Bahasa Palue
Bahasa Palue adalah bahasa yang digunakan suku Palue.[7] Penuturnya terdapat di pulau Palue dan sebagian terdapat di wilayah pesisir utara pulau Flores bagian tengah. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Paul M. Lewis (2009), Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (Edisi 16), SIL International, Wikidata Q27778096
- ^ Stephen Wurm, Australia and the Pacific, Routledge, Wikidata Q27778104
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Palue". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ "Bahasa Palue". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Palue Speaking Peoples - Joshua Project
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Palue merupakan salah satu pulau yang tata letaknya berada di Kabupaten sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Wilayah Pulau Palue pernah dihuni oleh suku Naru sebelum akhirnya ditinggalkan.
Nama lokal: Nusa Luʼa | |
---|---|
Lokasi | Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia |
Koordinat | 8°19′25.2″S 121°42′36.8″E |
Kepulauan | Kepulauan Nusa Tenggara Timur |
Luas | 72 km2 |
Pulau Palue merupakan satu dari sekian banyak pulau dalam wilayah administratif Kabupaten Sikka. Ia berjarak 15 km dari pesisir utara Pulau Flores. Pulau ini berbentuk kerucut dan bundar dengan luas lebih dari 72 km2. Terletak dalam wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur ... Pulau Palue merupakan pulau terbesar kedua di Kabupaten Sikka setelah Pulau Besar. bahasa yang sering di pake suku palue, Penuturnya terdapat di pulau Palue dan sebagian terdapat di wilayah pesisir utara pulau Flores. Salah satu tradisi paling sakral yang dimiliki adalah ritual adat di tempat yang diberi nama Tubu. Tubu adalah tempat berlangsungnya berbagai upacara kepada “Era Wula Watu Tana” penguasa, pencipta, penyembuh alam semesta dan para nenek moyang atau leluhur. Tempat tersebut di jadikan salah satu bentuk tradisi yang masih di lestarikan sampai sampai saat ini. ada pun upacara tradisi yang paling gembira yaitu upacara Pati Kerapau. Pati Kerapau adalah upacara kegembiraan masyarakat Palue sekali syukuran kepada leluhur mereka yang ditandai dengan penyembelihan seekor kerbau di sekitar mesbah oleh Lakimosa. Pada saat itu masyarakat dengan wajah yang berseri menari dan memainkan musik tradisional Palue yang membuat acara ini semakin menarik. ada beberapa kampung yang menjadi simbol seperti Ko’a. Ko’a merupakan salah satu kampung tradisional yang berada di lereng gunung Rokatenda, di Pulau Palue, Kabupaten Sikka. Di kampung ini dijalankan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau (poka pu’u supo ngalu) atau upacara potong kerbau (pati : potong, memotong dan kerapau : kerbau). Untuk mencapai kampung tradisional ini, orang harus melewati jalan setapak yang terjal dan berbatu. Ritus Pati Kerapau ini dijalankan secara tetap setiap lima tahun. Tentu bukan sekedar pengulangan hampa makna. Melaluinya, dalam suatu perayaan bersama, diadakan penciptaan kembali dan pemulihan relasi yang rusak dengan Yang Illahi dan sesama. Dari segi adat, wilayah perkampungan tradisional Ko’a terbentuk dari enam kunu atau marga yakni Powowawo, Manggepase, Nunusomba, Sarikoa, Rokaroi, dan Kacu male. Dari enam kunu ini, kunu Powowawu merupakan kepala dan karenanya memegang peranan penting dalam pelaksanaan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau. Dalam hubungan dengan pelaksanaan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau, dari enam kunu di atas hanya dua kunu, yaitu Powowawo dan Manggepase yang membuat ritus ini. Sedangkan kunu yang lain bertindak sebagai pendukung pelaksanaan ritus Pati Kerapau. Di kampung Ko’a terdapat dua altar kuno tempat pelaksanaan ritus Pati Kerapau dan saat ritus tersebut dijalankan ia selalu dimulai dari dan oleh kunu Powowawo. Struktur sosial-tradisional masyarakat Ko’a dapat digambarkan secara sederhana dengan mengikuti penjelasan atas struktur tupu atau altar tempat ritus pati kerapau dijalankan. Tempat itu menyerupai sebuah panggung, yang tersusun dari batu-batu dan membentuk lingkaran berlapis tiga bagian, yakni : (1) lingkaran bagian dalam adalah wilayah lakimosa; (2) lingkaran kedua adalah pendukung lakimosa (ina tuke laki); dan (3) lingkaran paling luar menggambarkan seluruh warga kampung sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan (wai walu). selain kearifan lokal yang di miliki daerah tersebut, ternyata di palue juga memiliki gunung aktif yang biasa di sebut Gunung Rokatenda. Gunung Rokatenda yang juga dikenal dengan nama Gunung Paluweh, adalah gunung berapi aktif yang terletak di Pulau Palue, bagian dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rokatenda memiliki nama lain Gapirok, Palowe (h), Paloe, Luca Raya, Rusa Raja, Nusa Kua, Nuha Lua.