung pulang.” Tambahnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Ruby tersenyum berjalan ke arah meja rias untuk menyisirkan rambutnya. Hatinya lega karena Rius tidak marah padanya mengenai semalam. Mungkin itu hal terakhir yang akan Ruby lakukan, ia tidak ingin Rius marah ataupun mendiamkannya lagi. Rius benar, didiamkan oleh orang yang dicintai memang sangat tidak enak. Seperti ada bebatuan yang menghimpit bagian hati, begitu sesak. Tak selang berapa lama Rius keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Membiarkan sang air berjatuhan dari rambut Rius yang basah. Ruby tersenyum menatap Rius melalui cermin. “Rius, itu pakaiannya sudah aku siapkan di atas tempat tidur.” Ucap Ruby. “Terima kasih, sayangku!” Sahut Rius tersenyum. Ia lalu memakai pakaian yang disiapkan oleh Ruby. Begitu selesai memakai baju Rius mendekat pada Ruby memeluk gadisnya dari belakang. “Sama-sama, sayang!” Ruby tersenyum seraya berdiri dari duduknya, membalikkan tubuhnya menghadap Rius. “Aku ke bawah duluan ya? Sekalian taruh koper di bagasi.” Tambahnya mengecup pipi Rius. “Nanti saja, kita turun sama-sama!” Protective's Pilot | 190“Kau mau merapikan rambut dulu kan? Nanti aku kembali lagi.” Rius mengangguk. “Ya sudah, tapi biarkan kopernya di sini. Nanti biar aku yang membawanya. Kau duluan saja, aku tak akan lama!” Ruby tersenyum mengangguk kecil kemudian berjalan keluar kamar. Ia akan menunggu di bawah selagi Rius merapikan rambutnya. Tak berapa lama Rius telah selesai menata rambutnya ia meraih koper dan segera membawanya ke bawah. Sesampainya di bawah Rius tersenyum melihat Ruby yang bermain dengan anjingnya. “Rius?” Panggil Ruby seraya berlari ke arah Rius. Ia tertawa saat anjing milik Rius mengikutinya sesekali bermanja dengan cara menjilati kaki Ruby. “Sudah sarapan?” Tanya Rius mengecup kening bagian luka Ruby. "Kenapa dibuka perbannya?" tambahnya. “Sengaja, tapi pakai hansaplast.” Ruby menyengir dengan lebar memperlihatkan giginya yang putih. “Sudah sarapan?” “Sudah, semalam!” Rius terkekeh menoyor kepala Ruby pelan. “Sarapan dan makan malam beda, sayang.” Ruby menyengir polos. “Rius, itu tadi Ruby Mommy suruh sarapan tapi tidak mau.” Ujar Keshila tiba-tiba sambil membawa sesuatu. “Jadi Mommy bekali, atau kalian mau sarapan?” “Tidak usah, kita langsung pulang. Habis ini ada yang harus aku kerjakan.” Rius berjalan menghampiri Keshila, Nikenn25 | 191mencium kening wanita itu sekilas. “Kenapa meja makan sepi? Daddy dan Athava ke mana?” “Mereka belum bangun, semalam acara selesai pagi.” Keshila tersenyum. “Kalian berdua benar tidak mau sarapan dulu?” “Tidak Mom.” Rius kembali mencium kening Keshila. “Aku dan Ruby pulang dulu. Mommy ke kamar saja, istirahat jangan sampai tidak ya. Aku tidak mau Mommy kenapa-napa.” “Tya Rius! Nanti Mommy akan istirahat.” Keshila tersenyum memberikan bekal pada Rius. “Makanlah di mobil nanti ya, jaga kesehatanmu.” “Mommy juga!” Rius tersenyum memeluk Keshila. “I love you, Mom.” “T love you more, son!” Keshila menatap Ruby sambil melepaskan pelukan Rius. “Ruby, jangan cemburu ya.” Tambahnya diiringi tawa. Sebenarnya ia bermaksud menyindir Rius, semalam Benicno bercerita padanya dan mengatakan kalau Rius menghilang dari acara karena cemburu. Ruby mengangguk disertai tawa. Matanya melirik Rius yang tampaknya tidak sadar bahwa sedang disindir oleh Keshila. “Kekasihku tidak akan cemburu Mom.” “Mommy tahu, mana mungkinkan dia cemburu pada Ibu kekasihnya? Kau pun begitu kenapa cemburu pada Ben?” Rius mendatarkan wajahnya, mendengar nama Benicno membuat Rius teringat akan kejadian semalam yang membuatnya tertidur. “Sudahlah, aku dan Ruby pulang dulu. Bilang maafku pada Daddy, maaf karena pulang tanpa Protective's Pilot | 192menunggu Daddy bangun lebih dulu.” Kata Rius mengecup pipi Keshila. “Ya sudah, hati-hati di jalan. Nanti Mommy sampaikan pada Daddy!” Ujar Keshila. “Thanks Mom!” Rius tersenyum lalu meraih tangan Ruby sambil menyeret kopernya keluar Mansion. Diikuti oleh Keshila di belakangnya. Wanita itu tersenyum menatap genggaman tangan anaknya pada seorang gadis. Sebagai Ibu Keshila tidak pernah melarang kedua putranya untuk memiliki kekasih, asal mereka tidak memilih dalam mencari pasangan. Dan mau menerima masing-masing kekurangan sang pasangan. Dan yang terpenting kelakuan mereka yang bisa menjaga batasan, ia juga tidak melarang jika kedua putranya ingin tidur atau tinggal dalam satu rumah dengan sang kekasih. Asal mereka bisa menjaga diri dan tidak merusak masa depan. Karena tentunya kita tidak akan pernah tahu kedepannya akan seperti apa. Tapi selama ini kedua putranya bisa mendengar apa yang dulu pernah Keshila katakan sewaktu Keshila dan Keenan memberikan izin untuk Athava dan Rius menjalin kasih dengan seseorang yang mereka cintai. Keshila tersenyum memandang Rius dan Ruby. Ia selalu berdoa untuk kebahagiaan kedua putranya, dan selalu berdoa untuk kesehatan keluarganya agar kelak ia dan Keenan bisa mendampingi Athava dan Rius ke jenjang pernikahan. Rius memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Setelahnya ia menutup pintunya dan berbalik, bersamaan dengan itu sebuah mobil melaju kencang ke arah Ruby. "RUBY AWAS!!" teriak Rius berlari sekencang mungkin ke arah Ruby, menarik tubuh mungil gadisnya dan mendekapnya Nikenn25 | 193dengan erat, melindungi kepala Ruby dengan kedua tangan kekarnya. Tubuh keduanya terguling di aspal hingga terhenti saat kepala Rius terbentur pinggir jalan. Keshila yang melihat refleks berteriak kencang. Tubuh Keshila terasa lemas tidak kuasa melihat kejadian di depan matanya. Teriakan Keshila dan Rius membuat penjaga di Mansion terkejut. Tidak hanya itu Keenan yang pada saat itu baru bangun dari tidurnya pun turut dikejutkan oleh suara teriakan istri dan anaknya. Ia berlari dari kamar menuju asal suara tidak dengan pandangan yang kabur karena bangun tidur. Rius terengah. Jantungnya berdetak tidak karuan, apa yang barusan terjadi masih membuat Rius shock. Apalagi kejadiannya begitu tiba-tiba. “By, are you okay?” Tanya Rius menangkup wajah Ruby yang ada di atas tubuhnya. Ruby mengangguk kecil, tubuhnya masih gemetar karena terkejut. “Apa ada yang luka? Atau ada yang sakit? Katakan padaku, sayang?” Tanya Rius kembali, wajahnya begitu khawatir menatap Ruby. Ruby mengerjap-ngerjapkannya matanya. Ia beranjak dari tubuh Rius dan terdiam duduk di aspal dengan mulut yang terkatup rapat. “Tuan, anda tidak apa-apa?” Tanya salah satu penjaga mencoba membantu Rius untuk berdiri. Ada luka di kening dan sekitaran tangan Rius. “DIAM!” Teriak Rius menepis tangan penjaga itu. “Cari CCTV aku mau rekamannya.” “Tapi Tuan, anda ter—” Protective's Pilot | 194“Aku bilang cari CCTV dan segera bawa rekamannya padaku.” Sela Rius menggeram. “Ba-baik Tuan!” Penjaga itu berlari menjalankan perintah yang diinginkan Rius. Wajah penjaga itu terlihat ketakutan. Rius menarik tubuh Ruby ke dalam dekapannya. “Baby, katakan sesuatu.” Lirih Rius. “Ri-Rius.” Ruby memejamkan matanya, ia tidak kuat menahan pusing di kepalanya. Sampai pada akhirnya semua terasa gelap di mata Ruby. Rius terdiam seraya merenggangkan dekapannya menatap Ruby yang terpejam. “By, Hei bangun sayang?” Bisik Rius panik, ia menepuk-nepuk pelan pipi Ruby. “Buka matamu, By. Sayang katakan sesuatu padaku.” Tambahnya. “Rius?” Keenan terengah-engah karena berlari, dirinya sudah membawa Keshila masuk ke dalam ditemani oleh Athava yang mencoba menenangkan Keshila. “Dad, tolong. Panggilkan dokter.” Rius membungkuk, mengangkat tubuh Ruby dan membawanya masuk ke dalam kamar. Mengabaikan rasa sakit pada keningnya yang sempat terbentur pinggir jalanan. Keenan terdiam melihat wajah Rius yang sangat khawatir. Ini kali pertama untuk Keenan melihat Rius yang sekhawatir itu pada seorang wanita. Dulu ia pernah melihat Rius yang khawatir pada Keshila karena pada saat itu dalam keadaan sakit, tapi dulu wajah Rius tidak sekhawatir sekarang ini. Nikenn2s | 195PROTECTIVE’S PILOT |] Bagian 26. Rius tersenyum tangannya masih setia menggenggam tangan Ruby. Sekarang Rius bisa bernapas lega karena Ruby sudah sadar dari pingsannya, bisa kembali melihat senyum yang menghiasai wajah cantik gadisnya. “Masih sakit tidak?” Tanya Ruby menyentuh tangan kekar Rius yang terdapat beberapa luka kecil. Lukanya sudah diobati oleh Keshila tadi, walau tadi Rius sempat menolak tapi Ruby dan Keshila berhasil memaksanya. “Sudah tidak, tapi tadi rasanya sangat sakit.” Jawab Rius. “Kau mau tahu kenapa?” Tambahnya. Ruby mengangguk kecil. “Mau, kenapa?” “Karena separuh cintaku sedang tidak sadarkan diri. Tapi karena kau sudah sadar, sakitnya jadi tidak terasa lagi.” “Dasar!” Ruby terkekeh pelan, kepalanya masih terasa pusing padahal tidak terbentur apapun. Ia menatap Rius dalam, sesekali melihat luka di kepala Rius. Luka itu ada karena dirinya, padahal seharusnya luka itu ada di kepala Ruby bukan di kepala Rius. “Kenapa menatapku, Heum?” Tanya Rius mengelus lembut pipi Ruby yang bulat. “Seharusnya luka itu ada di kepalaku, bukan di kepalamu." Jawab Ruby lirih. "Maafkan aku Rius, maaf karena—” “Bicara apa?” Rius menempelkan jarinya di depan bibir Ruby. “Aku lebih memilih aku yang terluka dari pada dirimu.” Protective's Pilot | 196“Tapi gara-garaku kau jadi terluka seperti ini, lihat tanganmu.” Ruby menyentuh luka di tangan Rius dengan hati- hati. “Apa!” Rius berdecak kecil. “Ini bukan apa-apa, dengar sayang. Aku tidak masalah dengan luka-luka di tanganku, aku akan masalah jika kau yang justru terluka. Karena sumpah demi Tuhan, aku tidak akan rela. Jadi stop, menyalahkan dirimu. Atau aku akan marah.” “Maaf jangan marah!” “Tergantung dirimu, jika kau masih saja membahasnya maka aku akan marah padamu.” “Tya maaf, aku tidak akan membahasnya lagi!?” Rius menarik Ruby ke dadanya mencium puncuk kepala Ruby lama. Ia bersumpah tidak pernah keberatan dengan luka di kepala dan lengannya. Bahkan jika lebih banyak lagi atau bahkan sampai merenggut nyawanya, Rius rela asalkan gadis dipelukannya kini tetap baik-baik saja, katakanlah Rius terlalu cinta. Ya, karena memang itu kenyataanya. Rius begitu mencintai Ruby sampai-sampai tidak rela jika gadisnya terluka sekalipun itu hanya goresan. “Apa kau sudah merasa lebih baik?” Tanya Rius menangkup wajah Ruby. Ruby menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, aku sudah merasa lebih baik!” Jawab Ruby cengengesan. Rius tersenyum mengecup bibir Ruby sekilas. “Kita pulang ya? Nanti malam aku ada urusan dengan Benicno.” Balas Rius seraya mengangkat tubuh Ruby ke dalam gendongannya. “Rius turunkan aku!” Rengek Ruby melingkarkan kakinya di pinggang Rius. Nikenn25 | 197“Biarkan begini, aku masih belum yakin dengan keadaanmu.” Ucap Rius membuka pintu kamar dan segera turun ke lantai bawah. Ruby mengembungkan pipinya menandakan kalau dirinya sedang kesal saat ini. Sebenarnya Ruby senang digendong seperti ini, tapi karena luka-luka di kepala dan Jengan Rius. Ruby jadi tidak tega dan karena itulah dirinya kesal. “Kalian akan pulang?” Tanya Keshila tiba-tiba saja. Tadi ia akan menemui Rius dan Ruby, tapi ternyata malah bertemu di bawah. Rius membalikan tubuhnya, menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, nanti malam aku harus menemui Benicno.” Jawab Rius. “Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan mengebut ya.” Balas Keshila tersenyum. Rius memanggutkan-manggutkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Membukakan pintu untuk Ruby, dan mendudukkan gadisnya itu. Setelahnya Rius kembali ke pintu pengemudi satunya dan mulai menjalankan mobil ranger rover milik Keenan. Ia harus menggunakan mobil Keenan karena Rius yang lupa meminta Max untuk menjemputnya jadi mau tidak mau Rius harus meminjam mobil Keenan. Keshila tersenyum melambaikan tangannya, menyaksikan kepergian Rius dari perkarangan Mansion. Sebenarnya ia ingin melarang Rius untuk pulang tapi karena Rius sudah bilang akan menemui Benicno maka Keshila tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya berpesan pada Rius untuk selalu berhati-hati di mana pun Rius berada. Protective's Pilot | 198Keshila bersiap masuk ke dalam, namun diurungkan niatnya saat melihat mobil Athava. Sebelah alisnya terangkat bingung, setahu Keshila kalau Athava ada di dalam tapi kenapa sekarang putranya ada di mobil? “Mommy Keshila?” Pekik Lechia tersenyum, begitu menutup pintu Lechia langsung memeluk Keshila dengan erat. “Mom, kau tidak apa-apa? Tadi Athava sudah cerita padaku.” Tambahnya. “Mommy tidak apa-apa Chia, jangan khawatir nak! Keshila melepaskan pelukan Lechia. “Athava abis dari apartementmu?” “Ya Mom, aku abis dari apartement Lechia. Salahkan dia yang sudah membuatku khawatir.” Ucap Athava kemudian mencium pipi Keshila. “Lechia ingin bertemu dengan Ruby.” “Yah!” Keshila menatap Lechia sedih. “Baru saja Rius dan Ruby pulang.” Lechia menekuk wajahnya melihat Athava dan Keshila sendu. “Padahal aku baru saja ingin melihat keadaan Ruby.” “Jangan bersedih, kalian bisa datang ke Mansion Rius. Pergilah!” Ucap Keshila mengusap kepala Lechia. Lechia mengangguk membenarkan kata Keshila, dirinya lalu menatap Athava dengan sekali mengerjapkan matanya dan Athava langsung menyetujuinya. Lechia bersorak gembira mencium pipi Athava kemudian berlari masuk ke mobil. “Aku pergi dulu, Mom!” Kata Athava mencium kening Keshila. “Hati-hati, jangan mengebut.” Keshila tersenyum melambaikan tangannya pada Lechia di dalam mobil. Ia membalikan tubuhnya dan segera masuk ke dalam. Keenan Nikenn25 | 199pasti sudah selesai mandi dan sekarang pasti suaminya itu sedang menunggunya di kamar. oe Saat ini jalanan begitu lenggang mungkin karena hujan jadi sebagian pengendara meminggirkan kendaraannya untuk meneduh di pinggir-pinggir toko yang tertutup. Rius menoleh kesampingnya melihat Ruby yang diam sambil memainkan handphone miliknya. Ia tersenyum kecil begitu menyadari kalau wajah Ruby begitu polos saat serius seperti itu. “Rius lihat!” Ucap Ruby memperlihatkan hasil fotonya pada Rius. Ia terkekeh sendiri melihat hasil fotonya. Rius tersenyum manis. “Cantik.” Sahut Rius kembali fokus ke depan. “Jelek, mau aku hapus—” Ucapan Ruby terhenti saat handphone digenggamannya ditarik paksa oleh Rius. “Rius. Kembalikan aku mau hapus dulu.” Rius mengabaikan Ruby yang terus merengek meminta handphone. Rasanya gatal sekali ingin memberikannya pada Ruby tapi Rius juga tidak setuju jika hasil foto Ruby justru malah mau dihapus. Ruby melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Rius kesal. Bibirnya mengerucut beberapa centi ke depan. “Rius handphonenya. Aku mau hapus dulu, nanti aku kembalikan lagi kepadamu. Aku janji.” Ruby mengerjapkan matanya, ia yakin Rius akan luluh. “Kenapa harus dihapus?” “Ttu jelek Rius, nanti aku foto lagi yang cantik.” “Ini handphoneku apapun yang sudah ada di sini tidak akan bisa diutik kembali.” Protective's Pilot | 200Ruby berdecak. “Tapi kan itu jelek!” “Kata siapa? Itu cantik sayang.” Rius menoleh menatap Ruby yang cemberut. Ja tersenyum geli gadis di sampingnya ini benar-benar sangat menggemaskan apalagi dengan wajah yang ditekuk dan bibir yang manyun ke depan. Rius tersenyum mengusap puncak kepala Ruby dan mengacak-acaknya pelan. Setelahnya Rius kembali fokus dengan jalanan didepannya. Hujan sudah mulai mereda dan jalanan pun sudah mulai ramai lagi oleh pengendara. Untungnya mansion sudah dekat kemungkinan lima sampai sepuluh menit lagi untuk sampai. Sepuluh menit kemudian mobil Keenan mulai masuk ke perkarangan Mansion Rius. Ia mematikan mesin mobilnya lalu turun bersama-sama dengan Ruby. Gadisnya itu sudah berjalan lebih dulu. Tapi bukan masalah untuk Rius, karena ia tahu gadisnya itu sedang kesal. Biar saja Rius suka melihat wajah kesal Ruby. Rius tidak langsung masuk ke Mansion. Dia berjalan ke arah Max dan Dominick kemudian bergabung di sana. “Tuan kening anda kenapa? Anda baik-baik saja kan?” Tanya Dominick pada saat melihat kening Rius yang terbalut hansaplast. “Ya, aku baik. Ini hanya kecelakaan kecil saja.” Rius tersenyum memberikan kunci mobil milik Keenan pada Dominick. “Tolong nanti antarkan mobil Daddy ya. Aku harus ke atas dulu!” “Baik Tuan!” Dominick dan Max tersenyum. Rius beranjak pergi dan bergegas menyusul Ruby ke lantai atas. Ia tidak sabar untuk menggoda Ruby apalagi Nikenn25 | 201melihat semburat merah di kedua pipi bulat kekasihnya itu. Ah, Rius jadi semakin ingin menjahili gadisnya itu. Rius masuk ke dalam menutup pintu dan tidak lupa menguncinya. Ia tersenyum melihat Ruby yang sedang membuka jaket tebalnya. Perlahan kaki Rius melangkah dengan lebarnya, kedua tangannya melingkar di perut Ruby Jalu membanting tubuhnya dan tubuh Ruby ke ranjang. Rius tertawa mendengar pekikan Ruby. “Rius astaga!” Pekik Ruby memukul lengan Rius pelan. Rius tertawa semakin erat memeluk tubuh Ruby ke tubuhnya. Tawa Rius semakin lepas ketika dengan jahilnya Rius menggelitik perut Ruby membuat gadisnya itu semakin meronta kegelian. “Hahahaha Rius hentikan.” Ruby terus meronta mencoba melepaskan diri dari kungkungan Rius. “Hahahaha aduh geli, hahaha sudah Rius hentikan.” Rius tertawa menggigit bahu Ruby yang terbuka karena pakaian pas bagian bahu Ruby sedikit menurun, memperlihatkan bahu gadisnya yang putih mulus. “Aauuh aduh, sakit!” Ruby memekik kesakitan. TOK! TOK! “Rius itu... Aduhh, aauuh!” Ruby mencoba beranjak namun tubuhnya kembali terhempas, Rius selalu menariknya. “Rius itu ada yang mengetuk.” Tambahnya merengek. “Biarkan saja!” Rius kembali menggigit bahu Ruby sesekali mengusap bekas gigitannya. “Aauuh! Haha sakit Rius.” Rengek Ruby setengah tertawa karena geli. TOK! TOK! Protective's Pilot | 202Rius beranjak dari tempat tidur dan melepaskan Ruby yang tertawa penuh kemenangan. Ia membuka kunci pintu lalu membuka pintunya. “Tuan, maaf saya mengganggu.” Dominick menunduk tidak enak. Pasalnya ia tahu kalau Rius dan Ruby sedang bermesraan di kamar. Terdengar dari tawa keduanya. “Tidak masalah!” Rius merapikan rambutnya yang berantakan dengan jari-jari tangannya. “Ada apa, Dominick?” “Di bawah ada Tn. Athava dan Nona Lechia. Katanya Tn. Athava, ingin bertemu dengan anda dan Nona.” “Suruh saja mereka naik ke atas!” Ujar Rius dan langsung diangguki oleh Dominick. Pria itu bergegas turun ke bawah untuk memberitahu Athava. Rius membalikkan tubuhnya, ia terkejut saat tiba-tiba saja Ruby ada di hadapannya. Wajah gadisnya itu tampak marah? Ralat, lebih ke wajah kesal. Tapi biarpun kesal tetap saja semburat merah menghiasi pipi bulat Ruby. “RIUS BAHUKU MERAH!” Pekik Ruby memperlihatkan bahunya yang merah kebiruan akibat gigitan Rius. Rius terkekeh mengangkat tubuh Ruby, dan lagi membawanya ke tempat tidur. Membanting tubuh Ruby ke atas tempat tidur. “Aduhh, Rius!” Ruby kembali memekik kencang seraya bangun dari tidurnya dan duduk di tepian kasur di bagian satunya. Rius tertawa terbahak, memegangi perutnya yang terasa sakit saking banyaknya tertawa. Oke baiklah, sepertinya sekarang Rius akan lebih sering membuat Ruby kesal. Ini akan menjadi hal baru yang menyenangkan untuk Rius. Nikenn25 | 203Tak selang berapa lama pintu kembali diketuk, kali ini pintu langsung terbuka, memperlihatkan sosok Athava dan Lechia. Mereka mengetuk pintu berulang kali. TOK! TOK! “Boleh kita masuk?” Athava tersenyum sambil merangkul bahu Lechia. “Cih! Masuk saja!” Ujar Rius berdecih pelan. “Untuk apa kalian datang?” Tambah Rius memincingkan matanya. Melihat Athava dan Lechia bergantian, entahlah setiap kali melihat Lechia. Rius selalu merasa ingin marah-marah saja. “Untuk melihat keadaanmu dan Ruby. Kenapa memangnya?” Jawab Athava bersidekap dada. “Apa kita mengganggu kalian berdua?” “Ya kau benar, kau dan kekasihmu itu mengganggu kita.” Rius menyahut dengan jujurnya. Athava mendecih pelan. Adiknya itu kalau berbicara memang selalu jujur namun menyakitkan. “Sialan!” Cibir Athava seraya berdiri duduknya. Dia mengulurkan tangannya pada Lechia. “Ayo sayang, kita pulang saja. Percuma kita di sini.” “Rius!” Ruby melotot pada Rius. Ia tidak suka cara Rius berbicara. “Aku hanya bercanda, dianya saja yang terbawa perasaan.” Kata Rius memeluk Ruby. Athava terkekeh menjitak kepala Rius cukup kencang. Membuat adiknya itu meringis. “Sorry, hanya bercanda.” Balas Athava kembali duduk di tempatnya semula. Ruby dan Lechia tertawa melihat kekonyolan antara kakak dan adik itu. Ada saja tingkah mereka yang mengundang tawa. Protective's Pilot | 204“Athava kau ini, jangan begitu nanti terkena luka Rius.” Ucap Lechia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku hanya bercanda, dianya saja terbawa perasaan!” Sahut Athava meniru ucapan Rius. Rius berdecak kesal. Menatap Athava dengan tajam, ia menenggelamkan wajahnya di dada Ruby dan memeluknya semakin erat. “Kepalaku sakit!” Adu Rius pada Ruby. “Cih!” Cibir Athava melempar bantal sofa ke arah Rius. “Dasar manja begitu saja sakit.” “Berisik!” Rius berucap dengan sangat ketus. Ruby tersenyum mencium kepala Rius yang tadi dijitak oleh Athava. Sesekali mengusapnya agar tidak sakit lagi. “Sudah aku cium. Apa masih sakit?” Tanya Ruby lembut. Rius mengadah mengecup dagu Ruby dari bawah. “Sudah tidak lagi, soalnya sudah dicium olehmu!” Jawab Rius. Athava bergedik ngeri melihat tingkah adiknya di depan matanya saat ini. Ingin rasanya Athava muntah saat ini juga, dia tidak pernah menyangka jika tingkah adiknya akan semanja itu pada Ruby. “Hei kau Pilot, kau tidak cocok seperti itu. Kau bahkan tidak malu dengan badanmu yang besar.” Celetuk Athava sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Lechia. “Ini bukan besar bodoh, tapi kekar.” Timpal Rius kesal. “Kalau kau iri bilang saja, dan kalau ingin sepertiku dan Ruby kau bisa memintanya pada Lechia.” Tambah Rius dengan ketus. “Dasar adik kurang ajar.” Athava kembali melempar Rius dengan bantal sofa. Nikenn25 | 205Rius terkekeh pelan. Mengabaikan Athava dan semakin menunjukkan keromantisannya bersama sang kekasih. Seolah di kamarnya hanya ada dirinya dan Ruby, menganggap Athava dan Lechia sebagai bayangan. Sedangkan Ruby hanya tertawa saat merasakan geli di lehernya. Siapa lagi kalau bukan ulah Rius yang menggesek- gesekkan dagunya pada leher Ruby. “Rius hahahaha, geli sudah hentikan.” Tawa Ruby menahan dada Rius. Ia semakin tertawa lepas tidak bisa menahan rasa geli pada lehernya. Diam-diam Athava tersenyum melihat itu. Dia memang kesal namun di balik itu semua Athava merasa bahagia melihat adiknya bisa sebahagia itu. la mengaitkan jari-jarinya dengan jari-jari Lechia, mereka saling menggenggam melihat pasangan didepannya yang begitu romantis. “Aku lapar!” Celetuk Athava berdehem. “Sayang, ayo kita turun ke bawah. Buatkan aku makanan ya,” tambahnya merangkul pundak Lechia. “Ya sudah, ayo aku akan membuatkanmu makanan!” Lechia menyahut dengan semangatnya. Lalu mereka berdua pun memutuskan untuk turun ke bawah meninggalkan Rius dan Ruby. Sebenarnya lapar adalah alasan Athava agar bisa pergi dari sana, tapi tidak tahu kenapa dia justru malah lapar beneran. Protective's Pilot | 206PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 27. Athava sudah pergi di kamar Rius, itulah yang sebenarnya Rius inginkan. Dia sedikit kesal karena merasa terganggu akan kedatangan Athava. Padahal ia sedang ingin sekali bermanja-manja dengan Ruby. Anggap saja ini balasan untuk Athava karena dulu ia juga diusir secara halus karena pria itu tidak mau diganggu pada saat sedang bersama Lechia. Rasakan itu, Batin Rius terkikik puas. Rius menghentikan aksinya membuat Ruby geli. “Taj melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sudah jam lima sore, dan Rius belum bersiap sama sekali padahal Rius sudah membuat janji dengan Benicno jam tujuh malam. “Aku harus bersiap!” Rius beranjak dari duduknya, namun sebelum itu dirinya menyempatkan untuk mencium bibir Ruby. “Tolong siapkan pakaianku ya, aku sudah harus berangkat.” Tambahnya sambil membuka satu persatu kancing kemejanya. “Mau ke mana?” Ruby menatap Rius bingung. “Ada urusan dengan Benicno!” Rius tersenyum lantas masuk ke dalam kamar mandi. Ruby berdiri dari duduknya dia bercermin dan melihat lehernya yang terdapat bercak merah karena Rius menggigit bahkan menghisapnya. Tidak hanya itu leher Ruby pun terdapat garis merah mungkin tadi terkena gesekan bulu-bulu halus di wajah Rius. “Rius mau pakai baju apa?” Pekik Ruby kebingungan. “Kaos dan jas saja!” Balas Rius dari kamar mandi. Nikenn25 | 207Ruby mengangguk dan mulai memilih pakaian yang akan dipakai oleh Rius. Ja tersenyum saat menemukan warna yang pas, setelahnya Ruby menaruhnya di atas tempat tidur. Ruby berkacak pinggang menatap tempat tidur yang sedikit berantakan. Mungkin karena sebelum Athava datang ia dan Rius sempat bercanda di sana. Tak selang berapa lama Ruby mendengar pintu yang terbuka. Tidak tahu kenapa pipinya terasa panas saat mendengar suara pintu dan langkah yang semakin dekat padanya. Sampai pada akhirnya sebuah tangan melingkar sempurna di perut Ruby. “Rius aku basah nanti.” Rengek Ruby membalikkan tubuhnya, ia langsung berhadapan dengan wajah basah Rius. Rius tersenyum mendudukkan Ruby di tepian kasur. Lantas meraih pakaian yang tadi disiapkan oleh Ruby, bahkan tubuh kekar Rius sedikit menindih tubuh Ruby. “Rius!” Ruby bergumam pelan posisinya benar-benar tidak enak sekarang ini. Bagaimana tidak tubuhnya saat ini setengah terbaring dengan sebelah tangan Ruby melingkar di pinggang Rius. “Apa? Aku hanya ingin ambil pakaian!” Rius menyahut mencari alasan. Padahal sebenarnya Rius sengaja. “Ya tapi kan bisa lewat sebelah sana.” Ruby mengerucutkan bibirnya, kepala Ruby menunduk menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya. Ya, walau percuma saja karena Rius sudah melihatnya karena posisi Ruby sekarang ini. Rius tersenyum menegakkan tubuhnya seraya menarik Ruby agar kembali duduk. Ia lantas memakai kaos dan Protective's Pilot | 208tentunya memakai celana yang disiapkan oleh kekasih tercintanya itu. Ruby menangkup wajahnya. Menggerutu pelan karena apa yang dilakukan Rius. Pria itu dengan sengaja memakai celana di hadapan Ruby. Sungguh kurang ajar memang. Belum lagi Ruby mendengar gelak tawa Rius yang sepertinya sangat puas. Rius terkekeh pelan, menarik tangan Ruby dan merentangkannya. Ia tersenyum menatap wajah malu-malu Ruby, senyum Rius semakin lebar saat menyadari pipi bulat merona menggemaskan itu. “Jangan menatapku begitu!” Protes Ruby mencoba menarik tangannya. Rius tersenyum melepaskan tangan Ruby, lalu berlutut di hadapan gadis tercintanya. Tangannya mengusap-usap lembut pipi bulat merona Ruby. “Aku suka setiap kali pipi ini merona merah.” Gumam Rius kemudian mencium kedua pipi Ruby, menciumnya penuh kegemasan. Ruby tertawa geli menahan dada bidang Rius. la memekik melingkarkan kedua tangannya di leher Rius. “Kaget tahu!” Protes Ruby terkekeh seraya melilitkan kakinya di pinggang Rius. Rius tersenyum mengecup bibir Ruby berulang kali. “/ love you so much!” Bisik Rius di telinga Ruby. “Apa aku harus menjawabnya.” Tanya Ruby menangkup wajah Rius, menatap lekat bola mata cokelat milik Rius. “Aku yakin, kau tahu betapa besarnya cinta yang aku miliki untukmu?” “Seberapa besar?” Nikenn25 | 209“Lebih besar dari lautan, cintaku tidak terukur seberapa besarnya Rius.” “Apa kau bahagia bersamaku, By?” Rius mengayun- ayunkan tubuhnya membuat tubuh Ruby yang ada di gendongannya ikut terayun. “Lebih dari kata bahagia. Aku tidak bisa merangkai kata untuk mendeskripsikan betapa bahagianya aku bersamamu.” Rius tersenyum, sebelah tangannya menyingkirkan helaian rambut di wajah Ruby. “Aku akan terus membahagiakanmu, bahkan aku akan memastikannya sendiri kalau hanya akan ada kebahagiaan di dalam hidupmu.” Ucap Rius tulus. “Bersamamu sudah menjadi kebahagiaan untukku, aku tidak membutuhkan apa-apa. Kebahagiaanku cukup bersamamu. Itu sudah lebih cukup.” Sahut Ruby memeluk Rius. “Lalu apa kau bahagia bersamaku Rius?” Tambahnya kemudian mengurai pelukan. “Tentu saja. Aku bahagia, sangat amat bahagia. Kebahagiaanku adalah melihat dirimu bahagia.” “Hanya itu?” “Heum!” Rius mengecup bibir Ruby. “Hanya itu, tidak ada kebahagiaan yang lain selain dirimu.” Ruby tersenyum dan kembali memeluk Rius. Kedua matanya terpejam menikmati hangatnya balasan Rius pada tubuhnya. Pelukan tulus yang diberikan Rius untuk dirinya, perilaku dan perbuatan Rius padanya semua bisa Ruby rasakan ketulusannya. Ia sangat bersyukur karena bisa kembali dipertemukan dengan Pria yang mampu mencintai dirinya sebesar ini. “Sayang?” Rius berbisik lembut. Protective's Pilot | 210“Heum.” “Turun ya, badanmu berat!” Rius menyahut sambil menahan tawanya. “Ish!” Cibir Ruby membuka matanya, lantas ia pun turun dari gendongan Rius. “Kau ini baru saja romantis bikin aku terharu tapi sudah menyebalkan lagi.” Rius terkekeh mencubit pipi Ruby pelan. Ia memakai sepatunya dan setelahnya Rius mengajak Ruby untuk turun ke bawah bersama-sama, seperti biasa mereka selalu bergandengan tangan. Cinta mereka begitu besar, bahkan lebih besar dari luasnya samudra. Perpisahan beberapa tahun alu mengajarkan Rius maupun Ruby banyak hal, memang terkadang kita perlu dulu merasakan yang namanya perpisahan. Karena dari perpisahan itulah, Rius dan Ruby sama-sama menyadari perasaan masing-masing. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling menginginkan satu sama lain. Dan saling mencintai satu sama lain. “Nanti jangan ke mana-mana. Tetap di dalam mansion!” Ucap Rius pada Ruby. “Ya, memangnya aku mau ke mana? Kau kan tidak pernah mengizinkan aku keluar dari mansion. Biarpun hanya ke taman!” Sahut Ruby menyindir. Rius tertawa seraya mengacak rambut Ruby. “Percayalah itu demi kebaikanmu.” Balas Rius, setelahnya mengelus pipi bulat Ruby. “Ya aku percaya! Apapun yang kau lakukan memang selalu untuk kebaikanku kan? Sekalipun aku harus merasa bosan di mansion sebesar ini.” Gumam Ruby cemberut. Nikenn2s | 211“Maaf kalau kau harus bosan di sini. Aku tidak akan melarangmu kalau memang diluaran sana baik untukmu, nyatanya di luar tidak begitu baik. Karena itu aku menahanmu untuk tetap ada di dalam mansion. Tidak pergi ke mana-mana, aku ada alasan menahanmu di sini.” Kata Rius memeluk Ruby, mencium kening gadis itu. Ruby mengangguk paham. Ya, memang benar! Setiap yang Rius lakukan pasti selalu mempunyai alasan. Walau Ruby sendiri tidak tahu alasan apa yang membuat Rius ketakutan jika Ruby akan keluar dari mansion. “Aku tidak akan ke mana-mana, kau boleh tanyakan pada Dominick dan Max. Aku selalu ada di sini menuruti perintah dari, Mr. Captain!” Balas Ruby diiringi tawa. Rius terkekeh mempererat pelukannya pada Ruby. Tidak tahu kenapa perasaan Rius jadi tidak enak, dan menjadi berat untuk meninggalkan Ruby hari ini. Entahlah, mungkin hanya perasaan biasa. Tapi kenapa perasaan takut terjadi sesuatu sangat kuat Rius rasakan. “Heum, aku tidak jadi pergi.” Ujar Rius sambil membuka kancing jasnya. Ruby menatap Rius bingung, ia menahan tangan pria itu ketika hendak melepas jas. “Kenapa tidak jadi pergi?” Tanya Ruby membenarkan dan mengancingkan jas Rius. “Tidak kenapa-napa, aku mau di sini saja menemanimu.” Jawab Rius menunduk menatap Ruby. “Kenapa dikancingkan lagi? Aku tidak jadi pergi, sayang!” “Kau sudah membuat janji dengan Benicno nanti malam. Kasihan kan kalau Benicno menunggumu! Kau pergi saja, aku di sini tidak akan ke mana-mana.” Protective's Pilot | 212Rius mengusap wajahnya kasar. “Ruby perasaanku tidak enak hari ini. Aku tidak akan pergi menemui Benicno.” Ruby berjinjit, mengecup rahang Rius. “Itu hanya perasaan biasa saja sayang, mungkin karena kau tidak mau meninggalkan kekasihmu yang cantik ini. Kau pasti tidak mau jauh-jauh dariku kan?” Tanya Ruby menaik-turunkan sebelah alisnya. “Huh, ayo akui itu sayang!” Rius tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dari gadisnya. Ia merengkuh pinggang Ruby, “Hei sejak kapan kau jadi percaya diri begitu, Heum?” Ruby terkekeh geli. “Sejak kau cemburu pada Benicno.” “Hei hahaha! Lupakan soal itu, aku tidak pernah cemburu!” Bantah Rius tertawa. “Kau cemburu sayang, ayo akui saja.” Goda Ruby menggigit dagu Rius. “Heum, baiklah-baiklah. Ya aku cemburu pada Benicno!” Ucap Rius mengaku, ya dia memang cemburu pada Benicno sekalipun pria itu adalah sahabat baiknya. “Sudah puas, sayangku?” Ruby tertawa terbahak, tangannya mengalung di leher Rius. “Hahahaha!” Tawa Ruby begitu lepas. Rius tertawa kecil ikut merasa bahagia mendengar tawa Ruby yang begitu lepas seolah tidak ada beban apapun, sangat berbanding terbalik dengan Rius. Ia begitu takut untuk meninggalkan Ruby di mansion. Walau di sini ada Dominick dan Max tapi tetap saja Rius khawatir meninggalkan Ruby sendirian. Akhirnya dengan berat Rius pergi untuk menemui Benicno, kepergian Rius sore ini juga karena paksaan Ruby yang meyakinkan Rius kalau tidak akan terjadi apapun. Nikenn25 | 213Perasaan yang dirasakan pria itu hanya rasa khawatir karena mungkin Rius akan pergi dan pulang agak telat. Ruby mengecup pipi Rius memberikan rasa semangat dan meyakinkan pria itu kalau semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada kejadian apapun selagi Rius yakin dan percaya. Protective's Pilot | 214PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 28. Seseorang terdiam duduk di dalam mobil dengan senyum penuh artinya. Orang itu meraih sesuatu di samping pengemudi sambil terus memperhatikan mobil Ranger Rover Merah milik Rius yang baru saja keluar dari gerbang otomatis mansion pria itu. “Bagus, dia sudah pergi.” Gumam orang itu tertawa sinis. “Tni sudah saatnya kita menyingkirkan wanita sialan itu.” Tambahnya kemudian turun dari mobil. “Kau yakin kita tidak akan dicegah nantinya?” “Kau diam saja, Ibu sudah menyiapkan semuanya.” “Aku tidak mau sampai rencana ini gagal lagi, aku mau rencana Ibu ini berhasil.” “Kau diam saja, jangan banyak berbicara!” Kesal orang itu lalu diam-diam masuk ke dalam. Untungnya penjaga sedang tidak ada jadi hal itu memudahkan dirinya untuk melesat masuk. “Hei kau siapa?” Teriak Hans berlari ke arah orang yang mengendap-endap masuk ke kawasan mansion. Ia berteriak meminta pertolongan pada Max dan tentunya kepada yang lain. “Ya bagus, tepat sasaran!” Umpat orang itu kesal, namun inilah tujuannya menarik perhatian penjaga untuk mengejar kearahnya dan membiarkan temannya melakukan rencana selanjutnya. Orang itu terus berlari mengecoh Hans dan penjaga yang lainnya. Ia sengaja berlari hampir memutari Mansion agar Hans dan para penjaga itu merasa lelah, karena dengan begitu Nikenn25 | 215mereka akan berhenti mengejar. Namun, prediksinya salah penjaga yang mengejar dirinya semakin banyak. Dan hal itu justru membuatnya takut tertangkap dan semua rencananya gagal. Orang itu mengubah rencananya mempercepat larinya dan bersembunyi di balik pintu yang tidak diketahui itu pintu apa. Tapi saat melihat ke atas ternyata pintu itu adalah tempat cctv. Dia ingin masuk akan tetapi itu pasti hanya akan menjebak dirinya. Jadi mau tidak mau dia harus mencari tempat lain. Sementara di dalam Mansion seseorang berada di dalam lift menuju lantai atas. Kemungkinan besar di atas adalah tempat di mana tujuannya ada. Baru saja menduga tapi seseorang itu keluar dari lift tiba-tiba saja lampu padam, mungkin ini adalah tanda dari orang di luar bahwa rencana sudah bisa dimainkan. “Dominick?” Ruby berjalan sambil mengarahkan senternya. Ja baru saja keluar dari kamar karena lampu yang padam. “Yaampun bagaimana aku turun, lift pasti tidak berfungsi.” Tambahnya bergumam. “Hai Ruby?” Sapa seseorang bersandar pada pintu Lift. Ruby mengadah, mengarahkan senter pada seseorang yang menyapanya. Saat itu juga kedua mata Ruby membesar. “J-ibu?” Gumam Ruby terbata. “Apa kabar? Uh, pasti kabarmu baik kan? Tentu saja kau tinggal di rumah yang mewah ini.” Ucap seseorang yang dipanggil Ibu oleh Ruby. Siapa lagi jika bukan Helena, Tbunda kandung Caramella. “Ba-bagaimana bi-bisa?” Sahut Ruby melangkah mundur secara perlahan. Protective's Pilot | 216“Tentu saja bisa!” Balas Helena tertawa renyah. “Akhirnya aku bisa masuk ke dalam, setelah penjaga sialan itu selalu menghadang aku dan putriku untuk tidak masuk.” Tambahnya. Ruby menggelengkan kepalanya, tangannya meremas handphone yang sedari tadi Ruby genggam karena memang dirinya dan Rius sedang saling mengirim pesan. Ia meneguk salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba saja Ruby teringat akan Rius yang merasakan perasaan kurang enak sore tadi, mungkinkah itu sebuah firasat yang Rius rasakan? “Kenapa mundur-mundur begitu? Kemarilah, kau tidak merindukan Ibu. Anakku?” Helena tersenyum sinis. “J-ibu ma-mau a-apa?” Ruby meneguk salivanya saat menyadari Helena yang memegang pisau. “Mengirimmu... Heum, pada Ibu dan Ayahmu. Bagaimana? Kau setuju kan, hahaha tentu saja kau setuju. Karena dengan begitu kalian bisa berkumpul lagi kan?” Tawa Helena lantas menegakkan tubuhnya, berjalan mendekat pada Ruby. Rius, tolong aku. Batin Ruby berteriak. Ia terus melangkah mundur seiring majunya Helena. “T-Ibu-” “Aku bukan Ibumu.” Sela Helena menyodorkan pisau pada Ruby. “Di sini hanya ada kita berdua, aku dan kau. Tidak ada priamu yang selalu. melindungi dirimu.” Tambahnya. “Ja-jangan!” “Jangan kenapa? Jangan membunuhmu gitu maksud dirimu, Ha?” Teriak Helena seraya menarik tangan Ruby hingga gadis itu terjatuh. Nikenn2s | 217“Aauuh!” Ringis Ruby pelan. “Aku sangat ingin membunuhmu, tapi sayang sekali. Aku masih ingin bermain-main denganmu!” Ujar Helena mendudukkan dirinya di hadapan Ruby, menempelkan ujung pisau di pipi gadis malang itu. “Sedikit demi sedikit, mungkin?” Sambungnya. “Ja-jangan!” Ruby terisak menahan Helena yang hendak menusukkan pisau pada pipinya. “Kau dan ibumu selalu saja merebut apa yang hampir kami miliki. Dulu ibumu merebut orang yang aku cintai dan sekarang kau? Kau merebut pria yang putriku cintai.” Kata Helena terdengar lirih. “Kenapa kau dan ibumu selalu merebut apa yang hampir kami miliki, kenapa?” Tambahnya berteriak seraya menampar pipi Ruby. “Aauuh!” Isak Ruby memegangi pipinya. “Sakit ibu, maaf. Maafkan aku dan Ibuku.” “Kau pikir dengan maaf akan mengembalikan apa yang dulu hampir menjadi milikku? Tidak sayang tidak, dengan maaf tidak akan mengembalikan itu semua.” Ruby menangis tersendu, dia tidak akan bisa melawan Helena apalagi wanita itu sepertinya sudah sangat marah. Mungkin jika hidup Ruby harus berakhir sampai di sini setidaknya sebelum Rius pergi ia dan pria itu sempat membuat kenangan indah. Jika memang ini akhir napas Ruby maka Ruby siap. Rius, jika ini memang akhir untukku. Aku mohon maafkan aku yang tidak bisa menemanimu. Tapi percayalah aku mencintaimu sepenuh hatiku, jika memang ragaku akan mati saat ini juga. Tapi percayalah kalau cintaku tidak akan pernah mati untukmu. Batin Ruby. Protective's Pilot | 218Ruby menggigit bibir bawahnya ketika merasakan perih di bagian tangannya. Pisau itu sudah menggores tangannya, kedua mata Ruby terpejam siap jika tawa Rius tadi sore adalah tawa terakhir yang Ruby dengar. “Aaakkkhhh!” Teriak Ruby merasa_ sakit pada pergelangan tangannya yang semakin tergores. Mata Ruby terbuka bersamaan dengan lampu yang menyalah. “Oh! Ternyata lampu sudah menyalah. Baiklah, tidak masalah untukku!” Ucap Helena kembali menggores pergelangan tangan Ruby yang sudah tergores dua kali. “Tbu sakit!!!” Isak Ruby menatap pergelangan tangannya. “Ttu belum seberapa sayang.” Helena tersenyum sinis, dan lagi kembali menggoreskannya untuk yang keempat kali. Ruby menggeleng dan semakin kuat menggigit bibirnya untuk menahan teriakannya. Dengan keberanian yang tidak seberapa, Ruby menendang pergelangan tangan Helena membuat wanita itu tersungkur ke belakang. Melihat itu Ruby mengambil kesempatan untuk berlari ke dalam lift. Ruby terisak menatap tangannya yang terus mengeluarkan darah tidak henti-hentinya. Bunyi lift membuat Ruby segera keluar, namun seseorang datang memukul belakang Ruby dengan benda tumpul. “Aaabh!” Ruby tersungkur, menoleh ke belakang dan terbelalak saat melihat Caramella. “Kak Caramell?” Tambahnya bergumam. “Hai adikku yang cantik, akhirnya kita bertemu lagi ya?” Caramella tersenyum sinis. “Ah, kau mau lari ya? Sayangnya tidak bisa. Ini adalah akhir untuk hidupmu! Jadi ucapkan selamat tinggal pada kekasihmu yang akan segera menjadi kekasihku itu.” Nikenn25 | 219Ruby merangkak menghindari Caramella saat wanita itu mengeluarkan tembakan. Ia menggeleng, wajahnya dipenuhi oleh darah dari tangannya. “Jangan kak. Aku mohon jangan!” Isak Ruby berusaha untuk diri. “DOMINICK? MAX? TOLONG AKU.” “Teriaklah sekencang mungkin, mereka tidak akan mendengar teriakanmu itu.” Caramella tertawa renyah, menekan pelatuk yang ada di tembakan lalu mengarahkannya pada Ruby. Ruby mengapai meja menahan tubuhnya agar tetap berdiri, bersamaan dengan itu suara tembakan terdengar untungnya Ruby berhasil menghindar. Namun peluru itu berhasil mengenai bagian tangan kirinya. Ia memekik kesakitan, lukanya kembali bertambah. Wajah cantik Ruby sudah terlihat sangat pucat bahkan bibirnya sudah berubah keunguan. Melihat Caramella yang terperangah karena tidak mengenai sasaran. Ruby dia berlari menggunakan kelengahan Caramella, berlari sekuat tenaganya untuk sampai keluar Mansion. “Ruby jangan lari!!!” Teriak Caramella sambil mengeluarkan tembakannya yang satu lagi. “Tuhan, kuatkan aku.” Lirih Ruby masih terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang jaraknya dan Caramella cukup jauh. Dan Ruby harus berlari sebelum hidupnya benar- benar berakhir. Ruby menghela napas lega karena pada akhirnya ia sampai di luar Mansion. Akan tetapi Ruby tidak berhenti sampai di situ, dia masih terus berlari mencari kendaraan yang mungkin nantinya bisa menolong Ruby untuk ke rumah sakit. Protective's Pilot | 220Ruby berhenti di pinggir jalan, mendaratkan bokongnya di sana. Ia lelah terus berjalan lagipula ini sudah cukup jauh dari Mansion. Tidak ada satupun mobil yang melintas di jalan ini padahal sekarang belum begitu malam. Kedua mata Ruby berbinar ketika melihat sebuah mobil melintas. Tangannya melambai berharap mobil itu bisa berhenti, ia berdiri seiring mendekatnya mobil itu. Ruby menangis saat menyadari kalau itu adalah mobil milik Rius. “Rius?” Gumam Ruby tersenyum lega. Rius turun dari mobil menatap Ruby tidak berkedip. Jantungnya berdegup tidak tenang begitu melihat pakaian yang dikenakan oleh Ruby sudah dipenuhi oleh darah. “B-by?” Gumam Rius dengan gontai mendekat pada Ruby. Tapi sebelum Rius benar-benar sampai pada Ruby suara tembakan terdengar seiring tubuh Ruby yang tergeletak di aspal. Tubuh Rius terasa lemas tidak bertulang. Ia berlari memeluk tubuh penuh darah itu, menangkup wajah pucat Ruby dan menggoyang-goyangkannya. “Ruby bangun sayang, By. Bangun sayang.” Lirih Rius mendekap kepala Ruby. “RUBY BANGUN!!” Tambahnya berteriak, mengadahkan kepalanya menatap langit malam yang perlahan menurunkan tetesan air. Rahang Rius mengetat, kedua mata mengkilat penuh kemarahan. Sorot tajam itu tertuju pada seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempat Rius saat ini. “Bangun sayang jangan tinggalkan aku, kau sudah berjanji padaku. Bangun By, bangun jangan tinggalkan aku.” Rius terisak mendekap Ruby yang terpejam. Nikenn25 | 221Tiba-tiba saja gemuruh besar terdengar diikuti hujan yang turun dengan derasnya. Di bawah sang malam, di bawah hujan yang besar. Rius bersumpah akan membunuh orang yang telah melukai kekasihnya. Ja tidak akan memberi ampun pada orang itu jika terjadi sesuatu terhadap Ruby. “Tuhan aku bersumpah atas diriku bahwa aku akan membunuh mereka yang telah melukai kekasihku. Aku bersumpah tidak akan memberikan maaf ataupun ampun untuk mereka.” Sumpah Rius dengan mata yang berapi-api. Apa yang Rius khawatirkan menjadi kenyataan. Apa yang Rius rasakan sore tadi benar-benar terjadi, seharusnya tadi Rius tidak pergi untuk menemui Bencino. Seharusnya Rius diam di rumah tanpa mengikuti paksaan Ruby. Seandainya saja Rius bisa lebih tegas sore tadi, seharusnya dan seandainya Rius tidak sebodoh itu meninggal Ruby di mansion hanya ditemani Dominick, Max, penjaga dan para pelayan. Semua sudah terjadi dan Rius tidak bisa memutar kembali waktu. Hanya penyesalan yang Rius rasakan saat ini, marah padanya dirinya yang begitu ceroboh tanpa berbuat tegas, padahal Tuhan sudah memberikan Rius firasat sore tadi. Protective's Pilot | 222PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 29. “Aku mohon bertahanlah untukku.” Ucap Rius mengecup tangan Ruby. Brankar terus didorong menuju ruang ICU keadaan Ruby yang tidak memungkinkan-lah yang mengharuskan gadis itu masuk ICU. Rius melepas genggaman tangannya dari Ruby. Menatap lirih pintu yang tertutup rapat. Ada banyak mata yang melihat kearahnya mungkin karena pakaian Rius yang dipenuhi noda darah, belum lagi tadi tubuhnya sempat terguyur hu/any menjadikannya basah kuyup. Rius melangkah mendekat pada pintu menatap tubuh Ruby yang terbaring di atas brankar melalui celah kaca. Hati Rius rasanya sangat sakit melihat orang tercintanya terbaring lemah di dalam sana, berjuang antara hidup dan mati. “Aku tidak akan memaafkan diriku jika sesuatu terjadi kepadamu.” Gumam Rius serak, dia bahkan tidak malu menangis. “Dan aku pun tidak akan memaafkan mereka yang berani-beraninya melukaimu. Tidak akan pernah aku maafkan sekalipun orang itu mati bersujud padaku.” Tambahnya mengepalkan tangan kuat-kuat. Rius membalikkan tubuhnya, bersandar pada dinding rumah sakit. Tubuhnya merosot ke bawah diikuti isak tangis yang menyayat hati. Sesekali Rius membenturkan kepalanya pada dinding. “Ini salahku tidak seharusnya aku meninggalkanmu. Seharusnya aku tahu ancaman tabrakan itu sudah memperingati. Dan firasat sore tadi seharusnya aku... Ya Tuhan, bodohnya aku.” Nikenn25 | 223Rius menarik rambutnya penuh rasa frustasi. Apa yang sekarang ini terjadi membuat Rius menyesali kebodohannya. Baginya ini semua akibat kecerobohan Rius, padahal peringatan tadi pagi sudah jelas. Tapi bodohnya Rius malah melupakan hal itu. Dan soal perasaan yang Rius rasakan sore tadi, sudah seharusnya Rius bisa lebih mengerti kalau perasaan itu adalah firasat. Akan tetapi ada hal yang lebih membingungkan lagi, bagaimana mungkin mereka tahu kalau Rius akan keluar hari ini? Atau memang sebelumnya mereka sudah mengintai lebih dulu. Dan lagi yang menjadi pertanyaan Rius di mana Max dan Dominick? Mereka ke mana saat Caramella menyelusup masuk ke mansion. Kesengajaan kah atau justru kecerobohan dari para penjaganya itu. Rius menoleh, mengadah begitu mendengar suara pintu terbuka. Ia berdiri, menatap dokter penuh rasa cemas. “Dokter bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan?” Tanya Rius bertubi-tubi. Dokter itu terdiam, sedetik kemudian dokter menggeleng tipis. “Maaf Tuan. Hanya Tuhan yang bisa menyelamatkannya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin.” Jawab sang Dokter sesal. Rius tertawa pelan, lalu tanpa diduga Rius menarik kerah putih sang dokter. “Kau ini seorang dokter. Aku memintamu untuk menyelamatkannya.” Balas Rius menggeram. Perlahan cengkraman di kerah sang dokter mengendur. “Aku mohon Dok, selamatkan dia.” Tambah Rius lirih. “Tuan kami hanya manusia. Saya sebagai dokter sudah berusaha semampunya. Semua tergantung yang di atas.” Protective's Pilot | 224“SETIDAKNYA SELAMATKAN DIA!” Teriak Rius terengah. “Dia tidak boleh mati, tidak boleh. Aku belum membahagiakan dia, demi Tuhan. Aku belum sempat membahagiakan dia Dok!” “Tuan tenanglah. Kami akan berusaha lagi.” Ucap sang Dokter menepuk bahu Rius lalu dokter pun kembali masuk ke dalam ICU. Rius mengangguk menatap sang dokter yang masuk ke dalam. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. “Tidak- tidak, Tuhan kau tidak boleh mengambilnya. Jangan ambil dia dariku, tidak boleh. Kau tidak boleh mengambil dia dariku.” Lirih Rius mengusap wajahnya kasar. “Rius?” Rius mengadahkan kepalanya, menoleh ke samping melihat Keshila dan Keenan tentunya ada Athava juga Lechia. Wajah keempatnya terlihat sangat khawatir bercampur cemas. “Mom!” Lirih Rius menatap Keshila berkaca-kaca. Keshila berlari memeluk tubuh putranya. Tidak peduli jika nanti darah dipakaian Rius berpindah padanya. Sebagai Ibu Keshila sakit melihat kerapuhan di mata putranya. “Dia akan baik-baik saja kan Mom?” Rius kembali berucap lirih. Keshila mengangguk, mengusap lembut punggung kekar Rius. “Ya, dia akan baik-baik saja.” Keenan mendekati Rius menepuk pundak putranya pelan. “Bersabarlah. Ini ujian untuk cinta kalian berdua.” Ujar Keenan. Rius melepaskan pelukan Keshila, menatap Keenan dengan mata sembabnya. “Ujian macam apa Dad? Ini bukan ujian, ini siksaan untukku. Tuhan tidak boleh mengambilnya Nikenn25 | 225Dad, tidak boleh.” Lirih Rius jatuh berlutut di bawah Keshila. “Aku mencintainya sangat mencintainya. Kenapa harus dia, kenapa bukan aku saja.” Tambahnya. “Rius kau tidak boleh putus asa. Kami tahu kau sangat mencintai Ruby kami tahu itu, tapi nak. Jangan seperti ini, ini sudah kehendak Tuhan.” Keshila berlutut mensejajarkan dirinya dengan Rius. “Jika memang Tuhan ingin mengambilnya kau harus—” “Tidak!” Sela Rius menatap Keshila tajam. “Tuhan tidak boleh mengambilnya. Jika Tuhan ingin mengambilnya maka Tuhan harus lebih dulu mengambilku.” “Rius tenanglah!” Kata Athava menenangkan Rius. “KAU TIDAK MENGERTI, ATHAVA!” Teriak Rius menepis tangan Athava. "Di dalam sana.." Jeda Rius menunjuk pintu ICU. “Di dalam sana ada sebagian diriku, dia sedang berjuang untuk hidup dan matinya. Dan kau memintaku untuk tenang?” Sambung Rius terengah. “Aku tahu jangan berteriak, ini rumah sakit.” Athava menatap Rius tajam. Mencoba menahan amarahnya yang hampir terpancing. “Aku tahu di dalam sana ada orang yang kau cintai. Tapi kau tidak boleh berlaku seperti ini. Sadarkah kau dengan ucapanmu? Tuhan sudah menentukan semuanya, kau tidak bisa menahan kehendaknya.” “Tapi aku baru bertemu dia, Thava. Aku baru bertemu dia! Aku belum membahagiakannya.” Rius terduduk di lantai, menarik rambutnya kasar. “Aku tidak siap jika harus kehilangannya.” “Berdoalah pada Tuhan.” Athava tersenyum seraya menyerahkan paper bag pada Rius. “Gantilah pakaianmu, kau sangat kotor dengan darah.” Protective's Pilot | 226“Aku mau menunggu dokter.” Ketus Rius berdiri dari duduknya. Dengan gemetar Rius menyentuh kaca di pintu memperhatikan dokter dan suster di dalam sana yang sedang berusaha keras menyelamatkan nyawa Ruby. Bertahanlah untukku sayang, aku tahu kau takkan meninggalkanku. Kau sudah berjanji_ padaku. Aku melarangmu untuk tidak pernah pergi dariku. Bertahanlah, untuk cinta kita. Batin Rius penuh harapan. Tak lama pintu ICU terbuka dokter dan para suster keluar dari dalam sana. Sang dokter membuka masker lalu menatap Rius. “Maaf Tuan.” Ujar sang Dokter pelan. “Maaf untuk apa?” Tanya Rius datar. “Kau berhasil kan?” Dokter itu menggeleng pelan. “Pasien kritis. Kami sudah berusaha sebisa kami.” “Kau kan dokter sehar—” “Rius!” sentak Keenan menarik tangan putranya itu. “Dokter sudah berusaha sebisa mereka. Kau tidak bisa memaksanya.” “Mereka tidak berusaha Dad, kalau mereka berusaha Rubyku pasti baik-baik saja!” Keenan menggeleng menangkup wajah frustasi Rius. “Daddy mengerti perasaanmu Rius. Tapi dokter hanya manusia yang tidak bisa melakukan hal lebih selain berusaha.” “Pasien banyak kehilangan darah. Luka tembakan pada bagian dada kirinya cukup parah. Kami harus melakukan operasi, tapi Tuan. Di rumah sakit kita ini stok darah yang sama dengan golongan darah Pasien sedang kosong.” Ucap Dokter. “Kenapa kau baru mengatakannya Ha?” Geram Rius menatap sang doKter tajam. Nikenn25 | 227“Maaf Tuan, kami sejak awal ingin mengatakannya pada Tuan. Tapi Tuan sudah emosi lebih dulu.” “Maaf.” Sahut Rius lalu menyodorkan tangannya. “Ayo dok. Ambil darahku sebanyak yang kekasihku butuhkan.” “Kami membutuhkan darah golongan A positif.” Rius melemah golongan darahnya dan Ruby berbeda. “Apa di sini sama sekali tidak ada stok darah?” Tanya Rius lemah. “Tidak ada Tuan, kami kehabisan stok darah A positif. Pihak rumah sakit sedang mencoba cari.” Jawab Dokter. Lechia terdiam menatap Athava dan Dokter bergantian, ia melangkah maju dan berucap. “Dokter golongan darahku A positif.” Kata Lechia tiba-tiba. “Ambil darahku. Dan tolong selamatkan dia!” Tambahnya. “Lechia?” Rius menatap Lechia bertanya-tanya. “Ka-kau ya-yakin mau mendonorkan darahmu untuk Ruby?” Lechia mengangguk kecil. “Ya, aku yakin!” Rius tersenyum lalu memeluk wanita itu sambil terus mengatakan terima kasih. “Terima kasih Lechia, terima kasih.” “Jangan berterima kasih bagaimanapun Ruby sudah aku anggap sebagai adikku.” Lechia melepaskan pelukan Rius mengusap air yang menetes dari mata Pria itu. Ia pernah mendengar kata Apabila Seorang Pria Menangis Karena Seorang Wanita, Itu Berarti Pria Itu Benar-Benar Tulus Mencintai. Dan Lechia percaya setelah melihat kerapuhan dalam diri Rius. “Aku akan memberikan darahku pada Ruby asal ada syaratnya.” “A-apa?” “Ganti pakaianmu!” Lechia tersenyum mengambil paper bag dari Athava dan memberikannya pada Rius. Protective's Pilot | 228Rius tersenyum menganggukkan kepalanya lantas mengambil paper bag itu dari Lechia. Ia kemudian pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya, sementara Lechia ditemani Keshila dan Athava untuk mengecek kesehatan wanita itu sebelum pengambilan darah. Setelah mengganti pakaian Rius dan Keenan menyusul ke ruang Operasi karena Keenan sempat mengatakan kalau Ruby sudah dibawa untuk dioperasi. Keenan menghela napas kasar merasa pusing. Bagaimana tidak didepannya Rius berjalan ke sana dan ke sini, sebagai orangtua Keenan tentu tahu kekhawatiran Rius pada Ruby. Tapi melihat Rius yang segelisah itu juga membuat Keenan pusing. “Rius berhentilah. Kau duduk sana, Daddy pusing melihatnya.” Keluh Keenan bersandar pada dinding rumah sakit. Rius menghela napas kasar, mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Keenan. Tidak ia tidak bisa diam duduk sementara di dalam sana Ruby sedang dioperasi. “Sialan kenapa lama sekali!” Umpat Rius berdiri dari duduknya. Melihat pintu ruang Operasi yang masih tertutup sejak satu jam yang lalu. Keenan berdecih menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Kedua matanya terasa berat karena mengantuk, beberapa jam yang lalu saat sedang tidur tiba-tiba saja ia mendapat kabar secara mendadak dari putranya, kabar itu membuat Keenan sekeluarga panik. Sampai memutuskan untuk menyusul Rius saat itu juga. “Rius pulanglah kau harus istirahat. Bukankah besok kau harus bertugas?” Keenan berucap memandang punggung Rius. Nikenn25 | 229“Aku tidak akan pulang.” “Tapi kau harus profesional Rius!” “Persetan dengan profesional, aku akan tetap di sini. Sampai kekasihku sadar.” Kata Rius penuh ketegasan. “Tapi Rius itu sudah menjadi tanggung jawabmu. Sebagai pria kau harus menjalankan tugas yang sudah diberikan. Tidak perlu khawatirkan soal Ruby, Daddy dan Mommy ada di sini. Kita yang akan menjaganya.” Keenan tahu percuma saja berbicara panjang lebar jika pada akhirnya Rius tidak mendengarkan, rasanya hanya akan sia-sia saja. “Aku ingin saat Ruby sadar akulah yang pertama dia lihat.” “Athanarius!” Keenan menyahut penuh penekanan. “Ayolah Rius, aku tahu kau orang yang penuh tanggung jawab.” “Daddy.” Rius menatap Keenan lirih. “Aku tidak peduli, aku akan tetap di sini. Sampai kekasihku sadar.” Tambahnya kemudian menjauhkan diri dari Keenan. Keenan berdiri dari duduknya, menghampiri Rius lalu menyentuh bahu putranya. “Ingat Rius kau mempertahankan profesimu juga karena keinginan Ruby. Daddy yakin Ruby pasti akan sedih melihatmu seperti ini.” “Tapi Ruby belum mati Dad, kenapa kau berbicara seolah dia sudah tiada?” Kesal Rius menepis tangan Keenan. “Dia berjuang di dalam sana Rius, bagaimanapun keadaannya Ruby dia pasti bisa merasakannya.” Keenan menarik napas panjang dan mengembuskan napasnya perlahan. “Maaf Daddy tidak bermaksud seperti itu. Tapi percayalah Ruby pasti merasakannya.” Protective's Pilot | 230“Aku akan pergi besok, tapi aku tidak akan pergi dari sini.” “Tidak kau pulang saja. Daddy tidak yakin kau akan bisa istirahat di sini.” “Lalu bagaimana? Apa Daddy juga yakin aku akan bisa mengemudikan pesawat dengan baik?” Tanya Rius. Keenan terdiam menatap Rius dengan mulut yang bungkam. Memikirkan apa yang Rius ucapakan. “Dad, yang akan aku bawa ini adalah pesawat bukan mobil Aku akan membawa banyak nyawa.” Tambahnya. “Ya kau benar!” Keenan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ya sudah, untuk beberapa hari ini kau izin saja untuk tidak bertugas dulu. Wajahmu juga tampak lelah. Istirahatlah sejenak!” “Terima kasih, Dad.” Rius tersenyum kecil seraya mendaratkan bokongnya pada kursi. Matanya terpejam namun tidak tidur. Terlintas dalam pikirannya saat sore sebelum kejadian ini terjadi. Dua jam kemudian Dokter keluar dari ruang operasi. Matanya menatap Rius dan Keenan secara bergantian. Sang dokter pun tampak menghela napasnya. “Ada apa? Bagaimana kabarnya?” Rius bertanya dengan wajah khawatirnya. Ia berdiri di hadapan dokter. “Maaf pasien masih mengalami kritis.” Ucap sang Dokter penuh sesal. “Operasi berjalan dengan lancar. Untuk sementara pasien akan kembali ke ruang ICU.” “Lakukan apa saja Dok, asal Ruby bisa selamat.” Ujar Keenan. “Kami akan berusaha Tuan, sebisa kami.” Sahut sang Dokter kembali ke dalam ruang Operasi. Nikenn25 | 231Rius menghela napas panjang. Memandang pintu ruang operasi dengan pandangan yang sulit diartikan. Apa yang Rius rasakan sekarang ini bercampur menjadi satu. Ada keinginan dalam diri Rius untuk menggantikan posisi Ruby dengan dirinya saja. Rasanya jantung Rius berdetak dengan sangat lambat, membuat rasa sesak yang teramat dalam, penyesalan dan kemarahan yang sampai saat ini Rius rasakan. Protective's Pilot | 232PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 3D. Setelah Ruby keluar dari ruang Operasi dan dipindahkan ke ICU, Rius dia berpamitan pada Keshila dan Keenan untuk kembali ke Mansion. Namun Keenan tidak memberikan Rius izin untuk pulang sendiri apalagi dalam keadaan yang bisa dikatakan kurang baik. Karena itu Keenan meminta Athava untuk menyetir mengantarkan Rius. Athava pun setuju dengan Keenan. Dan akhirnya Athava pergi mengantarkan Rius. Selama di perjalanan menujw Mansion Rius dia hanya diam saja menatap jalanan didepannya. Tatapannya kosong sekosong raganya sekarang ini. “Rius kau baik-baik saja kan?” Tanya Athava melirik Rius sebentar. “Ya, cepatlah aku ingin sampai ke Mansion.” Jawab Rius datar. “Ini sudah cepat! Sabarlah kita akan sampai, aku tidak ingin ambil resiko kecelakaan.” Balas Athava membelokkan stir mobilnya saat sudah mulai memasuki kawasan mansion. Rius turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Suasana Mansion sangat sepi, bahkan hampir di sepanjang jalan terdapat darah dan Rius tahu itu darah siapa. “DOMINICK?” Teriak Rius membuka pintu mansion kasar. "MAX? HANS?" tambahnya berteriak penuh kemarahan. Rius menatap darah di setiap lantai, darah yang sudah mengering. Ia kembali berteriak memanggil pelayan dan yang Nikenn25 | 233Jainnya namun tidak ada satupun dari mereka yang datang menghadap Rius. “SIALAN DI MANA KALIAN?!” Rius mengepalkan tangannya. Memandang sekeliling mansion. “Rius tenanglah!” Athava menahan Rius menenangkan Pria itu agar tidak emosi. “Bagaimana mungkin aku tenang Athava, lihat? Tidak ada satupun dari mereka yang ada di mansion ini. Aku membayar mereka semua.” Rius berteriak hingga urat di lehernya bertonjolan. “Ya tapi kau harus tenang.” Athava menatap lantai yang dipenuhi darah. “Tuhan, mansionmu sangat_ berantakan.” Tambahnya tidak percaya. Rius mengepalkan tangannya, ia berlari ke arah tempat cctv akan tetapi saat Rius masuk ia menemukan layar cctv yang mati. “Sialan!” Umpat Rius menggeram. “Sepertinya ini sudah direncanakan Rius. Buktinya mereka mematikan semua cctv di sini.” Ujar Athava. “Aku butuh Dominick dan Max. Aku membutuhkan penjelasan mereka, penjelasan di mana mereka berada disaat orang menyelusup masuk.” Rius berjalan keluar dari ruang cctv, bersamaan dengan itu Max datang. “Tuan?” Max memegangi kepalanya menatap Rius dan Athava terkejut. “Abis dari mana kau Ha?” Teriak Rius mencengkeram erat kerah Max. “Kau tahu karena kecerobohan kalian, wanitaku menjadi kritis di rumah sakit. Karena kalian aku hampir kehilangannya.” “A-apa?” Protective's Pilot | 234“Sialan!” Rius memukul tepat rahang Max. “Aku takkan memaafkanku dirimu dan yang lain.” “Rius sudah.” Teriak Athava menarik Rius yang hendak memukul Max. “Jangan gegabah. Kita dengarkan dulu penjelasannya.” “T-tuan maafkan kami.” Max menatap Rius penuh sesal. “Kami pingsan di luar. Saat itu memang ada dua orang yang masuk ke dalam, mereka seorang Pria. Saya, Hans dan Dominick juga penjaga yang lain mencoba mengejar kedua orang itu. Kami bahkan sempat berpencar, kami tidak tahu kalau ternyata orang itu hanya menjebak kami lalu mereka mengurung penjaga setelah berhasil memberikan asap yang beracun.” Jelas Max menceritakan kejadian tadi. “Dua orang?” Ulang Athava mengernyit. Max mengangguk lirih. “Lampu sempat padam saat kami mengejar mereka berdua. Dan pada saat lampu kembali menyala tiba-tiba saja ada yang memukul saya dan Dominick dari belakang.” “Di mana Dominick? Hans dan yang lain?” Rius bertanya dengan nada yang terdengar khawatir. Ia marah namun bagaimana juga Dominick dan Max sudah bekerja sangat baik selama ini padanya. “Di gudang bawah, Dominick sedang melepaskan mereka. Saya baru akan mengambil minum untuk mereka.” “Lalu di mana pelayan?” Kini Athava yang bersuara. “Sa-saya ku-kurang ta-tahu Tuan.” Max menunduk tidak berani menatap Rius. “Rius sepertinya kita harus periksa seisi Mansion. Aku takut mereka juga menyekap pelayan.” Usul Athava. Nikenn25 | 235Rius mengulurkan tangannya pada Max membantu Pria itu. untuk berdiri. “Maafkan aku Max. Aku tidak mendengarkan penjelasanmu lebih dulu, maafkan aku.” Ucap Rius penuh sesal. “Tidak apa-apa Tn. Rius, seharusnya saya yang meminta maaf karena lalai dalam bertugas.” Sahut Max tersenyum lirih. “Dan maaf karena kelalaian kami, Nona menjadi terluka.” Tambahnya. “Sudah-sudah lebih baik kita cari pelayan dan kita bicarakan hal ini lagi nanti setelah mereka berkumpul.” Lerai Athava dan diangguki oleh Rius dan Max. “Saya akan ambil minum untuk Hans dan yang lain!” Max berpamitan lalu ke dapur mengambil beberapa gelas air untuk diberikan pada Hans dan penjaga yang lain. Setelahnya Rius, Athava dan Max keluar untuk menyusul Dominick juga yang lain. Rius ingin mendapatkan penjelasan dari mereka semua. Mungkin setelah mendapati penjelasan Rius baru bisa mengambil tindakan untuk membalaskan luka di tubuh Ruby. Rius terdiam menatap Hans dan yang lain. Wajah mereka semua terlihat lemas, Dominick pun tampak kesakitan seperti Max pertama. “T-tuan?” Gumam Dominick terbata. “Dominick, Hans. Minumlah dulu pulihkan kesehatan kalian semua dan begitu sudah baikan baru kita berkumpul di dalam.” Ujar Athava membantu Dominick untuk duduk di kursi. Setengah jam berlalu kondisi Dominick dan Hans juga lain sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya. Mereka juga Protective's Pilot | 236sudah mulai menegakkan tubuhnya masing-masing, tidak seperti tadi yang hanya terduduk lemas di bawah. “Tu-Tuan—” “Nanti saja Dominick, aku ingin kalian mencari keberadaan pelayan.” Sela Rius membalikkan tubuhnya pergi. Dia masih sangat kecewa pada Dominick, tidak hanya pada Dominick pada yang lain pun Rius merasa kecewa. Akan tetapi kekecewaan Rius lebih besar pada Dominick, karena bagaimanapun Dominick bukan seorang penjaga. Tapi justru Dominick ikut bertugas pada pekerjaan yang bukan seharusnya. Namun sudah terjadi dan Rius pun tidak akan menyalahkan karena bagaimanapun mereka semua juga korban seperti Ruby. Dominick terdiam memperhatikan punggung Rius yang perlahan menjauh. Ia menghela napas panjang. “Jangan dipikirkan, pulihkan saja dulu keadaanmu nanti kita bicara.” Kata Athava memegang bahu Dominick. Dominick menganggukkan kepalanya pelan namun tidak melepaskan pandangannya dari Rius yang sudah tidak terlihat lagi. Jujur saja Dominick merasa bersalah dengan perubahan sikap Rius. Akhirnya Dominick, Hans dan Max mencari para pelayan. Cukup lama mereka mencari sampai pada akhirnya Hans menemukan pelayan berada di gudang bawah tanah. Mereka terkurung sama seperti Hans dan penjaga yang lain. Begitu sudah membebaskan para Pelayan, Dominick, Hans dan Max tentunya dengan mereka yang lain datang menemui Rius di quang tamu. Jujur saja para pelayan sangat merasa kaget ketika melihat bercak darah hampir ada di seluruh lantai Mansion. Nikenn25 | 237Athava meminta Dominick dan yang lain untuk duduk. Memberi instruksi melalui matanya dengan melirik Rius. Dan hal itu langsung dimengerti oleh Dominick dan yang lain. “Tuan maaf kami gagal menjaga Nona Ruby, terlebih saya yang lalai dalam menjalani tugas. Maafkan saya Tuan, saya mengecewakan Tuan.” Dominick berucap _lirih, menundukkan kepalanya. “Saya tidak membutuhkan kata maaf. Yang saya butuhkan adalah penjelasan dari kalian.” Rius menyahut dengan nada tenang namun menyeramkan. “Tuan, saya melihat seseorang berpakaian hitam masuk awalnya saya terkejut karena melihat orang itu bisa masuk ke dalam. Saya mengejar orang itu, pada saat itu saya sempat berteriak memanggil Max dan Dominick mereka datang begitupun dengan penjaga, kami mengejarnya sampai ke belakang. Saya dan Max sempat terpisah karena pada saat itu ternyata mereka tidak hanya sendiri, mereka berdua. Karena itu kami berpencar Tuan—” Jeda Hans meneguk salivanya dengan susah payah. "Saya melihat orang itu masuk ke dalam gudang, lalu tidak tahu bagaimana tiba-tiba saja lampu padam. Dan saya mendengar pintu yang tertutup, kami terkunci Tuan. Saya sempat mendengar teriakkan Nona memangil Max dan Dominick, tapi pada saat itu saya tidak bisa melakukan apapun karena posisi saya dan penjaga yang lain terkunci." Sambung Hans. Athava mengangguk pada Hans meminta Pria untuk meneruskan penjelasannya. Ia tahu posisi mereka yang saat ini ketakutan. “Saya pikir Dominick dan Max sudah menemui Nona. Karena posisi mereka ada di luar masih mengejar yang Protective's Pilot | 238satunya, setelah itu saya hanya mendengar suara tembakan yang berasal dari dalam,” tambah Hans pelan. Rius mengeraskan rahangnya menahan amarah. Kedua matanya mengkilat berapi-api. Siapapun yang melihat pasti akan tunduk ketakutan. “Tuan pada saat kami mengejar lampu memang padam. Kami sempat kegelapan Tuan, kami berdua juga mendengar teriakkan Nona Ruby. Saat kami hendak berlari masuk tiba- tiba saja ada yang memukul kepala kami dari belakang.” Kini Max yang bercerita menjelaskan secara detail kepada Rius yang terlihat sangat marah. Max sendiri memang sudah cukup lama bekerja bersama Rius. Ia dan yang lain tentunya jarang sekali melihat Pria tampan itu marah. Sebelum Ruby datang Pria itu pendiam tidak pernah sekalipun Max mendengar Rius yang marah. Tapi kali ini, kali ini di hadapannya sosok Rius benar-benar menakutkan. “Saya ingin kalian mencari keberadaan Caramella, Tbunya dan dua orang itu. Saya ingin kalian membawakan mereka untuk saya.” Ucap Rius datar namun terselip nada kemarahan. “Kami akan mencari mereka Tuan. Dan kami akan membawanya menghadap Tuan.” Sahut Max diangguki oleh Hans dan penjaga yang lain. Rius menatap salah satu pelayan, menatapnya dengan sangat tajam seolah ingin memakan mangsanya. “Kalian ada di mana saat orang-orang itu menyerang Ruby?” Tanya Rius. “Kami ada di dapur sedang merapikan di sana, lalu kami melihat ada asap yang masuk melalui celah jendela. Kami pikir itu hanya asap biasa tapi beberapa menit kemudian kami Nikenn25 | 239merasakan sesak dan kami tidak ingat lagi Tuan.” Jawab salah satu Pelayan. Biasanya Rius memanggil orang itu dengan sebutan Piter. “Rius ini sepertinya memang sudah direncanakan. Buktinya Mereka sampai menyiapkan racun asap. Mereka mengecoh Hans dan Dominick dengan dua orang yang mereka kirim.” Simpul Athava pada Rius. “Aku tidak peduli dengan rencana mereka. Tapi dengan apa yang mereka lakukan itu berarti mereka sudah siap berhadapan denganku, apalagi mereka sudah berhasil melukai orang yang kucintai. Itu sama saja mereka menyerahkan nyawanya padaku.” Rius berdiri dari duduknya, memasukkan tangannya ke dalam saku celana. “Aku ingin kembali ke rumah sakit.” Tambahnya beranjak pergi tanpa menatap yang lain. Athava menghela napas kasar, berdiri dari duduknya hendak pergi namun sebuah pertanyaan terlontar dari Dominick membuat Athava mengurungkan niatnya. “Tuan memangnya apa yang terjadi dengan Nona?” Tanya Dominick. “Ruby kritis, dia baru saja dioperasi untuk pengambilan peluru di dada gadis itu. Untungnya peluru tidak mengenai jantungnya.” Jawab Athava menepuk bahu Dominick. “Carikan mereka untuk Rius, Dominick.” Dominick mengangguk kencang. "Saya dan yang lain akan mencari mereka. Kami akan membawakannya untuk Tn. Rius, kami akan memastikan itu Tuan." Athava tersenyum melangkahkan kakinya menyusul Rius di luar yang sudah menunggunya. Ja berdecak pelan saat Rius justru malah memarahinya karena lama. Lagi dalam keadaan Protective's Pilot | 240seperti ini pun Rius masih sempat-sempatnya menyebalkan. Tapi untungnya Athava mengerti perasaan Rius sekarang. “Demi Tuhan aku sangat merasa bersalah pada Tn. Rius, dia tidak pernah terlihat menyeramkan seperti itu.” Ujar Piter. “Dan dia pun tidak pernah semarah itu.” Lanjut Dominick. "Aku merasa telah mengecewakannya." “Tidak hanya kau Dominick, kami pun merasa telah mengecewakannya.” Max menyahut lirih. “Aku akan membantu kalian mencari manusia laknat itu.” Geram Dominick mengepalkan tangannya. “Aku akan menyeret orang-orang itu agar berhadapan dengan Tn. Rius.” “Lebih baik kita bersihkan darah yang sudah mengering ini dulu sebelum mulai pencarian.” Usul Hans berdiri. “Tidak Hans!” Bantah Max berdiri menatap Hans. “Kita harus mencarinya sekarang, karena bisa saja mereka pergi jauh untuk menghilangkan jejak.” “Aku setuju dengan Max.” Dominick menepuk pundak Piter. “Kau dan yang lain bersihkan darah ini, pastikan darahnya hilang. Dan periksa tempat lain!” “Ya, Dominick!” “Ayo Hans, Max. Kita cari mereka.” Dominick berdiri kemudian berjalan ke arah pintu garasi. Mengambil kunci mobil yang sempat Rius berikan untuk Dominick jika ingin keluar ke mana-mana. Max dan Hans menyusul Dominick ke garasi. Mereka menyiapkan pakaian dan tentunya membawa senjata takut jika nantinya Caramella dan Ibunya akan melakukan penyerangan. Ya, setidaknya untuk berjaga-jaga tidak ada salahnya. Nikenn2s | 241Mereka bertiga bertekad untuk mencari Caramella juga penyuruh dari wanita kejam itu, mereka akan membawa orang-orang kejam ke hadapan Rius nanti. Protective's Pilot | 242PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 31. 10 Hari Kemudian. Sudah sepuluh hari lamanya Ruby masih terbaring di dalam ICU. Selama itu juga Rius selalu menemani Ruby dengan selalu ada di samping gadisnya. Kondisi gadis itu belum ada perubahan sama sekali masih tetap sama seperti hari-hari sebelumnya. Rius mengecup tangan Ruby sesekali mengusapnya dengan lembut. “Hai sayangku, masih betah tidur ya? Kaw tidak mau bangun. Ini sudah sepuluh hari sayang, bangunlah aku merindukanmu.” Bisik Rius membelai pipi Ruby. “Aku rindu mendengar tawamu. Bangunlah aku membutuhkanmu.” Tambahnya. Rius kembali mencium punggung tangan Ruby. “Hari ini aku harus meninggalkanmu dulu ya sayang! Tidak apa kan? Ada tugas dan tanggung jawab yang harus aku jalankan.” Rius menunduk membiarkan setetes air mata jatuh mengenai brankar. Setelahnya Rius kembali mengadah menatap wajah pucat Ruby. “Aku akan kembali dan menemanimu lagi, nanti akan ada Mommy dan Daddy. Mereka yang akan menggantikanku dulu hanya sementara sampai aku kembali.” Diam-diam Keshila melihat Rius didepannya. Kerapuhan anaknya yang tidak pernah Keshila lihat sebelumnya. Sebagai Ibu ia tidak tega melihat pemandangan seperti itu, Keshila bisa merasakan kesedihan yang Rius rasakan. “Rius?” Panggil Keshila serak. Rius mengusap matanya, berbalik ke belakang menatap Keshila. “Mom, aku mohon jaga Ruby. Jangan tinggalkan dia Nikenn25 | 243sendiri, kalau Mommy mau pulang tolong pastikan ada yang menemani Ruby di sini.” Sahut Rius. “Hubungi aku jika Ruby sudah sadar.” Tambahnya. Keshila mengangguk mengusap lengan Rius. Ia tahu Rius menahan untuk tidak menangis. “Jangan khawatir di sini Mommy dan Daddy akan menjaga Ruby. Kau bertugaslah dengan tenang.” Rius membalikkan tubuhnya menatap Ruby yang masih setia terpejam. Perlahan bibir Rius mendekat pada kening gadisnya. Tidak hanya di kening Rius juga memberikan beberapa kecupan di mata, terakhir hidung. “T love you baby, aku harap saat aku kembali nanti kau sudah bangun.” Bisik Rius di telinga Ruby. “Aku akan selalu menunggumu.” Tambah Rius kembali mencium kening Ruby. Ja menghela napas berat, sebenarnya Rius enggan meninggalkan Ruby. Tapi mau bagaimana lagi Rius sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaannya. Keshila mengangguk, mengusap lengan Rius. Ia tahu putranya itu enggan pergi. “Rius pergilah, ada Mommy di sini yang akan menjaganya.” Rius tersenyum sebelum benar-benar beranjak, Rius menyempatkan diri mencium punggung tangan Ruby. Menggenggamnya erat karena memang sangat berat untuk Rius meninggalkan Ruby. Rius menghela napas berat melepaskan tangan Ruby dan segera pergi dari ICU. Ia harus secepatnya pergi atau kalau tidak Rius akan semakin berat untuk meninggalkan Ruby. Keshila menatap pintu yang tertutup Rius sudah pergi. Ia menarik kursi dan mendudukkan bokongnya di sana. Perlahan tangan Keshila mengambil tangan Ruby. “Cepat sadar nak, Protective's Pilot | 244kau lihat? Dia sangat rapuh tanpamu. Sebagai Ibu aku merasa sakit melihatnya serapuh itu, Ruby ini permohonan seorang Ibu untuk kebahagiaan anaknya. Bangunlah nak Mommy Shila memohon padamu.” Gumam Keshila menangis. “Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anakku. Bahkan jika aku harus bertukar tempat denganmu aku mau, asal anakku tidak serapuh itu.” Tambahnya tersendu. Keshila menempelkan tangan Ruby pada _pipinya. Menangis meraung sambil bergumam memohon agar Tuhan mau mengembalikan kebahagiaan putranya. Memohon pada Tuhan untuk memberikan kesembuhan pada gadis yang selama sepuluh hari ini masih terbaring. “Semenjak kau hadir kembali, hidup putraku berubah nak. Dia begitu bahagia, sering kali tersenyum dan tertawa. Nak sadarlah, Mommy Shila memohon padamu.” Keshila terisak mengecup punggung tangan Ruby. Ia terkejut saat tiba-tiba saja ada yang memeluknya dari belakang. Tidak perlu melihat siapa yang memeluknya karena Keshila sudah tahu siapa orangnya. “Kenapa menangis?” Bisik Keenan mencium bahu Keshila. “Aku tidak menangis, Keenan!” Keshila menyahut lirih. “Apa penyebabnya, Heum?” Keenan melepaskan pelukannya lalu berlutut di samping istrinya. “Aku tidak suka melihat istriku menangis.” “Aku hanya nangis melihat nasib Ruby dan melihat kerapuhan di mata putra kita. Rasanya hatiku sakit Keenan, aku tidak bisa melihat anakku seperti itu.” Keshila terisak dengan tangan yang satunya meremas tangan Keenan. Nikenn2s | 245“Aku pun sakit Shila, tapi ini adalah ujian yang Tuhan berikan untuk cinta mereka berdua. Disinilah ujian Rius dan Ruby mereka harus bisa melewati masa-masa menyakitkan ini.” “Tapi Keenan—” “Shila aku yakin Rius dan Ruby bisa melewatinya.” Sela Keenan mencium tangan Keshila. “Shila, ada kabar yang harus aku beritahukan padamu. Sebenarnya aku harus memberitahukan hal ini pada Rius, tapi karena dia harus bertugas jadinya aku terpaksa menutupinya sampai Rius kembali.” “Apa?” Keenan menghela napas kasar, matanya menatap Ruby yang masih kritis. “Alat-alat Ruby harus dilepaskan jika Minggu depan dia belum juga sadar.” “Kau gila? Kau mau Rius mengamuk? Dia pasti tidak akan setuju, Keenan.” Keshila menatap Keenan tak percaya. “Tapi itulah keputusan Dokter. Mereka sudah berusaha untuk mempertahankan Ruby.” “Rius takkan bisa menerimanya.” Keshila kembali terisak. “Kalau dokter melepaskan alat-alat Ruby itu sama saja mereka menyerah.” “Shila kita masih mempunyai waktu sampai minggu depan. Kalau sampai minggu depan Ruby tidak juga sadar maka kita harus siap merelakannya.” “Aku tidak bisa melihat Rius rapuh! Aku tidak bisa Keenan.” “Shila—” Protective's Pilot | 246“Kita bawa saja Ruby ke rumah sakit yang lain. Kita harus menyelamatkan hidup anak kita Keenan.” Sela Keshila tersendu. “Shila dengarkan aku sayang—” Jeda Keenan menangkup wajah Keshila. Menatap mata istrinya yang memerah. “Sekarang ini Ruby bertahan hanya karena bantuan selang dan oksigen di wajahnya. Kita tidak bisa memaksanya untuk tetap bertahan, jika Tuhan menginginkannya maka kita harus merelakannya.” Sambung Keenan. Keshila terdiam mengalihkan pandangannya dari Keenan. Matanya terus meneteskan air saat melihat pada Ruby. Ia hanya takut Rius tidak bisa menerimanya, dan Keshila juga tidak akan bisa membayangkan bagaimana rapuhnya Rius jika tahu tentang ini. Ya Tuhan, jangan ambil dia dari kehidupan putraku. Berikanlah kesempatan untuknya tetap hidup dan bahagia bersama putraku. Aku tahu semua atas kehendakmu Tuhan, tapi jika boleh aku meminta dan memohon kepadamu. Aku mohon jangan kau ambil dia dari kehidupan anakku. Batin Keshila lirih. “Shila kita keluar ya? Ada dokter ingin memeriksa keadaan Ruby.” Bisik Keenan memegang bahu Keshila yang bergetar. Keshila melepaskan tangan Ruby dan beranjak keluar ICU bersama dengan Keenan. Membiarkan sang Dokter memeriksa Ruby, dan Keshila berharap ada keajaiban yang datang. “Keenan apa pelakunya belum ditemukan?” Tanya Keshila menatap ke dalam ruang ICU. Nikenn2s | 247“Belum Max dan Dominick masih mencari. Aku juga sudah mengerahkan penjaga di Mansion kita untuk membantu Max mencari pelakunya.” Jawab Keenan mencium kening Keshila. “Aku ingin dia tersiksa untuk apa yang telah mereka lakukan.” Balas Keshila. “Rius pasti sudah memastikan itu. Anak kita takkan diam saja!” Timpal Keenan tersenyum kecil. Keshila sangat mengutuk perbuatan orang-orang yang sudah berani mengusik ketenangan putranya. Jika Rius menemukan orang itu, Keshila sangat berharap anaknya itu tidak memberikan ampun. Karena baginya orang yang berbuat keji seperti itu tidak bisa dikatakan manusia melainkan seorang iblis berwujudkan manusia. “Mommy?” Panggil Athava dan Lechia bersamaan. Mereka baru saja datang membawakan makanan untuk Keshila dan juga Keenan. Keshila menoleh, tersenyum menatap putranya dan Lechia. “Ya, kalian datang?” Sahutnya mengajak Lechia duduk di kursi. “Bagaimana kabarmu? Maaf Mommy belum sempat melihatmu ke apartement.” “Kabarku sudah baik Mom, tidak masalah untukku.” Lechia tersenyum. “Oh ya. Aku dan Athava membawakan Mommy dan Daddy makanan, pasti kalian belum makan kan?” “Daddy sudah makan berikan saja pada Mommy!” Ujar Keenan mengusap kepalanya Lechia. Lechia mengerucutkan bibirnya ke depan. “Oh ayolah Dad, ini masakan buatanku sendiri. Waktu pertama kali bertemu dengan Ruby dia langsung mengajariku memasak!” Kata Lechia terkekeh. Protective's Pilot | 248Mendengar nama Ruby membuat wajah Keshila berubah sedih kembali. Teringat akan ucapan Keenan mengenai alat yang harus dilepaskan Minggu depan. Athava tersenyum, tatapan matanya tidak sengaja melihat perubahan wajah Keshila langsung mendekati ibunya itu. “Mommy kau baik-baik saja?” Tanya Athava duduk di sebelah Keshila. “A-apa a-aku sa-salah bicara?” Tanya Lechia terbata. Ia juga menyadari perubahan raut wajah Keshila. “Tidak ada yang salah!” Jawab Keshila menunduk. “Mommy hanya sedih, Mommy tidak akan pernah siap.” “Ada apa Mom?” Athava kembali bertanya. “Katakan padaku, tidak siap kenapa?” “Minggu depan alat Ruby harus dilepas. Dokter sudah angkat tangan.” Ucap Keenan yang sedari tadi bungkam. “A-apa?” Lechia terkejut menatap Keenan tidak percaya. Ia berdiri memegang tangan Keenan. “Daddy kau bercanda kan? Bagaimana mungkin dokter angkat tangan begitu saja?” “Lechia!” Keenan memeluk gadis itu karena bagaimanapun Lechia sudah seperti anaknya sendiri. “Ruby bertahan sampai saat ini karena alat bantuan.” Lanjutnya. Lechia menggelengkan kepalanya. Melepaskan pelukan Keenan dan beralih menatap Athava. Memeluk kekasihnya itu dengan isakannya yang lirih. “Apa Rius sudah tahu soal ini?” Tanya Athava dengan pandangan yang sulit diartikan. “Belum!” Jawab Keenan menghela napas. “Dia sedang bertugas, Daddy tidak mau membebaninya.” Athava terdiam mulutnya seolah dibuat bungkam oleh ucapan Keenan. Jika dokter angkat tangan itu berarti sudah Nikenn25 | 249tidak ada harapan lagi untuk gadis itu kembali hidup. Kenapa semua jadi seperti ini? Bagaimana perasaan Rius saat tahu kalau sangat kecil kemungkinan Ruby untuk hidup? Athava dan Rius memang tidak terlahir kembar, tapi jika adiknya itu merasakan sesuatu Athava bisa merasakan juga. Keluarga tidak akan bisa melihat perubahan Rius lagi jika minggu depan alat-alat di tubuh Ruby benar-benar dilepas. Sudah cukup perubahan Rius waktu lalu, saat ini Keluarga sangat berharap akan ada_ keajaiban yang datang menyelamatkan Ruby. Dan juga Athava berharap kalau memang Tuhan sudah menentukan, ia dan keluarga sangat berharap Rius bisa menerima itu dengan keikhlasan. “Daddy harus memberitahu Rius. Dia harus tahu sekarang juga tidak peduli jika Rius sedang bertugas atau sedang melakukan apa.” Jelas Athava menatap Keenan. “Tidak bisa Athava! Kita harus memikirkan perasaan Rius, kita tidak bisa memberitahu berita seperti ini saat dia jauh dari Ruby—” Jeda Keenan menyahut dengan kepala yang menggeleng tidak setuju. “Tidak Athava, itu sangat tidak benar.” Lanjut Keenan. “Lalu apa Daddy sudah memikirkan bagaimana perasaan Rius? Ketika dia kembali dalam keadaan lelah dia harus tahu hal seperti ini?” Tanya Athava sedikit menahan suaranya. “Dia akan lebih terluka nantinya. Keputusan ada di tangan Rius, Dad! Dia akan sangat terluka jika tahu kita terlambat memberitahu hal besar ini.” Keenan terdiam menatap putranya lekat. Memang benar Rius harus tahu hal ini, tapi Keenan juga tidak bisa memberitahukan Rius begitu saja. Terlebih saat ini Pria itu Protective's Pilot | 250sedang bertugas, Keenan hanya tidak mau mengejutkan Rius saat pria itu sedang jauh, apalagi Keenan sangat tahu sifat Rius yang tidak akan terkontrol ketika tahu hal ini. Nikenn2s | 251PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 32. Athava dan Keenan sekarang ini sedang bersiap-siap hendak meninggalkan rumah sakit mereka baru saja mendapati telfon dari Benicno. Lebih tepatnya Athava yang mendapatkan telfon dari Benicno, pria itu memberitahu tentang keberadaan ibu dan kakak tiri Ruby. Ya, karena Benicno juga turut andil membantu dalam hal ini. Keshila, dia merengek ingin ikut dengan suami dan juga putranya. Namun Keenan melarang karena tidak ada yang menjaga Ruby di rumah sakit, karena Lechia sudah lebih dulu pulang ke apartement itu pun atas perintah Athava. Karena terus merengek akhirnya Keenan mengalah, dia meminta penjaganya yang ada di Mansion untuk datang dan berjaga di luar ruangan. Sebelum pergi Keenan juga meminta Dokter untuk terus memeriksa keadaan Ruby. Keshila bersorak girang karena diizinkan untuk ikut. Tangannya sudah terasa gatal ingin mencakar wajah-wajah iblis itu. Tentunya untuk memberikan pelajaran sebelum Rius tahu dan menghabisi mereka semua. Jadi sebelum putranya Keshila sudah harus lebih dulu menyiksa manusia iblis itu. Keenan _menggeleng-gelengkan kepala _—_melihat kegirangan sang istri. Tapi Keenan juga senang karena akhirnya istrinya itu bisa tersenyum lagi. Ia tidak akan menahan Keshila jika memang ingin melakukan sesuatu, asal nanti Keshila tidak mendahului untuk membunuh mereka karena Rius belum mengetahuinya. Keenan juga sangat berterima kasih pada Benicno yang sudah menahan mereka untuk Rius. Para penjahat itu saat ini Protective's Pilot | 252sudah ditangani oleh Max dan Dominick tentunya atas bantuan Benicno. Setelah cukup lama di perjalanan akhirnya mobil Keenan berhenti di sebuah gedung tua yang sudah kosong cukup lama. Dan di gedung itulah mereka ditahan. Keshila, dia merasa sudah tidak sabar lagi dan langsung saja turun, menarik tangan Keenan dengan tidak sabaran. “Sebentar sayang!” Keenan terkekeh _—melihat keantusiasan Keshila. “Jangan lama aku sudah gatal ingin menggaruk wajah mereka, Keenan.” Keshila memekik saat melihat Benicno, ia melepaskan tangan suaminya berlari ke arah Benicno. “Aku rasa mereka akan mati sebelum Rius datang.” Celetuk Athava terkekeh pelan. “Dan aku berharap ibumu tidak menghabisinya,” ujar Keenan kemudian menyusul Keshila bersama dengan Athava. Keshila sudah masuk lebih dulu bersama Benicno. Ya, karena wanita itu terus menarik paksa tangan Benicno. Untungnya Pria itu tidak terjatuh karena terpaduk bebatuan. “Ben, di mana mereka?” Tanya Keshila. “Di dalam pintu yang itu Tante, mereka di sana bersama dengan Ma~—” Ucapan Benicno terhenti, kedua matanya melebar ketika Keshila berlari meninggalkan dirinya yang belum selesai bicara. “Ya Tuhan, dia persis seperti Rius.” Benicno bergumam sambil mengusap dadanya. Keshila masuk ke dalam melihat Max dan Dominick yang sedang berjaga di sana. Ia tersenyum puas ketika melihat dua orang wanita dalam keadaan tangan terborgol dengan besi yang ada di sana. Nikenn25 | 253“DASAR IBLIS!” Teriak Keshila melepaskan heelsnya dan melemparkannya pada Helena. Max dan Dominick menoleh, menatap ke arah pintu. Kedua mata mereka terbelalak kaget memandang Keshila. “RASAKAN INI!” Keshila_ kembali melemparkan heelsnya kini tepat mengenai hidung Caramella. “Ah sialan, seharusnya aku bawa heels yang banyak.” Tambahnya bergumam. Ia berlari ke arah Helena mengambil heelsnya dan kembali melemparkannya pada Pria yang ada di samping Helena. Helena dan Caramella mengaduh kesakitan. Darah mengalir dari dahi Helena dan juga hidung Caramella yang terkena lemparan heels Keshila. “Nyonya?” Panggil Dominick hendak menahan Keshila namun tidak jadi karena larangan Keshila. “Jangan mendekat Dominick.” Pinta Keshila terengah. “Jangan ikut campur saat aku memberikan pelajaran pada manusia iblis ini.” “Ta-tapi—” Keshila melotot membuat Dominick menunduk tidak berani. Lalu tiba-tiba saja Keshila membuka tasnya mengambil sesuatu di sana. “Kau mau apa?” Teriak Caramella ketakutan. “MEMBUATMU BOTAK BODOH!!” Balas Keshila berteriak. Wanita itu meraih rambut Caramella lalu mengguntingnya asal-asalan, sedangkan Helena hanya mampu berteriak. Bukannya membuat Keshila berhenti tapi justru semakin beringas, rambut Helena pun tidak lepas dari Keshila. Protective's Pilot | 254Athava tertawa kencang menyaksikan kebuasan yang Tbunda. Sejak tadi dia memperhatikan betapa buasnya Keshila menyerang Helena dan Caramella. “Tbumu sangat beringas Athava.” Ujar Keenan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. “Tbuku adalah istrimu Dad!” Sahut Athava sambil melangkahkan kakinya mendekati Dominick dan Max. “RASAKAN INI, BERANINYA KAU MENGUSIK KETENANGAN PUTRAKU.” Keshila kembali membuat kelabakan Pria di samping Helena. “DIAM KAU MAU AKU POTONG HINGGA HABIS HA!” Tambahnya sambil mengacungkan gunting berteriak kencang membuat Pria itu diam saat itu juga. Karena si Pria tahu jika dipotong yang dimaksudkan oleh Keshila adalah hal lain. “Uhh, Mommyku sangat keren.” Gumam Athava sambil diam-diam merekam. “Ayo Mom, habiskan dia. Tapi jangan sampai mati karena kita harus memberikan kesempatan pada Rius.” Keenan melotot melihat aksi putranya, Athava! Keenan pun lantas mendekat pada Athava. “Dasar anak durhaka kau malah merekam.” Gerutu Keenan seraya mengambil handphone Athava dan memasukannya ke dalam saku celana. “Oh yaampun! Daddy!” Protes Athava kesal. Keenan kembali melotot, ia menghampiri Keshila menarik tubuh sang istri agar menghentikan keberingasannya itu. “Sudah Shila.” Ucap Keenan. “Diam Keenan, aku belum puas.” Sahut Keshila terengah-engah. Nikenn2s | 255“Sudah-sudah!” Balas Keenan menyeka keringat Keshila. “Dengarkan aku sayang, biarkan ini menjadi urusan Rius.” Tambahnya menenangkan sang istri. “Aku hanya ingin memberi mereka kenang-kenangan sebelum mereka mati.” Keshila merapikan rambutnya. “Sialan aku lelah.” Sambung Keshila mendengus. “Karena itu sudahlah, biarkan nanti Rius yang memberi mereka pelajaran!” “Baiklah!” Keshila pasrah, setidaknya dia sudah puas membuat botak Helena dan Caramella juga dua Pria yang tidak diketahui namanya. “Apa dia istrimu? Heh tidak disangka kau ini sangat tampan tapi mengapa kau justru malah memiliki istri seperti preman.” Sinis Helena. “KAU MAU MATI YA?” Teriak Keshila siap menyerang namun Keenan kembali menahannya. “OH! AKU LUPA! KAU MEMANG MAU MATI SEBENTAR LAGI.” “Tstrimu itu gila, tidak mempunyai otak.” Helena kembali berucap sengaja memancing kemarahan Keshila. Keshila meraih heelsnya dan melemparnya pada Helena hingga ujung heelsnya itu mengenai kepala Helena sehingga langsung mengeluarkan darah. “HAHAHAHA RASAKAN ITU!” Tawa Keshila puas. Athava kembali terbahak, kali ini sambil memegangi perutnya. Ia tidak pernah menduga kalau Keshila akan seberingas ini jika sedang marah. “Ya Tuhan. Ibunya saja seseram ini lalu bagaimana dengan putranya nanti?” Gumam Benicno mengusap wajahnya pelan. Protective's Pilot | 256“BEN, AKU MENDENGARMU.” Teriak Keshila membuat Benicno terlonjak kaget. Pria itu menyengir dan melangkah perlahan ke belakang Athava. “Sudah lebih baik kau diam saja. Macan betina sedang mengamuk kau tahu itu.” Bisik Athava menahan tawanya. “Tbumu sangat menyeramkan, Thav!” Balas Benicno berbisik. Dia tidak ingin terkena ujung heels Keshila seperti Helena. Athava tertawa kencang mendengar ketakutan Benicno di belakangnya. Pria itu hanya menyeramkan saja tapi takut saat disentak seperti itu oleh Keshila. “Dasar badanmu besar tapi penakut!” Cibir Athava membuat Benicno berdecak pelan disertai pukulan kecil. Keenan menunggu situasi sedikit menenang, barulah Keenan melangkah menghampiri Helena, menjongkokkan tubuhnya bersejajar dengan Helena. “Katakan apa maksudmu ingin membunuhmu Ruby?” Tanya Keenan tanpa berbasa- basi lagi. “Aku ingin dia mati. Karena dia sudah merebut Pria yang anakku sukai.” Jawab Helena menggeram. “Siapa?” Tanya Keenan kembali. “Pria itu adalah Tn. Rius.” Jawab Max yang sedari tadi hanya bungkam. “APA? OH TIDAK, AKU TIDAK AKAN PERNAH SUDI PUNYA MENANTU LAKNAT SEPERTI ANAKMU SIALAN!” Teriak Keshila melempar gunting ke arah Helena untungnya gunting itu hanya menancap tepat di samping kaki Helena. “Oouuh!” Ringis Benicno menutupi wajahnya. Nikenn25 | 257“Ya Tuhan. Mommy kau sangat, ughh seksi.” Athava terkekeh kencang. Namun langsung bungkam ketika mendapati pelototan dari Keenan. “Shila tahan dulu emosimu.” Keenan berucap dengan tegas tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Keshila melotot menatap punggung Keenan dengan mata yang berkaca-kaca. Pria itu secara tidak langsung membentaknya dan Keshila sama sekali tidak menyukai itu. Keshila melangkah mengambil kedua heelsnya lalu melewati Keenan begitu saja, tanpa menoleh, tanpa melirik sedikitpun. “Athava antarkan Mommy pulang.” Ujar Keshila sambil memakai heelsnya. “Tap-tapi—” “Ya sudah, Mommy pulang sendiri.” Sela Keshila ketus. Ja sedikit berlari meninggalkan gedung kosong itu. Keenan menghela napas kasar seraya membalikkan tubuhnya menatap Keshila. “Shila kau mau ke mana?” Tanya Keenan. “BUKAN URUSANMU!” Teriak Keshila menutup pintu dengan kasar. Dia kesal pada Keenan, pria itu berucap tegas di depan manusia iblis. Dan yang lebih membuat Keshila kesal adalah senyum penuh licik dari Helena. Keenan mengacak rambutnya frustasi. Ia seakan sadar penyebab kepergian Keshila, itu pasti karena tadi dirinya berucap tegas dan ia sangat tahu kalau Keshila sangat membenci hal itu. Keenan berdiri menegakkan tubuhnya, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Lantas tanpa sepatah katapun Keenan berbalik pergi dari ruang gudang tua itu. “ATHAVA PULANG!” Teriak Keenan dari luar ruangan. Protective's Pilot | 258“Ya Tuhan.” Benicno bergumam sendiri. “Keluarga macam apa yang suaranya bisa sekeras itu. Mereka makan apa sebenarnya?” “Makan nasi bodoh!” Athava menjitak kepala Benicno. Ia lalu mendekat pada Helena kemudian dengan jahilnya membenturkan kepala wanita itu dengan Pria botak di sampingnya. “Aauuh, pasti sakit! Tapi itu tidak seberapa.” Tambahnya berlari dari ruangan karena Keenan terus menerus menghubunginya. Benicno menghela napas lega karena keluarga dari sahabatnya itu sudah pergi. Ia jadi bisa menenangkan jantungnya yang sedari tadi berdetak kencang. “Max jaga mereka jangan sampai kabur. Besok Rius sudah kembali dari tugasnya.” Ucap Benicno. “Ya pasti Tuan.” Sahut Max menundukkan kepalanya. “Sudah, aku pergi dulu. Aku ingin melihat Ruby di rumah sakit!” Balas Benicno seraya pergi meninggalkan ruangan berbau lembab itu. Nikenn25 | 259PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 33. 12 Hari Kemudian. Keenan memohon pada sang Dokter untuk tetap mempertahankan alat bantu pada Ruby. Ini pertama kalinya seorang Keenan Ryford memohon pada seorang dokter demi istri dan anak tercinta. Saat di gudang tua itu Keshila mendiamkan Keenan, baru tadi Keshila berbicara kepadanya itu pun hanya karena Dokter datang untuk melepaskan alat- alat di tubuh Ruby. “Saya mohon jangan dulu dilepas. Setidaknya sampai p'ttraku datang.” Pinta Keenan pada dokter. “Tuan ini sudah dua belas hari tapi belum ada tanda- tanda dari Nona Ruby untuk sadar. Kami semua sudah angkat tangan Tuan.” Dokter itu menatap Keenan. “Kami harus melepasnya. Karena pasien sudah tidak mempunyai tanda- tanda kehidup—” “Sekali lagi kau berbicara saya akan memastikan kedokteranmu dicabut.” Sela Rius yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. Melihat orangtuanya memohon pada dokter, dan pastinya mendengar ucapan sang dokter yang ingin melepaskan alat pada tubuh Ruby. “Rius?” Gumam Keenan pelan. Rius_ berjalan | menghampiri sang dokter lalu mendorongnya agar menjauh dari brankar Ruby. Ia kemudian memasangkan kembali selang pada hidung Ruby dan juga memasang oksigen pada mulut Ruby. Setelahnya Rius menunduk mencium kening Ruby, ada kesedihan di dalam Protective's Pilot | 260matanya karena tahu kalau Ruby masih sama seperti beberapa hari lalu. “Aku kembali sayang, bangunlah pastikan pada dokter kalau kau masih bertahan untukku.” Bisik Rius di telinga Ruby. “Ayo bangun sayang. Aku sudah kembali untuk menemanimu.” Rius kembali mencium kening Ruby, setetes air jatuh mengenai kening gadisnya. “AYO BANGUN SAYANG, BANGUN RUBY BANGUN. BUKTIKAN PADA MEREKA KALAU KAU MASIH BERTAHAN UNTUKKU.” Tambahnya mengguncang tubuh Ruby. “Kalau kau tidak bangun juga aku bersumpah, aku bersumpah akan membencimu seumur hidupku. Aku bersumpah tidak akan ada wanita lagi dalam hidupku jika kau berani-beraninya pergi meninggalkanku.” “Rius sudah!” Keenan meraih tangan Rius, namun tangannya ditepis kasar oleh Rius. “Sayang bangun ya, kalau kau bangun aku janji akan mengajakmu mengelilingi dunia. Ke mana pun kau mau aku akan membawamu. Tapi-” Jeda Rius mengusap kasar air matanya. “Tapi sebelum itu kau harus bangun dulu.” Lanjut Rius tersenyum lirih. Rius menarik tangannya seraya menjauh dari brankar Ruby. Ia melangkah mundur sampai punggungnya membentur dinding, menyandarkan tubuhnya di sana namun tidak melepaskan pandangannya dari Ruby. Rius menghela napas kasar. “Aku harus pergi, nanti aku akan kembali.” Ucap Rius dingin. “Jangan pernah menyentuh gadisku.” Tambahnya memperingati. “Kau mau ke mana Rius?” Tanya Keenan. Nikenn25 | 261Rius tidak menjawab, ia terus melangkah membuka pintu ruang ICU, meninggalkan rumah sakit dengan amarah yang sudah sangat menggebu. “Keenan kejar Rius, aku yakin dia akan menemui Helena dan anaknya.” Ujar Keshila mendorong Keenan agar mengejar putranya itu. Keenan menganggukkan kepalanya. Mencium kening Keshila dan setelahnya berlari mengejar Rius yang sudah tidak terlihat lagi. Dokter berniat melepaskan alat di tubuh Ruby, namun hal itu terlihat oleh Keshila yang langsung berbicara lantang. “Kau mau apa?” Tanya Keshila tajam. “Nyonya kami—” “Putraku sudah bilang jangan menyentuh gadisnya. Jadi kau tidak perlu melakukan apapun.” Potong Keshila pada Dokter. “Aku tahu kau sudah angkat tangan, tapi biarlah tetap seperti ini sampai anakku kembali.” “Baiklah!” Sang dokter pun pasrah, dan pada akhirnya memilih pergi bersama suster. Mengurung niat untuk mencabut alat bantu pada Ruby. Keshila melangkah mendekat pada brankar Ruby. Berdiri di sisi gadis itu, “Jangan khawatir nak. Rius akan membalas kesakitanmu.” Gumam Keshila mengusap kening Ruby. “Bahkan Rius akan membalasnya melebihi kesakitanmu, jadi nanti kau tidak perlu lagi takut akan manusia iblis itu.” Keshila menarik kursi dan menduduki bokongnya di sana. Sambil menggenggam tangan Ruby, ia merapalkan doa untuk keselamatan suami dan putranya. Begitupun untuk kesadaran Ruby. oe Protective's Pilot | 262Rius turun dari mobil tanpa menutup pintunya sama sekali. Dirinya sudah terlalu dikuasai oleh amarah yang selama ini tertahan karena Helena dan Caramella belum ditemukan. Tapi sekarang ia tidak perlu lagi menahannya. Rius menendang pintu ruangan di mana Helena dan Caramella disekap. Di dalam sana mereka semua terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka lebar. Rius melangkah mendekat pada Helena dan langsung menamparnya tanpa mengatakan apapun lagi. Ia benci kekerasan tapi dirinya takkan ragu untuk menyakiti jika orang itu tidak berani-beraninya mengusik. Setelah puas menampar Helena, Rius bergantian menampar Caramella. Tamparan yang begitu kencang tanpa ragu sama sekali. Setelah puas menampar Rius melepaskan jasnya dan melemparnya sembarang. Ia menggulung lengan kemeja hingga batas sikut, tatapan matanya begitu tajam menusuk Helena dan Caramella. Keenan hanya diam melihat tindakan Putranya. Ia takkan menahan Rius sekalipun putranya akan membunuh, karena bagaimanapun Keenan seorang pria sekaligus seorang ayah yang bisa mengerti perasaan anak-anaknya. “Tolong hentikan!” Teriak Helena saat Rius hendak menamparnya lagi. “Hentikan?” Ulang Rius tersenyum sinis. “Kau bilang hentikan, Ha? Apa pada saat gadisku minta kau untuk menghentikan sayatan di tangannya, kau langsung berhenti? TIDAK, KAU TIDAK MENGHENTIKANNYA. KAU MEMBIARKAN DIA KESAKITAN.” Tambahnya berteriak menampar Helena kencang hingga merobek sudut bibir wanita itu. Nikenn25 | 263“Cukup jangan menampar—aakkhh.” Teriak Caramella terhempas pada Helena ketika tangan besar Rius kembali menamparnya. “Dominick bawakan tembakanku.” Pinta Rius datar. Matanya menatap Caramella membunuh. Dominick menghampiri Rius lalu memberikan tembakan yang diminta oleh Pria itu. Setelahnya Dominick kembali mundur dan diam di tempatnya semula. “Kau menembak gadisku kan waktu itu? Di mana?” Rius bertanya sambil mengusap ujung tembakan. “Di sini? Atau di sini?” Tambahnya menunjuk tangan dan dada atas Caramella. Sebelum berangkat bertugas Rius kembali pulang ke Mansion, dia ingin melihat bukti cctv yang sempat dimatikan. Tapi untungnya tidak semua cctv mati, ada beberapa yang menyala dan bagian menyala itu adalah cctv tersembunyi. Dari situ Rius bisa melihat Helena juga Caramella. Bagaimana kedua wanita itu melukai gadisnya tanpa rasa kasihan sedikitpun. “Titu... A-aku-” Rius menaikan sebelah alisnya seraya mengarahkan tembakan pada lengan Caramella. Sedetik kemudian terdengar suara tembakan dan juga jeritan kesakitan Caramella. Helena terisak memandang putri satu-satunya terisak kesakitan. Ia histeris melihat darah mengalir dari tangan Caramella. “Apa sakit?” Tanya Rius mengusap darah Caramella lalu menempelkannya pada pipi wanita itu. “Sakit aku mohon hentikan!” Jawab Caramella terisak. Protective's Pilot | 264“Apa pada saat gadisku menjerit kesakitan kau langsung menghentikannya?” Tanya Rius berdiri dari hadapan Caramella. “Aku minta maaf, tolong jangan.” Isak Caramella tersendu. Sesekali merintih kesakitan. “Sayang sekali maafmu terlambat.” Kata Rius tersenyum sinis. Lantas kembali menekan pelatuk tembakan membuat Helena menjerit kencang. Padahal tembakan itu terarah pada atas atap gedung. “Hei kenapa kau berteriak?” Rius tertawa miring. “Jangan sakiti putriku, tolong lepaskan kami.” Helena memohon terisak. “Dan membiarkanmu menyakiti gadisku lagi?" Rius menyahut membentak. "Kau pikir aku sebodoh itu, Ha?” “Maafkan kami.” Rius tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu tanpa diduga Rius mengeluarkan pisau dari saku celananya, dan kemudian ia menusukkan pisau itu pada tangan Helena yang terborgol. “Aaarghhh!” Helena meringis kesakitan menatap tangannya yang terbuka akibat sayatan pisau. “Berapa kali kau menyayat tangan gadisku?” Rius bertanya sambil terus memutar pisau di bagian luka Helena, kemudian Rius menusukkan pisau itu di luka yang sama sebanyak dua tusukan dengan yang tadi menjadi tiga tusukan. Ta bahkan tidak perlu berbasa-basi. “Aku rasa itu cukup.” Tambahnya merasa puas karena sudah membuat Helena berteriak kesakitan. “Apa lagi kira-kira luka pada tubuh gadisku?” Tanya Rius kembali memainkan tembakan. Nikenn25 | 265“Tidak jangan, aku mohon padamu. Tolong kasihani kami.” Caramella menggeleng pelan saat Rius mengarahkan tembakan tepat pada dadanya. “Kau ingin aku mengasihani kalian. Tapi tidak ada satupun dari kalian yang mengasihani gadisku saat berteriak kesakitan.” Ucap Rius mengetatkan rahangnya ketika mengingat tubuh Ruby yang terjatuh berlumuran darah. “Maaf kami takkan mengulanginya lagi.” Sahut Caramella terisak. Matanya menatap sedih ke arah Helena. “Tolong bawa ibuku ke rumah sakit, dia sudah lemas.” Tambahnya ketika Helena sudah tidak berdaya lagi. “Apa saat gadisku lemas karena ulah kalian, kalian langsung membawanya?” Rius kembali membalikkan ucapan Caramella. “Tidak, jawabannya adalah tidak. Kau dan Ibumu tidak membawanya ke rumah sakit, kalian membiarkan gadisku kehilangan banyak darah.” “Kenapa kau terus membahasnya?” Teriak Caramella memberontak. “JANGAN BERTERIAK SIALAN!” Bentak Rius menampar Caramella kencang. “Aku benci kekerasan. Tapi aku takkan ragu untuk menyakiti lawanku, termasuk menyakiti dan mengenyahkan kalian dari muka bumi ini.” “Kenapa kau selalu membela jalang itu Ha?” Rius kembali melayangkan tangannya kali ini sangat kencang sampai-sampai hidung Caramella mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Ia menarik kasar kedua pipi Caramella. "Jalang yang kau maksud itu adalah gadisku.” Geram Rius menekan kata Gadisku. “Dia bukan jalang seperti yang kau katakan. Dia seorang gadis, dia cintaku.” Protective's Pilot | 266“Aku tidak peduli dia mau gadismu atau jalangmu. Yang aku tahu dia adalah gadis sialan yang sudah sepantasnya mati.” “Katakan sekali lagi?” Pinta Rius menggeram. “Aku tidak peduli dia mau gadismu atau jalangmu. Yang aku tahu dia adalah gadis sialan yang sudah sepantasnya mati.” Ulang Caramella menekan setiap kata. Rius melempar kasar wajah Caramella membuat kepala wanita itu terbentur besi yang menjadi sanggahan. “Bukan gadisku yang pantas mati. Tapi kau, kau yang seharusnya mati.” Kata Rius menatap Caramella dengan sangat tajam. “Gadismu yang harusnya mati.” Balas Caramella membalas tatapan Rius tidak kalah tajamnya. Rius semakin menggeram, ia menginjak kaki Caramella tepat tulang kering wanita itu. Membuat Caramella memekik sakit. “Ayo bicara lagi, semakin kau bicara. Semakin aku ingin melenyapkanmu.” Timpal Rius. “Tolong jauhkan kakimu. Rasanya sangat sakit sekali.” Ringis Caramella. “Baiklah!” Rius mengangkat kakinya menuruti permintaan Caramella. “Sepertinya kau sangat sudah tidak sabar untuk mati ya?” Caramella terbelalak, kepalanya menggeleng cepat. “Tidak jangan, tolong lepaskan aku... Aku janji tidak akan menyakiti Ruby lagi.” “Sayang sekali kau sudah menyakitinya.” Rius tersenyum miring, menempelkan tembakan di kening wanita itu. “Dalam hitungan ketiga, peluru ini siap meledakkan kepalamu.” “Jangan!” Isak Caramella menatap Rius memohon. “Satu!” “Tidak jangan aku mohon.” Nikenn25 | 267“Dua!” “Tidak-tidak jangan, aku menyesal sudah menyakiti gadismu. Maafkan aku.” “Tig” Rius berhenti menghitung, matanya mengerjap pelan. “Rius jangan!!” Suara lemah itu berasal dari belakang Rius. Suara itu yang selama beberapa minggu ini tidak terdengar lagi. Suara yang begitu Rius rindukan. Rius dengan perlahan menurunkan — tembakannya. Membalikkan tubuhnya ke belakang, dan saat itu juga tubuh Rius terasa lemas melihat gadisnya terduduk di kursi roda. “Ru-Ruby?” Gumam Rius tidak percaya. “Jangan sakiti mereka.” Lirih Ruby sambil mendorong kursi rodanya mendekati Rius. Rius berlutut di hadapan Ruby, menangkup wajah yang masih tampak pucat pasi. “Ka-kau—” Rius tidak sanggup berkata-kata lagi. “Ya Tuhan. Gadisku, sayangku, cintaku." Tambahnya seraya memeluk Ruby erat. Sangat amat erat. Ruby mengangguk membalas pelukan Rius tidak kalah eratnya. "Ini aku sayang!" “Cintaku, hidupku!” Rius melepaskan pelukannya. Mengecup bibir Ruby berulang kali. “Ya Tuhan, terima kasih.” Ruby terisak memanggut-manggutkan kepalanya pelan. Wajahnya masih tampak pucat namun ia tidak pedulikan hal itu. “Rius jangan sakiti mereka, aku mohon bagaimanapun mereka masih keluargaku.” Lirih Ruby menggenggam tangan Rius. Protective's Pilot | 268Rius melepaskan pelukannya. Menatap Ruby dalam namun tak selang berapa lama tatapan Rius jatuh pada dada Ruby, perlahan tapi pasti pakaian rumah sakit itu berubah menjadi merah. “Da-darah!” Rius beralih menatap Ruby. Matanya terbelalak ketika melihat Ruby hampir tidak sadarkan diri. “Tidak sayang, jangan lagi.” Tambahnya kemudian mengangkat tubuh Ruby dari kursi roda dan _bergegas membawanya keluar sambil berlari pelan. Keshila dan Keenan berlari mengejar Rius. Mengabaikan jeritan Helena dan Caramella dari dalam sana. Mereka berdua begitu panik saat melihat Ruby tidak sadarkan diri lagi. Terlebih Keshila, wanita itu sangat pucat karena bagaimanapun Ruby ada di sini karena dia yang mengantar. Tapi itu pun karena paksaan Ruby. Ruby sadar dari kritisnya saat beberapa jam setelah Rius pergi meninggalkan rumah sakit. Keshila tentunya senang melihat Ruby sadar dari masa kritisnya, ia tidak lupa berterima kasih pada sang Tuhan yang sudah mengabulkan doanya. Setelah Ruby dipindahkan dari ruang ICU ke ruang inap. Gadis itu menanyakan keberadaan Rius, mau tidak mau Keshila mengatakan yang sejujurnya dan disaat itulah Ruby bersikeras ingin menyusul Rius. Memaksa Keshila untuk mengantarkannya, awalnya Keshila menolak karenakan Ruby baru saja sadar. Tapi karena gadis itu ingin pergi sendiri akhirnya Keshila mengalah dan memilih mengantarkan Ruby menemui Rius. Nikenn25 | 269PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 34. Rius tersenyum lega ketika dokter mengatakan kalau kondisi Ruby sudah lebih baik, darah yang tadi keluar karena gadis itu terlalu banyak gerak hingga sedikit mengusik bagian luka di dada tapi itu tidak terlalu bahaya. Dokter juga melarang Ruby untuk tidak bergerak banyak dulu. Sang dokter juga bilang kalau pingsannya Ruby tidak akan lama beberapa menit ke depan pasti akan segera sadar. Setelah berbicara banyak dengan Dokter. Rius pamif untuk masuk ke ruang inap untuk menemani gadisnya yang masih belum sadar dari pingsannya. Jujur saja Rius merasa khawatir akan keadaan Ruby, takut jika gadisnya itu kembali tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama. Tapi karena Dokter sudah menjamin akhirnya Rius bisa menyingkirkan rasa khawatirnya. Rius berdiri di pinggir brankar Ruby tangannya terulur mengusap lembut kepala gadisnya. Tatapan mata Rius begitu lembut penuh cinta memandang wajah Ruby yang tetap cantik walaupun masih pucat pasi. Rius membungkuk mencium kening Ruby cukup lama. “Cepat sadar sayang, aku sangat merindukan tawamu.” Bisik Rius begitu sudah menjauhkan bibirnya dari kening Ruby. Seolah mendengar bisikan Rius, Ruby gadis itu menggerakkan jari tangannya. Perlahan kelopak matanya pun terbuka matanya dan mata Rius langsung bertemu. “Ri-rius?” Gumam Ruby terdengar lemah. Rius tersenyum mengecup kening Ruby berulang kali. “Ya sayang, ini aku.” Bisik Rius seraya menggenggam tangan Protective's Pilot | 270Ruby. “Sebentar jangan bergerak dulu. Aku akan panggil dokter!” Tambahnya kemudian menekan tombol di sisi kiri ranjang Ruby. Tak selang berapa lama dokter dan satu suster masuk mereka langsung memeriksa keadaan Ruby yang pada saat itu baru saja sadar dari pingsannya. “Bagaimana keadaannya?” Rius bertanya kepada sang dokter. “Keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, jangan sampai Nona Ruby banyak bergerak. Saya takut lukanya kembali mengeluarkan darah.” Ucap sang Dokter tersenyum pada Rius, lalu kembali menatap Ruby. “Nona apa ada yang sakit?” Tambahnya. Ruby menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak ada, dokter!” “Baiklah. Jika merasakan sakit tolong beritahu kami ya, biar kami bisa memeriksanya.” “Ya, terima kasih!” “Sama-sama kalau begitu kami permisi dulu.” Dokter berucap menatap Ruby dan Rius bergantian lantas ia pun pergi bersama suster. Rius tersenyum mendekat pada Ruby, meraih tangan gadisnya untuk digenggam. Baginya tidak ada kebahagiaan yang lain selain melihat orang tercintanya sudah sadar dari masa-masa mengerikan. Setelah kejadian dua minggu lalu Rius bersumpah akan selalu mengajak kasihnya ke mana pun dirinya akan pergi. Ia takkan meninggalkan Ruby sendirian lagi, bahkan jika Rius harus pergi bertugas. Rius akan meminta Ruby untuk tinggal bersama Keshila dan Keenan. Nikenn2s | 271“Kenapa?” Tanya Ruby bingung ketika Rius hanya memperhatikan dirinya. “Tidak —kenapa-kenapa!”, = Rius_~ = menarik _kursi, mendudukkan bokongnya di sana. “Aku hanya senang karena akhirnya kondisimu sudah lebih baik.” Tambahnya. “Kenapa tidak istirahat? Kau pasti pulang dari bertugas. Ruby bertanya sambil memperhatikan pakaian pilot Rius. “Aku tidak butuh istirahat. Aku hanya membutuhkan dirimu!” Rius menyahut dengan nada yang begitu tulus. “Rius istirahat aku tidak mau kau sakit hanya karena mengurusiku.” Pinta Ruby melepaskan genggaman tangan Rius. Ia menggeser tubuhnya lebih ke nakas lalu menepuk- nepuk sampingnya. “Kemarilah kau harus istirahat.” “Tidak akan muat sayang!” Ucap Rius tersenyum. “Kau saja yang istirahat, aku bisa kapan saja.” “Muat kok, Rius!” Ruby menatap Rius memohon. “Aku mau istirahat tapi ditemani olehmu, aku juga ingin dipeluk olehmu. Karena itu kemarilah!” Ruby kembali menepuk sampingnya meminta Rius untuk berbaring di sana. Rius tersenyum seraya naik ke atas brankar dan berbaring di samping Ruby. Ia meletakkan tangannya untuk dijadikan bantalan oleh kepala Ruby, memeluk gadisnya dengan sangat erat namun tetap memberi jarak agar tidak terlalu menekan bagian luka Ruby. “Tstirahatlah aku sudah memelukmu!” Bisik Rius mencium puncak kepala Ruby. Ruby memanggutkan-manggutkan kepalanya. Melingkarkan tangannya pada perut Rius. “Aku istirahat tapi kau juga harus istirahat.” Ujar Ruby mengadahkan kepalanya. Protective's Pilot | 272Rius mengangguk mengecup hidung Ruby. “Ya sayang!” Kata Rius kemudian ikut memejamkan matanya ketika Ruby sudah terpejam. Rasa lelah karena habis pulang menjalani tugas membuat Rius cepat dalam hal tertidur. Namun, walau begitu tidak mengurangi keeratan Rius saat memeluk Ruby. Ruby membuka matanya. Dia tidak tidur tapi hanya berpura-pura saja, hal itu Ruby lakukan agar Rius mau beristirahat karena ia bisa melihat wajah lelah ketika Rius menatapnya tadi. Dan benar bukan? Rius langsung tertidur pulas diiringi dengkuran halus. Ruby mengecup bibir Rius diam-diam, ia terkekeh pelan begitu Rius terusik dari tidurnya. Perlahan Ruby menyingkirkan tangan Rius dari pinggangnya dia ingin ke kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu yang sudah menuhi kantung kemihnya. Setelah berhasil Ruby pun segera mengambil infusan dan langsung ke kamar mandi. Cukup lama Ruby ada di kamar mandi, sekitar sepuluh menit dirinya baru keluar. Lalu tiba-tiba saja pupil matanya membesar tak kala melihat Benicno sedang memperhatikan wajah Rius. Jika dilihat-lihat dari tempat Ruby berdiri, Benicno seperti ingin mencium Rius. BUGH! “Argh! Sialan.” Umpat Benicno meringis kesakitan. Ruby terkekeh melihat Rius yang menonjok wajah Benicno. Ia tahu itu bukan disengaja melainkan sebuah ketidak sengajaan yang dilakukan Rius secara refleks. “Kau sedang apa bodoh?” Ketus Rius melotot tajam. “Benicno dengar, aku masih waras dan aku masih menyukai lawan jenisku.” Tambah Rius seraya turun dari brankar. Nikenn25 | 273Benicno menatap Rius sinis. “Aku juga masih menyukai Jawan jenisku sialan.” Benicno mengusap darah yang mengalir dari hidungnya. “Aku hanya memperhatikanmu, karena kau tidur sementara Ruby tidak ada!” Rius berkacak pinggang, menatap Benicno semakin tajam. “Jangan mencari alasan. Kekasihku jelas ada di belakangmu.” “A-apa?” Benicno membalikkan tubuhnya dan benar di depan pintu kamar mandi Ruby berdiri. Ruby tersenyum melangkahkan kakinya mendekat pada Rius. Dirinya sempat melambaikan tangan pada Benicno. “Hai Benicno!” Sapa Ruby. “Ruby kau pasti lihat kan kalau aku tadi hanya memperhatikan wajah Rius? Aku tidak macam-macam kan?” Tanya Benicno pada Ruby. “Aku tidak tahu, pas aku keluar kau sudah ada di posisi seperti itu!” Jawab Ruby seraya menaruh kembali infusannya. “Terbukti kan Ben?” Sinis Rius. “Lebih kau mencari kekasih saja. Aku yakin kau seperti ini karena sudah terlalu lama menyendiri.” Rius lantas mendudukkan bokongnya di sofa. Jujur saja Rius merasa kaget sekaligus kesal, bagaimana tidak saat membuka mata justru wajah Benicno lah yang ia lihat. Benicno membelalakkan matanya menatap Rius sinis. “Secara tidak langsung kau mengataiku gay?” “Aku tidak mengatakan itu, kau sendiri yang menyimpulkan.” “Dengar Rius, aku bukan gay. Aku Pria normal.” Benicno berucap membela dirinya. “Jika saja Ruby belom menjadi kekasihmu, maka aku akan memastikannya kalau aku sudah merebut dia.” Protective's Pilot | 274“Kau berani merebut dia dariku?” Tanya Rius menatap Benicno tajam. Benicno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Heum... Ya, ya tidak beranilah bodoh!” Jawab Benicno menyengir. Ruby tertawa geli memandangi perdebatan antara kekasih dan sahabat kekasihnya. Ia bahkan sampai menumpukan kedua tangannya di dagu. Rius dan Benicno menghentikan perdebatan mereka ketika mendengar suara gelak tawa dari samping kanan mereka. Secara bersamaan mereka menoleh dan melihat Ruby yang sedang tertawa terbahak. Ruby berhenti tertawa saat dirasanya ada yang memperhatikan dirinya. Ia mengadah, cengengesan begitu tahu kalau sedang diperhatikan oleh Rius dan Benicno. “Kau sepertinya sangat bahagia, baby?” Tanya Rius bersidekap dada. “E-eh!" Ruby menyengir. “I-itu a-aku—” “Kau tahu bahagia di atas penderitaan orang itu tidak baik.” Kini Benicno yang bersuara. Ruby mengerucutkan bibirnya, menatap Rius meminta pertolongan. Namun sepertinya Rius juga enggan menolongnya dari Benicno. “Rius?” Rengek Ruby mengembungkan pipinya. “Kau juga menertawakan aku, Baby.” Ucap Rius memincingkan matanya. Ruby menatap Rius dengan Puppy eyesnya, matanya sudah berkaca-kaca hendak menangis. Rius mengalihkan pandangannya ke arah lain tidak kuat melihat Puppy eyes Ruby. Gadis itu selalu ada saja cara untuk Nikenn25 | 275meluluhkannya dan karena itulah, Rius tidak pernah bisa marah dengan gadis menggemaskannya itu. “Jangan lemah bodoh!” Benicno berbisik pada Rius. Rius beralih menatap Benicno. “Bagaimana mungkin aku tidak lemah. Dia semenggemaskan itu!” Lirih Rius. “Ya, tapi kau tidak boleh lemah. Tadi dia sudah menertawakan kita.” Bisik Benicno bersikeras. Rius mengabaikan Benicno dan memilih mendekati Ruby. Memeluk gadisnya dan memberikan kecupan hangat di kening gadis itu. Ruby tersenyum senang seraya membalas pelukan Rius, menjulurkan lidahnya pada Benicno. Benicno menggerutu menganggap Rius lemah hanya karena sebuah tatapan saja. Tapi di sisi lain Benicno juga senang karena itu berarti sahabatnya itu benar-benar tulus mencintai seorang wanita. TOK! TOK! Rius | melepaskan pelukannya akan tetapi tidak menjauhkan tangannya dari pinggang Ruby, menatap ke arah pintu yang terketuk. Keningnya mengernyit kebingungan. Tak selang berapa lama pintu ruang inap Ruby terbuka. Keenan dan salah satu koleganya masuk ke dalam, tentunya ada Keshila dan seseorang. “Hai Rius apa kabarmu?” Tanya seseorang itu tersenyum. “Sepertinya kau salah orang Nona!” Jawab Benicno. “Yang sakit itu namanya Ruby, bukan Rius.” “Tidak! Aku memang menanyakan kabar Rius. Karena kita sudah lama tidak bertemu setelah acara malam minggu waktu itu.” Protective's Pilot | 276Benicno bergedik menatap orang itu seolah sedang menilai. Ya, karena begitulah Benicno. Dia akan menilai jika baginya ada sesuatu yang tidak beres. Keshila menggeleng-gelengkan kepalanya. Mendekat pada Ruby. “Bagaimana kabarmu nak?” Tanya Keshila mengusap kepala Ruby. “Sudah lebih baik Tante!” Jawab Ruby tersenyum. “Mommy Shila, saja.” Balas Keshila lantas menaruh buah-buahan di atas nakas. “Jangan lupa dimakan ya!” Ruby mengangguk kecil. “Terima kasih, Mommy Shila!” Keshila tersenyum mengecup pipi Ruby. Dia seakan memiliki anak perempuan jika dipanggil Mommy seperti itu pada Lechia pun sama, dirinya dipanggil Mommy. Lengkap sudah bahagianya Keshila. Nikenn2s | 277PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 35. Rius menyuapi Ruby apel yang tadi sudah dicuci bersih dan tentunya sudah dipotong beberapa bagian oleh Keshila. Sesekali Rius meledek gadisnya dengan memasukkan potongan apel itu ke dalam mulutnya membuat Ruby merengek karena merasa ditipu. Hal itu malah membuat Rius tertawa merasa gemas pada gadisnya. Mereka berdua seolah melupakan kehadiran Keenan, Keshila, Benicno dan tentunya Berlian dan juga William! Kolega Keenan yang ikut datang untuk menjenguk Ruby. Berlian hanya diam menatap Rius dan Ruby. Sejak tadi dirinya sudah menahan ketidak sukaanya pada Ruby. Apalagi setelah melihat keromantisan Rius dan gadis itu. Ia benci melihat keromantisan didepannya, sejak awal Berlian sudah menyukai Rius hingga bertekad untuk mendapatkan anak dari kolega Papanya William. Namun, sepertinya itu akan sangat susah melihat Rius yang tampaknya sangat mencintai Ruby. Tapi itu tidak membuat tekad Berlian hilang begitu saja. Berlian beranjak dari duduknya. Menghampiri Rius dan berdiri di samping Pria itu. “Hai Rius?” Sapa Berlian tersenyum. Rius mengabaikan sapaan Berlian, tetap fokus menyuapi Ruby apel. Sampai pada akhirnya sebuah tangan menarik Jengan kanannya hingga menjatuhkan apel yang hendak masuk ke dalam mulut Ruby. “Ups!” Berlian tersenyum sinis. “Maaf aku sengaja. Dan Rius, aku tidak suka diabaikan.” Protective's Pilot | 278Rius mengetat rahangnya, ia menghempaskan tangan Berlian kasar membuat gadis itu mundur beberapa langkah. “Kau pikir siapa dirimu?” Bentak Rius tangannya kirinya menggenggam tangan Ruby. Jujur saja Keenan dan Keshila cukup terkejut dengan reaksi Rius. Namun mereka tetap diam sambil terus mengawasi. Di sampingnya William tampak tidak terima atas perlakuan Rius pada putrinya. Ia hendak membalas Rius namun diurungkan niatnya untuk melihat lebih lanjut. “Kenapa kau kasar sekali?” Tanya Berlian meringis akibat tepisan Rius. “Aku hanya ingin kau sadar bahwa tidak sepantasnya kau diperlakukan seperti itu oleh kekasihmu.” Rius tersenyum sinis. “Diperlakukan apa maksudmu, Ha?” “Kau menyuapi dia. Hal itu hanya akan membuat dia manja!” Berlian menyahut sambil menunjuk Ruby. Rius menepis tangan Berlian yang menunjuk Ruby. Tatapan matanya begitu tajam. “Kau pasang telinga baik-baik dan dengarkan ini-’ Jeda Rius mempererat genggaman tangannya pada Ruby. “Aku yang ingin menyuapinya. Kekasihku tidak pernah meminta karena apa yang aku Jakukan itu atas kemauanku sendiri. Kau bilang apa tadi? Hal itu hanya akan membuat dia manja? Kau salah, dia memang sudah manja dari dulu. Tapi itu tidak pernah masalah untukku, aku suka dia apa adanya. Aku suka ketika dia manja terhadapku. Jadi aku beritahu padamu jangan bersikap seolah kau paling tahu dariku mengenai kekasihku. Karena hal itu hanya akan memperlihatkan seberapa bodohnya dirimu.” Sambung Rius membuat wajah Berlian pias. Nikenn25 | 279“Wanita seperti kekasihmu paling-paling hanya ingin menguasai harta saja.” “Sudah aku bilang jangan berbicara seolah kau paling tahu dariku, karena itu hanya akan memperlihatkan seberapa bodohnya dirimu.” Rius tersenyum meremehkan. “Sayangnya kekasihku bukan wanita pengincar harta. Kalaupun memang dia seperti itu, sudah dari dulu dia meminta barang branded kepadaku. Tapi selama ini dia tidak pernah meminta apapun terhadapku.” “Kau bangga padanya?” Berlian bersidekap dada menatap Ruby menilai. “Sangat, aku sangat bangga padanya.” Ucap Rius menoleh pada Ruby memberikan kecupan tepat di bibir gadisnya. Berlian mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah karena menahan amarah. “Apa yang kau lihat dari kekasihmu, Ha?” Bentak Berlian menarik tangan Rius hingga genggaman tangannya pada Ruby terlepas “Aku bahkan lebih cantik darinya, aku lebih segala-galanya dari dia.” Tambahnya terisak. “Hatinya!” Rius berucap datar. “Ya kau benar, kau memang lebih cantik dari kekasihku. Tapi bagiku cinta bukan dilihat dari seberapa cantiknya dia, aku mencintai dia apa adanya tulus dalam hatiku. Cintaku bukan karena dia cantik melainkan karena hatinya yang tulus membalas cintaku. Bagiku kecantikan yang dimiliki oleh Ruby hanya bonus yang Tuhan berikan.” Rius melepaskan tangan Berlian sedikit kasar. “Kau memang segala-galanya. Tapi maaf wanita yang merasa lebih cantik dan lebih segala-galanya tidak akan berperilaku Protective's Pilot | 280semurahan ini terhadap seorang Pria yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih. Apalagi kekasihnya ada tepat di hadapanmu.” Tambah Rius sangat tenang seolah tidak memikirkan bagaimana nantinya perasaan Berlian. Wajah Berlian begitu pias. Ia melayangkan tangannya ke pipi Rius membuat orang yang ada di ruangan tersebut kaget. “Kau adalah Pria pertama yang begitu bodoh karena menolak wanita secantikku.” Teriak Berlian terisak. Rius tersenyum menempelkan lidahnya pada pipi. Tangannya menyentuh pipinya yang memerah, dia lalu menoleh menatap Berlian. “Aku lebih baik jadi pria bodoh dari pada pintar harus menerima wanita yang sama sekali tidak bisa menjaga harga dirinya.” Ucap Rius tersenyum meremehkan. Ruby turun dari brankar berdiri di tengah-tengah antara Berlian dan Rius. Gadis itu berdiri menghadap Berlian. “Aku rasa kau sudah terlalu banyak berbicara. Terlebih tentang diriku—” Jeda Ruby tersenyum. “Kita sesama wanita, aku sedari tadi hanya diam bukan karena aku membenarkan tuduhanmu. Tapi karena aku ingin melihat sampai mana kau ingin menjelekkanku.” Sambung Ruby kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Rius. Ia _ berjinjit mengelus, lalu mengecup pipi kekasihnya yang merah karena tamparan Berlian. Setelahnya Ruby kembali menghadap Berlian. “Aku tidak menuduhmu, semua yang aku bicarakan pada Rius itu kenyataan yang ada.” “Bisa kau buktikan ucapanmu itu?” Ruby menatap Berlian menantang. “Dari dulu kau memang tidak pernah menyukaiku. Kau dan Kak Caramella dari dulu memang tidak Nikenn25 | 281pernah suka dengan apa yang aku miliki. Kalian bahkan menjebakku bersama pria-pria bejat kalian, aku bahkan tahu—” “DIAM!” Sela Berlian berteriak. “Kenapa Berlian?” Tanya Ruby tetap tersenyum. “Kau takut orangtuamu tahu bagaimana kelakuanmu di luaran?” “Ada apa ini?” William melangkah maju menatap Ruby dan putrinya secara bergantian. “Kau mengenal anakku?” Ruby mengangguk tanpa_ sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Berlian. “Aku mengenal baik anakmu. Dan mengenal baik bagaimana buruknya anakmu.” Berlian mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan pada Ruby. Namun, Rius sudah lebih dulu menepis tangan Berlian hingga memerah. “Jangan pernah menyentuh gadisku.” Geram Rius menggertak giginya. “Maksudmu? Ada apa dan maksudnya apa?” William melihat Ruby kebingungan. “Aku masih menutupinya, Berlian. Sudah selama ini? Dan orangtuamu tidak tahu sama sekali.” Ucap Ruby menyeka air matanya. “Aku akan membunuhmu jika kau berani membuka mulut.” Ancam Berlian. Ruby menganggukkan kepalanya. Kedua tangannya ke belakang melingkar di pinggang Rius menahan Pria itu untuk tetap di belakangnya. “Katakan nak, Om akan melindungimu.” Kata William kemudian menarik tangannya agar menjauh dari Ruby. “Katakan sekarang apa yang kau ketahui.” Tambahnya. “Dulu anakmu pernah membawaku ke Club bersama Caramella. Pada saat itu usiaku masih sekitar Tujuh Belas, Protective's Pilot | 282sebenarnya saat itu aku belum diizinkan untuk masuk ke wilayah seperti itu. Tapi tidak tahu bagaimana bisa aku diizinkan masuk. Aku sempat izin ingin pulang tapi Berlian dan Caramella menahanku untuk tetap di sana. Sampai beberapa pria datang dan duduk di tempat yang pada saat itu dipesan oleh Berlian. Aku yang pada saat itu tidak mengerti apapun hanya diam ketakutan. Lalu Berlian dan Caramella pergi, ke suatu kamar di—” “RUBY!” Teriak Berlian melempar vas bunga. Untungnya hanya melintas di depan Ruby. “Aku bersumpah akan membunuhmu.” Tambahnya. “Teruskan nak!” Pinta William. “Mereka pergi bersama Pria itu. Berlian ternyata sudah memesan dua kamar untuknya dan untuk kak Caramella. Aku tidak tahu mereka pergi untuk melakukan apa, yang pasti aku ditinggal sendirian dan hanya ditemani oleh salah satu dari teman Pria itu.” Ruby memejamkan matanya, tubuhnya mulai bergetar. “Pria itu mencoba untuk melakukan sesuatu padaku. Aku menolak, Pria itu sempat mengatakan kalau dia sudah membeliku dari Berlian.” Tambahnya. “Lalu apa lagi?” “Pria itu juga sempat mengatakan kalau Berlian dan Caramella sedang bermain dengan kedua temannya. Pria itu sempat memaksa aku untuk ikutan bermain tapi aku menolak dan akhirnya lari dari sana. Untungnya pada saat itu aku berhasil melarikan diri, tapi tentunya Berlian dan kakak tiriku tidak tinggal diam. Mereka menemuiku dan memarahiku, mereka bilang karena aku melarikan diri mereka jadi harus mengganti rugi uang. Setelah beberapa lama dari kejadian itu aku melihat Berlian mengajak seorang gadis, aku sempat Nikenn25 | 283mengikuti mereka dan ternyata mereka datang ke tempat yang sama pada malam itu. Aku sempat bertanya pada satpam di sana kalau ternyata Berlian sudah berlangganan. Berlian juga tidak memakai namanya. Melainkan memakai nama yang lain.” Ruby membuka matanya bersamaan dengan itu Berlian histeris. “Maaf Berlian, orangtuamu harus tahu hal ini. Dan lagi kau sendiri yang mencoba untuk menjelekkan aku di depan kekasihku. Kau yang memancingku untuk mengatakan ini, maaf aku tidak terima kau menuduhku apalagi kau tidak mempunyai bukti.” William bersimpuh di depan kaki Ruby. Pria itu tampak seperti menangis dan menyesali perbuatan putri satu-satunya itu. “Kau tidak membuat cerita palsu kan?” Tanya William meyakinkan. Ruby menggelengkan kepalanya. “Tidak! Aku tidak membuat cerita. Apa yang aku ceritakan memang benar terjadi.” Jawab Ruby. William mengangguk. “Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa namanya yang dipakai Berlian?” Tanya William. “Thalita!” Jawab Ruby menatap Berlian. “Ya Tuhan.” Lirih William semakin menundukkan wajahnya. “Maafkan atas kelakuan anakku. Maafkan nak, kau boleh memenjarakannya.” Ruby tersenyum, ikut bersimpuh agar sejajar dengan William. “Om tidak perlu meminta maaf padaku. Kejadian itu sudah sangat lama dan aku sudah memaafkannya.” Ucap Ruby. William mengadah dan tersenyum kecil. “Terima kasih nak, terima kasih.” Sahut William kemudian berdiri, menatap putrinya dengan marah. Protective's Pilot | 284“Daddy!” Lirih Berlian terisak. “Sudah berapa lama Berlian? Apa semua yang kami berikan kurang?” Tanya William. “Jangan percaya, dia hanya ingin menjatuhkanku.” Jawab Berlian tidak terima. “Begitu? Dia hanya ingin menjatuhkanmu? Selama ini setiap malam kau ke mana? Dan Thalita, itu seperti nama yang Daddy temukan di kamarmu?” Tanya William. “A-aku—” Berlian menunduk, ia diam tidak bisa menjawab. “Kau sangat menjijikkan Berlian, sebagai ayahmu aku sangat malu.” Kata William lantas meninggalkan Ruang Inap Ruby. Dia seakan tidak memiliki wajah untuk tetap di sana. Selama ini memang anaknya itu tidak pernah ada di rumah setiap malamnya. Thalita, William pernah menemukan identitas nama itu di kamar putrinya. Semua yang ada di ruangan terdiam kaget tidak percaya jika wanita secantik Berlian bisa melakukan hal yang itu. Padahal keluarga Berlian sangat disoroti oleh media. Ya, karena nama keluarga Berlian memiliki reputasi yang sangat besar. Nikenn25 | 285PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 36. “Ya Tuhan!” Ruby luruh ke lantai, menangis terisak menyesali apa yang tadi ia ucapkan. Tidak seharusnya Ruby membuka kesalahan orang lain apalagi di depan kedua orangtua Rius. Karena itu sama saja Ruby menjelekkan Berlian di mata mereka. Tapi itu semua Ruby lakukan karena memang selama ini Ruby sudah menahannya memendam itu semua sendirian. Dirinya bukan memikirkan Berlian, melainkan orangtua dari wanita itu. Bagaimana malu dai terhinanya saat tahu putri satu-satunya memiliki kehidupan yang buruk. Kali ini Ruby salah, tidak seharusnya ia membuka kesalahan Berlian. “Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?” Tambahnya terisak. “Ruby?” Rius bersimpuh memeluk tubuh Ruby yang terguncang. “Aku melakukan kesalahan, Rius. Aku tidak seharusnya membuka kesalahan Berlian.” Isak Ruby memeluk lututnya. “Kau tidak salah sayang, mau serapat apapun kau menutupi keburukan mereka lama kelamaan keburukannya pasti akan terungkap.” Ruby memejamkan matanya bayangan kejadian di masalalu seolah memutar kembali dalam benaknya. Kejadian buruk yang hampir menghancurkan masa depannya. Berlian William, ia sangat ingat bagaimana dulunya wanita itu sangat ingin menjadikan Ruby sumber uang untuk gaya hidup Berlian dan Kakak tirinya Caramella. Menjadikan Ruby budak mereka tanpa memikirkan bagaimana nasib Protective's Pilot | 286kedepannya. Untunglah saat itu Ruby berhasil melarikan diri dari dunia yang hampir menghancurkannya. * Flashback On + “Ruby, kemari kau.” Panggil Caramella berduduk santai sambil menggunakan cat kuku. Ruby yang pada saat itu baru saja pulang dari sekolahnya langsung menghampiri Caramella. “Ada apa Kak?” Tanya Ruby kebingungan. “Nanti malam pakai ini.” Caramella melempar gaun berwarna hitam. “U-untuk a-apa?” Ruby menatap Gaun itu kebingungan. “Tidak perlu banyak bicara, kau pakai saja. Aku ingin mengajakmu ke pesta nanti malam.” Mendengar pesta mata Ruby langsung berbinar. Tanpa bertanya lagi Ruby menyetujui untuk ikut nanti malam. Hingga malam pun datang, Ruby yang polos malam dibuat menjadi Ruby yang begitu cantik. Setelah mendandani Ruby, Caramella lantas mengajak Ruby untuk masuk ke dalam mobil jemputan. Mereka akan malam ini, sebenarnya Ruby kembali menolak untuk ikut akan tetapi Caramella memaksanya untuk tetap ikut. Begitu tiba di tempat tujuan Ruby ditarik paksa untuk turun dari mobil. Caramella memekik senang ketika bertemu dengan seorang wanita cantik, yang Ruby ketahui wanita itu bernama Berlian Algoritma. “Hai Ruby, kau sangat cantik malam ini.” Ujar Berlian menatap Ruby puas. “Kak, pestanya di mana?” Tanya Ruby mengabaikan Berlian. “Aku mau pulang saja!” Nikenn25 | 287Caramella melotot, menahan tangan Ruby. “‘Tenang dulu dong. Pestanya ada di dalam!” Caramella tersenyum. “Berlian ayo kita masuk!” “Oke!” Berlian kemudian berjalan lebih dulu. Berbicara pada satpam. Yang pasti Ruby tidak bisa mendengarnya, sampai pada akhirnya ia bisa diizinkan untuk masuk ke dalam. Kesan pertama Ruby saat masuk adalah, ia tidak menyukai tempat ini. Terlebih banyak wanita berpakaian seksi dan juga banyak orang-orang yang melakukan mesum. Lagi, Ruby ingin pulang namun tubuhnya dipaksa untuk duduk. Sampai pada akhirnya ada tiga orang Pria datang menghampiri, kedua Pria itu mencium mesra Berlian dan Caramella. Sementara yang satunya hanya diam memperhatikan Ruby. “Ruby kau diam di sini, jangan pergi ke mana pun. Dan turunin saja apa yang teman kakak inginkan.” Bisik Caramella. “Awas kalau kau berbuat kurang ajar!” Tambahnya kemudian pergi bersama Berlian dan tentunya dengan kedua pria itu. Ruby ingin mengejar namun pergelangan tangannya ditahan oleh Pria itu. Ia menepisnya. “Jangan kurang ajar!” Pekik Ruby tidak suka. “Hei tenanglah dear.” Bisik Pria itu tersenyum penuh arti. “Aku mau menyusul kakak, mereka mau ke mana?” Gumam Ruby ketakutan. “Kakakmu mau bermain, bagaimana kalau kita juga bermain?” Tanya Pria itu membelai lengan Ruby. “Jangan menyentuhku!” Teriak Ruby mendorong Pria itu. Protective's Pilot | 288“Hei dasar tidak tahu diri, aku ini sudah membelimu dari Caramella.” Bentak Pria itu menahan tangan Ruby. “Kau harus bermain denganku.” Tambahnya. Ruby menggeleng, memberontak sekuat tenaganya. Entah ide dari mana Ruby menendang tepat bagian Pria itu. Setelah tangannya terlepas Ruby berlari pergi meninggalkan tempat itu. Beberapa Minggu setelah kejadian itu Caramella dan Berlian datang memarahi Ruby. Bahkan memaki gadis polos yang tidak tahu apapun. Sejak itu mereka berdua tidak lagi memaksa Ruby untuk ikut. Tapi kebetulan atau tidaknya Ruby melihat Berlian memaksa seorang gadis, ia hanya berani melihat dari kejauhan. Karena penasaran Ruby pun mengikuti Berlian dan Caramella. Siapa yang akan menduga jika Berlian dan Caramella ternyata mengajak gadis itu ke tempat yang pada saat itu mereka mengajak Ruby. Dari kejauhan Ruby memperhatikan mereka, sampai pada akhirnya rasa penasaran itu memaksa Ruby untuk bertanya. Ruby meneguk salivanya, menatap satpam dengan was- was. “Maaf apa boleh aku bertanya?” Tanya Ruby. “Apa!” Jawab Satpam itu. “Apa kau mengenal ketiga wanita yang baru saja masuk?” Tanya Ruby. “Oh, mereka langganan di sini. Sudah sana pergi!” jawab Satpam itu mengusir Ruby. “Eum, Maaf apa aku boleh bertanya lagi?” Tanya Ruby pelan. “Bertanya apa?” Jawab Satpam itu ketus. Nikenn25 | 289“Kalau boleh tahu, nama mereka siapa?” Tanya Ruby takut-takut. “Untuk apa kau bertanya? Itu privasi pelanggan di sini.” Jawab Satpam sinis. “Tolong beritahu aku, aku tidak akan membocorkannya pada siapapun. Dia adalah kakakku!” Mohon Ruby. “Nama mereka Thalita! Silahkan pergi dari sini.” Semenjak kejadian itu Ruby jadi lebih penurut pada Caramella, mendengar setiap perintah yang diberikan Caramella dan lebih menjadi gadis pendiam tanpa berani melawan sedikitpun. + Flashback Off + Ruby membuka matanya ketika merasakan tepukan di pipinya. Ia menoleh menatap Rius dengan hidung yang memerah. “Jangan dipikirkan. Apa yang kau lakukan ini sudah benar, tidak ada yang salah! Justru hal ini bisa menjadi pelajaran untuk Berlian, agar kedepannya dia bisa lebih baik lagi.” Lanjut Rius tersenyum seraya menyeka air mata Ruby dengan jarinya. “Tapi aku pasti melukai perasaannya Om William.” “Sayang, Om William yang memintamu untuk tetap menceritakan semuanya. Itu berarti Om William juga sudah siap dengan resikonya.” Ruby memeluk Rius dengan erat, menangis di dada Pria itu. Masih dengan rasa bersalahnya apalagi tadi Ruby sempat melihat raut kekecewaan di wajah William. Ia pasti sudah sangat menyakiti perasaan William dengan kenyataan pahit ini. Protective's Pilot | 290“Ruby kau mengenal Berlian?” Tanya Keenan pelan- pelan karena takut mengguncang gadis itu. Ruby melepaskan pelukannya, menatap Keenan seraya mengangguk. “Ya, aku mengenal Berlian. Dia adalah teman Caramella.” Jawab Ruby serak. “Berarti saat acara malam minggu itu kau melihat Berlian?” Tanya Keenan kembali. Ruby mengangguk sekali lagi. “Aku melihatnya, bahkan ketika dia berbicara dengan Rius. Tapi aku hanya diam karena aku berpura-pura tidak melihatnya.” Jawab Ruby jujur. Ya, dia memang benar melihat Berlian pada malam minggu waktu itu. Ia juga melihat ketika Berlian datang mendekati Rius, tapi Ruby hanya mengabaikan dan menganggap itu hanya sebuah kebetulan yang memang tidak disengaja. Rius terduduk dengan tubuh lemas. Menatap Ruby dari samping, mata dan hidung gadis itu memerah karena menangis. Soal kejadian malam minggu itu bahkan Ruby tidak menceritakan apapun padanya. Rius, Lama Deh. Ucapan itu, berarti saat Ruby merengek gadis itu melihat keberadaan Berlian. Dan lagi tentang masalalu Ruby dan Berlian ia sama sekali tidak tahu, saat itu Richter hanya memberikan informasi mengenai Helena juga Caramella. “Kenapa kau tidak cerita mengenai acara malam minggu itu padaku?” Tanya Rius. Ruby menoleh ke samping, menatap Rius dengan mata sembabnya. “Untuk apa? Dia juga tidak melihatku.” Jawab Ruby. Nikenn25 | 291“Kau salah kalau kau berpikir dia tidak melihatmu.” Balas Rius menggeram. “Dia melihatmu, Sayang. Buktinya saat paginya dia ingin mencoba menabrakmu.” Tambahnya. “Jadi saat ada mobil itu? Ternyata itu Berlian?” Tanya Keshila terbelalak. “YA TUHAN, KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA PADA MOMMY.” Lanjut Keshila berteriak. “Shila!” Keenan menatap istrinya tajam. “Hehe maaf sayang kelepasan.” Keshila menyahut sambil cengengesan. “Jangan samakan rumah sakit dengan Mansion kita.” Ujar Keenan. “Tya maaf, aku kelepasan!” Sahut Keshila cemberut. Keenan menggeleng-gelengkan kepalanya, bersidekap dada menatap Keshila yang cemberut. Ja lalu beralih menatap putranya. “Rius, kau yakin itu Berlian?” Tanya Keenan memastikan. Rius mengangguk yakin. “Ya, aku yakin karena aku sudah mengeceknya melalui cctv. Dan itu memang benar mobil Berlian.” Jawab Rius. Ia memang sudah memeriksanya menggunakan MacBook dan menyamakan foto mobil Berlian dengan mobil yang hendak menabrak Ruby, dan ternyata mobil mereka sama. “Lalu apa yang akan kau lakukan.” Tanya Keenan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Tadi Berlian sempat mengancam akan membunuh Ruby?” Tambahnya. “William akan melindungi Ruby. Tapi tentunya aku takkan tinggal diam, saat ini fokusku hanya menjaga Ruby.” Protective's Pilot | 292“Daddy percayakan padamu. Tapi ingat kau juga harus bisa menjaga dirimu.” Rius mengangguk kecil. “Ya, Dad!” “Ya sudah, Daddy dan Mommy harus pulang dulu. Kalian jaga diri baik-baik dan terus berhati-hati.” Ujar Keenan dan diangguki oleh Rius. Lantas Keenan dan Keshila pun beranjak pergi, namun baru sampai di ambang pintu Rius sudah memanggilnya lagi. “Dad, kau tidak mau bawa orang itu?” Tanya Rius menunjuk Benicno yang tertidur di sofa. Keenan menaikan sebelah alisnya, ia terkekeh ketika melihat Benicno. Pria itu gampang sekali tertidur dan tidak pernah tahu tempat. “Biarkan saja dia tidur, nanti juga bangun!” Jawab Keenan kemudian melanjutkan langkahnya bersama Keshila. Rius berdecak pelan, padahal sangat berharap kalau Benicno juga ikutan pulang bersama Keenan. Tapi ya sudah! Sepertinya pria itu lelah terlihat dari tidumya yang mendengkur. Nikenn25 | 293PROTECTIVE'S PILOT |] Bagian 37. Malam ini Rius sedang membantu Ruby merapikan pakaian gadis itu. Sesekali Rius berhenti dan hanya memandangi Ruby dari tempatnya, ia melipat kedua tangannya di depan dada masih sambil terus memperhatikan Ruby. “Kau yakin ingin pulang?” Tanya Rius. “Dokter belum mengizinkanmu untuk pulang.” Tambahnya. Ruby berbalik, beringsut mendekat pada Rius. “Tadi kat kau sudah meminta izin pada dokter.” “Tya aku tahu.” Rius mengulurkan — tangannya membenarkan helaian rambut yang mengenai mata Ruby. “Tapi kau baru saja sadar dari kritismu.” “Tapi aku bosan di sini, aku juga tidak suka sama makanannya.” Ujar Ruby cemberut. “Pokoknya aku mau pulang, titik!” “Tiga hari lagi bagaimana? Baru setelah itu kita pulang?” Ruby menoleh, mengerucutkan bibirnya. “Tidak mau Rius, aku mau malam ini juga titik.” Kata Ruby bersikeras. “Pokoknya tidak ada tiga hari lagi. Aku mau malam ini juga!” Tambahnya sebelum Rius sempat berucap. “Baiklah, besok bagaimana?” Ruby menghentakkan kakinya, menatap Rius dengan mata yang berkaca-kaca. “Malam ini Rius. Bukan besok.” Rius menghela napas kasar rasanya percuma saja tawar menawar dengan Ruby. Dia hampir melupakan walau manja tapi Ruby juga cukup keras kepala. “Oke, baiklah sayang. Malam ini pulang.” Ucap Rius pasrah dan memilih mengikuti Protective's Pilot | 294keinginan gadisnya, terlebih Rius tidak pernah bisa melihat mata indah Ruby berkaca-kaca. Ruby bersorak kegirangan berjingkrak layaknya anak kecil. Lalu berlari memeluk Rius erat. “Terima kasih sayang, aku mencintaimu.” Sahut Ruby mengecup pipi Rius. Rius tersenyum membalas pelukan Ruby. Mengecup bahu Ruby dengan lembut. “Sama-sama sayang. Aku lebih mencintaimu.” Balas Rius mengurai pelukannya kemudian mengecup bibir Ruby. Ruby melepaskan pelukannya. Mengecup pipi Rius sekali lagi sebelum pada akhirnya Ruby kembali memasukkan pakaiannya ke dalam tas. Rius memijat pangkal hidungnya, sekarang kepalanya terasa ingin meledak. Bukan karena memikirkan masalah tapi hanya memikirkan kondisi Ruby yang sebenarnya belum bisa pulang. Namun, mau bagaimana lagi Rius tidak pernah bisa menolak keinginan gadisnya itu. Membujuknya pun sudah Rius lakukan tapi Ruby tetap bersikeras ingin pulang saat ini juga. “Sayang, satu hari lagi kita pulang bagaimana? Kau tadi siang baru saja sadar.” Ucap Rius beringsut mendekat pada Ruby, memeluk gadisnya dari belakang. “Satu hari lagi ya sayang, setelah itu aku janji kita pulang.” Ruby menggeleng memutar tubuhnya menghadap Rius namun tidak melepaskan pelukan pria itu. “Kenapa kau sudah bilang kalau aku bisa pulang malam ini?” “Sayang aku hanya ingin dokter memeriksamu satu kali lagi. Memastikan akan kondisimu, setelah benar-benar pasti aku janji kita akan pulang.” Nikenn25 | 295“Kau tidak percaya dengan kondisiku? Rius aku hanya ingin pulang, tapi jika memang tidak dibolehkan. Ya sudah, aku akan tetap di sini.” Kata Ruby melepaskan pelukan Rius, melangkah ke brankar dan berbaring di sana. “Bukan begitu maksudku. Oke baiklah, aku tidak mau kita bertengkar. Ya sudah malam ini kita pulang!” Balas Rius. “Tidak usah, aku mau di sini saja!” Timpal Ruby serak. “Sayang, kau menangis?” Tanya Rius mendekat pada Ruby. Membalikkan tubuh yang sedang _ berbaring membelakanginya itu. “Hei, jangan menangis. Ya sudah malam ini kita pulang.” Tambahnya seraya mengusap air mata Ruby. “Aku ingin pulang karena aku tidak suka bau rumah sakit.” “Ya sudah! Tunggu di sini aku akan menelfon Dominick untuk menjemput kita.” Ucap Rius mengecup kening Ruby yang panas. Ketika hendak melangkah tiba-tiba saja tangannya dicekal oleh Ruby. “Ada apa, sayang?” “Kau tidak marah padaku kan?” Ruby menatap Rius dalam. Rius menghela napas kasar. “Aku marah padamu—” Jeda Rius mengusap kening Ruby. “Tapi semarah apapun aku pada dirimu, tetap saja aku tidak akan pernah bisa marah seperti mereka di luaran.” Sambung Rius mencium kening Ruby. “Kenapa? Kau bisa memarahiku jika memang kau marah.” Ruby mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap Rius dengan binar ketulusan. “Aku bisa saja memarahimu. Tapi aku tidak akan pernah bisa dan tidak akan pernah suka jika harus melihat air mata jatuh dari mata orang yang aku cintai.” Rius tersenyum Protective's Pilot | 296membalas tatapan Ruby tulus. “Dan lagi ini hanya persoalan kecil, kalau memang kau tidak suka di sini itu tidak masalah.” “Aku ingin pulang karena aku tidak mau terus-terusan merepotkanmu. Kau harus kembali ke mansion dan ke rumah sakit setiap harinya. Belum lagi biaya rumah sakit pasti—” “Aku tidak suka kau berbicara seperti itu.” Sela Rius menatap Ruby tajam. “Tidak pernah sekalipun aku berpikir kalau dirimu merepotkan diriku, tidak pernah aku memikirkan soal biaya. Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Sayang kau salah jika mempunyai pikiran seperti itu. Karena nyatanya aku sama sekali tidak pernah merasa direpotkan.” Ruby menunduk tidak berani menatap Rius. Dari cara bicara Pria itu sangat jelas ada nada kemarahan. Rius menghela napas kasar membawa kepala Ruby ke dalam dekapannya. “Aku bicara seperti itu bukan karena aku marah padamu. Tapi karena aku tidak suka dengan cara berpikirmu.” Tambahnya. “Maaf!” Ruby berucap lirih. “Lebih baik kau ganti pakaian, kita akan pulang malam ini. Aku akan keluar untuk menemui Dominick yang ada di depan.” Ujar Rius melepas dekapannya, mencium kening Ruby lalu beringsut pergi. Ruby hanya diam memperhatikan punggung Rius yang perlahan menghilang di balik pintu. Walau tidak menunjukkannya secara langsung tapi Ruby tahu kalau sebenarnya Rius marah kepadanya. Ia turun dari brankar dan bergegas mengganti pakaian. Selesai mengganti pakaian Ruby keluar. Mencari Rius yang katanya menemui Dominick di luar. Namun, di luar tidak ada Rius maupun Dominick. Nikenn25 | 297Ruby memincingkan matanya ketika melihat sosok Dominick bersama dokter memasuki sebuah ruangan. Entah dorongan dari mana Ruby berlari untuk melihat ke sana. “Maaf Tuan. Ibu Helena tidak bisa kami selamatkan. Beliau sudah tiada sejak sembilan jam yang lalu.” Ujar Dokter. Rius mengangguk menatap tubuh Helena dengan tatapan datar. “Setelah ini periksalah anaknya.” Pinta Rius membalikkan tubuhnya. Ia terdiam kaget ketika melihat sosok Ruby berdiri di ambang pintu. Ruby hanya diam dengan mulut yang terbungkam rapat. Pandangannya terarah pada Helena, perlahan kakinya melangkah gontai dan terhenti tepat di samping Rius. Ia menoleh menatap Rius dengan mata yang berkaca-kaca. “Dia bukan Ibuku kan, Rius?” Tanya Ruby serak. Rius menoleh matanya bertemu dengan mata Ruby. “Dia, Helena Neino.” Jawab Rius. Ruby mengalihkan pandangannya kembali pada brankar Helena. Tubuh wanita itu tertutup kain putih. “Kalau Ibu tiada lalu bagaimana dengan Kak Caramella?” Lirih Ruby. “Caramella masih ditangani oleh dokter.” Ujar Rius meraih tangan Ruby. Ruby menoleh menatap Rius dalam. “Rius aku ingin bertemu kak Caramella.” Pinta Ruby. Rius menggeleng. “Tidak, aku tidak mengizinkanmu bertemu Caramella.” Tolak Rius tegas. “Lagipula bukannya malam ini kau mau kita pulang?” “Aku mohon Rius. Aku ingin bertemu dengan Kak Caramella, aku ingin melihat kondisi dia.” Ruby menatap Rius memohon. “Sebentar saja Rius, aku janji.” Tambahnya. Protective's Pilot | 298Rius menghela napas kasar, menganggukkan kepalanya seraya melirik Dominick. “Dominick, tolong antar Ruby ke ruangan Caramella.” Kata Rius datar. Ia beralih menatap lurus ke depan. “Pergilah, Dominick akan mengantarmu.” “Kenapa Dominick?” “Aku mengizinkanmu bertemu Caramella. Tapi aku tidak akan ikut.” “Kenapa?” Ruby menyahut dengan suara yang bergetar. “Aku akan menunggumu di mobil.” Rius menoleh ke arah Ruby sebentar, sebelum pada akhirnya beranjak pergi dari sana. Ruby menatap punggung Rius yang hilang di balik pintu. Lalu beralih pada Dominick, Pria itu hanya diam tersenyum kikuk pada Ruby. Setelahnya Dominick mengajak Ruby untuk menemui Caramella. Begitu sampai di ruangan Caramella. Ruby tidak langsung masuk, dia melihat ke arah Dominick antara harus masuk atau justru pergi. Ini pilihannya untuk menemui Caramella tapi tidak tahu kenapa saat sampai di depan ruangannya Ruby malah merasa gugup dan takut. “Ayo Nona.” Ujar Dominick ketika sudah membukakan pintu untuk Ruby masuk ke dalam. “Dominick, a-aku—” “Tidak apa-apa Nona, saya akan menemani anda ke dalam.” Sela Dominick tersenyum. Ruby menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Saat merasa siap ia pun melangkah masuk dengan Dominick yang ada di belakangnya. “MAU APA KAU?” Teriak Caramella ketika melihat Ruby. Tangannya meraih sesuatu dan melemparnya ke Ruby Nikenn25 | 299namun Dominick dengan sigap melindunginya dengan menghalangi kepala Ruby oleh tangannya. Ruby menggigit bibir bawahnya. Ia melirik Dominick yang mengangguk kecil. “Aku takut, Dominick.” Gumam Ruby sangat pelan. “Saya akan melindungi, Nona!” Dominick menoleh pada Caramella. Wanita itu masih berbicara tentang ketidak sukaanya terhadap kedatangan Ruby. Ruby memanggut kecil kemudian kembali melangkahkan kakinya pada Caramella. Tanpa sengaja matanya jatuh pada sebelah tangan Caramella yang terborgol. “Mau apa kau Ha? Mau membunuhku seperti kau membunuh Ibu?” Geram Caramella. “Kau tidak seharusnya hidup. Harusnya kau yang mati, bukan Ibuku.” Tambahnya berteriak. Ruby terisak. Tangannya meremas tangan Dominick yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. “Kak Caramella?” “Jangan panggil aku kakak, aku tidak sudi memiliki adik sepertimu sekalipun kau adalah adik tiriku.” Caramella menatap Ruby penuh kebencian. “Kekasihmu terlalu buta karena sudah mencintai orang sepertimu. Dia membela orang yang salah, seharusnya dia membiarkan dirimu mati.” “Kau salah. Seharusnya Ruby yang berbicara seperti kepadamu. Karena berkat Ruby aku tidak membuatmu sama seperti ibumu. Seharusnya aku membiarkanmu mati dan tidak menuruti keinginan dari gadisku.” Ucap Rius yang tiba-tiba saja ada di belakang Ruby. Pria itu tidak pernah ke mobil, dia hanya menghindar sebentar untuk mengurangi amarahnya. “Seharusnya kau berterima kasih karena dia, kau masih bernapas sampai saat ini.” Tambahnya. Protective's Pilot | 300“Aku takkan sudi berterima kasih padanya. Dia pembunuh ibuku.” “Bukan dia yang membunuh ibumu, tapi aku.” Rius beringsut mendekat, berdiri tepat di sebelah Ruby. “Itu adalah balasan untuk Ibumu karena sudah__ berani-beraninya menyakiti gadisku. Dan seharusnya kau mungkin saat ini sudah terbujur kaku. Tapi karena permintaan gadisku, aku jadi terpaksa membebaskanmu dari kematian.” “Cih!” Caramella meludah menatap Ruby dengan tatapan jijik. “Dia yang kau bilang Gadisku hanya mencari muka agar bisa menguasai hartamu.” Rius tersenyum melirik Ruby melalui ekor matanya. “Begitulah jika kita mempunyai hati yang dipenuhi oleh dendam dan iri hati. Membicarakan kejelekan orang lain tanpa sadar kalau dia sedang membicarakan dirinya sendiri.” Rius membalikkan tubuhnya seraya mencekal tangan Ruby. “Kau bilang padaku hanya sebentar kan? Sudah saatnya pulang. Kau harus istirahat.” Tambahnya. Ruby melepaskan tangan Rius membuat Pria itu diam karena terkejut dengan reaksi Ruby. Setelahnya ia berjalan mendekat pada Caramella. Tangannya terulur mengusap wajah kakak tirinya itu. “Aku sudah memaafkan kesalahanmu dan kesalahan Ibu Helena, apa yang sudah kalian berdua Jakukan terhadapku dulu atau sekarang pun aku sudah memaafkannya. Tapi satu yang tidak bisa aku maafkan, aku tidak bisa memaafkan jika Kakak menuduhku seolah aku wanita gila akan harta. Kak Caramella salah, aku mencintai Rius karena dia tulus mencintaiku. Dia melindungiku sampai rela mengotori tangannya hanya untuk membalaskan kesakitanku karena ulah kau dan Ibu.” Kata Ruby tanpa Nikenn25 | 301mengalihkan tatapannya dari Caramella. “Andai kakak tahu rasanya dicintai begitu besar oleh seorang Pria. Andai kakak bisa merasakannya, cinta tulus dari hati tanpa ada maksud yang lain. Dia begitu mencintaiku sepenuh hatinya, apapun yang aku inginkan dia selalu menurutinya. Mungkin jika aku meminta hartanya dia akan memberikannya padaku, tapi tidak. Aku tidak butuh harta kekayaan yang kekasihku miliki—” Jeda Ruby menahan isakannya. Rius diam tanpa membalikkan tubuhnya. Mendengar semua yang ingin Ruby curahkan pada Caramella. “Bahkan ketika aku meminta dia untuk berhenti menyakiti kalian. Dia tetap menuruti keinginanku, sekalipun dia dalam amarah yang tinggi. Dan tadi, tadi dia tetap menurutiku untuk pulang dan menemuimu.” Lanjut Ruby menyeka air matanya. “Tidak apa jika memang kau tetap membenciku. Padahal aku sendiri tidak tahu apa alasanmu membenciku. Tapi tidak apa, aku tidak akan marah dan juga aku sudah memaafkan semua kesalahanmu dan Ibu Helena. Biarpun kau membenciku, aku akan tetap menganggapmu sebagai kakakku walau kau tidak sudi mengakui adikmu. Biarpun hanya tiri tapi aku menyayangimu. Kak Caramell maafkan aku jika selama ini aku memiliki kesalahan padamu.” Tambahnya kemudian berbalik memeluk Rius dari belakang. Rius menyentuh tangan Ruby yang melingkar di perutnya. Ta menarik Ruby dan membawanya ke dalam pelukan. “Kita pulang ya?” Bisik Rius mengecup puncak kepala Ruby. Ruby memanggutkan kepalanya, menangis tersendu di dalam pelukan Rius. Caramella menangis terisak memperhatikan Ruby yang terisak. Ia Meraung seraya menarik rambutnya yang panjang. Protective's Pilot | 302“Sialan kenapa kau tidak membenciku. Kenapa kau tetap menganggapku, kenapa kau tidak membiarkan Kekasihmu membunuhku saja.” Isak Caramella. “KENAPA RUBY?” tambahnya berteriak. Ruby melepaskan pelukan Rius kemudian menoleh pada Caramella. “Karena di dunia ini aku hanya memiliki dirimu dan Rius.” “Aku jahat. Sudah seharusnya kau membenciku.” Ruby menggeleng, kedua matanya sembab karena menangis. “Ti-tidak bi-bisa.” Isak Ruby terbata. “KENAPA?” Teriak Caramella. “Karena aku menyayangimu sejahat apapun kau terhadapku.” Pekik Ruby luruh ke lantai dengan tangan yang berpegangan pada Rius. Caramella meraung menggerak-gerakkan tangannya yang terborgol. “Kau tidak seharusnya menyayangiku.” Lirih Caramella tersendu. “Aku ini jahat Ruby, kau tidak pantas menyayangi orang sejahat diriku.” Tambahnya. Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menangis terisak hingga tubuhnya terguncang hebat. “Kau tidak jahat kak, kau hanya digelapkan oleh kebencian dalam hatimu. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya kenapa kau bisa membenciku.” Caramella terisak menatap Ruby dalam. Tatapannya kosong memandang tubuh terguncang gadis itu. Sampai pada akhirnya semua terjawab, rahasia yang selama ini tidak pernah Ruby ketahui. Nikenn25 | 303PROTECTIVE’S PILOT || Bagian 38. “Kau mau tahu kenapa aku membencimu?” Tanya Caramella lirih. “Aku membencimu karena kau adalah adikku. Selama ini aku membencimu karena Ayah dan Ibu hanya menyayangimu. Sementara padaku? Mereka bahkan tidak pernah menyayangiku sedikitpun.” Caramella terisak. Ruby terdiam membalas tatapan Caramella dengan kedua alis yang tertaut. “Ma-maksudmu a-apa?” “Saat aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah! Ayah dan Ibu sama sekali tidak mencariku, perhatian mereka hanya pada anak balita saja tanpa mempedulikan adanya aku di antara mereka.” Caramella tersenyum sinis. “Ibu Helena menemuiku dan menjadikan aku sebagai putrinya. Namaku diganti menjadi Caramella, sebelumnya namaku adalah Afsyerin Kanaya. Tapi aku membenci nama itu dan aku pun membenci dirimu.” Tambah Caramella diiringi tawa. “Aku tidak mengerti!” “ITU KARENA KAU BODOH!” Teriak Caramella menggeram. “Aku membenci kehadiranmu. Karena hadirnya dirimu perhatian Ayah dan Ibu hanya tertuju pada dirimu.” “Ka-kau—” Jeda Ruby lemas. “Ka-kau Kanaya?” Caramella tertawa. “Haha Kanaya? Dia sudah mati. Tidak ada lagi Kanaya, dia sudah mati karena tidak pernah dianggap kehadirannya.” “Ya Tuhan.” Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tbu Helena menyukai Ayah. Kami bekerja sama untuk menghancurkan Ayah dan Ibu, juga kau.” Caramella memincing matanya tajam. “Setelah Ibu tiada, Ayah menikahi Protective's Pilot | 304Ibu Helena. Bahkan Ayah sama sekali tidak menyadariku sama sekali. Oh malangnya nasib Kanaya, haha!” “Kenapa kau lakukan ini?” Tanya Ruby serak. “KARENA AKU BENCI KEHADIRANMU, KAU MEREBUT PERHATIAN AYAH DAN IBU. TIDAK HANYA ITU KAU JUGA MEREBUT PRIA YANG AKU CINTAI.” Jawab Caramella berteriak. “Jadi benar kau Kanaya?” Ruby menatap Caramella senang dan juga sedih. “KANAYA SUDAH MATI!” Caramella terengah. “Dan kalian yang sudah membuatnya mati.” “Kau tidak tahu kalau Ayah dan Ibu sangat menyayangimu. Mereka selalu mencari-cari keberadaanmu, Kak Kanaya.” “Haha kau kira aku bodoh? Aku bukan anak kecil. Jelas aku lebih dulu lahir sebelum dirimu. Mereka tidak pernah mencariku dan—” Jeda Caramella tertawa renyah. “Jangan memanggilku, Kanaya lagi.” Sambungnya tajam. Ruby berdiri dibantu oleh Rius. Langkahnya mendekat pada Caramella. “Kau kakak kandungku? Tapi kenapa kau bersikap seolah kita adalah saudara tiri?” “Karena aku tidak mempunyai adik.” “Tapi aku adikmu, kak!” Isak Ruby meraih tangan Caramella. “Selama ini Ayah dan Ibu selalu mencari keberadaanmu, kak Kanaya. Ibu selalu memeluk fotomu karena terlalu merin—” “DIAM!” Bentak Caramella melotot tajam. “Kau tidak perlu menjelaskan apapun padaku. Karena aku adalah Caramella Neino. Bukan Afsyerin Kanaya.” Tambahnya Nikenn25 | 305menepis tangan Ruby, mendorong gadis itu bisa hingga tersungkur ke lantai. Rius menatap Caramella tajam, ia membantu Ruby untuk berdiri dan menahan tubuh lemas gadisnya ke dada. “Terserah, mau kau kak Caramella atau Kak Kanaya. Yang pasti aku tetap menyayangimu. Selalu menyayangimu.” Lirih Ruby seraya mengusap air matanya. Caramella berdecih mengalihkan pandangannya ke arah Jain. Air matanya kembali mengalir ketika mendengar ucapan Ruby yang tulus. Selama ini Caramella selalu membenci Ruby dan selalu berniat menghancurkan gadis itu. Namun, semua ada alasannya dan alasannya adalah. Karena Afsheen Ruby, adalah adik kandung dari Afsyerin Kanaya atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Caramella Neino. Ya, tidak ada yang banyak tahu mengenai rahasia itu karena selama ini Caramella menyimpannya secara rapat. Dan rahasia ini pun hanya diketahui oleh Helena, karena wanita itu sudah menjadikan seorang Afsyerin Kanaya sebagai anak angkatnya. Dengan dibantu oleh Helena, Caramella membalaskan rasa sakit hatinya karena tidak pernah diperhatikan oleh kedua orangtua yang hanya memperhatikan sosok Ruby kecil pada usia tiga tahun. “Pergilah dari sini, aku tidak sudi melihatmu lagi.” Usir Caramella. “Tolong jangan memintaku untuk pergi. Kak, hanya dirimu dan Rius yang kupunya saat ini.” Isak Ruby pilu. “Selama bertahun-tahun kita terpisah. Aku tidak pernah melihat sosokmu, tidak apa kalau kau memang tidak sudi melihatku. Tapi Kak, bagaimanapun kau tetaplah kakak kandungku.” Protective's Pilot | 306“Aku bukan kakak kandungmu.” “Terserah padamu mau menganggapnya seperti apa. Kau tetaplah kakakku.” Rius memincingkan matanya sambil memperhatikan Caramella lekat. Ia tersenyum sinis sudah menduga hal ini sebelumnya. Sebenarnya Rius sudah tahu kalau Ruby dan Caramella memiliki hubungan darah. Dia mengetahui hal itu sejak beberapa hari yang lalu, itu pun karena informasi yang diberikan Richter karena memang Rius menaruh rasa curiga pada Caramella. Dan sekarang semua sudah terjawab. “Aku sudah menduga hal ini. Kau membenci Ruby karena rasa iri hati.” Ujar Rius tersenyum miring. “Ya. Aku iri padanya karena dia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan. Sedangkan aku? Tidak pernah sekalipun. Dia bahkan mengambil perhatian Ayah dan Ibu, termasuk dirimu. Pria yang aku cintai.” Sahut Caramella mengalihkan perhatian pada Rius. “Dia sama sekali tidak mengambil perhatian dariku. Perlu kau ingat dan sadari, kalau sebelumnya kau dan aku tidak saling mengenal.” Balas Rius tegas. “Sama saja. Dia memang selalu merebut apa yang aku inginkan. Selalu dia biangnya dan aku benci kehadirannya.” Timpal Caramella. “Rasanya percuma saja berbicara dengan orang yang hatinya dipenuhi rasa iri dan dendam hati.” Rius meraih tangan Ruby. “Lebih baik kita pulang. Kau harus istirahat, ingat janjimu yang hanya sebentar.” “Tapi aku mau jaga Kakakku!” Ruby menahan tangan Rius untuk pergi. Nikenn25 | 307“Kau pikir kali ini aku akan menuruti keinginanmu? Tidak. Jadi aku mau kita pulang saat ini juga, tanpa bantahan.” Tegas Rius menatap Ruby tajam, ia menarik paksa tangan Ruby untuk pergi dari ruang Caramella. Dia bahkan tidak peduli akan rengekan dari Ruby. Rius memaksa Ruby masuk ke dalam mobil. Meminta Dominick untuk segera pergi dari rumah sakit. Dirinya masih mencoba mengabaikan keinginan Ruby untuk tetap menemani Caramella. “Rius, aku mohon. Aku ingin menemani Kak Kanaya, kali ini saja aku mohon Rius!” Isak Ruby menyeka air matanya. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang. “Rius, mengertilah aku ingin menemani Kak Kanaya. Aku—” “Dominick berhenti.” Pinta Rius menyela, matanya menatap keluar jendela. “Kau bilang mengertilah? Apa selama ini aku kurang mengerti Ruby? Kau memintaku untuk mengerti dan aku selalu mencoba untuk mengerti itu. Sekarang aku tanya, pernahkah kau mengerti diriku?” Tambahnya seraya menoleh pada Ruby. Ruby tersendu tatapan mata Rius begitu tajam menusuk relung hatinya. “Ri-Rius a-aku—” “Turunlah.” Sela Rius mengalihkan pandangannya. Rahang kokoh tegas itu mengeras hingga urat-urat di lehernya bertonjolan. “Silahkan temui dia. Aku takkan melarangmu, maaf jika selama ini aku kurang mengerti dirimu. Turunlah ‘Bye “Rius itu... Aku tidak begitu maksudku, aku—” “Turunlah dan temui dia.” Potong Rius masih enggan menatap ke arah Ruby. Protective's Pilot | 308Ruby turun dari mobil dengan dada yang terasa sesak. Ia mengulum bibir bawahnya menahan isakan ketika melihat mobil Rius melaju pergi. "Maaf Rius maaf, jangan membenciku." Isaknya kemudian berlari masuk ke dalam rumah sakit. Bukan maksud Ruby ingin menyakiti Rius, dia sendiri bingung harus melakukan apa. Satu sisi Caramella adalah kakaknya yang selama ini hilang, kakak yang Ruby ingat ketika dulu selalu memarahinya saat tanpa sengaja Ruby kecil memainkan Barbie milik Kanaya yang pada saat itu usianya sudah lima tahun. Ruby hanya tidak ingin mengabaikan keluarga satu- satunya yang saat ia miliki itu. Ya, Ruby tahu ucapannya tadi pasti sangat melukai Rius. Pria itu selalu menuruti keinginannya dan selalu mengerti apa yang Ruby inginkan. Tapi demi Tuhan, Ruby hanya ingin mempertahankan apa yang sampai saat ini pasti dirinya miliki. Napas Ruby terengah-engah, luka di dadanya terasa sakit tapi Ruby mengabaikan itu. Ia membuka pintu ruangan Caramella bersamaan dengan itu matanya melihat Suster yang menutupi tubuh Caramella dengan kain putih. “Kasihan ya. Ibunya sudah tiada dan tadi dia melakukan bunuh diri.” Bisik Suster. “Malang sekali hidupnya.” Tambah suster itu. “TIDAK!” Teriak Ruby berlari ke arah brankar. “Tidak- tidak, kau tidak boleh pergi Kak. Bangun aku datang lagi untuk membawamu bersamaku. Ayo bangun!” “Nona pasien sudah meninggal dunia.” Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya, terisak sambil memeluk tubuh Caramella. “Kita baru saja bertemu lalu bagaimana mungkin bisa kau pergi secepat ini Nikenn25 | 309meninggalkanku?” Lirih Ruby tangannya membelai wajah pucat Caramella. “Aku sudah memaafkanmu. Dan aku sudah ikhlas, pergilah dengan tenang kak Kanaya. Kau pasti senang bisa berkumpul dengan Ibu dan Ayah kan? Tunggu aku ya, suatu hari nanti aku akan berkumpul dengan kalian.” Tambahnya. Protective's Pilot | 310PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 39. Ruby berjalan dengan langkah gontai di bawah guyuran hujan yang deras disertai gemuruh besar. Kepalanya menunduk memperhatikan langkah kakinya, dia bahkan tidak mempedulikan tubuhnya yang basah oleh hujan dan membiarkan luka di dadanya ikut basah. Di bawah guyuran hujan Ruby menangis meraung sambil sesekali memukul dadanya yang sesak. Ia jatuh ke aspal mengabaikan rasa perih pada lutut dan perasaannya saat ini. Ruby memeluk lututnya semakin meraung terisak. Isakan yang akan memilukan siapa saja bagi yang mendengarnya. Sepucuk surat diberikan suster pada Ruby sebelum pergi meninggalkan rumah sakit, surat yang ditulis oleh Caramella sebelum kepergian wanita itu untuk selamanya. Ruby, mungkin saat kau membaca ini aku sudah tiada lagi. Ruby, maafkan aku. Semua kesalahanku tidak seharusnya aku melakukan hal buruk pada adik kandungku sendiri. Demi Tuhan, aku menyesal mengingat betapa jahat dan buruknya diriku terhadapmu. Ruby, aku malu untuk meminta maaf kepadamu secara langsung. Karena itu aku membuat sepucuk surat ini. Ruby, terima kasih karena sudah memaafkan orang hina ini. Dan terima kasih sudah mau menyayangiku. Kau adikku, berbahagialah. Sekali lagi, maafkan aku yang hina dan kotor ini. _—Caramella_ Nikenn2s | 311Ya, itulah isi surat yang Caramella tuliskan sebelum wanita itu memutuskan untuk mengakhiri hidup. Surat permintaan maaf dari Caramella yang menyesali perbuatannya. Padahal tanpa perlu meminta maaf pun, Ruby sudah memaafkannya lebih dulu. Ia tidak pernah membenci Caramella mau dia kakak kandung ataupun tiri pada saat itu. Semua kesalahan yang dilakukan Caramella dan Helena sudah Ruby maafkan dari dalam hatinya. + Flashback On + Seorang anak kecil berdiri tidak jauh dari keberadaan Ibunya. Anak kecil itu menangis ketika melihat Ibunya menangis sambil memeluk sebuah bingkai foto. Ia lalu berlari memeluk Ibunya. “Ibu tenapa angis?” Tanya anak itu. “Ibu tidak apa-apa nak.” Jawab Ibu-ibu itu sambil memeluk tubuh putri kecilnya. “Tbu, itu foto ciapa?” Tanya anak kecil itu. “Ini adalah kak Kanaya, dia adalah kakakmu.” Jawab Ibu itu terisak. “Kakak imana Bu?” Balas anak kecil itu dengan rasa penasarannya. “Dia kakak Luby?” Ibu itu mengangguk mencium kening putri kecilnya. “Ya, dia adalah kakak Ruby.” “Kakak yang waktu itu omelin, Luby gala-gala main belbie?” Sang Ibu mengangguk lirih. “Ya, itu kakak Ruby.” “Kakak imana?” “Kakak pergi sayang, Ayah sedang mencarinya. Kau doakan kakak agar bisa cepat pulang ya.” Protective's Pilot | 312Ruby mengangguk, tangan mungilnya memeluk tubuh sang Ibu. Walau masih tidak mengerti tapi dia bisa merasakan sesuatu yang dirasakan oleh Ibunya itu. + Flashback Off+ oe Semenjak saat itu Ruby selalu berdoa untuk kepulangan sang kakak. Tapi doanya tidak pernah terkabul karena sampai sang Ibu tiada, kakaknya tidak pernah kembali pulang. Sampai pada akhirnya sang Ayah berhenti mencari karena frustasi mencari-cari keberadaan putri pertama mereka. Satu tahun kepergian Ibunya Gladies, sang Ayah memutuskan untuk menikah lagi dengan Helena yang pada saat itu mempunyai anak satu. Tapi siapa sangka jika ternyata selama ini anak Helena adalah Kanaya yang selama ini hilang. Semua kenyataan itu baru diketahui olehnya tadi setelah pengakuan dari Caramella. Dan bagaimana mungkin sebagai seorang Ayah Afrenand tidak merasakan ikatan antara ayah dan anak terhadap Caramella yang notabenenya adalah anak kandung sendiri. "Ibu aku menemukannya. Tapi aku tidak bisa bersamanya, aku sendiri di sini. Kalian bertiga meninggalkan aku." Lirih Ruby di bawah guyuran hujan. Ia mengadahkan kepalanya ketika merasa air hujan tidak lagi membasahi tubuhnya, dia terdiam menatap sosok pria didepannya. “Bangun!” Pinta orang itu datar. Matanya lurus menatap ke depan. Ruby masih terdiam, matanya masih mengerjap tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang ini. “Aku bilang bangun!” Bentak orang itu beralih menatap Ruby. Ia melempar payung sembarang seraya menarik tangan Nikenn25 | 313Ruby agar berdiri. Tubuh gadis itu terasa sangat dingin dan menggigil. “Ri-Rius—” Rius mengepalkan tangannya, ingin marah namun selalu tidak bisa. Tapi kali ini setelah melihat gadisnya itu menangis di bawah hujan membuat Rius murka. Yang membuat Rius Jebih murka adalah kondisi Ruby yang baru saja sadar dari kritisnya beberapa jam lalu. Dan sekarang gadis itu menangis di bawah guyuran hujan. Bahkan untuk pertama kalinya Rius membentak Ruby. “Seharusnya aku tidak lagi mengerti dirimu. Seharusnya aku tetap memaksamu pulang. Seharusnya aku tidak membiarkanmu di sini. Seharusnya—” Ucapan Rius terhenti ketika Ruby menubruk tubuhnya. “Dia pergi Rius. Dia meninggalkanku sendiri di sini.” Isak Ruby tersendu. “Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Semua pergi meninggalkanku, kenapa mereka jahat sekali? Kenapa mereka tidak mau mengajakku?” Rius memejamkan matanya saat merasakan guncangan pada tubuh mungil gadisnya. Perlahan tangannya terangkat membalas pelukan Ruby. “Mereka meninggalkanku di sini sendiri. Ayah, Ibu dan Kak Caramella. Bahkan Ibu Helena juga _ pergi meninggalkanku. Apa aku begitu salah hadir di dunia ini? Apa karena itu kak Caramella membenciku? Mungkin kak Caramella benar, tidak seharusnya aku hadir di dunia ini jika pada akhirnya aku harus hidup sendiri.” Tambahnya tersedu- sedu. Rius membuka matanya seraya mengurai pelukannya. Menangkup wajah Ruby yang basah oleh tetesan air hujan. “Lalu aku siapa di hidupmu?” Tanya Rius. Protective's Pilot | 314“Kau pasti akan meninggalkanku kaya mereka kan? Rius, aku hanya wanita manja yang selalu merengek jika keinginannya tidak dikabulkan. Aku hanya wanita yang ingin dimengerti tapi tidak bisa mengerti dirimu.” Isak Ruby pilu. “Maafkan aku untuk itu. Maaf karena aku tidak bisa mengerti dirimu. Kau boleh pergi Rius.” “Dan meninggalkan orang yang aku cintai sendirian?” Gumam Rius terdengar seperti bisikan. “Aku marah karena kau tidak mengerti keinginanku. Setidaknya menurut lah padaku sekali saja, dan lihat? Kau bahkan sekarang berdiri di bawah hujan disaat kondisimu belum pulih total.” “Rius—” “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku sudah pernah bilang kan? Kalau kau tidak akan pernah bisa pergi jika aku tidak mengizinkanmu. Lalu bagaimana mungkin aku meninggalkan gadis yang tidak pernah aku inginkan kepergiannya?” Potong Rius mengecup bibir Ruby yang bergetar kedinginan. “Kau tidak sendirian sayang, ada aku. Ada Mommy dan Daddy, ada Athava juga Lechia. Kami ada untukmu, terutama aku. Di sini aku akan selalu menemanimu tanpa niat untuk meninggalkan dirimu sendirian. Bahkan jika saat ini Tuhan ingin mengambil salah satu dari kita, aku selalu berharap Tuhan mengambil diriku sebelum dirimu.” Tambah Rius seraya mendekap Ruby. “Jangan. Tuhan tidak boleh mengambilmu, jika kau pergi aku dengan siapa?” Isak Ruby mempererat pelukan Rius, kedua matanya terpejam seraya menggeleng-geleng pelan. “Aku tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana hidupku jika kau pun pergi.” Nikenn2s | 315“Aku di sini untukmu!” Bisik Rius kembali menyampingkan rasa amarahnya karena rasanya sangat tidak pas marah dalam keadaan Ruby yang sedang berduka. “Dengarkan aku, jangan pernah merasa sendiri. Karena kau mempunyaiku, Mommy dan Daddy. Orangtuaku adalah orangtuamu jadi aku mohon jangan pernah sekalipun merasa sendiri.” Ruby mengangguk lirih semakin erat memeluk Rius. Kepalanya mulai terasa pening sebelum pada akhirnya Ruby merasakan tubuhnya melayang, ia membuka matanya dan melihat Rius yang menatap tepat manik matanya. “Maafkan aku, untuk keegoisanku. Rius.” Gumam Ruby mengelus rahang Rius yang mengeras tegas. Dia melingkarkan tangannya di leher Rius dan menenggelamkan wajahnya di leher Pria itu sebelum pada akhirnya semua terasa gelap. Rius masih terus menatap Ruby sambil melangkah menuju mobil yang tersembunyi. Mobil yang sejak tadi tidak pernah meninggalkan Ruby sedetik pun. Begitu sampai Rius langsung meminta Dominick untuk membawa mereka ke rumah Keenan. Karena untuk kembali ke mansion Rius merasa tidak yakin, bukan apa-apa. Rius hanya tidak yakin jika Ruby tidak mengingat kejadian saat penembakan itu. “Tuan kita mau langsung pulang?” Tanya Dominick melirik melalui kaca tengah. “Ya, Dominick kita langsung pulang saja.” Jawab Rius. “Tuan maaf! Apa tidak sebaiknya kita periksa lagi keadaan Nona Ruby?” Tanya Dominick kembali. “Eum, maksud saya. Luka bekas penembakan itu, Tuan.” Protective's Pilot | 316Rius beralih menatap Dominick, terdiam memikirkan ucapan pria itu. Memang ada benarnya tapi ia tidak ingin membuat Ruby sedih untuk tetap ada rumah sakit ini. Jadi Rius memutuskan untuk tetap pulang dan akan memanggil dokter ke rumah Keenan saja nanti malam. Ya, mungkin itu lebih baik! Setidaknya Ruby tidak perlu sedih atas kepergian Caramella malam ini. “Kita pulang saja, Dominick! Aku bisa memanggil Dokter untuk ke rumah Daddy nanti.” Dominick menganggukkan kepalanya kecil dan mulai melajukan mobilnya kembali. Ia tidak akan memaksa jika Rius sudah mengambil keputusan. Mungkin Rius memiliki alasan sampai memilih pulang sebelum memeriksa luka Ruby. Tapi Dominick yakin keputusan yang Rius ambil pasti sudah benar karena itu Rius berani membawa Ruby pulang. Rius masih membiarkan Ruby untuk tetap berada di atas tubuhnya. Mendekap tubuh sang gadis agar tidak lagi menggigil. Sesekali Rius mencium puncak kepala Ruby. Kenapa aku tidak bisa marah kepadamu? Padahal aku sangat ingin memarahimu karena sudah membuatku khawatir, karena sudah membantahku. Tapi entah kenapa aku selalu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu kepadamu. Rasanya hatiku tersayat oleh pisau dan ditaburi oleh suatu yang membuat hatiku sakit jika aku melakukan itu padamu. Kau adalah kelemahanku Ruby, kau alasan kenapa sampai saat ini aku selalu menyampingkan rasa amarahku dan kau adalah alasan kenapa aku tidak bisa marah padamu. Kau cintaku, hidupku. Batin Rius berbisik. Selama di perjalanan Rius hanya diam sambil terus mendekap erat tubuh Ruby yang dingin. Pakaian keduanya Nikenn25 | 317sama-sama basah. AC mobil sudah dikurangi suhunya, itu Rius lakukan agar Ruby tidak terlalu kedinginan. Mengingat tadi sebenarnya Rius sangat marah terlebih akan ucapan Ruby yang menganggap Rius kurang mengertikan gadis itu padahal selama ini Rius sudah mencoba untuk mengerti. Rius marah. Tapi tidak bisa melakukan itu pada Ruby. Karena itulah Rius masih ada di sini, menunggu gadisnya yang Rius yakini akan pergi meninggalkan rumah sakit. Dan memang benar keyakinan Rius itu, tapi sialnya Ruby keluar menerobos hujan yang pada saat tadi tiba-tiba saja Jangsung deras. Ia merasa semakin marah menganggap Ruby sangat bodoh karena menerobos hujan tanpa memikirkan luka di dada gadis itu. Protective's Pilot | 318PROTECTIVE'S PILOT || Bagian 40. Rius terdiam menatap tubuh Ruby di hadapannya. Gadis itu berdiri memandang keluar jendela. Ia tahu kepergian Caramella masih meninggalkan luka mendalam terlebih kenyataan yang Caramella buka sebelum wanita itu pergi membuat Ruby semakin berat melepas kepergian dari wanita itu. Tadi saat di pemakaman ketika Caramella hendak dimasukkan ke dalam makam, Ruby gadis itu sempat pingsan membuat Rius terpaksa harus membawanya ke mobil dai menenangkannya di sana. Rius beringsut mendekat pada Ruby, membawa kepala gadis itu ke dalam dekapannya dan membiarkan Ruby menangis sepuas mungkin. Ja memejamkan matanya ketika mendengar isakan yang begitu menyakitkan hati Rius. Sebagai kekasih Rius tidak pernah melihat Ruby serapuh ini. “Menangislah sayang, aku di sini untukmu.” Bisik Rius mempererat dekapannya. "Lepaskan semua kesedihanmu. Tapi berjanjilah setelah ini kau tidak akan lagi bersedih." Ruby hanya mengangguk masih dengan isakan yang begitu pilu. Dia sadar siapa yang datang pasti akan pergi, tapi kehilangan Caramella secepat ini tidak pernah Ruby bayangkan. Ia sudah merelakan kepergian wanita itu namun masih tersimpan rasa sedih di hatinya. Ruby benar-benar melampiaskan kesedihannya di dada Rius mengeluarkan semua rasa sesak. Setelah puas menangis Ruby melepaskan dekapan Rius. Tersenyum tipis pada Pria itu dengan pipi yang basah. “Terima kasih, aku sudah lebih baik. Aku janji tidak akan bersedih lagi.” Nikenn25 | 319Rius tersenyum mengusap pipi Ruby. “Sudah lega?” Ruby mengangguk. “Sudah lega, sangat lega.” “Kalau kau memang masih ingin menangis. Katakan padaku, karena aku siap menjadi sandaran untukmu.” “Mau peluk!” Ruby mengulurkan tangan, mengerjap- ngerjapkan matanya polos. “Oh Tuhan!” Rius mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tersenyum ketika Ruby menubruk tubuhnya. “Rius aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Maaf untuk semalam, aku tahu aku begitu egois karena tidak mengerti dirimu. Aku janji tidak akan egois lagi dan akan mencoba mengerti dirimu.” Bisik Ruby bergetar. Rius tersenyum memeluk tubuh gadisnya dengan sangat erat. “Hari ini aku ingin kita memulai semuanya dari awal. Lupakan soal semalam—” Jeda Rius menumpukan dagunya di bahu Ruby. “Kita masih sama-sama kurang mengerti. Tapi hari ini aku ingin kita belajar untuk saling mengerti satu sama lain.” Sambung Rius mencium lekuk leher Ruby. Ruby mengangguk kecil, kedua matanya kembali terasa panas saat mengingat betapa egoisnya Ruby terhadap Rius. Padahal pria itu sudah begitu tulus mencintai Ruby tapi ia masih saja egois ingin dimengerti tanpa mengerti apa yang diinginkan oleh Rius. Pria itu juga selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Ruby, tapi ketika Rius menginginkan sesuatu Ruby justru merengek dan memaksa Rius untuk terus mengerti dirinya, mengingat itu Ruby kembali menangis. “Kau menangis?” Rius mengurai pelukannya, menangkup wajah Ruby yang memerah karena menangis. “Hei, kenapa baby?” Protective's Pilot | 320

You might also like